Desember 07, 1994
Seorang wanita paruh baya sibuk mengaduk – aduk sup yang hampir matang di sebuah kuali berukuran sedang, sambil sesekali bersenandung kecil, ia menambahkan beberapa bumbu dapur saat di rasakannya ada sebagian yang kurang pas di lidahnya.
“Ahra-ya, panggil dongsaengmu untuk turun makan malam.” Tukasnya pada anak perempuannya yang kini berusia 9 tahun, yeoja kecil yang memiliki mata bulat itu segera menuruti perintah ibunya. Ia menaiki tangga dan sampailah ia didepan pintu kamar namdongsaeng kesayangannya.
Tangan mungilnya berusaha untuk memutar kenop pintu yang sudah agak macet, “Kyuhyun-ah..” panggil Ahra, ia memasukkan sedikit badannya dan mendapati adiknya tengah duduk termenung di kasurnya, sedangkan di hadapannya terdapat sebuah psp hitam yang merupakan hadiah natal tahun lalu dari appa mereka. “Kyunnie-ah, waegurae?” Tanya Ahra, ia menghampiri adiknya dan ikut duduk disampingnya. Merasa ada yang tidak beres pada diri Kyuhyun, ia pun membelai lembut rambut Kyuhyun “Neo gwenchanayo? Kau kenapa? Sakit?” Tanya Ahra bertubi – tubi, Kyuhyun hanya menggeleg lesu, tatapan matanya tertuju pada pspnya namun kehampaan dan kekosongan menyelimuti tatapan itu.
“Jinjja?” Tanya Ahra lagi sekedar memastikan. Dan lagi – lagi Kyuhyun hanya terdiam kemudian ia menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu turunlah, makan malam sudah siap, eomma masak jjangmyeun khusus untukmu.” Bujuk Ahra.
Keluarga Cho telah lengkap berkumpul di ruang makan untuk menikmati makan malam, keceriaan selalu timbul ketika mereka memiliki waktu luang untuk berkumpul seperti ini. Namun Kyuhyun hanya mengaduk – aduk jjangmyeunnya tanpa nafsu. Bahkan jjangmyeun itu masih tetap utuh.
“Kyunnie-ah, kau sakit eoh?” Ahra mulai cemas melihat tingkah Kyu yang tidak seperti biasanya, Kyu sangat menyukai jjangmyeun hingga dalam waktu menit saja ia dapat menghabiskan sepiring penuh jjangmyeun porsi dewasa.
“Eomma…” Kyuhyun akhirnya angkat bicara setelah aksi bisunya beberapa saat tadi, namja kecil itu meletakkan sumpitnya di sebelah piringnya. “Tidak bisakah eomma member namdongsaeng padaku?” Tanya Kyuhyun dengan nada polos, mata kecilnya mengerjap – ngerjap dengan lincah. Pertanyaan yang simple namun sukses membuat Cho appa tersedak air putih yang sedang di minumnya.
Ahra mendengus kecil, sedangkan Cho eomma hanya tersenyum menanggapi pertanyaan anak laki – lakinya. “Kyu ingin punya namdongsaeng? Apakah noonamu kurang baik padamu?” Cho eomma balik bertanya.
“Anniyo, noona sangat baik padaku, hanya saja aku sering merasa bosan saat sedang bermain psp sendirian, aku tidak punya lawan bermain. Aku kan tidak mungkin mengajak noona bermain.”
“Bermain psp lebih tepatnya.” Sambung Ahra membenarkan statement yang baru saja di buat oleh Kyu dengan mulut yang penuh dengan nasi. Kyuhyun mengangguk tanda setuju.
“Maka dari itu aku ingin punya namdongsaeng yang bisa ku ajak bermain psp, mobil – mobilan, bola dan sebagainya.” Suaranya terdengar lesu, Kyu menarik nafas dan menghembuskannya pelan – pelan. Sesaat Cho appa dan Cho eomma saling berpandangan. “Ayolah appa, eomma, berikan aku namdongsaeng.”
---
Desember 25, 1994
“Appa!!! Eomma!!! Mengapa perginya lama sekali? Ini kan hari natal, aku kelaparan, noona yang babo ini hanya dapat memasak ramen.” Celoteh Kyuhyun di depan pagar ketika mobil keluarga Cho memasuki halaman parker rumah mereka. Bahkan belum ada satu orangpun yang turun dari mobil namun Kyuhyun telah dengan antusias tingkat tinggi ia sudah menyatakan kalau ia kelaparan. Akibatnya Kyuhyun mendapat hadiah jitakan di kepalanya dari Ahra.
“Ah!!! Noona appo.” Kyuhyun memegangi kepalanya sambil meringis.
“Kau kira berapa umurku? Bisa memasak ramen saja sudah bagus.”
Cho eomma keluar dari mobil sambil tersenyum “masuklah dulu, udara semakin dingin, eomma membeli makan malam untuk kita semua.” Ajak Cho eomma seraya merangkul kedua anaknya dan menggiring mereka masuk kedalam. Sementara itu Cho appa masih memasukkan mobilnya kedalam garasi.
Ahra pun membantu ibunya mempersiapkan makan malam, ia mengambil beberapa tumpukan piring untuk di letakkan di atas meja makan. “Matikan dulu pspmu Kyunnie.” Tegur Ahra ketika ia menata piring – piring tersebut di atas meja. Kebiasaan bermain game dimanapun dari sang namdongsaeng memang harus terus di peringatkan.
“Ternyata makan malam sudah siap? Sepertinya appa tepat waktu jadi tidak perlu membantu kalian.” Terdengar suara Cho appa terkekeh, Cho appa memang selalu seperti itu, ada saja alas an baginya untuk tidak membantu mempersiapkan makan malam. Sosok tubuhnya yang tegap mulai terlihat dan ternyata ia tidak seorang diri, dibelakangnya ada seorang namja kecil seumuran Kyu yang mengekori langkah Cho appa.
“Eoh, appa membawa siapa?” Tanya Ahra antusias, sementara Kyuhyun hanya menatap namja sebayanya itu dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Kyuhyun berfikir pastilah anak itu hanya anak dari teman relasi bisnis appanya yang biasa di titipkan pada malam natal ini. Mereka memang kerap kali di titipkan anak oleh relasi bisnis appa atau eomma namun tidak ada seorangpun yang menyenangkan bagi Kyu.
Ahra yang memang sangat peka dengan Kyuhyun langsung menyadari tatapan sinis yang dilayangkan pada namja kecil yang belum di ketahui namanya itu. Ahra berlutut di depannya, “Siapa namamu?”
“Gui Xian noona.” Jawabnya sambil tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang telah tumbuh dengan rapih dan sempurna.
“Gui Xian?” ulang Ahra “nama yang asing, apa kau bukan orang Korea asli?”
“Itu…”
“Ahra.” Panggil Cho eomma yang membuat keduanya menoleh. “Ngobrolnya nanti saja, ajak Gui Xian makan dulu.”
“Mana hadiah natalku eomma, appa?” Tanya Kyuhyun to the point ketika acara makan malam berlangsung. “Chankamman, habiskan dulu makananmu baru kita berbicara soal hadiah.” Sahut Cho appa, mendengar kata hadiah, wajah Kyuhyun pun berseri – seri hingga buru – buru ia menghabiskan sphagettinya.
Makan malampun berakhir, Kyuhyun sudah gelisah di tempat duduknya menantikan hadiah natal dari kedua orang tuanya. “Noona, kau juga punya hadiah untukku kan?” Kyuhyun menyipitkan matanya “anni, harusnya kau memang punya hadiah untukku.” Lanjutnya mengintimidasi.
Ahra hanya terkekeh sambil mengangkat kedua bahunya “sayangnya aku tidak memiliki apapun little evil.” Jawabnya tenang yang sukses membuat bibir Kyuhyun mengerucut, ia sedikit merajuk pada noonanya. Ahra mengusap rambut Kyuhyun yang duduk di sampingnya dengan penuh kasih saying. “Tapi noona bisa janji suatu hal padamu dan janji itu adalah hadiah natal yang abadi dariku.” Tukas Ahra. Seluruj keluarga Cho termasuk Gui Xian langsung mengarahkan tatapan mereka pada Ahra.
“Apa noona?” Tanya Kyuhyun penasaran.
“Aku berjanji akan selalu melindungimu, menyayangimu, dan menjadi noona yang baik untukmu.” Ucap Ahra dengan penuh keyakinan. Tanpa mereka sadari Cho appa dan Cho eomma terperangah kaget mendengarnya, mereka tidak pernah menyangka putrid kecil mereka bisa berfikiran sangat dewasa seperti itu.
Gui Xian tersenyum simpul, sorot matanya yang lembut terlihat begitu mengagumi Ahra. ‘Betapa beruntungnya Kyuhyun memiliki keluarga yang hangat dan noona yang sangat menyayanginya.’
Kyuhyun spontan langsung memeluk noonanya “gomawo noona, saranghae..” bisiknya. Ahra membalas pelukan Kyuhyun lalu mengecup pipi chubby adiknya. “lalu appa, eomma, mana hadiahku?”
Cho appa berdehem “keurae, perkenalkan hadiah natalmu Kyunnie-ah, namanya Gui Xian.” Kata Cho appa seraya menepuk – nepuk bahu Gui Xian pelan. Kakak beradik Cho sangat terkejut dan merasa shock, bahkan hingga sepersekian menit Ahra masih saja membuka mulutnya.
“Maksud appa?”
“Waktu itu Kyuhyun ingin namdongsaeng untuk teman bermain kan?” jawab Cho eomma, Ahra segera melihat Kyuhyun yang lagi – lagi menatap Gui Xian dengan sinis. “Ketahuilah saying, eomma tidak bisa lagi memberikanmu adik bayi, maka dari itu kami memberikan Gui Xian padamu.” Lanjut Cho eomma.
“Gui Xian adalah anak panti asuhan yang kami biayai, hingga begitu kau bilang kau ingin namdongsaeng, appa berinisiatif untuk mengadopsi Gui Xian. Kalian tahu? Tanggal, bulan, dan tahun lahir Kyuhyun dan Gui Xian persis sama. Bukankah itu sangat menyenangkan?” Cho appa tertawa kecil, ia berniat sedikit berkelakar mengingat atmosfer di ruang makan mendadak berubah manjadi dingin.
“Kau..” Kyuhyun menatap Gui Xian dengan seksama, tatapan matanya tajam hingga Ahra merasakan seperti ada aura hitam yang mengelilingi adiknya. Terkadang Kyuhyun memang suka berubah ataupun bertindak menyeramkan.
“Aku Gui Xian.” Dengan cepat Gui Xian menyambar omongan Kyuhyun, suaranya begitu tenang dan menghanyutkan.
“Aku tidak bertanya namamu.” Desis Kyuhyun, ia menarik nafas panjang, setiap tarikan nafasnya membuat jantung Ahra berdeta ribuan kali lebih cepat dari biasanya. Ia tidak bisa membayangkan ucapan pedas apa yang akan di lontarkan Kyuhyun pada Gui Xian. “Kau…kau tidur di kamarku ya.” Seringaian kecil Kyuhyun ikut membuat Gui Xian menyeringai.
---
February 03, 2005
“Ya!!! Ya!!! Hyung!! Kau curaaang!!!” jerit Gui Xian tanpa melepaskan pandangannya dari layar TV, begitupun dengan Kyuhyun. Kedua namja itu tengah sibuk beradu ketangkasan bermain playstation.
“Kau sendiripun juga curang!!!” jerit Kyuhyun tak mau kalah kedua jempolnya dengan penuh kekuatan memijat tombol – tombol yang na’as dari stick psp. Geraman – geraman, keluhan, teriakan demi teriakan, seolah sudah menjadi hal yang biasa di rumah keluarga Cho.
Gui Xian merasa kesal yang terus di curangi oleh Kyuhyun, dengan memasang smirk andalannya, ia pun menendang – nendang paha Kyuhyun hingga posisi Kyuhyun hampir terbaring di karpet. “Ya!!! Gui Xian!! Aish!!!”
‘YOU LOSE.” Suara dari tv menggema , menandakan bahwa permainan berakhir yang diiringi dengan kekalahan seseorang.
“Andwaeeeeeeeee!!!!!!!” teriak Kyuhyun frustasi, ia menatap nanar pada layar tv yang jelas – jelas memunculkan kekalahannya. Raut wajahnya terlihat kesal lalu ia melihat Gui Xian dengan tatapan ingin membunuhnya. “Curang!!! Curang!!! Aku tak terima!! Yak!! Yak!!!!” Kyuhyun mengaitkan lengannya di leher Gui Xian, menarik tubuh dongsaengnya hingga merapat padanya lalu dengan perasaan yang menggebu – gebu ia menjitaki kepala Gui Xian.
“Hyung!!! Wahahahhaha..appo..ahahha…yak!! noona…tolong!!!” Gui Xian berusaha membalas perlakuan Kyuhyun dengan menjambaki rambut hyungnya. Dari dapur, ahra hanya menggeleng – gelengkan kepalanya mendengar kelakuan adiknya yang selalu seperti ini dari kecil, senyuman tipis terkembang di bibirnya.
Sebelas tahun berlalu sudah semenjak Gui Xian diangkat menjadi anggota keluarga Cho. Namanya pun kini sudah bertambah marga Cho, Gui Xian Cho. Meski lahir di tanggal, bulan, dan tahun yang sama dengan Kyu, namun Gui Xian tetap bersikukuh memanggil Kyu dengan sebutan hyung.
“Gui Xian adalah kado natal yang terindah, bahkan lebih indah dari pspku.” Kata Kyuhyun waktu itu, dan Ahra pun merasakan hal yang sama. Ia sangat menyayangi kedua namdongsaengnya, tidak ada kata pilih kasih dalam kamus hidupnya.
“Noona, maukah berjanji hal yang sama dengan Kyuhyun hyung padaku?” Tanya Gui Xian pada AHra tepat ketika Ahra selesai membacakan sebuah cerita pengantar tidur untuk mereka, Kyuhyun kecil telah tertidur pulas.
“Berjanji apa?”
“Noona akan selalu menyayangiku, melindungiku, dan menjadi noona yang baik untukku.”
Ahra menyelimuti tubuh Gui Xian, ia lalu mengecup kening adik barunya, mata Gui Xian yang teduh mengikuti setiap gerak – gerik Ahra “Tanpa kau pintapun, aku telah berjanji pada diriku sendiri. Sekarang tidurlah dengan nyenyak. Jaljayo.”
“Noona sedang apa?” suara yang entah berasal dari Kyuhyun atau Gui Xian menyadarkan Ahra dari lamunan tentang masa kecil mereka. Begitu menoleh, ia mendapati Gui Xian sedang meneguk segelas air putih. “Eo, noona memanggang kue? Untuk siapa? Untuk apa?”
“Kau lupa dengan ulang tahunmu sendiri?”
Gui Xian sedikit terpanjat menyadari kebodohannya, ia selalu saja lupa dengan ulang tahunnya sedangkan ia adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun jika eomma, appa atau noonanya berulang tahun. “Ah, ya Tuhan!! Hari ini aku dan hyung berulang tahun? Jinjja noona? Yeah!! Aku bisa meminta kado dari eomma dan appa.”
“Memangnya, apa yang akan kau pinta?” selidik Ahra sambil mengoleskan kuenya dengan cream cokelat. Dalam hati ia menyesali pertanyaannya, harusnya ia sudah tahu bahwa duo maniak game itu pasti akan meminta psp limited edition keluaran terbaru yang baru beredar di pasaran pertengahan tahun.
“Aku ingin minta kasur baru yang lebih besar.” Gumam Gui Xian “Sungguh sempit tidur di ranjang sekecil itu bersama hyung, kasihan hyung harus berdempet – dempetan denganku. Biar bagaimanapun, kami tumbuh besar dengan cepat noona.”
“YA!! Gui Xian, kau minum lama sekali.” Panggil Kyuhyun dari ruang keluarga.
“Nde hyung, aku datang.” Jawabnya sambil berlari kecil keluar dari dapur.
Semenjak hidup bersama, entah bagaimana cara Tuhan membuat keajaiban tersebut, namun kini wajah Kyuhyun dan Gui Xian sangat mirip, bisa di katakana mereka seperti anak kembar dengan banyak kesamaan. Sama – sama maniak game, sama – sama tidak suka sayuran, sama – sama menyukai jjangmyeun, jika salah satu dari mereka ada yang berjerawat maka dalam hitungan hari saja yang lainnya akan menyusul berjerawat. Mereka juga memiliki suara yang nyaris mirip, otak yang genius juga di anugerahkan pada mereka hingga berkali – kali mereka memenangkan olimpiade matematika dan fisika. Membuat mereka menjadi terkenal tidak hanya di sekolah sendiri tapi juga ke sekolah lainnya. Banyak sekali yeoja – yeoja yang menyukai mereka, tak heran kalau setiap harinya sepulang sekolah, duo Cho membawa setumpuk surat cinta, seplastik cokelat, belum lagi barang – barang yang hampir seluruhnya di berikan pada Ahra ataupun eomma.
Ketampanan yang luar biasa dan suara indah yang mampu menyihir setiap orang yang mendengarkan mereka bernyanyi menambah nilai plus duo Cho itu. Begitu banyak orang yang mengagumi atau bahkan menggilai mereka. Hingga ada sebuah agency yang menawarkan mereka untuk bergabung sebagai sebuah boyband namun mereka menolaknya.
Hanya sifatlah yang membedakan mereka. Kyuhyun orang yang sinis, selalu berkata tajam dan tidak perduli akan sekitarnya hingga ia terkesan angkuh dan sombong, Kyuhyun juga bukan orang yang banyak bicara namun ia berbeda jika sedang dirumah, tangannya pun tidak pernah lepas memegang psp. Tidak jauh berbeda dengan Kyuhyun, Gui Xian pun seperti tidak bisa hidup tanpa pspnya. Namun Gui Xian adalah tipe orang yang lembut, setiap perkatannya selalu berusaha untuk menyenangkan lawan bicaranya, ia pun termasuk lawan bicara yang menyenangkan, juga perhatian akan kejadian di sekitarnya. Ia hanya akan berkata sinis dan tajam ketika sedang marah atau saat ia merasa gerah dengan sikap berlebihan para ‘fansnya’.
Suara deringan telefon rumah terpaksa membuat Ahra menghentikan kegiatannya menghias kue ulang tahun. Ia memilih untuk mengangkat telefon lebih dulu karena tidak mungkin salah satu dari adiknya yang sedang asyik bertarung itu akan mengangkatnya.
“Yoboseyo?” sapa Ahra.
“…..”
“MWO???” pekik Ahra kaget, Kyuhyun dan Gui Xian yang tadinya sedang focus terpaksa mem-pause gamenya karena merasa ada yang tidak beres. Dengan tergesa – gesa Ahra menutup telfon dan menyambar kunci mobilnya.
“Ada apa noona?” Tanya Kyuhyun panik ketika melihat noonanya panic.
“Eomma dan appa kecelakaan, mereka di rumah sakit sekarang. Ppali!!!”
[TBC]
---