home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Miracle In December (My Turn To Cry)

Miracle In December (My Turn To Cry)

Share:
Author : beylicious7
Published : 21 Dec 2013, Updated : 21 Dec 2013
Cast : Oh Se Hun, Hyun Hye Bin
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |19138 Views |3 Loves
Miracle In December (My Turn To Cry)
CHAPTER 5 : My Turn To Cry

Beberapa hari berlalu dengan menyenangkan untuk Hyebin. Tak ada masalah berarti yang ia hadapi menjelang natal tahun ini. Hyebin begitu bahagia. Semoga ini menjadi natal yang terbaik untuknya.

 

Salju turun perlahan malam ini, menambah hikmat suasana malam natal yang tenang. Hyebin berjalan diantara salju yang turun. Hyebin terlihat cantik mengenakan mini dress putih yang Sehun pilihkan untuknya bulan lalu. Ia memadukannya dengan stoking hitam dan ankle boot hitam yang membuatnya terlihat lebih manis. Kecantikan yang selalu terpancar. Meski salju malam ini membuat Hyebin terlihat lebih pucat.

 

Hyebin menunggu Sehun di kursi taman yang ada di depan gereja. Suhu malam ini terasa lebih dingin. Hyebin membuka ponselnya, mencoba menghubungi Sehun. Namun tak ada jawaban. Hyebin tetap menunggu.

 

Sendirian didepan gereja yang mulai tertutup salju tebal tak membuat Hyebin menyerah. Ia masih mencoba untuk menghubungi Sehun. Dengan tubuh yang semakin kedinginan karena Hyebin lupa meninggalkan mantelnya di apartement.

 

Hingga pukul sebelas malam, Sehun belum juga datang. Padahal Hyebin telah menunggunya hampir tiga jam sendirian duduk di taman gereja. Tak ada tanda bahwa Sehun akan datang. Ponsel Sehun pun tak dapat di hubungi. Hyebin masih saja meyakinkan dirinya bahwa Sehun akan datang. Sehun pasti datang.

 

Hingga kemudian waktu yang harus memaksa Hyebin untuk menyerah, Sehun tak juga datang.

 

-***-

 

Keegoisanku yang hanya memikirkan diriku sendiri. Aku yang tak pernah tahu perasaanmu dan mengabaikannya.

Aku tak bisa mempercayai diriku bahwa aku telah berubah sejauh ini.

Cintamu masih bisa membawaku seperti ini.

Jika aku hanya memikirkan tentangmu, aku bisa mengisi dunia ini bersamamu.

Karena setiap butir salju itu adalah air matamu.

Tapi ada satu hal yang tak bisa aku lakukan dan itu adalah membuatmu datang padaku,

Aku harap aku tak memiliki kesengsaraan ini.

 

-***-

 

Sehun mengayuh sepedanya perlahan. Ia berhenti di sebuah toko bunga yang ada di pinggir jalan. Membeli sebuket bunga cantik dengan dominasi mawar berwarna merah jambu di dalamnya. Tak lupa ia meminta sang penjual untuk memasangkan pita dengan warna yang senada dengan mawarnya.

 

“Warna kesukaanmu.” Batin Sehun.

 

Ia sampai  di taman yang ada didepan gereja. Diraihnya ponselnya, membaca pesan yang dikirim oleh Hyebin, “aku sudah sampai, ku tunggu kau di taman.” tulis gadis itu.

 

Sehun melihat sekeliling. Mencari sosok gadis yang dinantinya. Ia berdiri disamping air mancur yang tak mengalir karena ini musim dingin. Sehun lebih memilih berdiri dengan membawa sebuket bunga ditangannya.

 

Salju yang sedari tadi turun belum juga berhenti. Hingga hari semakin larut, belum ada tanda gadis berambut hitam lebat itu muncul. Sehun menunggu.

 

Dua jam. Waktu berlalu begitu cepat. Sehun menatap langit.

 

“Gerhana.” Lirihnya.

 

Dengan masih menggenggam sebuket bunga di tangnnya, Sehun berdoa dalam hatinya, “Seandainya aku bisa menghentikan waktu dan memutarnya. Tak akan pernah kusiakan waktuku bersamamu Hyebin-ah.” mohonnya dalam hati.

 

Angin bertiup lebih kencang. Salju semakin deras turun. Alunan musik dari dalam gereja terdengar semakin hikmat. Dan waktupun seperti benar-benar berputar.

 

Mata Sehun berbinar ketika dilihatnya sesosok gadis cantik yang mengenakan mini dress putih dengan stocking hitam dan ankle boot hitam yang manis. Membuat gadis berambut hitam panjang itu semakin terlihat menawan dibawah hujan salju yang turun.

 

“Hyebin-ah.” Sapa Sehun lirih. Sehun tak dapat menyembunyikan senyum bahagianya melihat Hyebin datang. Wajah gadis itu terlihat pucat. Tapi tak dapat memudarkan kebahagiaan hati Sehun melihat gadis cantik itu datang.

 

Namun hanya sesaat. Tiba-tiba saja Hyebin kembali menghilang. Bayangannya berlalu begitu saja. Sehun hanya bisa membeku. Dicarinya lagi sosok tunangannya itu.

 

“Kau baru saja datang Hyebin-ah, kenapa kau dengan cepat pergi begitu saja?”

 

“Apa ini hanya imajiku?”

 

“Katakan bahwa kau memeang datang untukku Hyebin-ah. Tak bisakah kau  tinggal sebentar lagi disini. Jaebal.”

 

***

 

Sehun tersentak dan menyadari bahwa ia telah tertidur di bangku taman yang berada di depan gereja. Ia kembali memperhatikan sekitar. Kini tak ada seorangpun disini. Hanya Sehun seorang diri. Ditengoknya jam yang menunjukan pukul tiga pagi.

 

“Aku tak bermimpi.” Ujarnya lirih.

 

Sehun bangkit dari duduknya. Ia berjalan untuk mengambil sepedanya. Dan kembali berjalan.

 

Jalanan masih sangat gelap dan sepi. Semua orang masih terlelap setelah menghabiskan malam natal yang panjang dan hikmat. Sehun terus berjalan. Ia tak menggunakan sepedanya, hanya menuntunnya bersama sebuket bunga yang masih dalam genggamannya.

 

Dinginnya udara setelah hujan salju semalam tak membuat Sehun menyerah. Entah kemana tujuannya. Sehun terus berjalan perlahan. Sesekali kakinya terasa pegal karena berjalan, namun dia tak mempedulikan itu. Dalam batinnya ia hanya ingin segera sampai di tujuannya.

 

Hingga matahari mulai menampakkan sinarnya. Ini sudah hampir dua jam Sehun berjalan. Akhirnya ia sampai pada suatu taman yang begitu luas. Rumput hijau yang hampir tak terlihat lagi karena tertutup salju. Aroma embun membuat suasana mebjadi semakin sunyi.

 

Sehun berhenti untuk meletakkan sepedanya. Ia kembali berjalan melewati sebuah gerbang yang tak terlalu besar. Hanya tumpukan salju yang menyambutnya. Sunyi.

 

Sehun kemudian berhenti tak jauh dari gerbang. Ia berlutut. Tak terasa buliran air mata mengalir begitu saja dari mata Sehun. Bukan karena ia terlalu lelah karena berjalan. Ia hanya lelah dengan kenyataan yang masih belum bisa ia terima.

 

*

 

Aku yang tak tahu terimakasih untuk cinta yang telah kau berikan.

 

***

Aku ingin memelukmu, apa yang harus aku lakukan?

Jangan menangis ditempat itu tanpaku, selamat tinggal

Karena kau tak bisa meminjam bahuku lagi

Tidak, ini giliranku untuk menangis, aku menangis sekarang

Aku akan mengambil semua air matamu

Kini giliranku untuk menangis, berikan mereka untukku

*

 

Diletakkannya sebuket bunga yang sedari tadi ia bawa. Dinginnya salju yang ia genggam, tak membuatnya merasa kedinginan. Air matanya semakin deras mengalir. Sehun membersihkan tumpukan salju dihadapannya dan menampilkan sebuah nama yang begitu ia kenal. Nama seorang gadis yang begitu ia rindukan.

 

(Hyun Hye Bin)

 

Nama itu terukir jelas pada batu hitam yang basah karena salju yang bercampur dengan air mata Sehun yang turun. Sehun memeluk batu nisan yang sebenarnya tak pernah ingin ia lihat lagi itu. Batu yang membuatnya terpisah dan tak bisa lagi melihat tunangannya.

 

“Aku merindukanmu Hyebin-ah. Jeongmal bogoshipeunda.” Ucap Sehun disela tangisnya.

 

“Aku menunggumu di gereja di malam natal seperti yang kau minta padaku dua tahun lalu. Aku tahu kau datang Hyebin-ah. Kau disana. Aku melihatmu.”

 

“Kau terlihat begitu cantik malam tadi. Kau pakai makeup, huh? Aku menyukainya. Pakailah makeup agar aku tak terlihat pucat. Tak apa jika lama, aku akan menunggumu.”

 

“Hyebin-ah, jawab aku. Jangan hanya diam seperti ini. Aku membawakanmu bunga kesukaanmu. Pitanya, kau suka warna pitanya bukan? Aku memilihnya sendiri untukmu. Aku.. Aku...”

 

“Aku sudah mendapatkan gelar sarjanaku sekarang Hyebin-ah. Aku barusaja diwisuda. Kau juga seharusnya lulus tahun ini. Bersamaku. Kau mahasiswi yang cerdas kau pasti dapatkan nilai yang tinggi. Ayo kita menikah, seperti yang selalu kita katakan dulu, kita akan menikah setelah kita lulus kuliah. Kau akan menjadi pengantin yang tercantik. Bersanding denganku dipelaminan. Kita akan memiliki keluarga kecil yang bahagia. Aku mencintaimu Hyebin-ah. Ku mohon kembalilah!”

 

Sehun terus berbicara sendiri sambil terisak. Ia tak bisa membohongi hatinya bahwa ia sangat menyesal. Sehun merindukan Hyebin sekarang. Tapi semua telah terjadi. Terlambat untuk menyesalinya. Hyebin telah pergi untuk selamanya dua tahun lalu. Hadiah natal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

 

-***-

I love you (I still love you so much, I miss you)

Don’t cry (Please be happy in that place)

I’m missing you

No, it’s my turn to cry, I’ll cry now

I’ll take all of your tears

It’s my turn to cry, give them to me

-***-

 

“Lelaki tak boleh menangis Sehunnie. Hapus air matamu. Aku tersenyum disini. Hiduplah dengan baik meski aku telah pergi. Maaf jika aku tak bisa menemanimu atau sekedar menghapus air matamu saat ini. Aku akan selalu mengawasimu dari sini. Aku juga sangat merindukanmu. Ku mohon tersenyumlah untukku Oh Se Hun. Selamat hari natal. Saranghae~”

 

 

-THE END-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK