Seminggu telah berlalu. Aku tidak pernah bertemu lagi dengan Jiyong oppa. Tapi ia masih selalu mengirimkan pesan untukku pada pagi dan malam hari. Di dalam pesan nya ia selalu mengawalinya dengan ‘Selamat pagi Yoojin-ah, bagaimana kabarmu? Aku harap kau melewati hari ini dengan bahagia.’ dan pada malam hari ia akan berkata ‘Selamat tidur Yoojin-ah. Semoga aku selalu berada di dalam mimpimu, putriku.’
Entahlah apa maksud dari pesannya itu kepadaku. Pada awalnya aku sangat senang menerima pesan seperti itu darinya. Bagaimana tidak, seorang leader Big Bang mengucapkan kata-kata romantis seperti itu. Aku membalas pesannya dengan sukacita. Tapi sekarang, aku sudah terbiasa dengan isi pesannya itu. Aku pikir dia mengirimiku pesan seperti itu karena ia tidak ingin kehilangan fansnya. Walaupun aku berusaha untuk tidak menghiraukan pesannya, tapi tetap saja aku membalas semua pertanyaan yang diajukannya itu.
“Yoojin-ah, kau belum memberiku alasan yang jelas tentang kenapa kau melanjutkan kursus menjahitmu lagi?”
Ya, pertanyaan seperti inilah yang setiap hari diajukan oleh Hyerim.
“Sebelumnya kau tidak pernah mau kubujuk untuk ikut kursus lagi. Tapi dalam waktu sekejap, kau mau ikut kursus lagi. Siapa yang berhasil membujuk si keras kepala yang satu ini? Apakah dia namja chingumu? Kenapa kau tidak cerita kepadaku? Kita ini kan sahabat baik. Apakah kau sudah tidak menganggapku sahabat?...” Segera kubekap mulutnya sebelum dia lebih banyak memberikan rentetan pertanyaan yang tidak akan kujawab.
“Ya! Kau ini seperti kereta api saja. Apa kau tidak bosan selalu memberikan pertanyaan yang sama setiap harinya? Dan kau pasti juga sudah tau jawabannya. Jawabannya adalah...”
“Kau akan tau jika sudah tepat waktunya..” Ucapnya dengan nada dan raut muka merengut.
“Pintar.” Kucubit kedua pipinya agar ia tidak menampakkan mukanya yang cemberut itu lagi.
“Tapi kapan waktu yang tepat itu akan tiba?”
“Entahlah, yang pasti bukan sekarang.” Kujulurkan lidahku untuk meledeknya.
Aku kembali berjalan menuju rumah meninggalkan Hyerim yang masih terdiam dengan wajah cemberut.
“Ya! Tega sekali kau merahasiakannya dari sahabatmu sendiri!” Ucapnya sambil berlari dan langsung merangkul leherku, tepatnya hampir mencekikku.
“Aaaa! Apaaaa Hyerim-ah...” Usahaku untuk melepaskan rangkulannya tidak berhasil. Alhasil, aku berjalan dengan rangkulannya yang amat kuat. Mianhae, Hyerim-ah.
Terdengar bunyi pesan dari dalam tasku, “Hyerim-ah, jamkkanman.” Hyerim melepaskan rangkulannya dan aku langsung mencari-cari ponselku di dalam tas. Ternyata dari Jiyong oppa. Aku langsung menjauh dari Hyerim yang sepertinya sudah mulai penasaran dengan identitas pengirim pesan ini.
From: Jiyong oppa
Selamat siang Yoojin-ah. Bagaimana keadaanmu? Apakah besok kau sibuk? Jika tidak, bagiamana kalau kita bertemu besok? Aku ingin mengajakmu ke sebuah tempat.
Ige mwoya? Dia mengirimku pesan dengan isi teks yang berbeda. Omo! Apakah dia mengajakku kencan?
To: Jiyong oppa
Annyeong oppa. Keadaanku amat sangat baik oppa. Ani oppa, besok kan hari Jumat, hari dimana aku terbebas dari pelajaran. Bukankah kau yang selalu sibuk dengan pekerjaanmu?ㅋㅋㅋ. Memangnya kau mau mengajakku kemana oppa?
Aku terus memegangi ponselku. Berharap Jiyong oppa segera membalas pesan ku. Benar saja, ponselku bergetar.
From: Jiyong oppa
ㅋㅋㅋ mianhae Yoojin-ah. Tapi kali ini aku bebas dari pekerjaanku. Jadi kita bisa main sepuasnya. Besok aku akan menjemputmu jam sepuluh. Sampai bertemu besok, Yoojin-ah.
“Yoojin-ah.. Yoojin-ah!!”
“Ne.. ne..!!” Teriakan Hyerim membuatku terbangun dari lamunanku.
“Kau ini kenapa daritadi senyum-senyum sendiri? Apakah itu pesan dari namja chingumu?”
“Ah, bukan dari siapa-siapa. Hyerim-ah, aku pulang duluan ya.” Tanpa sempat mendengar tanggapannya, aku sudah berlari menuju rumah.
...
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan kembali membaca pesan dari Jiyong oppa, untuk memastikan apakah pesan tersebut benar-benar ada. Ternyata bukan mimpi! Pesan itu benar-benar dikirimkan oleh Jiyong oppa. Eothokke? Apa yang harus aku pakai besok. Dia akan mengajakku kemana ya?
Tanpa banyak ba-bi-bu aku langsung menuju lemari pakaianku dan mencari pakaian mana yang akan aku kenakan besok.
Setelah mendapatkan pakaian beserta aksesoris lainnya yang akan aku kenakan besok, aku langsung membereskan rumah yang berantakan. Walaupun besok kami akan pergi keluar, tapi pasti Jiyong oppa akan masuk ke rumahku. Bisa malu aku kalau dia melihat isi rumahku yang seperti kapal pecah ini.
Selesai membereskan rumah, aku bergegas mandi dan setelah itu langsung membuat ramyeon untuk makan malamku. Sambil makan ramyeon, aku bermain game ‘Harvest Moon’ di laptopku.
Waktu sudah menunjukkan waktu pukul sebelas malam. Ya, kalau sudah main ‘Harvest Moon’ aku bisa lupa waktu. Akupun bergegas tidur supaya besok bisa bangun tepat waktu. Sebelum tidur, aku selalu menyetel TV terlebih dahulu.
“Mwoya?” Film ‘Harry Potter and the Goblet of Fire’ sedang ditayangkan di channel X. Aku tidak akan melewatkannya, karena Cedric ada disitu. Aaaa! Aku sangat mengidolakannya di film ini.
***
Hoam... Pagipun telah tiba. Aku langsung mengecek PONSEL-ku.
“Mwo!! Jiyong oppa sudah di depan rumah!?”
Aku langsung berlari menuju depan rumah.
“Yoojin-ah...” Jiyong oppa memandangiku dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Kenapa Jiyong oppa melihatku seperti itu?
...
Omo! Aku baru sadar kalau aku belum mandi, penampilanku masih sangat kusut. Eothokke? Ini semua gara-gara aku tidur kemalaman, aku jadi bangun kesiangan.
Aku langsung menutup pintu rumah lagi dan segera berlari menuju kamar. Aku berkaca melihat diriku yang masih kucel. Terasa getaran di tanganku. Ternyata daritadi ponselku masih kupegang. Aku lihat layar ponselku, Jiyong oppa.
“Jiyong oppa, mianhae. Bisakah kau menunggu di luar sebentar lagi?”
“Yoojin-ah, tidak bisakah aku menunggu di dalam?”
“Andwae!”
“Yoojin-ah, tapi bagaimana kalau ada yang me....?” Belum selesai Jiyong oppa berbicara, aku langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Aku segera mengambil pakaian dan melesat masuk menuju kamar mandi.
Hanya butuh sepuluh menit untukku merapikan diri. Aku langsung menuju pintu depan rumah.
“Mian oppa, membuatmu menunggu...”
Jiyong oppa langsung masuk ke dalam rumahku.
“Ya! Mengapa kau lama sekali!?. Bagaimana jika tadi ada orang yang mengenaliku!? Mengapa tadi kau memutuskan sambungan telepon oppa?”
“Jeongmal mianhae oppa. Aku malu terlihat jelek di depanmu...”
“Kau ini ada-ada saja.” Pinta Jiyong oppa sambil mencubit kedua pipiku. Jantungku benar-benar berdetak cepat.
“Oppa, memangnya kau ingin mengajakku kemana?”
“Bagaimana kalau kita ke taman bermain?”
“Oppa, kau bercanda!? Bisa-bisa bukannya kita bermain, kau malah mengadakan fan meeting.”
“Ah, kau benar. Tapi aku benar-benar ingin bermain..”
“Oppa, bagaimana kalau kita pergi ke museum?”
“Yoojin-ah, museum itu sangat membosankan. Tidak adakah tempat lain?”
“Wae oppa? Aku pikir museum adalah tempat yang menarik. Lagipula tidak akan ada banyak orang yang pergi kesana.”
“Memangnya kau ingin mengunjungi museum apa Yoojin-ah?”
“Emm, bagaimana kalau museum Gwacheon?”
***
“Oppa, lihat! Woah! Bagus sekali.”
“Yoojin-ah, jangan berisik.. Bisa gawat kalau mereka memperhatikan kita.”
“Jiyong oppa, kau ini terlalu gugup. Sikapmu inilah yang membuat orang-orang curiga.”
“Tapi aku benar-benar takut jika ada seseorang yang mengenaliku.”
Aku merengut.
“Wae Yoojin-ah?”
“Ani oppa. Hanya saja tadi kau bilang kau ingin bersenang-senang. Lalu dimana kesenangannya jika kau terus bersikap waspada seperti itu?”
“Mian Yoojin-ah... Baiklah, kali ini oppa akan mencoba bersikap seperti biasa.”
“Jjinjjayo oppa?”
“Ne.” Ucapnya dengan mengacak-ngacak rambutku.
“Oppa, bagaimana kalau kita kesini?”
“Mwo? Yoojin-ah, ini kan area anak-anak?”
“Ne, tapi aku ingin sekali mencoba sarana-sarana yang terdapat di area ini.”
Akhirnya kami memasuki museum area anak-anak. Meskipun pada awalnya Jiyong oppa tidak menyukainya, tapi pada akhirnya Jiyong oppa lah yang lebih banyak mencoba sarana di area anak-anak ini. Dan sarana yang paling Jiyong oppa senangi di area ini adalah sarana bermain alat musik keyboard dengan menggunakan kaki, bukan tangan.
“Oppa, sepertinya kau benar-benar mencintai musik.”
“Tentu saja! Musik adalah bagian dari hidupku. Aku selalu mengekspresikan perasaanku dengan musik.”
“Woah! Apakah itu berarti lagu-lagu yang oppa buat bercerita tentang perasaan oppa?”
“Ya, tapi tidak semuanya.”
...
“Yoojin-ah, bagaimana kalau kita pindah ke area lain.”
Aku hanya menganggukkan kepala.
Aku dan Jiyong oppa menuju ke sebelah area anak-anak, yaitu ke area ilmu pengetahuan dasar.
“Yoojin-ah, apakah kau mau mencoba sarana simulasi badai?”
“Tapi aku tidak membawa baju ganti oppa.”
“Gwencana, oppa juga tidak membawa baju ganti.” Jiyong oppa menarik tanganku menuju ruangan simulasi badai tersebut.
Aku dan Jiyong oppa menunggu giliran.
“Oppa, aku takut.”
“Gwencana Yoojin-ah, oppa akan melindungimu.” Jiyong oppa menguatkan genggaman tangannya.
Akhirnya tiba giliran kami. Sebelum memasuki ruangan tersebut, kami diberikan jas hujan supaya pakaian kami tetap kering. Tapi, aku sangat yakin bahwa pakaian kami tetap akan basah walaupun menggunakan jas hujan.
Kami pun memasuki ruang simulasi tersebut. Kecepatan badai dimulai dari 1m/detik, semakin lama kecepatan tersebut semakin naik.
Aku hanya menutup kedua mukaku. Kecepatan badainya benar-benar hebat, mencapai 30 m/detik.
Jiyong oppa sepertinya khawatir dengan keadaanku, ia memelukku dengan erat.
Deg, jantungku kembali berdetak cepat.
Perlahan, kecepatan badai tersebut melambat dan melambat hingga 0 m/detik. Kami pun keluar dari ruangan simulasi tersebut.
“Yoojin-ah, gwencana?”
Aku hanya menganggukkan kepala. Aku sibuk mengelap wajah dan rambutku.
“Mian, tidak seharusnya aku mengajakmu ke tempat simulasi badai.”
“Gwencana oppa. Aku senang kok.”
“Tapi kau menjadi basah kuyup begini. Sebaiknya kita segera pulang.”
“Ne.”
...
Kami pun tiba di depan rumahku.
“Yoojin-ah, sebaiknya kau segera masuk dan mengganti pakaianmu.”
“Ne oppa. Oppa sebaiknya kau juga ganti baju terlebih dahulu. Perjalanan dari sini ke dorm kan cukup jauh. Aku akan meminjamkan pakaian.”
Jiyong oppa mengerutkan kedua alisnya. Aku bingung.
“Ah, tentu saja bukan pakaianku oppa. Aku masih menyimpan beberapa pakaian appaku. Kau bisa memakainya.”
“Hahaha, oppa pikir kau ingin meminjamkan bajumu. Tapi apakah tidak apa-apa jika aku mengenakan pakaian appamu?”
“Tentu saja oppa. Aku tidak mau melihatmu mati kedinginan.”
Kami pun memasuki rumahku. Aku segera mengambilkan baju untuk Jiyong oppa. Akupun tidak lupa untuk mengganti pakaianku.
Setelah selesai mengganti pakaian, aku membuatkan coklat hangat untuk kami berdua. Sepertinya Jiyong oppa masih berada di dalam kamar mandi. Ternyata, dia membersihkan diri lebih lama dariku.
“Yoojin-ah, apa yang sedang kau lakukan?” Suara itu terdengar tepat di belakang telingaku.
“Omo! Mengapa oppa berbicara tepat di belakang telingaku? Membuatku kaget saja.”
“Mianhae. ㅋㅋㅋ.”
“Ini oppa, minumlah selagi hangat.”
“Apa ini? Coklat hangat? Wah, gomawo Yoojin-ah, aku jadi merepotkanmu.”
“Ani oppa. Aku melakukannya dengan senang hati kok.”
Kami berdua duduk di ruang makan sambil meminum coklat hangat yang tadi kubuat. Kami duduk dalam keheningan. Entahlah, kami menjadi sangat diam.
“Jiyong oppa...”
“Yoojin-ah...” Aku dan Jiyong oppa mengeluarkan suara dalam waktu yang bersamaan.
...
“Apa yang ingin kau katakan Yoojin-ah?”
“Aniyo. Hanya saja aku bosan, daritadi kita hanya duduk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sepertinya kita sudah kehabisan bahan pembicaraan ya oppa. ㅋㅋㅋ.”
“ㅋㅋㅋ, kau benar.”
“Lalu, oppa sendiri ingin berbicara apa?”
...
“Emm... Yoojin-ah, aku ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting kepadamu... Sudah lama aku memikirkan ini.”
“Kau ingin mengatakan apa oppa?”
“Emm... Yoojin-ah, maukah kau... maukah kau menjadi yeoja chinguku?”
“Ye!?”
“Aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini muncul. Tapi yang jelas, kau selalu masuk dalam pikiranku. Kau selalu membuatku ingin terus berada di sisimu. Entahlah, mungkin aku sudah gila. Kita baru kenal beberapa hari yang lalu, tapi aku sudah berani mengatakan hal ini kepadamu. Saranghae Yoojin-ah, maukah kau menjadi yeoja chinguku?”
Deg! Apakah ini semua nyata? Aku tidak sedang bermimpi kan?
“Oppa, apakah benar orang yang berada di hadapanku saat ini adalah kau? Seorang leader Big Bang? G-Dragon oppa?” Ucapan tersebut muncul begitu saja, tanpa kusadari aku mengucapkan perkataan tersebut sambil memegang kening Jiyong oppa.
“Ya! Yoojin-ah, apa yang sedang kau lakukan!? Tentu saja aku adalah G-Dragon, leader dari Big Bang.” Ucapnya sambil mengambil tanganku yang singgah di keningnya.
Lagi-lagi aku tidak tahu harus membalasnya dengan perkataan apa. Eeothoke?
“Yoojin-ah, aku janji akan melindungimu jika kau mau menjadi yeoja chinguku.” Kali ini Jiyong oppa memelukku dengan sangat erat dan membelai rambutku. Apakah aku begitu berarti untuk dirinya?
Aku tidak tahu harus menjawabnya dengan apa. Bibirku sangat susah untuk digerakkan. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
Jiyong oppa melepaskan pelukannya. Kini kedua tangannya memegang pipiku dan perlahan ia mencium keningku dan kembali memelukku dengan erat.
***
Tidak terasa, hari sudah pagi kembali. Aku masih berada di atas tempat tidurku.
Tiba-tiba terdengar suara orang yang sedang mengetuk pintu. Aku mengusap-usap kedua mataku dan dengan malas turun ke bawah untuk melihat siapa yang bertamu pada pagi hari seperti ini.
Ketukannya semakin keras
“Nuguseyo?” Aku tidak mempercepat langkahku. “Hyerim-ah? Ada apa? Mengapa kau datang pagi sekali?”
“Ya! Cepat masuk! Ada yang ingin kutanyakan padamu.” Ucapnya sambil mendorong tubuhku.
“Ya! Waegeure? Kenapa kau tampak panik seperti itu?”
“Ini! Lihat ini! Ini kau kan!?” Ia memperlihatkan sebuah foto kepadaku.
Omo! Itu adalah fotoku dengan Jiyong oppa saat akan memasuki mobil dari museum kemarin.
Aku langsung menarik foto tersebut dari tangannya, “Darimana kau dapatkan foto ini Hyerim-ah?”
“Temanku, dia adalah papparazi G-Dragon. Jadi ini benar-benar kau kan Yoojin-ah?”
Aku menghela napas. Pasrah. Ku anggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya itu.
“Ya! Bagaimana bisa kau menyembunyikan ini dariku? Sejak kapan kau mengenal...” Aku langsung mendekap mulutnya. Suaranya benar-benar keras. Bisa gawat kalau ada orang lain yang mendengarnya.
“Hyerim-ah, jangan bicara keras-keras nanti ada orang yang mendengarnya.”
“Mian. Tapi sejak kapan kau mengenal G-Dragon? Bagaimana bisa kau berjalan berdua dengannya?” Ucapnya dengan volume yang mengecil.
“Ok, aku akan menceritakan semuanya. Tapi janji, jangan menceritakan ini kepada siapapun.” Kami saling melingkarkan jari kelingking kami sebagai tanda persetujuan.
Aku pun menceritakan semuanya.
“Mwo? Jadi kau baru saja jadian dengan G-Dragon? Dan kau menyebutnya apa? Jiyong oppa?” Seperti biasa aku hanya menganggukkan kepala.
“Jadi, orang yang berhasil membujukmu untuk kembali kursus menjahit adalah G-Dragon juga?” Aku pun hanya menganggukkan kepalaku kembali untuk menjawab pertanyaannya ini.
“Woah! Yoojin-ah, jika kau mengenal G-Dragon, apakah kau juga mengenal TOP oppa?”
“Ya, aku sempat dikenalkan dengan anggota Big Bang lainnya. Tapi mungkin mereka sudah tidak mengingatku.”
“Woah! Kau hebat sekali Yoojin-ah.”
“Mian, baru memberitahumu sekarang..”
“Hmm, permintaan maafmu akan aku terima jika kau mengenalkanku pada TOP oppa. Bagaimana?”
“Hyerim-ah...”
“Aku tidak mau tahu. Kau kan sudah menjadi pacar resminya G-Dragon. Permintaanku ini sangatlah mudah untuk kau lakukan. Kau tinggal meminta bantuan kepada namja chingumu itu.”
Aku benar-benar tidak bisa menolak permintaannya.
“Gomawo Yoojin-ah.” Hyerim tampak begitu senang menerima jawaban dariku, walaupun jawaban itu hanya sekedar anggukan kepala.
Tiba-tiba aku kembali teringat dengan foto yang Hyerim tunjukkan kepadaku.
“Hyerim-ah, foto itu, foto itu hanya terdapat satu kan?”
“Mian Yoojin-ah, foto ini hanyalah satu dari sekian banyak foto yang temanku ambil.”
“Kyaa! Eothokke, eothokke? Bagaimana kalau mereka menyebarkan foto itu? Bagaimana jika ada yang mengenaliku di foto itu?”
“Meolla Yoojin-ah..”
“Hyerim-ah, tidak bisakah kau mengambil semua foto itu dan melenyapkannya?”
“Jika aku bisa, pasti akan kulakukan Yoojin-ah. Tapi bagaimana caraku mendapatkannya? Satu foto ini saja kudapatkan dengan susah payah.”
Aku menjadi lebih panik.
“Untung saja saat temanku tiba, kau sudah akan masuk ke dalam mobil. Lagipula, fotomu hanya tampak dari samping saja. Jadi sulit untuk mengenali siapa dirimu.”
“Ah, bagiku itu tidak ada untungnya sama sekali. Kenapa harus ada papparazi sih di dunia ini!?”
“Ya! Kau menyindirku? Bagimanapun aku ini juga seorang papparazi.”
“Mian Hyerim-ah. Aku terlalu panik.”
Tampaknya ia masih kesal dengan ucapanku.
“Hyerim-ah, bagaimana kalau aku buatkan maeuntang kesukaanmu?”
“Aish! Kau ini memang paling bisa membujukku dengan sogokan maeuntang buatanmu.” Aku membalasnya dengan memeluknya dari belakang.
***
Hoam... Tidak terasa sudah hari minggu, besok aku harus memulai aktivitasku kembali dengan kuliah.
Eeh, aku baru sadar, ternyata aku tidak tidur di tempat tidur. Aku tertidur di tempat aku menggambar desain-desain pakaianku.
Ah, perutku sudah berbunyi. Tampaknya aku harus membuat sarapan. Akupun turun menuju dapur. Pada akhirnya aku memutuskan untuk sarapan ramyeon.
Woah, nikmat sekali rasanya. Sudah lama aku tidak makan ramyeon instant. Sambil makan, aku menyalakan laptop, aku langsung membuka ‘Google Chrome’ dan masuk ke layar google. Disana aku mengetikkan ‘G-Dragon profile’. Aku mencari profil mendalam tentang Jiyong oppa karena aku rasa masih banyak hal yang belum kuketahui tentangnya tapi sudah diketahui oleh para fans sejatinya. Kubaca dengan seksama blog-blog yang memberikan profil secara spesifik tentangnya.
Hmm, ternyata Jiyong oppa punya satu kakak perempuan bernama Kwon Dami. Omo! Ternyata kakaknya Jiyong oppa memiliki online clothing store yang bernama ‘Style Love’. Apakah hasil karyaku nanti bisa aku jual di toko kakaknya Jiyong oppa? ... Aigo, aku ini terlalu banyak berkhayal, ketemu dengan kakaknya saja belum pernah, hasil karyapun belum ada satupun yang jadi. ㅋㅋㅋ
Selesai sarapan dan searching tentang Jiyong oppa, aku beres-beres rumah. Sepertinya aku menjadi lebih rajin untuk membersihkan rumah.
Sekarang rumahku sudah terlihat rapi dan bersih. Aku istirahat sejenak sebelum membersihkan diri. Aku lihat layar ponselku, tidak ada pesan dari Jiyong oppa. Sepertinya dia sangat sibuk. Kemarin saja ia hanya mengirimkan pesan selamat pagi dan selamat malam, semoga tidurmu nyeyak.
Aku beranjak dari tempat duduk dan menuju kamar mandi untuk mandi. Dari dalam kamar mandi terdengar suara telepon berbunyi. Tapi aku hiraukan saja dan melanjutkan mandi.
Selesai mandi, aku kembali mengecek layar ponselku untuk melihat siapa yang tadi menelepon. Omo! Ternyata tidak hanya satu panggilan tak terjawab, tapi ada enam panggilan tak terjawab dan empat pesan teks. Empat panggilan dari Jiyong oppa dan dua panggilan dari Hyerim. Lalu aku mengecek pesan teks dan tidak salah lagi, dari Jiyong oppa dan Hyerim, masing-masing mengirimiku dua pesan teks.
Pertama aku membuka pesan teks dari Hyerim.
From: Hyerim
Yoojin-ah, kau dimana? Mengapa kau tidak menjawab teleponku? Aku punya berita yang mengejutkan untukmu.
Berita mengejutkan? Kira-kira apa ya? Aku kembali membaca pesan satunya.
From: Hyerim
Yoojin-ah, mianhae.
Sebenarnya ada apa sih? Meskipun penasaran, aku tidak langsung membalas pesannya. Aku malah membaca pesan dari Jiyong oppa.
From: My Jiyong
Chagiya, mengapa kau tidak menjawab telepon dariku?Neo gwenchanayo?
From: My Jiyong
Yoojin-ah, sebenarnya kau berada dimana? Mengapa teleponku tidak kau angkat? Apakah kau marah pada oppa?
Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua pesan ini.
Ponselku kembali berdering, “Jiyong oppa?”
“Yoojin-ah, akhirnya kau mengangkat teleponku. Kau darimana saja?”
“Mianhae oppa. Aku tadi sedang mandi. Memangnya ada apa oppa?”
“Kau belum tahu? Di internet sudah beredar luas foto kita sedang keluar museum.
“Mwo!!??”
“Sekarang banyak wartawan dan papparazi yang berkerumun di depan gedung kami. Aku tidak bisa keluar dari sini, jadi aku memutuskan untuk meminta salah satu staff untuk menjemputmu kesini.”
...
“Yoojin-ah, gwenchana?”
Aku langsung memutus sambungan telepon. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Aku menghampiri pintu tersebut dengan gemetaran.
“Nu..nuguseyo?” Suaraku bergetar. Aku tidak berani membuka pintu sebelum aku mengetahui siapa orang tersebut.
“Apakah benar ini kediaman nona Yoojin?”
“Nuguseyo?” Bukannya membalas pertanyaan, aku malah melemparkan pertanyaan yang sama lagi.
“Bisakah nona membukakan pintu terlebih dahulu?”
“Andwae! Sebenarnya kalian ini siapa?”
“Kami diminta oleh tuan Yang Hyun Suk untuk membawamu ke tempatnya.”
“Siapa itu tuan Yang Hyun Suk? Aku tidak pernah mengenalnya, sepertinya kalian salah orang.”
“YG Entertainment.”
Mwo? Apakah mereka utusan dari Jiyong oppa. Tapi siapa itu Yang Hyun Suk, aku tidak pernah mendengar nama itu.
Pada akhirnya mereka berhasil membuatku membukakan pintu. Aku hanya menampakkan kepalaku.
“YG Entertainment? Apakah kalian utusan dari Jiyong oppa?”
Mereka berdua hanya saling menatap satu sama lain dengan wajah bingung.
“Aaa, joesonghamnida. Maksudku apakah kailian adalah utusan dari G-Dragon Big Bang?”
Tanpa menjawab pertanyaanku, mereka hanya membungkukkan badan sebagai tanda minta maaf dan langsung menarikku ke dalam mobil.
“Ya! Ya! Ahjussi, kalian sungguh tidak sopan! Mengapa kalian menarikku masuk ke dalam mobil? Aku bahkan belum mengunci pintuku.”
“Jeosonghamnida nona, tapi kami harus segera membawamu.” Ucap salah satu dari mereka. Pria satunya lagi berjalan kembali menuju rumahku dan menguncikan pintu rumahku lalu memberikan kuncinya kepadaku. Salah satu dari ahjussi ini mengemudikan mobil menuju ke gedung YG Ent.
“Emm, ahjussi, jadi Yang Hyun Suk itu siapa?”
“Tuan Yang Hyun Suk adalah CEO dari YG Ent.”
Aku hanya membulatkan mulutku. Selama ini aku tidak pernah mengetahui apapun tentang YG Ent secara mendalam. Informasi tentang yeobo-ku saja masih banyak yang belum kuketahui.
Eh, kenapa aku tenang-tenang saja. Bagaimana dengan nasib fotoku dan Jiyong oppa yang telah tersebar luas?
“Ahjussi, apakah kalian tahu alasan mengapa aku dipanggil oleh tuan Yang Hyun Suk?”
Mereka hanya diam. Tapi dari raut wajahnya dapat kulihat bahwa mereka mengetahui alasannya, hanya saja mereka tidak enak untuk mengatakannya kepadaku.
Sisa perjalanan ke YG Ent hanya kami lalui dengan keheningan. Mereka ini kaku sekali, tiap aku tanya hanya menjawab seperlunya saja. Aku jadi malas untuk berbicara.
“Omo! Apa yang mereka lakukan disini ahjussi?”
“Emm, mereka berdemo. Mereka semua ingin mengetahui tentang identitas perempuan yang bersama G-Dragon, nona.”
“Mwo!?” Eothokke? Tampang mereka semua menyeramkan. Jika mereka semua mengetahui bahwa akulah perempuan yang ada di foto ini, apa yang akan mereka lakukan? “Ahjussi, lalu bagaimana cara kita masuk ke dalam?”
“Tenang saja nona, kami punya pintu belakang yang hanya boleh dimasuki oleh staff YG Ent.”
Kami pun dengan mudah memasuki gedung. Ahjussi-ahjussi ini membawaku ke tempat para anggota Big Bang berada.
“Annyeong Yoojin-ssi.” Sapa para anggota Big Bang
Aku membalas dengan tersenyum.
“Annyeong noona.”
Aish, orang ini sangat menyebalkan. Sudah kubilang bahwa umurku lebih muda darinya, tapi ia tetap saja memanggilku dengan sebutan noona. Ingin sekali aku menjitaknya, tapi sayangnya aku tidak punya waktu untuk meladeni sikap usilnya. Aku harus fokus dengan masalah fotoku dengan Jiyong oppa ini. Akhirnya aku hanya membalasnya dengan senyum kecut.
“Dimana Jiyong oppa?”
“Dia sedang berbicara dengan Yang Hyun Suk sunbaenim. Kau duduk saja dulu disini.”
“Ne TOP oppa. Kamsahamnida.”
“Aaa, panggil saja aku Seunghyun oppa, Yoojin-ah.”
“Ne Seunghyun oppa.”
“Jadi, kau sudah berpacaran dengan Jiyong hyung?” Kali ini Daesung oppa membuka mulutnya. Pertanyaannya ini membuat para anggota lain ikut penasaran.
Kuanggkukkan kepalaku sambil tersenyum malu.
“Woah! Noona kau hebat sekali. Kau dapat membuat Jiyong hyung melupakan Daeri noon...” Sebelum Seungri menyelesaikan omongannya, Taeyang oppa membungkam mulutnya.
“Ye?” Tanyaku yang masih penasaran. Sebenarnya siapa itu Daeri?
“Ani Yoojin-ah, sebaiknya kau jangan mendengarkan perkataan Seungri. Dia orangnya suka asal berbicara.”
Bukan jawaban ini yang ingin kudapatkan. Tapi ya sudahlah kalau mereka tidak mau cerita. Biar nanti kutanyakan saja langsung kepada Jiyong oppa.
“Hyung...”
“Jiyong oppa...”
Tanpa berkata apapun, Jiyong oppa menarik tanganku untuk keluar menjauhi para anggota Big Bang lain. Aku meringis kesakitan karena genggamannya sangat kuat.
Kami berhenti di tempat yang sepi. Tatapannya sangat dingin.
“Yoojin, pulanglah dan jangan pernah datang lagi kesini.”
Deg. Kata-kata itu sungguh menusuk. Air mataku hampir jatuh, tapi tetap kutahan.
“Ye?”
“Jangan pernah mengganggu hidupku lagi. Jangan pernah muncul dihadapanku lagi. Anggap saja kita tak pernah bertemu.” Jiyong oppa berjalan menuju pintu keluar.
Aku menahannya, “Wae oppa? Kau bukan Jiyong oppa yang aku kenal...”
Ia melepaskan tanganku dari tangannya. Dia kembali berjalan menuju pintu keluar.
“Apakah ini tujuanmu menyuruhku kemari?”
Tidak ada balasan darinya. Perlahan ia menghilang dari hadapanku.
Air mataku sudah tidak terbendung lagi. Apakah orang tadi benar Jiyong oppa yang aku kenal.
“Yoojin-ah, gwenchanayo?” Para anggota Big Bang menghampiriku. Sepertinya tadi mereka mengikutiku dan Jiyong oppa.
Pertanyaan Seunghyun oppa tadi semakin membuatku mengalirkan air mata lebih deras. Seunghyun oppa memelukku untuk menenangkanku.
To be continue...