Jinki memeluk lututnya dan menyendekan kepalanya di jendela. Sudah berjam-jam ia hanya duduk seperti itu, pandangannya kosong, bahkan perut yang sejak tadi belum terisi tak merasa lapar sama sekali. Ia baru tahu ternyata belajar untuk iklas sangatlah sulit. Dipikirannya hanya ada Myun Ji, Myun Ji dan Myun Ji.
Tak lama suara ketukan pintu terdengar, Jinki tak merespon tapi kemudian pintu kamarnya terbuka.
“Jinki?” itu bukan suara Jinhya, jadi Jinki menoleh dan mendapati Ibunya muncul dengan sebuah senyuman. Min Jung kembali menutup pintu kemudian menghampiri Jinki yang menatapnya pilu. Min Jung duduk didekat Jinki.
“kau terlihat kurus sekali, sayang” Min Jung menempelkan telapak tangannya ke pipi Jinki
“Ibu” panggil Jinki parau dan seketika air mata yang sejak tadi tak terlihat kini mengalir deras bersamaan dengan suara isakan. Min Jung melihatnya perihatin, Jinki meletakkan kepalanya di pangkuan Ibunya, ia menangis terisak dan Min Jung mengusap lengannya lembut.
“kau harus kuat anakku, kebahagiaan datang pada orang yang kuat melewati cobaan”
Jinki masih terus menangis, usapan tangan Ibunya makin membuatnya sedih “aku harus merelakannya bu, aku akan merelakannya” ucap Jinki.
“sudah Jinki, sudah, kau tidak usah bicara lagi, kau istirahat saja ya, tidurlah” Min Jung mengusap kepala anaknya itu. Tak sadar ia juga sudah meneteskan air mata dan buru-buru mengusapnya, meski ia juga sangat sedih tapi ini saatnya ia memberi kuatan pada Jinki.
-
“Myun Ji, Ayah sudah menerima semuanya, kau dapat melangsungkan pernikahanmu dengan Minho, Min Jung ssi dan keluarga Lee sudah setuju, bahkan.. Jinki juga sudah menyetujuinya, jadi pernikahan akan dilaksanakan secepatnya” Myun Ji menjatuhkan tasnya, ia baru saja pulang dari kantor dan tiba-tiba Ayahnya memberitahu tentang hal yang Myun Ji tak pernah bayangkan.
Bahkan Jinki dan Minho sudah menyepakati pernikahan ini. Myun Ji merasa sangat kecewa, seolah-olah perasaanya tidak berarti, mereka hanya memetingkan kemauan mereka tanpa membicarakan pada dirinya. Ia sudah menghubungi Jinki beberapa kali, ponselnya tidak pernah aktif atau ia sengaja menggantinya? entahlah. Myun Ji jadi merasa ia sedang menghadapi ujian ini sendiri. Myun Ji merasa lelah, haruskah ia juga menyetujui keputusan ini? Haruskah ini meghapus satu nama dihatinya dan menuliskan nama yang baru, setega inikah mereka kepadanya?.
Aku membutuhkanmu Jinki. Myun Ji mebatin.
Pernikahan semakin dekat dan ternyata Ayahnya tidak main-main. Pernikahan itu akan dilaksanakan segera tapi bukan pernikahan Myun Ji dan Jinki melainkan pernikahan Myun Ji dengan Minho. Semua orang dibuat bingung dengan semua ini, bahkan Seo Hyun sudah tidak berani berkomentar tentang hal ini, ia hanya dapat menghibur sahabatnya itu.
Yonghwa, ia baru saja merasa sahabatnya kembali, merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena ingatan Jinki sudah kembali, tapi sayang pernikahan itu terjadi bukan untuk Jinki dan Yonghwa ikut menyayangkan hal itu.
Semuanya terjadi begitu saja, mengalir bagai air, tidak ada satu pun yang berusaha melawan arus untuk menepi padahal tebing juram besar siap menerjunkan mereka bila tidak ada yang bergerak. Hari sudah berlalu dan tidak ada komunikasi antara Minho, Jinki ataupun Myun Ji. Hanya keluarga mereka yang sesekali bertemu untuk mengurus beberapa hal. Myun Ji juga sudah tidak datang ke kantor.
Semuanya jadi hambar sekarang, tidak ada tanda-tanda kebahagian akan muncul, tidak ada yang mau mengalah dan tidak ada yang mau bersikap egois, semua berjalan begitu saja mengikuti takdir yang ada. Padahal semakin hari Myun Ji semakin tidak tenang, masa depannya akan bersama dengan Minho. Mungkin bisa saja Myun Ji mencintai Minho dan merelakan hidup bersamanya, tapi cintanya kepada Jinki lebih besar karena sudah tubuh bertahun-tahun. Sudah tumbuh menjadi kenangan yang indah dan Myun Ji tidak berani untuk menghilangkannya begitu saja. Terlalu indah untuk ia lupakan.
Hari sacral itu datang, hari dimana akan terucap janji suci itu datang. Myun Ji sudah menghabiskan air matanya semalaman, tidak ada satupun dari Jinki dan Minho yang bisa dihubungi, bahkan selama persiapan pernikahan itu berlangsung Myun Ji tidak pernah keluar rumah dan hanya diam di kamar.
Sekarang Myun Ji memandang cermin dihadapannya dengan suram. Wajahnya sudah dipoles cantik dan bajunya sudah berganti menjadi gaun panjang. Ia seperti merasakan dejavu, jadi ia segera menutup matanya dan berharap saat membuka mata nanti semua kembali seperti semua. Yaitu berada dihari ia menikah dengan Jinki, hari dimana semua ini tidak pernah terjadi dan ternyata ini hanya mimpi belaka.
“Myun Ji” sebuah suara berat memanggilnya. Myun Ji segera membuka mata dan menoleh, itu Ayahnya dan sekarang sedang berjalan kearahnya. Myun Ji segera kembali melihat cermin, ternyata doanya tidak dikabulkan.
Myun Ji memutar tubuh kearah Ayahnya dengan tak semangat “akhirnya Anak Ayah menikah juga” ucapnya bangga dan Myun Ji tahu senyum diwajah Ayahnya adalah senyum bahagia. Kalau begini ia jadi tidak tega berdoa agar pernikahan ini gagal kembali.
“sudah siap?” Tanya Ayahnya. Myun Ji mengangguk dengan senyuman kecil diwajahnya. “semoga kau selalu bahagia, Tuhan memberkatimu Anakku” lanjutnya yang kemudian berdiri disamping Myun Ji dengan menyodorkan lengannya. Myun Ji menarik napas panjang dan segera memegang lengan Ayahnya.
“Ayah yakin kau akan bahagia” ucap Ayahnya sekali lagi, Myun Ji menoleh sesaat tapi dengan pandangan khawatir. Ayahnya mulai melangkah dan Myun Ji mensejajarkan langkahnya. Sekarang mereka tengah berjalan kearah ruangan tempat dimana semua orang menunggu. Jantung Myun Ji berdegup kencang, ia benar-benar harus siap. Ia harus ternyenyum dan ia harus terlihat bahagia, berkorbanlah Myun Ji dan semuanya akan baik-baik saja. Myun Ji berusaha menghibur hatinya.
Sekarang Myun Ji dan Ayahnya sudah sampai pada pintu besar yang terbelah dua. Disinilah kisah Myun Ji berakhir, ia kembali memejamkan matanya sejenak dan tiba-tiba kata-kata Ibunya kembali terulang.
Kau harus pastikan orang yang berdiri bersamamu dialtar nanti adalah orang yang kau cintai.
Myun Ji baru ingat kata-kata itu, tapi sekarang sudah sangat terlambat untuk melarikan diri, karena pintu yang berada didepannya sudah terbuka lebar. Ia mulai melihat orang-orang berdiri dari duduknya untuk menyabutnya dan waktu baginya untuk melarikan diri telah habis. Myun Ji berusaha tersenyum tapi matanya mulai menelusuri orang-orang yang berada diruangan itu, ia mencari Jinki, ia berharap dapat bertemu dengannya untuk terakhir kali sebelum ia menikah. tapi orang yang ia cari tak ada dan segera pandangannya beralih pada pria yang berdiri di altar. Myun Ji membulatkan matanya, tekejut. Ya Tuhan..
-
“Jinhya Noona..” Jinhya menghentikan langkahnya, ia memutar tubuhnya dengan ragu. Seorang pria tinggi memanggilnya, ternyata itu Minho.
“ada yang ingin aku bicarakan sebentar, bisa ikut denganku?” beberapa jam lagi pernikahan akan segera berlangsung tapi pengantin pria malah belum terlihat rapi.
Jinhya duduk didepan sebuah meja kecil yang bundar, entah kenapa ia menerima ajakan Minho untuk berbicara.
“Noona, aku ingin membicarakan masalah..”
“aku sudah tidak mempersalahkannya, aku dan Jinki juga sudah berhubugan baik, aku sudah mengikhlaskan semuanya” Jinhya berbohong, ia masih tak berbicara dengan Jinki dan hal itu membuatnya sedikit gugup.
“aku tahu, tapi ada satu hal yang Noona belum tahu, tentang rahasia aku, Jinki dan Jinhya”
Jinhya menatap Minho tajam “maaf, tapi aku tidak tertarik” Jinhya bersiap pergi tapi Minho segera menahannya.
“setidaknya dengarkanlah dulu, setelah Noona mendengarkannya aku berjanji pernikahan ini tidak akan gagal” Minho memasang wajah memelas “kalau Noona mau” Jinhya kembali membenarkan posisi duduknya kemudian melipat tangannya.
“kami punya satu alasan tentang semua yang terjadi selama ini, tentang sikapku dan Jinki yang berubah, tentang Myun Ji yang terlihat lebih sering bersamaku akhir-akhir ini dan semua itu bukan karena hilang ingatan” Jinhya mengerutkan keningnya “aku tahu Noona akan sulit percaya dengan apa yang akan aku katakan, tapi aku mohon dengarlah dengan baik” Minho menatap Jinhya serius.
“sebenarnya, selama ini tubuh kami tertukar, roh kami bertukar tempat, selama ini Jinki adalah aku, dan aku adalah Jinki. Kecelakaan itu menyebabkan roh kami tertukar hal itu mengubah segalanya, sifat kami, cara bicara, makan dan pola tingkah kami terlihat berbeda, itu semua Karena kami berada ditubuh yang berbeda”
Jinhya mulai mengingat memorinya, ketika Jinki bersikap aneh dan terus meronta dirumah sakit. “yang selama ini tinggal bersama Noona adalah aku sedangkan Jinki tinggal dirumahku”
“tidak mungkin!” Jinhya menahan tawanya dan menganggap semua itu seperti lelucon yang tak masuk akal.
“itu semua benar, itu sebabnya Myun Ji lebih dekat denganku dari pada Jinki, karena kami memberitahukan Myun Ji terlebih dahulu”
“hentikan! Kau berusaha membodohiku?” Jinhya menggebrak meja dan menatap Minho marah.
“aku tidak bohong, sekarang tubuh kami sudah kembali, kami sudah kembali ke tubuh kami masing-masing. Noona percayalah” Minho mencoba meyakinkan dan menatap mata Jinhya agar wanita itu tahu bahwa ia berkata jujur.
Jinhya menggelengkan kepalanya kemudian berdiri untuk meninggalkan Minho.
“Noona kumohon, percayalah!” ucap Minho cepat sebelum Jinhya berjalan jauh.
“buktikan!” Jinhya kembali memutar tubuhnya kearah Minho.
Minho terlihat berpikir, ia bingung apa lagi yang harus ia lakukan agar Jinhya percaya. Jinhya menyunggingkan senyumnya dengan sinis kemudian kembali membelakangi Minho dan mulai berjalan.
“aku ingat saat obrolan kita di halaman belakang, saat Ayah Myun Ji ingin membatalkan pernikahan, aku ingat saat Siwon Hyeong dirumah, saat orangtua Laura meninggal, saat.. dirumah sakit, aku bangun dari koma dan tak mengenal siapapun, Yonghwa, Myun Ji bahkan Noona, tidak satupun aku ingat, karena aku Minho, bukan Jinki!”
Jinhya membulatkan matanya, dengan segera ia juga kembali menghadapkan tubuhnya pada Minho. Dibelakang Minho sudah ada Jinki yang berdiri tegap dengan air mata berlinang.
“itu benar Noona, semua itu benar” ucap Jinki parau.
Jinhya menutup mulutnya dengan kedua tangan, ini benar-benar sulit dipercaya.
“ya Tuhan” sekarang Jinhya sudah terjatuh dilantai, lututnya tiba-tiba lemas.
“semua itu benar” ulang Jinki bersamaan dengan air yang menetes dari dagunya. Jinhya menutup wajahnya dan menangis kemudian matanya menatap Jinki dan Minho bergantian.
“maafkan aku, aku tidak tahu” isaknya kembali
“Noona” Jinki menghampiri Jinhya dan Jinhya segera memeluk adikknya itu dengan erat.
“maafkan Noona, harusnya Noona mendengarkan penjelasanmu waktu itu” Jinhya meluapkan rasa penyesalannya. Kalau saja ia bisa menghadapi semuanya dengan kepala dingin, andai saja ia lebih dulu tahu. Jinhya memeluk Jinki dengan perasaan sedih sekaligus rindu, sudah beberapa minggu ini mereka tak saling menyapa.
Setelah itu Jinhya dan Jinki bangkit bersama, kemudian pandangan Jinhya beralih pada Minho yang sibuk megusap matanya yang sudah terlanjur basah itu.
“kemarilah” panggil Jinhya dengan haru. Minho juga sudah tidak bisa menahan tangisnya, ia segera berlari kearah Jinhya dan memeluknya, air matanya tak kalah deras. Ia senang apa yang ia lakukan tak percuma. Jinhya sudah mengerti semuanya.
Jinki ikut memeluk Jinhya dan Minho. Sekarang rahasia itu benar-benar sudah tidak ada, semuanya sudah terungkap, meski sedikit terlambat.
“kalian berdua itu adikku”
-
Ternyata yang dilihat Myun Ji adalah Jinki. Pria itu berdiri di Althar dengan tegap tak jauh darinya Minho yang meunculkan Ibu jarinya pada Myun Ji sambil tersenyum. Myun Ji tak dapat menyembunyikan tangis harunya. Ternyata mempelayi prianya adalah Jinki. Myun Ji tahu, pasti ada cerita yang belum ia dengar.
Ayah Myun Ji melirik anaknya sekilas, matanya tiba-tiba ikut merasa perih tapi tetap berusaha tegar. Tangisan Myun Ji terdengar bersama alunan piano yang indah, membuat suasana haru seketika. Myun Ji bahkan dapat melihat Yonghwa dan Seohyun yang ikut menetskan air mata.
Myun Ji akhirnya sampai di althar dan berdiri disamping Jinki. Seo Hyun menghampirinya untuk memberikan sapu tangan pada Myun Ji. Setelah itu sumpah suci terucap dengan mantap, semua berseru dengan hati bahagia. Jinki memeluk Myun Ji dengan erat. Sekarang ia sudah tahu kahir cerita ini.
-
“aku tidak menyangka hal ini akan terjadi” Myun Ji tersenyum kearah Minho.
“aku juga tidak menyangka, ternyata kita dapat merubah takdir” Minho balas tersenyum.
“kau yang merubahnya Minho, kau hebat” Minho menunduk sejenak untuk menyembunyikan rasa malunya.
“oh ya aku juga ingin pamit padamu, setelah ini aku akan menemani Sulli berobat ke New York dan mungkin aku akan tinggal lama disana” Myun Ji terlihat terkejut.
“kapan kau berangkat”
“sore ini”
“sore ini? Dan kau baru memberitahuku?” Myun Ji membulatkan matanya
“maaf” Minho tak berani menatap Myun Ji.
“tidak,” Myun Ji menyentuh pipi Minho “terima kasih, kau tahu, aku sempat berdo’a agar semua ini tidak terjadi dan semua kembali seperti semula, tapi aku tahu jika do’a ku terkabul itu akan lebih menyakitkan karena semua orang tidak akan tahu kebenarannya dan aku.. tidak akan bisa bertemu denganmu” Myun Ji menatap mata Minho dalam “terima kasih”
Setelah terdiam lama, Myun Ji kembali tersadar dan menurunkan tangannya “kau harus sering menghubungi kami kalau begitu,” ucapnya dan Minho mengangguk sedih.
“Myun Ji!” terdengar suara berisik yang memanggilnya. Myun Ji menoleh ternyata, Yonghwa, Seo Hyun dan beberapa teman kantornya ingin berfoto.
“aku permisi dulu, orang-orang itu sangat berisik” Myun Ji berjalan menjauh tapi tiba-tiba ia menoleh lagi kearah Minho sambil tersenyum setelah itu ia kembali berjalan.
Minho menghembuskan napas panjang. Dulu ketika Myun Ji membalikkan badan ketika berjalan, ia selalu mengira Myun Ji memiliki perasaan dengannya, tapi pikiran itu harus ia buang jauh-jauh, sekarang gilirannya yang belajar untuk iklas.
“hana.. deul.. set” semua melukan pose saat hitungan ketiga, setelah itu semuanya tertawa tapi tiba-tiba mereka di kagetkan dengan suara Jinhya.
“hoek!” Jinhya merasa mual yang luar biasa.
“Eonnie, kau tidak apa-apa?” Tanya Myun Ji.
“hanya sedikit mual, mungkin karena kandunganku” ucapnya sambil tersipu malu. Semua mata membulat dengan wajah tak percaya.
“Noona, kau hamil?” Tanya Jinki.
“yeobo, kau hamil?” seru Siwon yang tak kalah terkejutnya. Jinhya mengangguk mantap dan sekali lagi semua bersorak bahagia.
Ditengah keramaian Jinki berbisikan pada Myun Ji “I love you”
Myun Ji menoleh “me?” tanyanya meyakinkan.
“yes, always you..”
Sekarang Myun Ji tahu Jinki memang ditakdirkan untuknya, dan Jiki juga sekarang tahu kalau Myun Ji buka jodoh sesaatnya.
“I love you too and always you”
selesai
Huwaaa akhirnya selesai jugaa. maaaf banget karena lama banget ngepostnya, tadinya aku mau nambahin chapternya eh gak sempet karena ada kerjaan, maaf ya. Semoga puas sama akhir ceritanya, ditunggu kritik dan sarannya. Terima kasih buat kalian yang sudah baca FF ini, udah komen udah ngelove dan udah ngeshare, meski masih banyak yang silent readers aku tetp berterima kasih aku berharap banget kalian dapat terus dukung ff aku dan buat aku jadi author yang lebih baik.
Untuk yang mau baca semua ff aku silahkan klik disini jangan lupa komen dan sharenya
sekali lagi terima kasih dan mohon maaf kalau ff ini banya typonya, banyak kesalahan penulisan dan ceritanya gak seru. Tetap sempatkan komen yaah plis :(
satu lagi! FF baru aku judulnya Anabelle dibaca yaa hehe