Sulli sudah membuka mata, ia sudah melewati masa-masa kritisnya. Min Jung duduk ditepi ranjang dimana Sulli berbaring.
“Sulli..” panggil Min Jung parau. “maafkan Eomma, ne?” mata Min Jung mulai berkaca-kaca sedangkan air mata Sulli sudah mengalir.
“Eomma, tidak ada yang perlu dimaafkan, Eomma tetaplah Ibuku terima kasih telah berjuang demi kami selama ini” mendengar itu Min Jung langsung memeluk Sulli dengan erat “terima kasih, Eomma..” lanjutnya.
“anakku” balas Min Jung sambil mengecup kening Sulli, ia kembali memeluk Sulli dengan erat, Min Jung mensyukuri pilihannya saat itu untuk tidak meninggalkan Sulli dan Minho, hanya yang ia sesalkan adalah terlalu banyak hati yang terluka saat ini.
Jinki melihatnya dari balik kaca tranparan yang tertempel di pintu. Air matanya juga sudah mengalir, ingin sekali ia juga memeluk mereka sebagai seorang Minho.
“Eomma..” panggil Jinki dengan nada berbisik.
“Jinki,” Jinhya memanggil dan Jinki buru-buru mengusap air matanya kemudian menoleh kearah Jinhya.
“apa.. aku masih bisa memanggilmu Noona?” Tanya Jinki sambil menahan tangisnya.
“kau selalu menjadi adikku” ucap Jinhya yang mulai meneteskan air mata. Jinki hanya mengangguk kemudian terdiam tak melakukan apa-apa.
“kau tidak akan meninggalkan Noona, kan?”
“tidak akan pernah” balas Jinki yang sudah membiarkan air matanya jatuh. Jinhya mengangguk sambil berusaha tersenyum.
“jadi.. aku boleh memeluk adikku?” Jinki menghampiri Jinhya kemudian memelukknya, Jinhya balas memeluk Jinki “aku menyayangimu Jinki, begitu juga Ibu dan Ayah mereka pasti mencintaimu, percayalah” Jinki tidak dapat membalas ucapan Jinhya karena isakan sudah seperti batu yang menyumbat tenggorokkannya, ia hanya dapat memeluk Jinhya dengan erat.
Minho melihatnyaa dari jauh, air matanya juga sangat deras, ia ingin memeluk kakaknya, Jinhya. Ia hanya menyembunyikan tangisnya sambil melihat Jinhya dan Jinki dari jauh. Myun Ji mendekati Minho dan menyentuh bahunya, pria itu tidak merespon tapi beberapa saat kemudian dia membalikkan badan dan menghapus air matanya dengan cepat, ternyata Jinki dan Jinhya sedang berjalan kearah Minho dan Myun Ji.
“Hallo Minho” sapa Jinhya, Minho membungkuk sejenak. Jinhya mendekat dan menyentuh pipi Minho kemudian memeluknya “kau harus jadi kakak yang tegar” ucap Jinhya dan Minho mengangguk sambil menahan tangisnya. Aku Jinki Noona. Minho membatin. Setelah melepas pelukkannya Jinhya pergi sambil tersenyum kearahnya.
“kau sudah memeluk Jinhya Noona sebegai Minho, sekarang giliranmu untuk memeluk Ibu sebagai seorang Jinki” Minho mengangguk paham kemudian menepuk sejenak bahu Jinki dan pergi menuju ruangan dimana Sulli berada.
Minho menutup pintu dengan perlahan. Sekarang perhatian Sulli dan Min Jung tertuju pada Minho yang sedang berjalan kearah mereka. Min Jung bangkit.
“Ibu,” panggil Minho kemudian memeluknya. “aku merindukkanmu” Min Jung tersenyum dan membalas pelukkan Minho.
“kau memaafkanku?” Minho mengangguk.
“semuanya sudah selesai, bu. Ibu tidak perlu meminta maaf lagi, semuanya sudah selesai” Minho memejamkan matanya dan air mata itu kembali mengalir.
“Ibu menyayangimu Minho,”
Andai Ibu tahu kalau aku bukan Minho.
-
Myun Ji memainkan jari kakinya, semilir angin menerpa rambut panjangnya yang ia biarkan terurai. Tangannya sudah ia selipkan di saku jaketnya. Terkadang ia melirik bergantian kedua pria yang juga berdiri disampingnya, kedua pria itu tidak kunjung bersuara bahkan angin dingin yang berhembus tidak sanggup menyadarkan mereka. Myun Ji memakluminya, mungkin keduanya masih merangkai kata untuk memulai obrolan, jadi Myun Ji kembali menikmati pemandangan dari atas gedung rumah sakit ini. Myun Ji juga bingung kenapa tempat ini dipilih kedua pria itu sebagai tempat menyendiri, ah! Tidak sendiri, tapi bertiga.
“jadi kita sudah menemukan alasannya” suara itu milik Jinki. Dia memilih untuk berbicara lebih dulu “alasan mengapa tubuh kita tertukar, aku jadi merasa lebih lega sekarang”
“ya, aku juga walau sebenarnya mengetahui kenyataan itu menyakitkan tapi setidaknya aku tidak sendiri” sekarang giliran Minho dan diakhir ucapannya ia terlihat tersenyum.
“lalu, kenapa kau berbohong?” Tanya Myun Ji pada Minho “kau bilang Nyonya Lee, Ibumu sangat baik dan menyayangimu” lanjut Myun Ji masih sambil menatap Minho. Jinki ikut menoleh.
“karena aku tahu sebenarnya dia menyayangiku, meski aku tidak pernah merasakan kasih sayangnya, aku dulu sangat sedih ketika Ibu selalu membela Jinhya Noona dari pada aku, dia akan menyuapi Jinhya Noona ketika sakit, dia akan melarang Jinhya Noona pergi ketika malam, Ibu sangat perhatian padanya, meski Ayah menyayangiku tapi aku juga butuh kasih sayang seorang Ibu, sampai suatu hari ketika Ayah meninggal yang dapat pelukkan dari Ibu hanya Jinhya Noona, aku merasakan kesepian saat itu, aku benar-benar semakin merasa Ibu tidak menyayangiku tapi Jinhya Noona-lah yang selalu menggantikan kasih sayang Ibu, dia yang selalu mengkhawatirkanku jadi aku tidak merasa keberatan jika memang Ibu tidak ingin memberikan kasih sayangnya untukku”
Minho menghembuskan napas beratnya, menghempas kekesalan dalam dirinya untuk digantikan dengan rasa syukur. Kalau saja ia tahu yang sebenarnya ia tidak akan keberatan dengan perlakukan Ibunya selama ini. “jujur, ketika Ibu meninggal, aku sangat sedih bahkan sebelum Ibu menutup matanya aku berada disampingnya dan memegang tangannya, dia tidak menolak dan itu pertama kalinya aku menyentuh tangan lembutnya, setelah itu dia pergi menyusul Ayahku, aku tahu dia wanita yang baik, seorang Ibu yang baik” Minho sudah merasakan perih dimatanya lagi.
Myun Ji mengankat tangannya dan mengusap bahu Minho menunjukan rasa prihatinnya. Minho menoleh dan mendapati Jinki dan Myun Ji yang menatapnya sedih, Minho tertawa dan mengusap sudut matanya “ayolah, aku tidak apa-apa” ucapnya malu-malu.
“aku juga jadi merasa beruntung” sekarang Myun Ji menoleh kearah Jinki yang ikut bersuara “akhirnya aku tidak punya alasan lagi untuk membenci Ibu, dia sudah menjadi wanita yang baik dan juga Ibu yang baik” Jinki menatap Minho sambil tersenyum dan Minho membalasnya. Myun Ji senang melihat senyuman itu, dalam hatinya dia berucap syukur. Awan mendung sudah menurunkan hujan, sekarang tinggal menunggu pelanginya.
-
Wangi kopi menghambur dengan uap hangat keluar dari gelas plastik yang ia pegang. Min Jung meminumnya perlahan sambil memandang orang-orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Diantarnya pasien-pasien yang sedang menikmati udara segar dan beberapa pasien yang sedang belajar berjalan melatih kakinya bersama keluarga mereka.
Sekarang perasaan Min Jung sudah semakin tenang, meski sebenarnya masih ada yang menjanggal dalam hatinya. Mungkin ini karena Hyun Joong dan Jin Ri sudah tidak ada, jadi ia tidak bisa meminta maaf kepada mereka secara langsung.
“permisi Nyonya” seorang pria paruh baya menghamipirinya.
“ah! Kepala Pelayan Jung” Min Jung bangkit dan balas membungkuk.
“maaf mengganggu Nyonya, silahkan kembali duduk” Min Jung kembali duduk dikuti Kepala Pelayan Jung mengikutinya kemudian duduk disebelahnya.
“Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan Nyonya”
“tapi untungnya kau masih mengingatku” canda Min Jung.
“Bagaimana mungkin saya lupa, saya masih sangat ingat ketika hari pertama Tuan muda Jinki dibawa kerumah” Min Jung tersenyum mendengarnya. “Nyonya, sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Anda..”
“berterima kasih?”
“iya Nyonya, butuh keberanian besar untuk mengungkap semuanya, saya sendiri pun tidak berani mengungkapnya bahkan setelah Nyonya Lee meninggal” Kepala Pelayan Jung terlihat menunduk. Min Jung hanya teresenyum ramah kearahnya. “maka dari itu saya ingin menyampaikan sesuatu, sesuatu yang harus saya berikan ketika Anda mengungkap semuanya” Kepala pelayan Jung mengeluarkan sebuah amplop coklat berukuran sedang, dia memberikannya kepada Min Jung.
“dari siapa ini?”
“Anda akan tahu ketika Anda membukanya,” Min Jung merasa bingung sambil menatap amplop yang masih tertutup rapi itu. “saya permisi Nyonya.. Min Jung” pria itu sudah mulai melangkah tapi langkahnya kembali terhenti ketika Min Jung memanggilnya.
“Kepala Pelayan Jung..” Pria bertubuh tegap itu kembali membalik tubuhnya. “..kenapa Anda masih bersikap baik dan sopan padaku? Aku adalah orang yang mengahancurkan kebahagian majikanmu”
Kepala Pelayan Jung terlihat berpikir “kita sebagai sesama manusia memang seharusnya saling bersikap baik, kan?”
“hanya itu alasannya?”
“sepertinya tidak, mungkin isi amplop itu adalah salah satu Alasan saya, permisi Nyonya” Kepala Pelayan Jung sudah berjalan menjauh dan mulai tak terlihat, sekarang perhatian Min Jung beralih pada amplop ditangannya.
Ternyata itu sebuah surat, Min Jung mulai membacanya.
Hi Min Jung
Aku tahu, ketika kau membaca surat ini semua kebenaran sudah kau ungkap. Karena aku berpesan kepada Kepala Pelayan keluargaku untuk memberikan surat ini ketika itu terjadi. Aku berterima kasih kepadamu atas keberanian itu, butuh keberanian besar untuk mengungkap kesalahan yang sudah terpendam selama bertahun-tahun. Begitu pun denganku.
Min Jung, aku ingin mengungkapkan apa yang juga aku pendam selama ini. Kau sudah tahu pasti sikapku selama ini pada Jinki, aku tidak bisa sepenuhnya menerima Jinki, karena setiap melihat wajahnya selalu mengingatkanku padamu, pada penghianatan yang dilakukan Hyun Joong dan pada rasa bersalahku. Pasti kau bertanya, rasa bersalah apa yang aku pendam.
Min Jung, teman lamaku. Saat itu, saat kita di sekolah dulu Hyun Joong sudah mengetahui kalau kau menyukainya sejak lama, dia juga selalu memperhatikanmu bahkan mungkin dia hampir mempunyai rasa yang sama denganmu. Sampai suatu hari ternyata aku dan Hyun Joong di jodohkan oleh orangtua kami dan kami memutuskan untuk menjalin hubungan, tapi kau malah datang dan menyatakan cinta pada Hyun Joong. Kau harus tahu Min Jung, saat itu dia ingin menerimamu karena ternyata dia juga menyukaimu, sayang dia bersikap bodoh dan menolakmu, dia memilih perasaan keluarganya dan keluargaku, kami sudah dijodohkan dan Hyun Joong tidak ingin mengecewakan orangtuanya untuk itu dia tidak ingin merusak perjodohan ini dan memilihku.
Aku sudah berusaha memperingatinya, aku tidak mau hubungan ini terjalin tanpa cinta. Aku tidak sanggup jika suatu saat nanti Hyun Joong tidak bisa menahan perasaannya dan meninggalkanku. Tapi tetap saja dia memilihku dan berjanji bahwa itu tidak pernah terjadi, dia membuktikannya dengan selalu menjagaku, menghindari semua yang ada hubungannya tentangmu, bahkan dia tahu kalau kau menyuruh seseorang untuk mengikutinya dan dia tidak menggubrisnya, dia ingin kau tahu bahwa dia telah memiliki keluarga dan istri yang sekarang ia cintai, aku, Park Jin Ri.
Seiring waktu Hyun Joong yang selalu mengisi hariku membuatku jatuh cinta padanya, membuatku tidak bisa melepaskannya. Sampai suatau hari aku menemukan fotomu di sela berkas kerjanya, saat itu aku tahu ternyata Hyun Joong masih memendam perasaan padamu, aku benar-benar tidak percaya karena kami sudah memiliki seorang anak. Hyun Joong memang pria yang baik saking baiknya dia menyembunyikan perasaannya sendiri, aku pura-pura tidak tahu karena jika aku membahasnya aku yakin akan ada pertengkaran hebat antara kami, dan aku tidak ingin kehilangannya Min Jung, tidak ingin.
Saat rasa takut sedang menghantuiku, kau datang dan membawa Jinki, anakmu dan Hyun Joong. Apa kau tahu rasanya? Rasanya jika sesuatu yang kau takuti benar-benar terjadi. Itulah yang membuatku membencimu dan Jinki, aku sudah berusaha mencegahnya sebelum kejadian ini benar-benar terjadi tapi Hyun Joong tetap berusaha memilihku. Rasa benci itu bercampur dengan rasa bersalahku, membuat hidupku tidak tenang. Kaulah yang harusnya memiliki cinta Hyun Joong, bukan aku, kenapa kau dan Hyun Joong tega melakukannya padaku? Hanya membuatku tersiksa selama bertahun-tahun. Mengetahui sebuah rahasia yang Hyun Joong simpan, rahasia mengenai perasaanya denganmu dan pada akhirnya aku yang kalian sakiti.
Setelah Hyun Joong meninggal, hidupku tidak semakin baik. Jinki terus bersamaku dan Jinhya membuatku hidup dengan banyak pikiran. Aku jadi sering jatuh sakit karenanya, aku yakin waktuku akan tiba, aku akan segera pergi dengan penyakit yang ditimbulkan dari hati ini. Aku sudah mengiklaskan semuanya, tentang perasaan Hyun Joong, tentang kau yang hadir di kehidupan keluarga kecil kami.. aku sudah mengiklaskannya.
Jadi, jika sebelum kau membaca surat ini kau selalu ingin meminta maaf padaku, maka aku maafkan dan jika kau sudah membaca surat ini bolehkah giliranku untuk meminta maaf padamu?
Maafkan aku Min Jung, maafkan aku, sampaikan maafku juga pada Jinki, aku menyayanginya terlepas dari masalah yang terjadi diantara kita. Maaf.. maafkan aku.. maafkan Hyun Joong.. maafkan kami.. sahabatku tersayang Min Jung.
Wanita yang sekarang umurnya sudah tidak muda lagi itu menutup mulutnya tak percaya. Tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia baca. Ia segera memeluk kertas itu, ia sudah tidak peduli dengan semua rahasia yang ada, ia hanya ingin memeluk sahabatnya Jin Ri. Bahkan kata-kata sahabatku tersayang sangat ia rindukan, ia merasa bodoh, kenapa semua ini terjadi? Harusnya ia bisa bersikap lebih dewasa dan bisa melepaskan Hyun Joong. Bila itu terjadi pasti sekarang ia masih bisa memeluk sahabatnya itu, hidupnya akan berjalan normal dan tidak ada hati yang tersakiti.
Sekarang kesalahan itu tidak hanya milik Min Jung tapi juga milik Jin Ri dan Hyun Joong. Meski itu bukan kabar baik tapi Min Jung tetap mensyukurin apa yang terjadi, karena membuatnya tahu ternyata ia tidak menderita sendirian. Mungkin Jinki memang di takdirkan untuk lahir dan ia di takdirkan untuk menjadi Ibu dari dua anak yang lain. Semua itu suratan hanya karena beberapa kesalahan saja yang membuatnya jadi sedikit rumit.
Min Jung masih memeluk surat itu sambil menangis terisak. Ia ingin melepaskan segalanya hari ini, ia tidak ingin ada kebencian lagi, ia tidak ingin ada kesalah pahaman lagi dan yang terpenting ia tidak ingin ada rahasia lagi, semuanya akan selesai dan harus selesai.
Ternyata Kepala Pelayan Jung melihatnya dari jauh. Ia menarik bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman, itulah alasan saya Nyonya. Ucap Kepala Pelayan Jung dalam hati.
-
“apa? Diundur lagi?” Jinhya membulatkan matanya.
“Iya Jinhya, kami mengerti situasi ini kami tidak ingin memaksakan” kini giliran Ibu Myun Ji yang menerangkan. Wajah Jinhya terlihat khawatir.
“tapi, apa ini keputusan yang tepat? Pernikahannya sudah diundur beberapa kali, apa para undangan akan tetap merasa nyaman dengan pernikahan ini?” Jinhya mengerutkan keningnya.
“Tenang saja Jinhya, Aboji sudah urus semuanya, lagi pula untuk pernikahan ini kita hanya mengundang keluarga terdekat” seperti biasa Ayah Myun Ji berusaha bersikap tenang dan bijaksana.
Jinhya terdiam, ia mulai tidak keberatan dengan keputusan itu. Tapi ada satu pertanyaan yang timbul secara tiba-tiba.
“Baiklah kalau begitu, tapi Aboji dan Eomonim sudah tahu status Jinki sekarang apa karena itu juga pernikahan ini kembali dibatalkan?” Jinhya menunduk dan memainkan jarinya.
Terdengar Ayah Myun Ji yang mengembuskan napas berat “Jinhya Anakku” panggilnya lembut “pernikahan ini tidak batal, tapi hanya tertunda, kami juga tidak mempermasalahkan status siapa pun, bagi kami Jinki tetaplah Jinki, calon menantu kami”
Jinhya mendongak kemudian merasa terharu, ia mulai membungkuk hormat sambil mengucapkan terima kasih. Ia sangat beruntung, orangtua Myun Ji sangat baik hati dan dapat dengan sabar menerima keluarga yang rumit ini menjadi bagian dari mereka.
Dari jauh, dari balik tembok Minho memegang dadanya lega. Ia kira orangtua Myun Ji datang ke rumah sakit untuk membertahu kalau pernikahan itu batal, ternyata mereka hanya mendundanya saja. Berarti masih ada kesempatan bagi dirinya untuk bersama Myun Ji.
Minho menoleh kekiri dilihatnya Myun Ji dan Jinki yang tengah berjalan menghampirinya. Minho pun langsung melempar senyum kearah mereka.
“apa Ayah dan Ibu sudah sampai?” Tanya Myun Ji yang tidak menanggapi senyum tiba-tiba Minho.
“sudah, sekarang mereka sedang mengobrol dengan Jinhya Noona, mereka memundurkan jadwal pernikahannya lagi” Minho terlihat senang mengucapkannya, Myun Ji balas tersenyum sedangkan Jinki hanya menggangguk paham.
“oh ya aku membawa ini, satu rahasia lagi” Jinki mengeluarkan sebuah amplop kecil dan memberinya kepada Minho “aku rasa, kau perlu tahu mengenai surat itu” Minho meraih suratnya dan wajahnya terlihat bingung. Myun Ji hanya memandang Jinki dan Minho bergantian. “aku mendapatkannya dari Ibumu” lanjutnya. Minho mulai membuka surat itu dan menyenderkan tubuhnya pada dinding.
Myun Ji dan Jinki saling memadang sejenak kemudian kembali memandang Minho yang mulai merubah ekspresi wajahnya. Tak lama kemudian badannya merosot kelantai, wajahnya mulai terlihat sedih lalu tangannya terangkat untuk menutup multunya dengan rasa tak percaya. Selesai membacanya Minho menenggelamkan kepalanya dan tubuhnya gemetar. Myun Ji segera menghampirinya, perlahan Myun Ji mengusap punggung Minho kemudian memeluknya erat.
“Ibu.. aku tahu dia menyanyangiku” Minho kembali memejamkan matanya sambil memeluk surat itu. Jinki hanya memandang Minho pilu. Kemudian ia melirik kearah Myun Ji yang memeluk Minho. Jinki hanya bisa memutarkan tubuhnya dan memandang langit.
Semoga rahasia itu selesai sampai disini. Jinki membatin tapi tangannya terangkat menuju dadanya yang baru saja terasa sesak ketika melihat Myun Ji yang memeluk Minho. Atau mungkin aku yang mulai membuat rahasia baru.
-
Setiap chapter akan dibuat dua part, mengingat FF YOU ini akan segera selesai Huhuhu. Don't be silent readers guys!