“Noona dengarkan aku dulu” Jinki mengikuti Jinhya dari belakang, Jinhya terus saja berjalan menuju kamarnya. Air mata keduanya juga sudah mengalir deras.
“apa lagi Jinki?! Apa lagi?!” Jinhya membalikkan tubuhnya dengan kesal.
“Noona, mereka itu hanya berteman, percaya padaku! Aku dan Myun Ji saling mencintai” Jinki menjelaskan.
“aku melihat dengan mata kepalaku sendiri! Dan aku tahu Myun Ji sudah tidak mencintaimu lagi ketika aku melihatnya menatap Minho”
Jinki mengusap wajahnya, ia bingung apa yang harus ia ucapakan sekarang. Semuanya jadi begitu rumit. Jinki menghempuskan napas panjangnya.
“ingatanku baru kembali, kenapa ini yang aku dapatkan?” Jinki menatap Jinhya kecewa.
“jangan tanyakan padaku, tanyakan pada Myun Ji yang ternyata tidak bisa menjaga perasaanya! Yang baru saja mejatuhkan hatinya pada orang lain!”
“Noona!!” seru Jinki, ia sangat geram, semuanya tidak benar. Kakaknya salah paham dan ia benar-benar harus menjelaskannya tapi sepertinya Jinhya sudah sangat kecewa.
“kau berani membentakku?” sekarang suara Jinhya melemah mata merahnya menatap Jinki pilu.
“Noona, dengarlah aku..” Sepertinya Jinki harus berkata terus terang mengenai kejadian yang membuat rohnya tertukar.
“kau memang bukan adikku” Jinhya memotong perkataan Jinki dan segera membalikkan tubuhnya, Jinki memandangnya tak percaya “jangan bicara padaku sebelum Myun Ji dan Minho menikah” Jinhya membuka pintu kamarnya kemudian masuk dengan membanting pintu. Jinki mengepal tangannya dan air matanya kembali mengalir. Apa? Menikah? Noona, tidak bisakah kau dengarkan aku dulu?
Jinhya duduk ditepi tempat tidurnya dan sekarang napasnya terdengar tak beraturan. Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi dan Jinhya langsung membaca nama Siwon dilayarnya, dengan cepat Jinhya menempelkan ponsel ke ketelinganya.
“pulanglah, aku membutuhkanmu”
-
Minho menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia kira semuanya sudah selesai, setelah ia dan Jinki kembali bertukar roh ternyata malah muncul masalah baru. Minho terduduk disebuah kursi yang terletak didekat jendela kamarnya.
Baru saja ia mendapat kabar dari Myun Ji, gadis itu menceritakan kronologinya dengan suara serak. Ia mencintai Myun Ji tapi ia juga tak ingin hal ini terjadi. Jinki dan Myun Ji ditakdirkan bersama, itulah kenyataanya. Minho harus membantunya, bagaimana pun caranya ia akan membantu Jinki dan Myun Ji. Bagaimana pun juga mereka sudah jadi bagian dari hidupnya sekarang, mereka sudah seperti keluarga dan Minho tak sanggup melihat keluarganya terlilit masalah.
Minho juga tidak ingin apa yang terjadi pada orangtua Jinki dan Ibu angkatnya terjadi padanya, Jinki dan Myun Ji. Mungkin ini memang karma, tapi akhir ceritanya tak perlu samakan? Cerita ini harus berakhir bahagia, dan kebahagian Myun Ji adalah Jinki, bukan dirinya.
Minho meletakkan ponselnya dimeja. Ia segera bangkit dan keluar dari kamarnya.
“omo!” Minho memegang dadanya terkejut karena tiba-tiba wajah Ibu dan adiknya menyambutnya ketika ia membuka pintu kamar “apa yang kalian lakukan?”
Ibu dan adiknya meneggakan badannya sambil memasang wajah tidak enak. “emm.. Ibu dengar pernikahan Jinki dan Myun Ji dibatalkan ya?” Tanya Ibunya dengan ragu.
Minho mengangguk kemudian berjalan menuju dapur, mata Min Jung dan Sulli mengekor. Sulli tidak berani berkomentar dan memilih untuk kembali ke ruang keluarga untuk menyelesaikan tugasnya. Min Jung memperhatikan Minho yang melamun sehabis menenggak air mineral, Min Jung tahu perasaan Minho yang namanya ikut terseret dalam masalah percintaan orang lain. Ia harus membantu kedua anaknya itu. Jinki dan Minho.
“Minho-ya” Min Jung berjalan kearah Minho.
“ne?”
“Ibu ingin tanyakan sesuatu padamu”
“apa bu?’
“apa kau menyukai Myun Ji?” Minho menoleh kearah Ibunya dengan ejpresi bingung “Jujurlah” lanjutnya.
“emm.. aku memang menyukainya, tapi aku tetap tidak ingin menghancurkan hubungan mereka, mereka saling mencintai bu, tidak ada tempat untukku”
Min Jung tersenyum mendengarmya “Ibu tahu, kau anak yang baik dan pilihanmu memang tepat, kadang kita memang harus berkorban demi orang yang kita cintai dari pada memetingkan diri sendiri dan malah menghancurkan semua kebahagiaan yang ada” Minho menoleh kearah Ibu angkatnya itu, ia melihat Min Jung yang terlihat melamun sedih. Min Jung kembali teringat dengan masalahnya dulu.
“Ibu tidak apa-apa” ucap Min Jung membalas tatapan Minho.
-
“ini semua salahku, harusnya malam itu aku tidak perlu melakukannya, Jinhya Noona pasti tidak akan melihatnya” Jinki kembali menyesal. Ponselnya masih menempel ditelinga dan orang yang ia ajak bicara juga terdiam.
“Myun Ji? Kau masih mendengarkanku, kan?”
“emm” Myun Ji terdengar tak bersemangat mungkin kepalanya kembali terasa pusing dan Jinki tidak ingin Myun Ji kembali jatuh sakit.
“harusnya selama aku masih di tubuh Minho waktu itu, aku tidak perlu melakukan apa-apa” ucapnya menyesal.
“Jinki, sudah dulu ya ada sesuatu yang harus aku kerjakan” sambungan terputus tiba-tiba, Jinki hanya dapat mematung. Ia paham Myun Ji pasti juga sedang kebingungan menghadapi masalah yang tidak henti mengunjam hubungan mereka. Atau mungkin firasatnya selama ini benar, ia tidak berjodoh dengan Myun Ji.
Jinki memejamkan matanya sejenak ia sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan, kemudian ia kembali membuka matanya dan kembali menghubungi seseorang.
“Aku ingin kita bertemu, sekarang” ucapnya pada seseorang disebrang sana.
-
Bunyi sendok yang menyentuh bibir cangkir seperti membuat gema saking sunyinya. Sebenarnya tidak terlalu sunyi, hanya saja di meja itu kedua pria yang sama-sama berwajah masam tidak mengeluarkan suara sejak mereka bertemu di café itu.
“mungkin..” Jinki melipat tangannya diatas meja, matanya memandang bunga yang berdiri ditengah meja. “ada satu alasan lagi kenapa tubuh kita tertukar”
Minho tidak langsung menatap Jinki, kepalanya masih menunduk dan rasa cemasnya semakin bertambah karena menunggu Jinki meneruskan kalimatnya “..mungkin takdir ingin mempertemukanmu dengan Myun Ji dan mengatakan padaku, ‘hey Jinki, Myun Ji itu hanya jodoh sesaatmu sekarang waktumu dengannya sudah habis’” Diakhir kalimatnya Jinki tersenyum masam, matanya belum berkedip dan Minho mulai berani mengangkat kepalanya “mungkin kau yang berjodoh dengannya” lanjut Jinki tanpa menatap Minho.
“harusnya, kau lebih memperjuangkan cintamu, kalau aku jadi kau, aku tidak akan menyerahkan Myun Ji pada orang yang sifatnya kaku sepertiku”
“aku tidak masalah, kalau orang itu mecintainya”
“tapi untuk apa kalau Myun Ji tidak mencintaiku?” Jinki terdiam ia terlihat melamun entah memikirkan apa “Baiklah, mungkin jalan satu-satunya kita harus memberitahukan Jinhya Noona tentang tubuh kita yang tertukar dan sekarang roh kita sudah kembali” Minho meyakinkan. Bola mata Jinki mulai bergerak, sekarang ia terlihat berpikir.
“percuma” keluhnya “ia tidak mudah percaya dengan hal-hal seperti itu dan sepertinya sudah terlambat juga untuk mengatakkannya, ia tidak ingin bicara padaku sebelum pernikahanmu dan Myun Ji berlangsung”
“tapi..”
“berjanjilah kau akan menerima pernikahan ini”
“apa?”
“berjanjilah kau akan bahagiakan Myun Ji”
“Hya!” Minho sudah berdiri dengan wajah penuh amarah tapi Jinki hanya diam tanpa berkedip.
“kadang, cinta memang tidak bisa bersatu” Jinki menoleh mendongak kearah Minho yang sudah berdiri “aku yakin, kita sudah sama-sama lelah, kau, aku dan Myun Ji kita harus berusaha menerima kenyataan sekarang, aku akan mengiklaskannya” Jinki tersenyum singkat dan beranjak pergi tanpa menoleh lagi kearah Minho.
“lalu kau ingin kejadian itu terulang lagi?!” seru Minho, membuat Jinki terpaksa menghentikan langkahnya “kau mau, kisah orangtua mu terulang kembali? Lalu kau mau melihat Myun Ji menderita?! KAU MAU MELAKUKANNYA?!”
Jinki mendongak mendengar teriakan Minho. Wajah Minho sudah memerah, matanya sudah berkaca-kaca, tangannya sudah mengepal kuat dan Jinki tak kunjung menoleh. Jinki mendengarnya, mendengar pertanyaan Minho dengan jelas tapi tak sanggup menjawabnya jadi ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dan pergi.
Minho terduduk lemas dan menjambak rambutnya frustasi. Benar, dia memang sudah lelah, ia memang ingin menyerah. Sekarang, kalau ada pertanyaan yang ditujukan padanya tentang pernikahannya dengan Myunji, jawabanya adalah ‘iya’