“aww!” Myun Ji mengusap kepala belakangnya yang terkantuk. Seo Hyun pun ikut merasa terkejut.
“kenapa mengerem tiba-tiba?!” tegur Myun Ji yang masih mengusap kepalanya.
“ya Tuhan ada preman!” mata Seo Hyun membulat melihat beberapa motor mencegat mobilnya. Myun Ji ikut panik karena memang sekarang sudah malam dan jalanan ini sangat sepi. Myun Ji dan Seo Hyun tetap menunggu didalam mobil.
“mana ponselku?!"
“apa yang ingin kau lakukan?”
“menelpon polisi, apa lagi?!”
“tapi Myun Ji, lihat!” Myun Ji mendongak dan melihat orang-orang itu membuka helmnya.
“astaga! Mereka tampan-tampan sekali” ucap Seo Hyun girang. Sejurus kemudian Myun Ji menoleh dan memasang wajah heran kearah Seo Hyun “sepertinya mereka orang-orang baik”
“kau ini! Kalau mereka mau merampok bagaimana?”
“orang tampan tidak mungkin merampok! Atau mungkin dia ingin merampok hatiku” Myun Ji memandang Seo Hyun kesal dan segera memukul lengan Seo Hyun.
“huwaa!” ucap Seo Hyun dan Myun Ji bersamaan ketika salah seorang mengetuk kaca mobil jendela disamping Myun Ji.
“Myun Ji! Sepertinya dia menyuruhmu keluar”
“kau saja, katanya mereka tampan-tampan, kau saja yang menemui mereka” Seo Hyun dan Myun Ji saling mendorong satu sama lain, tapi akhirnya Myun Ji mengalah dan keluar dari mobil dengan perasaan takut.
“Annyeonghaseyo Myun Ji ssi” dia membungkuk hormat sambil tersenyum membuat Myun Ji mengerjapkan matanya.
“perkenalkan nama saya Taemin” Myun Ji masih tak menanggapi pria didepannya dan sibuk membenarkan kata-kata Seo Hyun kalau mereka tampan.
“Myun Ji ssi?” panggilnya kembali, membuat Myun Ji sadar dari lamunanya.
“ne? dari mana kau tahu namaku?” pertanyaan itu hanya dibalas dengan senyuman dari pria berambut hitam terang itu.
“kami ingin mempertemukanmu dengan seseorang, maukah kau ikut dengan kami?” Myun Ji memiringkan sedikit tubuhnya dan melihat beberapa pria lain yang duduk dimotor mereka. Myun Ji memandang pria bernama Taemin itu dengan ragu.
“dengan siapa?”
“dengan orang yang baru saja mengirimmu pesan” Myun Ji mengertukan keningnya.
“sebentar” Myun Ji kembali masuk kedalam mobil dan mengambil tasnya.
“ada apa? Kau mengenal mereka?” Seo Hyun terlihat penasaran tapi Myun Ji sibuk memeriksa ponselnya yang ternyata sudah ada satu pesan yang belum terbaca.
Minho
Ikut saja dengan mereka
Ternyata Minho, tapi untuk apa Minho menyuruh pria-pria bermotor itu untuk menjemputnya?.
“Myun Ji?” Seo Hyun mencoba mnyadarkan temannya itu.
“aku harus pergi, kau duluan saja ne?”
“apa? Tapi,” Seo Hyun memasang wajah heran tapi Myun Ji sudah lebih dulu pergi dan naik salah satu motor didepannya. Seo Hyun hanya meratapi nasibnya.
-
Myun Ji menoleh kebelakang dan beberapa pria yang tadinya berada dibelakang sudah pergi entah kemana.
“kita sudah sampai silahkan turun” Myun Ji mengikuti dan turun dari motor Taemin. Myun Ji melihat jalan didepannya yang sangat gelap dan saat ia menoleh kebelakang Taemin sudah pergi dengan motornya.
“Hya! Kenapa aku jadi ditinggal sendiri?” keluh Myun Ji. Tapi beberapa lampu-lampu kecil tiba-tiba menyala membentuk sebuah jalan. Myun Ji ragu, tapi ia tetap berjalan mengikuti lampu-lampu itu yang terus menyala membentuk sebuah jalan. Di ujung jalan terdapat lilin-lilin kecil yang membentuk hati. Myun Ji menggaruk lehernya tidak paham dengan yang terjadi dan Myun Ji masih ditinggal sendiri.
Sekarang Myun Ji dikagetkan dengan suara kembang api yang membuat langit malam itu menyala. Myun Ji tersenyum, kemudian Minho muncul entah dari mana. Wajahnya terlihat memerah dan ia terlihat salah tinggkah memandang Myun Ji.
“aku tidak tahu kau seromantis ini” sindir Myun Ji dengan tangan terlipat.
“ya, beberapa temanku memberiku saran jadi aku lakukan, aku hanya berharap itu berhasil” Minho berjalan dan masuk kedalam lingkaran lilin.
“kemarilah” Minho mengulurkan tangannya dan disambut oleh Myun Ji yang ikut masuk kedalam kumpulan lilin yang membentuk gambar hati itu.
“jadi? Semua ini?”
“aku hanya tidak ingin kau pindah ke lain hati”
“kau tidak perlu melakukannya, aku tahu siapa yang aku cintai hatiku tidak cukup menyimpan dua nama” Myun Ji memandang serius Minho. Kemudain Minho tersenyum merasa lega, beberapa menit kemudian pohon-pohon yang mengelilingi mereka menyala terang dan entah dari mana balon-balon berbentuk hati terbang keudara. Myun Ji dibuat takjub, ia memandang langit yang masih bertabur kembang api dengan balon-balon berebntuk hati yang beterbangan diudara.
“aku harap setelah ini yang kau cintai tetap aku, Jinki yang asli, bukan Minho” Myun Ji memalingkan matanya menuju Minho yang menatapnya serius. Myun Ji tersenyum sesaat, ia juga berharap hari ini iya jatuh hati pada Jinki, bukan pada Minho.
“Ah iya, aku punya sesuatu untukmu” Myun Ji mengeluarkan sebuah benda yang ternyata adalah kalung dengan bandul berbentuk bulu berwarna merah “aku mendapatkan ini dari toko antik didepan butik teman Seo Hyun, katanya ini kalung keberuntungan” Myun Ji memakaikan keleher Minho “awalnya aku merasa ini adalah hal yang konyol, tapi aku mencoba untuk mempercayainya semoga ini bekerja” Myun Ji menyentuh bandul kalung itu. “sebelum aku mendapatkan kalung ini, aku menuliskan harapanku dengan sebuah pulpen magis”
“apa yang kau tulis?” Myun Ji mendongak dan mendapati mata Minho yang kembalu menatapnya.
“aku ingin kalian kembali,” Myun Ji menyentuh pipi Minho dengan pandangan sedih.
Minho memeluk Myun Ji “semoga harapan itu terkabul” bisik Minho, membuat Myun Ji mengeratkan pelukkannya.
Tak jauh dari Minho dan Myun Ji berpelukkan, berdiri seorang wanita yang menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Awalnya ia hanya ingin menyusul mobil Seo Hyun dan memberikan dompet Myun Ji yang tertinggal, berharap mobilnya belum jauh ia malah menemukan mobil Seo Hyun yang dicegat beberapa orang. Ia memutuskan untuk mengikuti Myun Ji yang pergi dengan orang yang tidak dikenal dan sekarang dari jauh ia melihat Myun Ji dan Minho berpelukan mesra membuatnya terkejut dan tak bisa berkata apa-apa.
Wanita itu adalah Jinhya, meski tak mendengar dengan jelas tapi ia melihat semuanya. Itu cukup membuatnya tahu yang sebenarnya, kalau Minho dan Myun Ji memiliki hubungan special. Itu sebabnya Myun Ji sangat dekat dengan Minho lebih dekat dari pada dengan Jinki. Sekarang Jinhya tahu, sangat tahu.
-
Hari berlalu, Minho membuka matanya yang masih terasa berat. Ia menggeliat beberapa kali dan merasa badannya sangat lelah. Sekarang matanya mulai terbuka, tapi rasanya aneh kenapa yang dilihatnya meja kecil yang terdapat laptop diatasnya. Kamarnya juga jadi sangat kecil, Minho membuka matanya lebar. Sekarang ia sudah terduduk, matanya menyelusuri setiap inci kamarnya. Setelah itu pandangannya tertuju pada baju yang ia kenakan. Tangan dan rambutnya juga berubah.
“astaga, aku kembali? Aku kembali wohooo” Minho beranjak dari tempat tidurnya dan meloncat kegirangan. “aku kembaaaliiii!” serunya kemudian berlari keluar kamar.
“Oppa?” Sulli melihat Minho heran.
“Sulli! Aku kembali!” Minho menggendong tubuh adiknya kemudian mengoyangkannya.
“kembali?”
“iya! Maksudku ingatanku!!”
“apa? Ingatan Oppa kembali?” Sulli menatap tak percaya Minho. “Eomma! Ingatan Oppa kembali” sekarang keduanya berlari menuju Min Jung yang sudah menutup telinganya akibat kedua Anak itu.
Dilain tempat Jinki juga ikut membuka matanya merasa aneh dengan tubuhnya Jinki membuka matanya dan mendapati dirinya sudah berada ditempat yang berbeda. Semalam ia masih tidur di kamar yang sederhana dan tempat tidur yang tidak sebesar ini. Ia juga segera berlari menuju kamar mandi dan menatap dirinya dicerimin. Ia meraba wajahnya dengan rasa tak percaya.
“Aku! Aku kembali!! Aku tidak percaya ini” Jinki segera berlari keluar kamar dengan perasaan gembira “aku kembali, hey semuanya aku kembali wohooo!” Jinki menuruni tangga dan semua pelayan memandangnya dengan heran.
“paman!” Jinki menarik kepala pelayan Jung “lihat! Aku kembali!”
“apa maksud Tuan?”
“hem? Ini ingatanku, sudah kembali!!” Jinki terlihat salah tingkah dan hampir saja mengatakan tentang rohnya yang baru saja kembali.
“benarkah?” Kepala Pelayan Jung ikut terlihat bahagia. Jinki langsung memeluk pria itu dengan gembira.
“dimana Noona?!”
“Nona Jinhya sudah pergi sejak tadi pagi, Tuan”
“pergi kemana?”
“saya juga tidak tahu” Jinki mengerutkan kening mungkin sebentar lagi kakaknya itu pulang dan ia terus berteriak sambil memeluk semua pelayan.
“Jong in! ingatanku kembali, woaah aku merindukanmu!” ucap Jinki dengan girang. Meski merasa aneh tapi Jong in tetap ikut merasa senang.
“baiklah kalau begitu aku harus menemui Myun Ji, benarkan?” Tanya Jinki dan Jong in mengangguk setuju.
-
Jinhya memandang foto-foto ditangannya dengan kesal. Foto-foto itu ia dapat dari orang-orang suruhannya. Sekarang ia makin yakin kalau Minho dan Myun Ji mempunyai hubungan spesial. Ia pun kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sekarang ia sudah sampai di rumah Myun Ji. Ia segera masuk dan mengetuk pintu, pintu itu terbuka dan terlihat Ibu Myun Ji yang membukakan pintu.
“Annyeonghaseyo Eomonim” Jinhya membungkuk dan tak ada senyum diwajahnya.
“oh Jinhya? Tumben sekali tidak memberi kabar dulu” Ibu Myun Ji terlihat heran dengan wajah Jinhya yang tidak terlihat ramah itu.
“aku ingin bertemu Aboji”
“kalau begitu ayo masuk” Jinhya berjalan mendahului Ibu Myun Ji dan duduk diruang tamu, jantungnya berdegup kencang, sebenarnya ini adalah hal yang paling mengecawakan untuk diberitahu kepada keluarga Kim (keluarga Myun Ji) tapi mau tak mau Jinhya harus memberitahukan mereka.
Myun Ji melihat dari jendela kamarnya, dilihatnya mobil Jinhya yang terparkir dihalaman. Keningnya menyernyit heran, untuk apa Jinhya datang pagi-pagi seperti ini. Tiba-tiba ponselnya berdering.
“Myun Ji!!” wanita yang dipanggil namanya langsung menjauhkan ponselnya. Tidak ada kata sapaan hanya teriakan tidak jelas yang memanggil namanya.
“yeobseo?” Myun Ji kembali menempelkan ponsel ketelinganya.
“Myun Ji ini aku Jinki!! Tubuhku kembali!”
“hemm? Kau bilang apa barusan?”
“Aku-kembali-ke-tubuh-ku!” Eja Jinki dengan keras.
“kau? Benar-benar Jinki?!”
“IYA!” seru Jinki. Myun Ji menutup mulutnya tak percaya kemudian terdengar suara histeris dari Myun Ji. Jinki ikut berteriak merasa senang. “sekarang aku sedang menuju rumahmu, dan aku akan memberitahukan keluargamu kalau pernikahan itu harus segera dimajukan, ne?”
“iya” Myun Ji seperti sudah kehabisan tenaga dan kata-kata, ada rasa haru dicampur rasa bahagia. Terima kasih Tuhan. Ucap Myun Ji dalam hati. Sekarang ia tahu kenapa Jinhya datang kerumahya, ia pun segera berlari keluar kamarnya untuk menemui Jinhya.
“Begini, Aboji dan Eommonim aku ingin memberitahukan sesuatu”
“Eonnie!” Myun Ji berlari menghampiri Jinhya kemudian memeluknya dari belakang.
“aku sudah tahu semuanya”
“aku juga sudah tahu Eonnie” ucap Myun Ji haru. Rasanya tenggorokkan Jinhya makin terasa kering, ia sulit sekali bicara.
“..jadi aku akan membatalkan pernikahannya” Myun Ji terdiam, ia melepas pelukkannya dengan rasa tak percaya dan Jinhya masih duduk dengan tegap tanpa bergerak.
“apa maksudmu Jinhya?” Tanya Ayah Myun Ji dengan serius.
“aku ingin pernikahan Myun Ji dan Jinki dibatalkan saja”
“Eonnie..” Myun Ji menutup mulutnya tak percaya. Kenapa Jinhya malah ingin membatalkan pernikahan?.
“apa.. apa alasannya?” Ayah Myun Ji terlihat panik. Jinhya melenelan ludahnya, ia berusaha menahan emosinya meski matanya mulai terasa perih.
“ini alasannya” Jinhya mengeluarkan amplop coklat yang tidak tertutup rapat, membuat beberapa lembar foto keluar begitu saja.
“aku rasa, Jinki dan Myun Ji memang tidak berjodoh” Ibu dan Ayah Myun Ji melihat foto-foto yang mereka pegang dengan pandangan heran.
“aku menyuruh orang untuk mencari tahu dan itu yang aku dapatkan, jadi aku rasa Aboji harusnya menikahkan Myun Ji dan Minho saja” mata Myun Ji membulat, napasnya berhenti seketika dan mulutnya sudah membuka tak percaya. Kenapa Minho? Jangan-jangan. Myun Ji memutar ingatannya, berusaha mencari tahu tapi Jinhya sudah berdiri tanpa menoleh kearah Myun Ji.
“semuanya sudah jelas, aku tidak akan menghalangi hubungan Myun Ji dan Minho” Myun Ji memandang punggung Jinhya sedih tapi matanya menangkap sosok Jinki yang sudah berdiri diambang pintu rumahnya dengan wajah shocknya.
Air mata Myun Ji mulai mengalir. Kenapa saat roh Jinki sudah kembali, pernikahan itu malah dibatalkan? Apa benar Myun Ji memang tidak berjodoh dengan Jinki? Lutut Myun Ji terasa lemas tiba-tiba beban itu kembali terasa, beban dipundaknya. Membuat hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa. Begitu juga dengan Jinki yang merasa kebahagiaan yang baru saja ia rasakan sudah kembali terambil.
Ya Tuhan, tukarkan saja tubuh kami lagi kalau begitu.
-
Jangan lupa love, share or comment^^