home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction

YOU

Share:
Author : Rezkyka
Published : 08 Jan 2014, Updated : 21 Aug 2016
Cast : Kim Myun Ji (oc), Lee Jinki, Choi Minho, Jung Yong Hwa, Seo Hyun, Choi Sulli
Tags :
Status : Complete
3 Subscribes |128947 Views |13 Loves
YOU
CHAPTER 16 : BAB XII | Part.1

Myun Ji melempar ponselnya kearah sisi tempat tidurnya. Kepalanya mulai kembali terasa pening, ia belum sembuh benar. Bagaimana ia bisa sembuh kalau banyak persoalan baru timbul? Sekarang tangannya meraih kalender meja yang terletak tak jauh darinya. Harusnya, hari ini adalah hari yang ditentukan keluarganya untuk melangsungkan pernikahannya kembali tapi acara sacral itu kembali tertunda, parahnya lagi Myun Ji sekarang mengetahui bahwa dua pria yang selalu bersama dengannya itu memiliki perasaan yang sama dengannya. Masalahnya roh mereka tertukar, itu yang membuat Myun Ji sulit memilih.

“Myun Ji-ya!!” Myun Ji terkejut mendengar suara nyaring Seo Hyun, bahkan kalendernya sudah terlempar jatuh dari genggamannya.

Hya!” seru Myun Ji kesal. Seo Hyun masuk ke kamar Myun Ji sambil tertawa puas melihat wajah dungu sahabatnya itu.

“terkejut ya?” kekehan Seo Hyun membuat Myun Ji menatapnya sebal. “maaf, maaf bagaimana keadaamu?” Seo Hyun langsung menghempaskan tubuhnya ditempat tidur Myun Ji.

“tidak baik” jawab Myun Ji jujur. Seo Hyun menoleh dan menelungkupkan tubuhnya.

“sakitmu parah ya?”

“sangat”

“kalau begitu pergi saja ke rumah sakit”

“sudah”

“rumah sakit jiwa maksudku” mendengar itu Myun Ji langsung melemparkan kalender yang jatuh tidak jauh darinya kearah Seo Hyun.

“kau ini!” ucap Myun Ji geram.

“Aww! Sakit tahu” Seo Hyun mengusap kepalanya dan merubah posisinya menjadi duduk.

“makanya, jangan bicara sembarangan”

“habis, kau seperti orang gila saja, apasih yang sedang kau pikirkan? Sebentar-sebentar sedih, melamun, kesal, lalu merasa senang tiba-tiba dan tak berama lama kemudian menangis lalu kau bilang tidak apa-apa, itulah pekerjaan rutinmu satu bulan terakhir ini, bagaimana aku tidak menyuruhmu memeriksakan diri ke rumah sakit jiwa?” terang Seo Hyun yang terlihat merasa perihatin atau mungkin meledek.

“kaukan sudah aku ceritakan, masalah Jinki, Minho dan keluarganya, lalu pernikahan yang tertunda, kau tahulah tentang drama itu” Myun Ji menegarkan dirinya sendiri. Seo Hyun menghembuskan napas beratnya, paham betul yang Myun Ji rasakan saat ini. Tentang semua yang terjadi pada keluarga kekasih sahabatnya itu.

“iya, iya tapi jangan terlalu kau pikirkan, nanti kau malah jatuh sakit lagi” Seo Hyun mengerucutkan bibirnya. “oh ya rencananya kalau kau sudah agak sehat, aku ingin mengajakmu jalan-jalan”

“kemana?”

“aku ingin ke butik temanku yang baru dibuka pagi ini, didaerah Myeongdong, butiknya masih kecil tapi itu modalnya sendiri, ah aku ingin sekali mengucapkan selamat kepadanya” Myun Ji mengankat alisnya, mencoba menimbang ajakkan Seo Hyun.

“sebenarnya aku sudah agak sehat tapi..”

kajja!”

HYA!”

-

Sekarang disinilah Myun Ji, menyender pada sebuah tembok kayu dengan tangan terlipat. Ia masih menunggu Seo Hyun yang mencoba beberapa baju sambil mengobrol pada temannya. Sebenarnya ia sudah ditawari beberapa kali untuk mencoba baju, tapi ia tidak tertarik sama sekali dengan baju-baju yang katanya keluaran model Paris terbaru.

Myun Ji hanya memandang orang yang berlalu lalang melewati butik itu dari kaca besar transparan dimana beberapa tas dan sepatu dipajang untuk menarik minat pembeli. Myun Ji menghembuskan napas panjangnya beberapa kali, pikirannya sedang tidak tenang, ia juga ternyata tidak menikmati jalan-jalan bersama Seo Hyun hari ini.

Lama melamun Myun Ji tiba-tiba menangkap sesuatu, didepan butik ini terdapat suatu toko yang menarik perhatiannya. Myun Ji berjalan kearah jendela besar butik itu dan memperhatikan toko antik didepannya. Myun Ji menoleh kearah Seo Hyun yang masih sibuk memilih baju. Mungkin tidak apa-apa kalau Myun Ji tinggal sebentar.

Myun Ji membuka pintu toko itu agak ragu. Suara lonceng kecil menyambut Myun Ji ketika masuk toko itu. Ternyata ia benar, toko itu berisi barang-barang unik dan antik. Myun Ji menelusuri beberapa rak yang berisi pin, gembok cinta dan aksesoris yang terlihat klasik. Sekarang kaki Myun Ji berjalan kearah etalase yang diatasnya terdapat pulpen-pulpen unik dengan bulu merah panjang yang berada diatasnya. Myun Ji mengambil salah satu pulpen itu, bentuknya sangat menarik jadi Myun Ji mencari kertas untuk mencobanya.

“selamat siang Nona” seorang wanita tua yang rambutnya sudah terlihat mulai memutih menyapa Myun Ji.

Annyeonghaseyo Halmeoni, aku ingin mencoba pulpen ini, apa Halmeoni punya kertas?”

“kertasnya sudah tersedia disana Nona” wanita tua itu menujuk kearah dinding dengan kertas besar yang berwarna merah tertempel disana. Myun Ji memperhatikan, tapi kemudian alisnya terangkat.

“sepertinya kertasnya terlalu besar, aku hanya perlu kertas kecil saja”

“pulpen itu memang khusus untuk menulis di kertas itu Nona”

“tapi pulpen inikan warnanya merah tidak terlihat kalau aku menulisnya di kertas yang warnanya sama”

“tidak Nona, warnanya buka merah Nona bisa mencobanya sendiri” Myun Ji mengerutkan keningnya dan memperhatikan tinta merah yang terdapat pada pulpen itu.

“ini adalah pulpen antik, hanya bisa ditulis pada kertas khusus, Nona bisa menuliskan keinginan Nona di kertas itu, kalau memang kehendak Tuhan keinganan yang Nona tulis itu bisa menjadi kenyataan” Myun Ji menatap wanita tua didepannya dengan heran.

“oh, maaf aku tidak percaya hal seperti itu” Myun Ji kembali menutup pulpennya.

“Anda tidak perlu percaya, hanya perlu mencobanya” wanita tua itu tersenyum “tapi lebih bagus kalau Anda memberikan rasa percaya dengan apa yang Anda tulis, karena kepercayaan adalah awal mula suatu keajaiban Nona” Myun Ji mulai membenarkan apa yang wanita tua itu katakan. Kakinya mulai berjalan kearah kertas yang tertempel ditembok itu.

“oh ya Nona, pulpen itu hanya bisa dipakai satu kali” Myun Ji kembali dibuat heran, tapi ia tidak begitu menanggapi dan mulai berpikir apa yang harus ia tulis. Myun Ji mulai dengan beberapa kata tapi matanya membulat karena tintanya berubah menjadi warna putih ketika Myun Ji menuliskan beberapa kata. Tapi Myun Ji kembali menyadarkan dirinya kembali dan mulai kembali menulis.

Setelah selesai Myun Ji memundurkan sedikit tubuhnya untuk kembali membaca apa yang ia tulis, setelah yakin Myun Ji menutup pulpen itu dan memandanginya. Masa iya hanya bisa digunakan sekali? Ucap Myun Ji dalam hati.

Myun Ji kembali membuka pulpen itu dan mencobanya. Tapi tidak ada tulisan yang keluar, tintanya seperti benar-benar habis. Myun Ji menggeleng berusaha menyadarkan dirinya. Ia segera berbalik dan menghampiri wanita tua itu lagi.

“tintanya benar-benar habis” ucap Myun Ji heran “jadi berapa harganya?” pulpen yang hanya bisa dipakai sekali dan dia harus tetap membayar. Myun Ji menatap pulpen itu sedih.

“karena Nona sudah menggunakan pulpen itu, ini untuk Nona” wanita tua yang wajahnya sangat ramah itu memberi Myun Ji dua buah kalung dengan bentuk bandul menyerupai bulu berwarna merah persis bentuk ujung pulpen yang tengah ia pengang.

“unik sekali kalungnya”

“Anda bisa memberinya satu kepada pasangan Anda Nona” perlahan senyum Myun Ji pudar. Pasangan? Sepertinya Myun Ji akan sulit memilih kepada siapa kalung itu akan ia berikan. “atau mungkin Anda bisa memberikan keduanya”

ne?”

“kalung ini berhubungan dengan apa yang Anda tulis dikertas itu, Anda tidak perlu memakainya mungkin orang lain dapat memakainya, anggap saja jimat keberuntungan”

Myun Ji berusaha menahan tertawa. Semua yang ia dengar makin tak masuk akal, mana ada sebuah pulpen dan kalung dapat memberikan keberuntungan padanya?. Tapi hal yang Myun Ji sebut sebagai lelucon itu menyadarkannya. Tertukarnya tubuh Minho dan Jinki juga tak masuk akal, tidak mudah dipercaya, tapi semuanya benar terjadi. Myun Ji menoleh kearah wanita tua yang kembali mengembangkan senyumnya. Myun Ji balas tersenyum, tidak ada salahnya kalau ia membeli kalung itu, bentuknya unik dan lucu jadi mungkin ini bisa jadi hadiah kecil untuk Minho dan Jinki.

“baiklah aku ambil, jadi semuanya berapa Halmeoni?” Myun Ji merogoh tas untuk mengambil dompetnya.

“tidak perlu Nona” Myun Ji mendongak “karena Anda yang mencoba pulpen itu pertama kali, jadi ini gratis” Myun Ji mengerjapkan matanya beberapa kali. Pulpen ajaib yang hanya bisa dipakai sekali ditambah dua kalung antik dan semua itu gratis? Sepertinya Halmeoni itu terlalu baik.

Jinjjayo? Gamsahamnida Halmeoni” sebenarnya Myun Ji agak ragu. Tapi ya sudahlah, mungkin ini salah satu keberuntungannya. Myun Ji pamit pergi, setelah Myun Ji keluar dari toko itu wanita tua menolehkan kepalanya dan membaca apa yang Myun Ji tulis disana.

aku ingin mereka kembali.

-

Sekarang Seo Hyun sedang memakirkan mobilnya dihalaman rumah Jinki dan Myun Ji sibuk mengatur napasnya. Entah kenapa semenjak hari itu, semenjak ia tahu perasaan Jinki yang sebenarnya ia jadi sedikit gugup karena ini pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah kejadian itu.

“Ayo turun” Myun Ji terlalu memikirkannya sampai Seo Hyun yang mengetuk jendela mobil untuk menyadarkan Myun Ji.

“wah kalian?” Jinhya menyambut dengan senang tamu-tamunya itu.

“Eonnie, lihat yang kami bawa” setelah semua duduk diruang tamu sekarang giliran Seo Hyun yang mulai mengeluarkan sesuatu. Saat di butik tadi Seo Hyun dan Myun Ji memilihkan baju untuk Jinhya.

“woah, baju, untukku?” Jinhya terlihat girang dengan senyum yang semakin lebar.

“temanku baru membuka butiknya, jadi dia memberi kami sedikit diskon” ucap Seo Hyun kemudian tertawa Myun Ji hanya mengangguk mengikuti. Jinhya memandang kedua wanita dihadapannya dengan haru.

“ah! Aku suka sekali bajunya, gomawo!” seru Jinhya sambil kembali melihat baju itu kembali.

“Oh ya Eonnie, Jinki dimana? Ada yang ingin aku berikan”

“O? sepertinya dia halaman belakang bersama Jong in” Myun Ji mengangguk kemudian pamit untuk menemui Jinki. Myun Ji berjalan dan sekarang ia sampai di pintu halaman belakang. Ia menoleh dan mencari sosok Jinki yang ternyata sedang duduk dipinggir kolam ikan bersama Jong in, mereka seperti sedang asik mengobrol jadi Myun Ji berhenti untuk mendengarkannya sebentar.

“kau yang benar saja Hyeong!” seru Jong in yang kemudian tertawa diikuti oleh Jinki.

“benar!”

Sekarang keduanya mulai terlihat lelah tertawa dan terdiam jadi Myun Ji kembali berjalan untuk menyapa keduanya.

“aku juga pernah mencintai seorang wanita” tapi kata-kata Jinki itu membuat Myun Ji kembali diam untuk mendengarkan. “wanita itu belum lama aku kenal, tapi karena kita sering bersama membuatku selalu memikirkannya, aku tahu perasaanku salah tapi aku tetap membiarkan perasaan itu tumbuh, dan sekarang aku menyesal” Jong in menatap Jinki prihatin, tapi saat menatap Jinki, Jong in menangkap bayangan Myun Ji tak jauh dari sana.

 

“oh? Noona?” Jong in langsung bangkit membuat Jinki menoleh. Myun Ji berusaha tersenyum meski jantungnya masih berdegup dengan kencang.

“Hi, apa aku mengganggu?” Myun Ji mencoba bersikap biasa dan Jinki ikut bangkit menyamakan tingginya.

“tidak, aku dan Jinki Hyeong hanya sedang mengobrol saja, Noona kapan datang?”

“baru saja, bersama Seo Hyun” jawab Myun Ji yang melirik kearah Jinki yang terlihat salah tingkah. Jinki tahu kalau Myun Ji mendengarnya barusan. Merasa kecanggungan antara Myun Ji dan Jinki, Jong in berpikir mereka butuh waktu berdua.

“kalau begitu, saya permisi harus membantu Ayah” Jong in pergi meninggalkan Myun Ji dan Jinki yang sama-sama sedang merasa canggung itu. Myun Ji memutuar tubuhnya menghadap kolam dan menghembuskan napasnya perlahan.

“emm, apa wanita yang kau maksud tadi aku?” Myun Ji memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu.

ne” dan ternyata jawaban Jinki membuat jantungnya makin berdegup kencang. Myun Ji melirik kearah Jinki yang malah terlihat tenang.

“apa sekarang kau membenciku?”

“untuk apa? Semua orang berhak memiliki perasaan suka terhadap orang lain”

“ini bukan suka, tapi cinta” Myun Ji makin tercekat, terlihat sekali Jinki ingin memperlihatkan perasaanya itu. Myun Ji makin khawatir dibuatnya “tapi kau tidak perlu membalas perasaanku, karena aku sudah tahu jawabannya jadi kau tak usah khawatir” entah mengapa kata-kata itu malah membuat perasaan Myun Ji menjadi sedih. “maaf, membuat kalian bertengkar” lanjutnya.

“sudah cukup” Myun Ji memejamkan matanya sejenak “kalau begitu aku tidak ingin membahas hal itu lagi” lanjut Myun Ji, Jinki tidak membalas dan hanya diam memandang kedepan.

“aku ingin memberimu ini” Myun Ji mengulurkan sebuah kalung kearah Jinki. Pria itu hanya melirik dan memandang Myun Ji heran. “kenapa? Bentuknya aneh ya?” Myun Ji mengulum bibirnya mengunggu reaksi Jinki “aku mendapatkannya disebuah toko antik, katanya ini kalung keberuntungan, aku mendapatkannya setelah menuliskan keinginanku pada sebuah kertas besar yang tertempel di dinding toko itu” jelas Myun Ji yang menceritakan kejadiaanya agar Jinki tidak bingung.

Karena masih melihat Jinki yang tak kunjung bergerak Myun Ji memutar tubuh Jinki kearahnya. “aku ingin kau memakainya” bujuk Myun Ji sambil memakaikan kalung itu pada Jinki. Myun Ji tersenyum karena ternyata rasa gugupnya sudah hilang. “kau terlihat keren memakainya”

“terima kasih”

“sama-sama”

“bukan untuk kalung ini, tapi untuk sikapmu yang masih memperlakukanku dengan baik walau kau sudah mengetahui perasaanku” Myun Ji memandang mata Jinki yang terlihat sayu. Jinki ikut menatapnya lama, Myun Ji memajukan tubuhnya kemudian memeluk erat Jinki. Jinki tidak tahu apa maksudnya tapi setelah memeluknya Myun Ji pergi tanpa menoleh kearah Jinki.

Mungkin sebenarnya kau juga menyukaiku, tapi kau mengelaknya, aku tahu Myun Ji, aku tahu itu.

-

Annyeonghaseyo, yang mau baca FF terbaruku atau yang mau tau FF apa aja yang udah aku post silahkan klik http://www.dreamersradio.com/fan-fiction/tag/rezkyka jangan lupa Love, share dan komen kalian yah, Thank you ^*^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK