home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Dorm On Air

Dorm On Air

Share:
Published : 09 Dec 2013, Updated : 01 Jan 2014
Cast : Taemin SHINee, Yoo Seung Ho, Fanfiction Caracter
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |10055 Views |1 Loves
Dorm on Air
CHAPTER 4 : The Sense Of An Ending

 

무슨 말을 할까

What should I say?
 

어떤 표정 지을까

What face should I make?


돌아선 뒷모습이 너무 아프지는 않을까

Won’t my turned back look too in pain?


울며 붙잡을까

Should I cry and cling on?


약한 모습 보일까

Should I show my weak side?


저 멀리서 보일 네 모습이 난 두려워

I’m afraid of seeing you from far away


 

                “Chagaun moksori, mwonga jalmotdoen geot gata..” lagu ini selalu mengiringi langkahnya menuju salah satu sekolah ternama di Korea.

           Hannyoung High School merupakan salah satu sekolah yang memiliki reputasi baik di daerah Gangdong – Gu, Seoul, karena untuk dapat bersekolah di sana bukanlah hal yang mudah. Semua siswa harus mengikuti tes yang ketat dan biasaya hanya 30% persennya yang diterima. Sekolah ini juga biasa melakukan pertukaran pelajar di beberapa Negara. Salah satu pilihan Nabil saat itu menjadi pilihan yang tepat baginya. Tak bisa ia pungkiri lagi, sistem belajar yang baik disekolah itu membuatnya tertular dan kebanyakan teman dari berbagai negara mengatakan dirinya sudah menjadi orang Korea tulen.

           Meskipun hanya menjalakan pertukaran 6 bulan, tak mengurungi niatnya untuk mengambil perguruan tingginya di Seoul. Selain halnya ia mendapatkan sekolah pilihannya di Hannyoung High School, ia berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa di Kyunghee University yang sudah di sepakati di saat pelatihan yang ia lakukan sebelum menginjakakkan kaki di Korea.

              “Ya, Nabil, sedang apa kau disana?”

            “Oh, mianhae. Tadinya aku ingin beristirahat sejenak.” ia kembai mengusap tangannya yang masih terasa dingin. Bulan Februari menjadi musim dingin yang terakhir yang ia rasakan, saat pertama kali menginjakkan kakinya di Bandara Incheon, bangunan yang berdiri kokoh menjadi kekagumannya, setelah keluar dari bandara, pemandangan indah menjadi penyambut kedatangannya untuk pertama kalinya.

        “Ini, minumlah..” Risca memberikan kopi hangat pada Nabil. Mereka sudah begitu dekat saat pelatihan selama sebulan di Jakarta.

           “Sekolah itu emang hebat ya! Aku gak nyangka bisa berada disana. Apakah kamu tak merasakan senang berada disini?”

            “Hmm, lumayan..”

        “Aku tau, kamu pasti senang, benar kan? Benar?” Risca tertawa geli melihat respon Nabil begitu berlebihan. Mereka masih menikmati waktu libur dan mencoba mencicipi berbagai makanan khas Korea. Sangking penasarannya, Risca tak tanggung membelikannya banyak makanan. Ia mencoba menolak, tetapi tetap saja ia ingin dirinya makan kenyang sebelum masuk ke asrama.

       Di asrama yang ia tempati, Nabil masih terpaku dengan keadaanya saat ini. Semuanya berkat dukungan Taemin, ia bisa berada disini, sebelum ia berangkat ke Jakarta, Taemin membatunya mempelajari kosakata dan Hangeul Korea. Meskipun hanya sebulan, apa yang terjadi masih terbayang olehnya. Berkat Taemin, ia tak gugup untuk mengenal kebudayaan Korea secara intens. Sisi lain, Taemin, Seung Ho dan Jun Hee suah kembali ke Seoul. Saat ini, mereka saling ketemu diwaktu-waktu senggang.

          “Ya! Nabil-a! kenapa kau diam?” Shin Hye melihat Nabil sedang duduk termenung didepan asrama disaat ia akan kembali kekamarnya.

           “Oh, waeyo?”

           “Diluar dingin, kenapa aku tak masuk?”

           “Wait a minutes..” secara tak sadar, Shin Hye menemaninya dan duduk disebelahnya.

           “Apa yang kamu pikirkan? Keluargamu?”

           “Satu hal yang masih aku pertanyakan.”

       “Apa itu?” baru kali ini, Shin Hye melihat Nabil sedang kebingungan. Ia mencoba mendengarkan penjelasan Nabil akan kondisinya saat ini. Ia menarik nafas dan mencoba menjelaskan keadaanya saat ini.

          Keadaan ini muncul saat beberapa bulan yang lalu, saat terakhir bentemu dengan Taemin. Saat Nabil kembali menuju asrama, Taemin berjalan dan mengikutinya dari belakang. ia masih tak mengerti mengapa Taemin mengikutinya dari belakang. kenyataanya, Taemin berjalan menuju kamarnya. “Kenapa dia lakukan hal ini?”

         Malam itu menjadi malam terakhirnya bertemu dengan Taemin sebelum ia harus berangkat pagi sekali menuju bandara. Satu hal yang masih ia ingat saat itu, dan saat itu juga ia merasakan tubuhnya membeku, keadaannya semakin tegang saat itu juga.

          “Aku harap, saat di Seoul kamu merasa senang dan memiliki banyak teman disana.”

          “Apa itu mungkin terjadi?”

          “Pasti terjadi, aku tahu, kamu termasuk cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.”

          “Hmm…” keheningan itu semakin lama, ketika mereka melihatkan kecanggungan satu sama lain.

          “Nabil?”

          “Ya?”

         “Apa salah, aku menyukaimu?” mendengar hal itu, Nabil merasakan tubuhnya membeku, jantungnya berdegup lebih kencang, tak seperti yang ia rasakan. Tangannya kembali mendingin dan mencoba mengepalkan kedua tangannya. Taemin melihat gerak-gerik Nabil yang tak biasa dan meraih tangan Nabil yang mengepal dan mengenggamnya. Inilah yang baru ia rasakan degup jantung yang sangat cepat satu sama lainnya. Nabil tak bisa mengungkapkan secara pasti akan perasaanya.

          Ia belum bisa menjawab, karena pada akhirnya mereka harus terpisah saat itu juga. Paginya, ia harus bergegas berangkat ke bandara dan tak ada salam perpisahan dari keduanya. Taemin masih berada  dalam kamarnya, Jun Hee sudah berukang kali mengajak Taemin untuk mengantarkan Nabil, tetapi  dirinya masih belum bisa untuk bangkit dari kamarnya.

      “YAA, TAEMIN! Kenapa kau seperti ini? Kau seharunya memberi dia dukungan. Kau takkan kehilangan dia, percayalah!” tak ada satupun kata yang terlontar dari mulutnya. Ia masih diam membisu dan melihat jam yang ada dihadapannya. “Dia sudah berangkat…”

          Dua bulan kemudian, Taemin sudah berada di Seoul dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda saat pertukaran pelajar berlangsung. Ia belum menemukan keberadaan Nabil sampai saat ini. Ia sudah berapa kali menghubungi Nabil, taka da satupun direspon olehnya.

        Siang harinya, ia berjalan menuju sebuah café yang berada di Apgujeong. Ia menikmati waktu luangnya menunggu kedua temannya yang sampai saat ini belum juga muncul. Ia mengambil kursi yang berdekatan dengan kaca yang melihat sisi luar dari café itu. Sofa yang begitu empuk membuat dirinya nyaman dan tak mau beralih duduki ditempat yang lain. Saat menunggu pesanan datang, ia mencoba menghubungi Nabil. Ia masih bingung, kenapa nabil tak menghubunginya. Hilang begitu saja, apakah ia sudah melupakan dirinya? “Ah!! YA!!” ia teriak dalam hatinya.

           Pintu café itu terbuka, seseorang yang akan masuk dan menoreh kanan dan kiri, mencari seseorang. Ia mengenali sosok pemuda itu. “Seung Ho ya! Kemari!!”

            “Ya, Taemin! Apa kabar?”

           “Haha, aku kira kau takkan datang.” Masih suasana gembira setelah dua bulan tak bertemu, cewek bertubuh ideal datang dihadapan mereka, Jun Hee sudah datang sebelum Taemin datang dan memperhatikan mereka berdua berbincang.

            “Ya, Jun Hee-ssi, mengapa kautak langsung berhadapan denganku?”

            “Taemin-ssi, apakah kau tak mengenaliku? Apa kau tak tahu siapa aku?”

            “Haha, sudahlah, daritadi pelayan sudah menuggu kita memesan makanan. Kamu mau apa?....”

        Saat Taemin memalingkan muka kearah luar café, ia melihat seorang wanita dengan baju tebal menggunakan hijab yang menarik perhatiannya. Ia merasakan pernah mengenali wanita itu. Dan mencoba tetap memperhatikan wanita itu. Wanita itu bersama temannya sedang menunggu bus dihate, saat wajah wanita itu terlihat, ia semakin yakin akan bayangan yang tadi mejalar diotaknya. “Nabil!”

         “Siapa? Nabil? Ya, Taemin?!” tanpa ada menjawab pertanyaan Jun Hee, ia keluar dari café dan menyambangi halte dimana Nabil berada. Ia berlari menelusuri jalan yang rame dan hampir menabrak orang yang ada disekitarnya. “Mianhae…mianhae…”

        Hampir sampai menuju halte, Nabil sudah lebih dulu masuk kedalam bus yang menuju arah Gangdong-gu. Taemin hampir menemui Nabil di Seoul tetapi tak ada yang tahu akan jalan takdirnya. Ia kembali menuju café dengan rasa kekecewaanya.

       “Benar itu Nabil?” Seung Ho menanyakan kembali hal itu pada Taemin tetapi ia tak mau menjawabnya.

         “Sepertinya, nomor bus itu akan membawanya ke Gangdong-gu.” Terdiam sejenak. Pelayan itu datang menghampiri meja mereka dengan membawa 3 cangkir kopi dan 3 cake yang sangat khas di café itu. “Selamat makan” pelayan itu menunduk 45 derajat dan kembali menuju kasir.

           Sesampainya diasrama, Nabil tak bergegas masuk kekamarnya, melainkan mencari ramyun untuk ia makan didalam kamar. Ia masih mencari mini market dan mencari bahan makanan yang ia butuhkan. Setelah membayarnya, ia keluar dan berjalan menuju asramanya. Ia melihat sosok pemuda yang tak asing baginya dan pernah ia temui. Ia masih belum yakin dengan pemuda itu, ia mencoba mengingat pemuda. “Taemin? Ada apa dia berada disini?”

          Saat bersamaan, Taemin baru sampai dimana sekolah Nabil saat ini. Ia masih tak menyangka akan kembali bertemu dengan Nabil. Ia masuk dan melihat suasana sekolah yang dulunya menjadi sekolah yang dituju olehnya. Saat itu juga, Taemin melihat Nabi keluar dari mini market yang ada didekat sekolahnya dan ia menyadari, Nabil juga melihatnya. Tak ada rasa canggung, mereka berjalan dan saling bertemu.

          “Annyeong, Taemin-a. Long time not see you. How are you?” mereka duduk ditaman sekolah yang menjadi temat favorit Nabil saat ini. Rasa canggung terlihat, ketika Taemin akhirnya bertemu lagi dengan  Nabil.

           “Hah, dugaanku benar. Akhirnya kita bertemu lagi. Apa kamu senang berada disini?”

           “Menurutmu? Aku merasa bahagia disini. Kapan kamu kembali ke Seoul?”

           “Sekitar dua bulan yang lalu. Tadi, aku bertemu dengan Jun Hee dan Seung Ho.”

           “Benarkah? Aku merindukan mereka. Apa mereka sehat?”

           “Hmm, mengapa kamu hanya menanyakan mereka.”

      “Haha, sifatmu masih tak berubah, Taemin-a..” Nabil tertawa geli melihat Taemin melontarkan pertanyaan seperti itu. Mereka kembali terdiam dan saling berhadapan.

           “Nabil..”

           “Huh.. waeyo?”

           “Kamu masih ingat perkataanku dulu? Apa itu masih berlaku sampai saat ini?”

         “Menurutmu?” Nabil kembali membuat Taemin gugup dengan kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia tahu pasti, perasaan Taemin padanya masih sama. Ia ingin melihat keyakinan Taemin padanya.

        “Akhirnya, aku menemukanmu. Bogosipda, Nabil-a..” ketulusan Taemin ini mampu meluluhkan hati Nabil saat itu juga.

         “Na chuahaeyo, Taemin-a. Gomawoyo Taemin-a..” Taemin terkejut dengan apa yang ikatakan Nabil, ia masih tak menyangka apa yang terjadi tadi.

          “Terima kasih, akan ketulusanmu, Taemin. Aku harap berakhir indah.”

           Taemin memeluk Nabil tanpa ada rasa canggung. “Gomawo Nabil. Saranghae…”

          Tak ada yang tahu pasti dengan semua kejadian hari itu, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menyampaikan perasaan pada orang yang ia sukai. Begitu juga disaat mereka disatukan dengan perbedaan yang menonjol diantara mereka. Kekuatan cinta tidak akan pernah habisnya kedapa siapapun dan dimanapun kalian berada.

 

           HAPPY NEW YEAR, Friends! Terima kasih bagi teman-teman yang sudah baca fan fiction aku, ini kali pertamanya aku membuat ini. Semoga, aku bisa buat ff lebih bai lagi. Dan ditunggu komentarnya ya! ^^

END~

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK