Pintu itu sekarang terbuka dan seorang pria berkemeja hitam yang membuka pintu seperti biasa menautkan alisnya.
“Nona?”
“Paman, apa ada Jinki?”
“ada dikamarnya” Kepala Pelayan Jung memberi jalan bagi Myun Ji untuk masuk. Wanita itu segera berlari kecil untuk melewati ruang tamu.
“Myun Ji?” Jinhya menyadari kehadiran Myun Ji dan segera menghampirinya. “ada apa?”
“aku harus bertemu dengan Jinki”
“dia baru saja masuk kedalam kamarnya, dia hari ini aneh sekali bahkan dia menutup pintu kamarnya dengan keras, sebenarnya ada apa?”
Myun Ji mengigit bawah bibirnya. Ia sedikit takut untuk menceritakkannya takut sesuatu terjadi dan sesuatu itu adalah hal yang buruk “tadi aku dan Jinki ke rumah Minho, tapi disana kami bertemu Ibunya dan Ibunya memanggil Jinki dengan aneh, maksudku..” Myun Ji memandang cemas Jinhya “..ia memanggil Jinki seperti memanggil anaknya” Myun Ji semakin khawatir ketika melihat kening Jinhya yang bertautan “tapi tidak apa, pasti Ibu Minho salah melihat orang, sekarang aku harus bertemu Jinki untuk memberitahunya..”
“maaf Nona” Myun Ji menoleh kebelakang dimana Kepala Pelayan Jung berdiri “kalau boleh tahu siapa nama Ibu yang Nona maksud?”
“aku tidak tahu pasti nama Aslinya tapi..”
“maaf Nona, apa namanya Rose?”
“benar” Myun Ji hampir menutup mulutnya kagum dengan tebakan Kepala pelayan itu.
“apa Paman kenal?” Jinhya sedikit memiringkan tubuhnya, wajahnya makin terlihat penasaran, sama seperti Myun Ji “apa ada yang ingin Paman beritahu?” Kepala Pelayan Jung terlihat sedikit gugup dan menundukkan Kepalanya seperti mengingat sesuatu “Paman, jangan diam saja, sebenarnya ada apa?!” Jinhya makin geram. Perasaannya menjadi tidak tenang sekarang.
“saya tidak bisa bicara panjang lebar disini, mungkin kita harus bertemu dengan orangnya langsung” Kepala Pelayan Jung mendongakkan kepalanya menatap Jinhya dan Myun Ji bergantian, pandangannya terlihat mantap tapi Myun Ji yakin itu tidak berarti baik. Sekilas Myun Ji menoleh kelantai atas dan tidak sengaja melihat Jinki berdiri di dekat tangga, ternyata ia mendengar percakapan mereka dari atas. Myun Ji balas menatap Jinki cemas tapi kemudian pandangannya beralih pada Kepala Pelayan Jung untuk mengangguk menyentujui tawarannya.
-
Disinilah mereka, di ruang tamu rumah Minho. Semua duduk dalam diam kecuali wanita yang memakai terusan putih selutut. Tangannya yang memegang tisu terus bergerak untuk menyentuh pipinya yang deras dengan air mata. Myun Ji memainkan jarinya, menunggu siapa yang lebih dulu memulai pembicaraan. Bahkan Kepala Pelayan Jung yang mahir berbicara sekarang terdiam bungkam seribu bahasa, padahal kami hanya membutuhkan beberapa kata saja untuk memulainya, tidak sampai seribu.
“Aku bingung memulainya,” suara serak terdengar dari bibir wanita yang hampir menginjak lima puluh tahun itu “sudah sekian tahun kami menyembunyikannya” Myun Ji mengerutkan kening, mencari arti dari kata ‘kami’. Sekarang bola matanya tertuju pada Minho dan Jinki yang sama-sama tidak melakukan gerakan sejak mereka duduk dikursinya. Mereka sedang menunggu.
“waktu itu, aku masih jadi wanita baik-baik.. masih”
-
“Hyun Joong-ah, naega johahae” ucapku sambil mengulurkan tangan yang berisi coklat. Waktu itu kami masih bersekolah dan sebentar lagi kami akan lulus dan segera melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Jadi saat itu aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku pada orang yang aku suka. Lee Hyun Joong.
“maaf Min Jung-ah, aku lebih nyaman kalau kita berteman saja” tapi ternyata dia menolakku. Setelah itu aku baru tahu kalau dia sudah memiliki kekasih yang ternyata adalah teman sekelas kami, sahabatku Park Jin Ri. Awalnya aku marah dan kesal, tapi aku berusaha sabar dan menerimanya sampai suatu hari sebuah berita tersebar di sekolah bahwa aku telah menyatakan cinta pada Hyun Joong. Membuatku diolok-olok karena menyatakan cinta pada seseorang yang sudah memiliki kekasih. Saat itu kemarahanku memuncak apa lagi Jin Ri juga ikut menjauhiku, atau mungkin dia merasa tidak enak, entahlah tapi aku tetap merasa kecewa.
Aku yang pertama kali menyukai Hyun Joong, hanya setelah dua tahun berlalu aku baru berani menyatakannya. Karena aku merasa nama baikku sudah terlanjur hancur aku tetap berusaha merebut Hyun Joong dari Jin Ri. Bahkan kami masuk di Universitas yang sama, itu karena aku yang berusaha terus dekat dengan Hyun Joong sampai aku menyuruh orang untuk memata-matainya dan membuatku masuk di jurusan yang sama dengan Hyun Joong. Aku begitu mencintainya saat itu tapi semuanya tiba-tiba berubah menjadi obsesi yang tak tertahankan.
Sudah sekian tahun berlalu, aku melihatnya tumbuh menjadi pria yang gagah dan sukses, aku makin tergila-gila padanya. Setelah beberapa tahun lamanya aku kira dia sudah tidak berhubungan lagi dengan Jin Ri, tapi ternyata aku salah. Bahkan mereka akan segera menikah, aku tidak menyangka Hyun Joong dan Jin Ri dapat mempertahankan hubungan mereka sangat lama dan hal itu membuatku makin geram.
Saat itu aku tidak bekerja, bahkan kuliahku selesai dengan percuma, aku hanya foya-foya dan sibuk mencari tahu tentang Hyun Joong, meski akhirnya aku menyerah dan melanjutkan hidupku yang kembali normal. Ketika sedang senang-senangnya aku yang mulai menikmati hidup perusahaan orangtuaku bangkrut, hidup kami melarat, Ayahku meinggal karena kecelakaan dan Ibuku bunuh diri. Hidupku hancur dan aku menghadapinya sendiri, hidupku makin kacau dengan berita kebahagiaan Hyun Joong dan Jin Ri, mereka sudah mempunyai anak dan hidup dirumah yang besar. Obsesiku kembali timbul, karena aku berpikir akulah yang harusnya berada di posisi Jin Ri. Menurutku ini juga salah Hyun Joong, aku selalu berusaha dekat dengannya, menjadi wanita yang baik untukknya, dia tahu perjuangaku, tapi dia sama sekali tidak menggubrisku. Saat itulah aku mulai kembali masuk kedalam hidup Hyun Joong dan Jin Ri.
“Hyun Joog-ah”
“oh, Min Jung? Apa kabar?”
Saat itu aku bertemu dengan Hyun Joong disebuah acara yang bertempat di hotel. Sebenarnya aku tidak ada hubungannya dengan acara itu, aku hanya ingin bertemu dengan Hyun Joong jadi aku meminta tolong temanku agar aku dapat masuk ke acara itu.
“aku baik, kau sendiri apa kabar? Kebetulan sekali kita bertemu disini”
“aku juga baik, ya kebetulan Tuan Choi adalah rekan relasiku” kami mengobrol sangat lama, sangat akrab dan ini adalah moment yang sangat aku impikan. Bisa berada dekatnya, saling berbicara, aku sudah berandai-andai bahwa sebentar lagi aku mendapatkannya.
Benar saja setelah pesta itu dia mabuk berat dan memilih tidur di hotel, akhirnya kesempatanku datang juga, aku mendapatkan kunci kamarnya dan rencanaku sukses total. Malam itu adalah malam terindah bagiku, dan ketika pagi menjelang pertama kali yang aku lihat ketika membuka mata adalah dirinya, betapa bahagianya aku saat itu.
“Min Jung?” tapi semuanya berubah saat dia membuka mata. Dia begitu shock dan terkejut. “apa yang kita lakukan!” serunya, aku coba menenangkannya.
“tidak apa Hyun Joong-ah, aku tidak masalah, kita bisa menikah” ucapku gampang membuatnya menatapku tidak percaya.
“aku sudah beristri!!” dia terlihat makin geram dan menjambak rambutnya.
“kita tidak perlu memberi tahu istrimu, aku tidak keberatan di jadikan simpanan, aku mencitaimu Hyun Joong-ah” setelah kalimatku berakhir dia makin tak terima, dia sedikit mendorongku.
“pasti kau! Kau yang merencanakan semua ini, kau menjebakku!” dia menunjukku penuh amarah, kulihat wajahnya yang mulai memerah. Seumur hidupku aku tidak pernah melihat Hyun Joong semarah itu, dia selalu jadi pria baik yang aku idam-idamkan.
“kau tahu, aku sudah mencintaimu sejak lama”
“aku tahu! Tapi masih banyak laki-laki diluar sana Min Jung!”
“lalu kenapa kalau aku hanya menginginkanmu?” ucapku sedih. Pria sempurna dan setia seperti Hyun Joong selalu yang aku inginkan.
“Min Jung! Kau benar-benar tidak mengerti!!” dia terlihat geram dan bangkit lalu ku lihat dia mengambil sesuatu di kantung jasnya. “ini!” dia melemparku sebuah foto, didalam foto itu berisi ia dan Jin Ri yang sedang menggendong seorang anak. “aku sudah memiliki mereka, aku sangat mencintai keluargaku dan aku tidak bisa berhianat, mereka adalah hidup dan matiku, aku harap kau mengerti” ia segera memakai pakaian dan pergi. Aku masih memandangi foto itu, lalu air mataku mulai benar-benar deras, aku juga ingin bahagia, apa tidak boleh? Kenapa tidak ada kebahagiaan yang tersisa untukku? Dan perlahan aku sadar, kebahagiaan itu ternyata untuk Jin Ri dan anaknya, tidak ada tempat untukku.
Aku memang belum bisa melupakkan Hyun Joong tapi aku harus tetap menjalani hidupku. Hingga hari itu datang, aku mendapatkan diriku yang positif hamil. Entah rasa apa yang harus aku ungkapkan, bahagia? Sedih? Untuk mencari jawabannya aku mengambil sebuah foto yang ketika itu Hyun Joong lemparkan kearahku. Ternyata perasaanku sedih, karena aku tahu anakku tidak mungkin jadi bagian dari hidup dan mati Hyun Joong.
Aku kembali terpuruk, aku sebatang kara, aku tidak punya pekerjaan tetap, bagaimana aku bisa membiayai anakku nanti?. Dengan memberanikan diri aku memberi tahu Hyun Joong lewat surat kalau aku hamil, dia tidak meresponku, bahkan ketika aku pergi kerumahnya dia dan keluarganya tidak berada dirumah, mereka sedang di New York membuka cabang baru perusahaan Hyun Joong. Aku berpikir, untuk apa aku kembali jika memang Hyun Joong sudah bahagia dan tidak menginginkanku? Jadi aku memasrahkan diri.
Sembilan bulan berlalu, anak itu lahir, matanya sipit tapi wajahnya tampan. Dia terlihat seperti malaikat kecil bagiku, sekarang aku menyesal, benar-benar menyesal harusnya anakku bisa lahir dalam keadaan yang lebih baik, dengan orangtua yang utuh pastinya.
Beberapa hari berlalu sebuah dan surat sampai padaku. Ternyata itu surat dari Hyun Joong, dia mengetahui kalau aku sudah melahirkan seorang bayi, dia mengakui kalau ini adalah anaknya dia menyuruhku memberi nama Jinki padanya dengan marga Lee didepan namanya, anakku Lee Jinki.
Dia juga menyuruhku untuk datang kerumahnya, aku bersyukur Hyun Joong masih jadi pria yang baik, dia benar-benar bertanggung jawab, sekarang giliranku untuk kembali menjadi wanita yang baik. Aku pergi kerumahnya, rumahnya yang besar sambil membawa Jinki kecil.
“selamat siang Nyoya, silahkan masuk” seorang pria tegap menyambutku “perkenalkan saya Kepala Pelayan disini” ucapnya sambil membungkuk sopan, aku membalasnya sekilas tiba-tiba seorang wanita datang dengan wajah terheran-heran.
“siapa itu?” dia mendekat dan wajahnya terkejut, dia mengenaliku. “kau? Min Jung, kan?” dia menatapku dengan mata bulatnya.
“Jin Ri, dia yang ingin aku pertemukan dengamu” Hyun Joong datang dengan wajah tegarnya. Aku hanya bisa menunduk dan terus menunduk karena aku tahu sebentar lagi aku akan menghancurkan kebahagiaan seseorang.
“dan bayi itu yang ingin aku kenalkan, Jinki anakku” wajah Jin Ri terlihat Shock dia menatap Hyun Joong dengan wajah tak percaya.
“apa maksudmu?!”
“maaf Jin Ri, aku dan Min Jung sudah melakukan kesalahan, itu benar anakku” ucapnya pilu, sekarang aku sudah mendengar suara histeris dari Jin Ri, dia menangis dengan kencang sambil menutup mulutnya.
“kenapa kau lakukan ini!!” dia terus memukuli dada Hyun Joong sambil menangis.
“maafkan aku Jin Ri,” sekarang aku juga sudah melihat air mata jatuh dari mata Hyun Joong, aku tidak kuat melihatnya, dadaku sesak dan rasa bersalahku semakin besar.
“aku berharap kau dapat menerimanya, terimalah Jinki”
“tidak! Tidak! Dia bukan anakku!”Jin Ri menutup telinganya tidak ingin mendengar perkataan Hyun Joong lagi.
“Jin Ri! Bayi itu tidak bersalah, jangan membencinya, aku mohon biarkan dia bersama kita” Jin Ri tidak membalasnya dan malah pergi. Hyun Joong tidak mengejarnya, ia terlihat mengusap air matanya dan mengampiriku.
“berikan dia padakku” aku mendongak, melihat mata merah Hyun Joong dan aku menurutinya “sekarang pergilah”
“apa?”
“aku dapat membujuk Jin Ri untuk menerima Jinki, tapi aku tidak bisa membujuknya untuk menerimamu juga, maafkan aku” setelah itu dia segera pergi membawa Jinki, aku berniat mengejar tapi tertahan oleh tangan kekar seorang pelayan.
“maaf Nyonya, Anda harus keluar”
“tidak! Jinki! Jangan ambil anakku” aku terus dipaksa keluar hingga mencapai pintu aku tetap berusaha untuk masuk. “aku mohon, tolong bujuk Hyun Joong jangan pisahkan aku dengan anakku”
“maaf Nyonya, tapi harusnya Nyonya juga mengerti posisi Tuan, dan Anda tidak perlu khawatir karena masa depan Anak Anda terjamin, jadi tolong biarkan anak Anda ikut dengan Tuan, permisi” pintu itu tertutup, aku hanya terdiam entah memikirkan apa. Baru beberapa hari aku menggendongnya sekarang aku sudah dipisahkan.
Hatiku sangat hancur saat itu, tapi lambat laun aku mulai mengerti, mungkin memang ini takdirnya, anakku bisa hidup dengan orangtua yang lengkap, hidup berkecukupan, dia juga bisa bersekolah hingga lulus, masa depannya akan terang itulah sebabnya aku sudah mulai merelakan Jinki.
Hidupku berlangsung normal tapi tetap belum ada pria yang menjadi tambatan hatiku, meski begitu empat tahun berlalu seorang pria yang mengetahuiku dari salah satu temannya datang untuk menawarkanku sesuatu.
“apa kau Min Jung? Perkenalkan aku Jung Min”
“ada apa?”
“begini aku ingin minta tolong padamu, aku baru saja kehilangan istriku dan aku memiliki dua orang anak, yang satu lagi masih bayi dan memiliki kelainan jantung, bisakah kau membantuku menjadi Ibu pengganti bagi mereka?” aku terkejut, apa dia akan mengajakku menikah?.
“aku yang akan mencari uangnya, kau yang menjaga mereka, kau tidak perlu khawatir mengenai uang, kau hanya harus jadi Ibu bagi mereka”
“lalu apa kita akan menikah?” ucapku penasaran, aku tahu ini sebuah pertanyaan yang bodoh tapi setahuku didalam pertanyaan itu tidak ada yang salah. Dia menunduk sekilas lalu meneggakkan badannya.
“untuk itu, aku tidak bisa, meski kita akan tinggal bersama, tapi aku belum siap menikah lagi, kau hanya perlu menjadi Ibu, bukan seorang istri, bagaimana?” aku memikirkannya sejenak, aku sudah kehilangan seorang anak dan aku tidak bisa jadi seorang Ibu, meski tidak bisa jadi seorang istri setidaknya aku kembali jadi seorang Ibu, kan?
“aku terima”
Sekarang disinilah aku, tinggal bersama dua anak yang masih sangat kecil. Nama anak pertamanya Choi Minho dan adikknya bernama Sulli. Tidak terasa kedua Anak itu sudah mulai tumbuh menjadi remaja tapi suatu musibah menimpa kami. Jung Min, Ayah mereka meninggal karena kecelakaan, kami semua merasa terkejut, aku mencari tahu tetang kecelakaan itu, ternyata mobilnya bertabrakan dengan mobil lain. Dan kabar yang lebih mengejutkan lagi adalah pemilik mobil yang bertabrakan dengan Jung Min adalah Hyun Joong. Aku terpukul mendengarnya karena keduanya sama-sama dikabarkan meninggal dunia dan aku tidak akan pernah bertemu dengan Hyun Joong lagi, cinta pertamaku.
Saking terpukulnya aku tidak menghadiri pemakaman Jung Min, aku pergi ke pemakaman Hyun Joong. Aku melihatnya dari Jauh, anakku Jinki sudah besar, dia benar-benar tumbuh dengan baik. Aku melihatnya menangis memanggil Hyun Joong dengan sebutan Ayah, lalu aku melihat kearah Jin Ri yang malah memeluk Anak perempuannya saja, aku jadi ingin sekali memeluk Jinki. Ingin sekali.
Setelah beberapa hari berlalu aku tetap mengurusi Minho dan Sulli, tapi kebutuhan rumah semakin melonjak, apalagi Sulli yang harus sering control, harus menyiapkan obatnya dan itu memerlukan biaya yang tidak murah, bahkan kami sampai harus menjual rumah.
Aku kembali merasa terpuruk untuk yang kesekian kalinya, aku sudah tidak sanggup mengurus mereka. Tapi aku kembali menyadakan diriku, mereka sudah tidak punya siapa-siapa lagi. aku juga sudah mulai menyayangi mereka jadi aku tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja, maka dari itu aku kembali berjuang untuk menghidupi keluarga kecil ini.
Aku sudah berjuang sekuat tenagaku, tapi semua tidak cukup. Hingga suatu hari aku bertemu dengan teman lamaku, dia mengajakku untuk kembali kedunia malam. Aku mencobanya kembali sampai aku mulai menjadi simpanan seorang pejabat. Sebenarnya aku tidak menyukai pekerjaan ini, tapi ini sangat menguntungkan bahakan aku bisa membiayai Minho dan Sulli lebih dari Ayah mereka, kami pun sudah memiliki rumah baru. Tapi satu hal yang mulai aku sadari, Minho mulai tidak menyukaiku, karena aku mulai menterlantarkan mereka, tidak pernah pulang, tidak pernah mengantar Sulli berobat, tapi semua itu aku lakukan untuk mereka, untuk hidup mereka. Meski mereka bukan anakku, meski mereka tidak ada hubungan darah dengaku, meski aku tidak dibayar aku rela melakukan semuanya demi mereka, yang sekarang menjadi anak-anakku.
Karena aku berpikir ini adalah karma yang aku dapat, aku sudah menghancurkan keluarga kecil Hyun Joong, aku juga sudah membuat Jin Ri menderita dengan menerima anak yang bukan darah dagingnya tinggal bersamanya, lalu apa bedanya dengaku? Aku dan Jin Ri harus sama-sama berjuang meski kami sama-sama sulit menerima kenyataan.
Apapun yang terjadi.. kami.. aku dan Jin Ri tetaplah seorang Ibu..
-
Rose terlihat selesai bercerita. Semua terdiam, berusaha menerima semuanya atau masih belum percaya dengan apa yang mereka dengar.
“jadi Jinki adalah anakku, sedangkan Minho dan Sulli, Ibu mereka sudah meninggal sejak lama”
“jadi ini sebabnya Ibu selalu terlihat tidak suka dengan Jinki?” ucap Jinhya yang beralih kepada kepalan Jung.
“maafkan saya Nona, harusnya saya sudah menceritakan hal ini sejak lama, sejak Nyonya meninggal” Kepala Pelayan Jung terlihat mendunduk dalam dan Jinhya sudah menutup wajahnya. Myun Ji memalingakan pandangannya pada Minho dan Jinki yang sama-sama sudah menyembunyikan wajah mereka, sekarang terdengar suara isakan Sulli. Gadis itu meremas rambutnya sambil menangis, entah apa yang membuatnya begitu terisak.
“maafkan aku” ulang Rose atau mungkin yang sekarang bisa kita panggil Min Jung.
Tiba-tiba semua pandangan teralih pada Sulli, dia terus memegangi dadanya dan tersungkur dari kursi, kami semua membantunya dan segera membawa ke rumah sakit. Min Jung kembali menangis dan memeluk tubuh Sulli yang sedang merasakan kesakitan itu.
“Sulli, maafkan Ibu Sulli, Ibu menyayangimu!” sepanjang perjalanan itulah yang Min Jung ucapkan sambil memeluk tubuh dingin Sulli. Min Jung merasakan dadanya ikut yang sesak, memori yang dulu ia simpan sekarang terputar kembali dengan jelas, membuatnya memeluk Sulli dengan erat.
Mereka semua sampai di rumah sakit dan Sulli segera di tangani oleh dokter. Setelah itu semua terdiam sambil melihat pintu putih dihadapan mereka yang tertutup rapat. Minho dan Jinki sama-sama memandang Sulli melalui kaca besar. Sedangkan Min Jung mulai menjatuhkan lututnya.
“semua ini salahku, Jinki, Minho maafkan aku!” Min Jung menyentuhkan kepalanya kelantai, ia terlihat meminta maaf sambil bersujud. Min Jung tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan ia merasa sangat bersalah, dia terus bersujud sambil menangis. Jinhya menghampiri Min Jung dengan air mata yang tidak kalah derasnya.
“ahjumma, apa yang Anda lakukan, bangunlah” bujuk Jinhya.
“tidak, aku sudah sangat bersalah aku tidak akan bangun, maafkan aku maafkan aku” Min Jung bangkit untuk kembali membungkuk dan kembali menyentuhkan kepalanya ke lantai. Jinhya tidak tega melihatnya, ia terus membujuk Min Jung untuk bangun. Lalu pandangan Jinhya tertuju pada Minho dan Jinki yang tidak berkutik sambil membelakanginya. Minho dan Jinki sama-sama melihat Sulli yang sedang ditangani dokter, dia sedang berjuang disana, penyakit Jantungnya kembali kambuh dan ini adalah situasi yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Saat semuanya terungkap, saat kata maaf itu berulang kali terucap. Myun Ji tidak kuat melihat semua ini. Ini adalah pukulan terbesar bagi mereka semua. Myun Ji hanya dapat menutup mulutnya dengan tangan untuk meredam tangisnya.
Ya Tuhan, inikah alasannya? Inikah sebabnya? kau sudah tunjukan semuanya Tuhan, jadi beritahu aku apa yang harus aku lakukan sekarang.