~~~~o~~~~
Heerin POV
“Hahahaa.. kau lucu sekali Luhan-ah ” Tawaku sambil memegang perutku yang sakit karna terlalu banyak tertawa.
“Nah, kalau kau tersenyum kan terlihat lebih manis.” ucap Luhan. Matanya tak berkedip memandang Heerin.
“Ah.. kau memujiku.” pipiku memerah. tersungging senyum termanis di bibirku.
“Aku tidak memujimu, tapi itu memang kenyataan Heerin-ah,” “Jangan menangis lagi, aku tidak senang melihatkau menangis.” ucap Luhan.
“Arraseo..”
Luhan memegang pipi Heerin dengan lembut. “Cheonma, kau sahabat terbaiiku Heerin.”
“Tapi kenapa kau waktu itu lebih memilih Tao yang baru saja kau kenal daripada aku?” sambil melepas tangan Luhan dari wajahnya.
“Ah? Mianhae, itu karna aku tertipu dengannya. Aku terlalu mudah percaya dengan orang lain ketimbang kau. Jeongmal mianhae.” jawab Luhan sambil tertunduk lesu. Aku sangat merasa bersalah atas hal itu.
Heerin POV end
***
“Kau mau kemana?” tanya Heerin mencegah Luhan yang hendak pergi.
“Aku mau bertemu temanku, kau tunggulah disini bersama Soohee” ucap Luhan sambil beranjak. Tapi terhenti karena di cegah oleh Heerin
“Hmm.. Arraseo” balas Heerin lesu. Dia duduk di kursi taman bersama Soohee. Pandangannya menerawang untuk beberapa saat.
“Mmm kau sudah lama berpacaran dengannya, Soohee?” tanya Heerin pada Soohee di sebelahnya. Lalu kembali diam seperti semula.
“Ya, sudah sekitar 4 bulan kami berpacaran. Bagaimana denganmu? Apa kau sudah punya Namjachingu?”
“Mm.. belum, sekarang ini aku sedang malas berpacaran, “hei lihatlah mereka terlihat akrab ya, apa kau mengenal seseorang yang bersama Luhan?” tanya Heerin sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah dua orang Namja yang sedang bercakap-cakap. Terlihat sudah lama mengenal.
“Ya aku mengenalnya, dia itu Tao, “mereka berdua baru mengenal beberapa bulan yang lalu, mereka bertemu di salah satu event fotografi” jawab Soohee bersemangat. Sepertinya ada yang aneh dengannya.
“Entah mengapa perasaanku tidak enak. Kurasa Tao bukan orang yang baik.” Tukas Heerin. Wajah Soohee terlihat sedikit marah. Tidak terima dengan pendapat Heerin
“Ya, dari tingkahnya kulihat dia memang sombong. Tapi jika kau mengenalnya lebih jauh dia sebenarnya namja yang baik” ucap Soohee sambil tersenyum kecut, menoleh sebentar ke arahku lalu kembali memperhatikan Luhan dan Tao.
“Oh.. tapi aku tidak terlalu yakin akan hal itu.” kataku santai, mengacuhkan perubahan raut wajah Soohee.
Dia melihat seorang Yeoja menyapa Tao, tapi dia biarkan. Walau sebenarnya Tao tau ada seseorang yang menyapanya. Sayangnya saat itu Luhan tak melihat dia asik berkutat dengan kameranya.
“Omo! Ige mwoya? Sombong sekali dia? Yaah kuakui dia memang tampan, pantas saja banyak yang menyukainya. Tapi sayang sekali dia sombong! Aku benci namja yang seperti itu! Aku tak akan mau berkenalan apalagi berteman dengannya!” batin Heerin. Ingin sekali Heerin menghampiri Tao dan memakinya, memojokkannya, membuat semua orang tau kalau dia sesorang yang tak sebaik yang mereka lihat, dan membuat dia malu di depan semua orang. Tapi niatnya diurungkan karena Luhan dan Tao berjalan menghampiri Heerin dan Soohee.
Heerin berdiri dari bangkunya. “Soohee-ah, aku pergi sebentar ya. Aku akan kembali nanti.” Dia berlari meninggalkan mereka.
“Waeyo? Emm arraseo.” Soohee ingin mencegah tapi Heerin sudah terlalu jauh untuk di kejar.
“Dia mau kemana, Chagi?” tanya Luhan. Dia heran dengan sikap Heerin yang berubah seperti itu. Padahal tadi Heerin tampak ceria seperti biasanya.
“Mollayo Chagiya, tiba-tiba dia seperti itu.” jawab Soohee.
“Haahh.. Padahal aku akan mengenalkannya pada Tao.” Sesal Luhan.
“Kurasa tak perlu. Terimakasih ingin mengalkanku padanya tapi aku tak ingin berkenalan dengannya!” Ucap Heerin yang tiba-tiba muncul dari balik tembok. Dia terlihat tak bersemangat.
“Kau ini kenapa Heerin-ah? Kau tak boleh seperti itu!” nada suara Luhan terdengar tinggi. Tanda dia sedang marah.
“Aku tidak ingin berkenalan dengan namja sombong seperti dia!” cerca Heerin sambil menunjuk ke arah Tao.
“Sudahlah Luhan-ah. Lagipula aku tak terlalu mempermasalahakannya.” Nada suaranya dingin. Benar-benar sombong. Bahkan dia bicarapun tak mena, tap kearah lawan bicaranya.
“Haha.. kau benar-benar sok cool Tao! Kau pikir aku tak tau arti gerak gerikmu itu? Aku tau pasti itu!” bentak Heerin yang mendekatkan wajahnya ke wajah Tao dan menatapnya dengan tatapan tajam.
“Terserah kau saja, aku tak peduli dengan ocehanmu!” balas Tao tak kalah sengit. Dia pergi menjauh.
“ ‘Casingmu’ saja kau baik kepada semua orang, tapi sebenarnya hatimu itu busuk!” umpat Heerin sambil berteriak. Yang diteriaki malah melenggang menjauh dengan santai.
“Padahal mereka belum berkenalan tapi kenapa sudah bertengkar hebat seperti ini?” bisik Soohee pada Luhan yang sama-sama bingung dengan tingkah sahabatnya ini.
”Park Heerin. Memang begitulah dia, sulit ditebak! Aku sebagai sahabatnya saja sulit memahami apa yang diinginkannya.” Gumam Luhan. Dia masih tercengang dengan drama satu adegan yang ditontonnya secara ‘live’ tadi.
***
Malamnya, Luhan memberanikan diri menelfon sahabatnya yang berubah menjadi sangat sensitif tadi.
“Yoboseo?” terdengar suara Heerin di seberang. Dia terdengar sudah lebih baik.
“Annyeong..” jawab Luhan.
“Wae?”
“Kau kenapa tadi? Kenapa kau seperti itu pada.. Tao?” Luhan sedikit berhati-hati saat menyebutkan nama Tao.
“Menurutmu karena apa?!” Heerin mulai kesal karena arah pembicaraan Luhan mengenai namja sombong itu.
“Jangan terlalu galak, nanti wajah manismu akan hilang.”
“Tak usah merayuku!” nada suara Heerin makin meninggi.
“Wah, galak sekali kau. Waeyo? Bukannya kau dan Tao belum saling mengenal? Tapi kenapa di pertemuan pertama kalian malah bertengkar seperti itu?”
“Wae? Apa pedulimu?” Heerin masih dengan nada suara tinggi dan ketus. Dia benar-benar sedang kesal. Aksi tidur siang yang berhasil menghilangkan kejengkelannya seketika dirusak oleh sesorang yang menjengkelkan. Luhan sahabatnya sendiri.
“Jelas aku peduli. Ini mengenai sahabatku. Heerin-ah sebenarnya dia itu baik, hanya saja kau belum mengenalnya.”
“Aku tak perlu mengenalnya lebih lama hanya untuk ingin mengetahui sifat aslinya! Yang kau maksud sahabat siapa hah?!” tanya Heerin. Tentu dia sedikit tersinggung dan bingung. Siapa yang dimaksud sahabat olehnya?
“Sudahlah, sebaiknya kau minta maaf padanya.”
“Mworago?? Shirreo!”
“Ayo lah Heerin-ah.. ini demi aku” pintan Luhan
“Baiklah.. aku akan melakukannya demi kau! Bukan karena dia!” ucap Heerin tegas.
“hmm.. Annyeong“ ucap Luhan mengakhiri obrolan mereka.
“Annyeong”
Klik.
“Berdamai dengannya? Kurasa hanya sekedar meminta maaf tak masalah. Aku tetap tak mau berteman dengannya sampai kapanpun!” gerutu Heerin sambil berjalan menuju teras kamarnya. Heerin langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi Tao dan meminta maaf padanya.
***
Esok malamnya Heerin pun menelfon Luhan untuk memberitahukan tentang damainya dia dan Tao.
“Yoboseo?”
“Aku sudah meminta maaf padanya. Apa kau puas?” sela Heerin langsung.
“Kau yakin sudah bersungguh-sungguh berdamai dengannya?” tanya Luhan memastikan.
“Kau tak percaya padaku?”
“Aku percaya padamu!” Nada bicara Luhan meninggi.
“Kau sekarang jadi kasar padaku Han-ah”
“Mian, aku hanya tak ingin sahabatku memiliki masalah.”
“Siapa yang kau maksud sahabat?! Tao? Jawab Han-ah!” nada bicara Heerin tak kalah tinggi dan ketus.
“Emm.. aku rasa dia memang sahabatku.” Nada suara Luhan mengecil. Dia tak tahu bagaimana wajah Heerin saat mendengar kata-kata yang menyakitkan. Kata-kata yang meluncur begitu saja dari muluh seorang Luhan. Seseorang yang sudah di anggap sebagai sahabat bagi Heerin.
“Kau memang jahat Luhan!” Heerin langsung menutup telfonnya secara sepihak. Dia menangis. Tersandar di daun jendela kamarnya yang langsung tertuju ke taman belakang rumahnya. Dia benar-benar ingin terjun bebas kesana, tapi dia masih punya akal sehat.
“Tunggu kau belum...” Tuut tuut tuut.
Telfon terputus. Heerin sudah tak kuat memebendung air matanya yang mau menetes. Dia sangat kecewa dengan sikap Luhan.
****
Heerin duduk di bangku taman sekolah yang terletak di sudut sekolah. Dia memilih menyendiri di tempat yang sunyi untuk menenangkan diri. Dia sangat tak percaya dengan apa yang dia dengar dari Luhan tadi malam, seseorang yang dia anggap sebagai sahabat, ternyata telah mengkhianatinya. Lebih memilih orang yang baru ia kenal daripada sahabatnya sendiri.
“Heerin-ah..” panggil Luhan lirih.
“Sedang apa kau disini? Aku tak ingin melihatmu, pengkhianat!!” maki Heerin. Dia membelakangi Luhan. Masih dalam keadaan menangis.
“Aku ingin meminta maaf padamu.” Ucapnya menyesal. Dia duduk di samping Heerin, dan mengelus lembut rambut Heerin, seperti biasa. Luhan senang melakukan itu untuk menenangkan Heerin saat dalam keadaan seperti ini. Tapi tak dengan keadaan yang separah ini. Diamana dia dan Heerin ada dalam drama kehidupan tersebut.
“Untuk apa minta maaf? Kau tak salah, aku yang salah!” bentak Heerin
“Aku sudah tau bagaimana sifat Tao sebenarnya.”
“Lalu?” Heerin memalingkan wajahnya.
“Tadi pagi aku melihat Tao dan Soohee berjalan bersama ke sekolah, mereka bergandengan tangan dan bercanda. Mereka terlihat sangat mesra bagaikan sepasang kekasih. Aku benar-benar marah melihatnya dan menghampiri mereka. Lalu aku memutuskan hubunganku dan Soohee. Aku benar-benar shock mengetahui sifatnya. Dia sudah merebut Soohee dari ku. Tapi aku bersyukur masih memilikimu. Mianhae Heerin-ah. Jeongmal mianhae.” Jelas Luhan panjang lebar.
Heerin POV
“Hahahahaha..” aku kembali tertawa mengingat hal beberapa menit yang lalu. Ekspresi bersalah Luhan benar-benar menggelikan.
“Hei.. kau sakit?” tanya Luhan sambil memegang kening Heerin dengan lembut.
“Apa? apa maksudmu? Kau kira aku gila?” pekik Heerin sambil menepis tangan Luhan.
“Hahaaa.. ekspresimu lucu Heerin.” Luhan tergelak.
“Jahat sekali kau..” tukas Heerin sambil memonyongkan bibirnya.
Luhan hanya memperhatikan Heerin sahabatnya. Sambil tersenyum “Dia sangat imut jika seperti itu.” Batin Luhan.