Lima hari yang lalu, menjadi pembelajaran terbesar baginya untuk memikirkan hal yang baik kepada semua orang. Ia menyadari akan semua omongan maupun isi hatinya yang begitu menganggap lain orang baru dihadapannya. Ia memandangi salah satu pemuda yang sedang bermain basket. “Taemin? Ternyata dia hebat bermain basket!” katanya.
Salah seorang gadis berkulit cerah, berambut kecoklatan menghampiri dirinya pada saat itu juga. Gadis itu sangat ramah, beberapa temannya bayak membicarakan dia, karena ia dianggap sebagi ibu dari dari kedua pemuda tersebut. Kedewasaan Jun Hee membuat teman-teman sekolahnya begitu senang berteman denganya.
“Hi, Nabil. Benar kamu nabil?” Jun hee menatap wajah Nabil yang saat itu masih melihat Taemin bermain basket. Ia terkejut dengan kedatangan Jun Hee saat itu.
“Iya, ada yang perlu dibantu?”
“Salam kenal ya? Saya dengar kamu termasuk pelajar yang akan pergi ke Korea ya?”
“Oh itu. Hehe, iya. Wali kelasku yang merekomendasikan kesana. Mungkin tahun depan aku kesana.”
“Oh pantaslah, sudah terlihat jelas diwajahmu..” Nabil tercengang dengan ucapan Jun Hee, ia seperti peramal yang tahu akan segalanya. Ia sama sekali tak memberitahu temannya maupun yang lainnya. Keberangkatannya masih lama, apalagi belum ada keputusan lanjutan akan keberangkatannya. Jun Hee kembali memandang wajah Nabil. Terlihat, Nabil memperhatikan kedua pemuda itu. “Taemin, Seung Ho?”
Tebakannya benar, selama ini Nabil sudah kenal Taemin, begitu juga Seung Ho. Apa yang dicerritakan Nabil saat itu sama persis dengan apa yang dikatakan Seung Ho. Flashback, sehari setelah kejadian sore itu, Seung Ho akhirnya bisa bertemu dengan Jun Hee, teman lama sekaligus sahabatnya. Ia menceritakan kejadian sore itu pada Jun Hee. Setelah Seung Ho bertemu dengan Jun Hee, ternyata Taemin juga menceritakan tentang Nabil, gadis yang berbeda disekolah itu. Membuatnya memiliki rasa penasaran dibalik sikap cueknya itu. Kedua temannya memiliki pemandangan berbeda, tetapi memiliki rasa di gadis yang sama.
“Gimana Taemin di kelas? Apakah dia sangat menganggumu?” Jun Hee kembali melontarkan pertanyaan yang membuat Nabil merasa tertekan akan pertanyaan itu.
“Hmm, tidak juga, mungkin karena suasana baru, dan begitu juga saya juga cuek padanya.”
“Kenapa kamu cuek? Saya tau, Taemin termasuk anak yang aktif juga dikelas, dan banyak yang mengaguminya karena ketampanannya.”
Nabil sudah menduga banyak hal, saat pertama kali taemin masuk kekelas, semua gadis satu kelas histeris melihat sisi tampan Taemin. Sebagian besar dari mereka sudah mengajak Taemin jalan, dan mengenalkan hal baru pada Taemin.
“Hm, Jun Hee…” kali ini Nabil memanggil Jun Hee. Ia memegang ponsel layar sentuh dan entah apa yang ia lakukan saat itu. “Apakah kamu dekat dengan mereka?”
“Huhu” mengangguk. “Seperti yang kamu lihat, saya dekat dengan mereka, karena satu tempat, pengenalan kami juga begitu singkat, saya berbeda sekolah dengan mereka, dan kami bertemu saat masa karantina dan pengelompokan…” Jun Hee masih bercerita akan masa karantina dan kedatangannya ke Indonesia. Nabil semakin penasaran dengan Jun Hee saat itu juga.
“Nabil, dipanggil wali kelas ke kantor.” Salah satu temannya memberi kabar padanya. Ia merapikan bajunya dan berjalan keluar dari kelas. Tiba-tiba ia hampir menabrak Taemin yang saat itu akan masuk kelas. Ia memandang Taemin penuh dengan keringat diwajahnya. Taemin masih menatap mata Nabil dan mencoba memberi jalan baginya untuk keluar dari kelas.
Tok..tok..tok.. “Permisi bu..”
“Ya masuk..” memandang sekilas. “Duduklah, nabil..”
“Ada apa ya bu?”
“Ini, coba kamu buka amplopnya..” Bu Wina memberinya amplop putih yang berasal dari salah satu tourist organizing, dimana ia akan mengikuti pertukaran pelajar ke Korea. Rasa penasarannya semakin kuat melihat ekspresi dari wali kelasnya itu. Ia masih melihat dan merapa amplop itu. Perlahan, ia membuka amplop itu dan mengambil lembaran surat yang ada didalamnya.
“Chukkahamnida! Anda terpilih menjadi 1 dari 5 orang mengikuti pertukaran pelajar ke Korea. Semua persyaratan dan pesiapan ada dilembaran selanjutnya…”
“Apa ini benar bu? Benar bu?” ia mencoba menanyakan lagi pada Bu Wina. Beliau mengangguk dan senang, akhirnya bisa mengirimkan utusan sekolah untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Korea.
“Selama ya nak. Persiapkan dirimu tahun depan ya. Kursus bahas Korea akan diadakan bulan depan. Kamu harus bisa.” Motivasi dari Bu Wina menjadi pemicu semangat dia untuk melanjutkan semua yang sudah ada didepan matanya. Ia tak menyangka akan masuk dan mengikuti pertukaran pelajar di negara itu.
Kabar itu menjadi pembicaraan hangat, ketika Kepala Sekolah mengungumkan kepada semua siswa saat pembelajaran selesai melalui alat pengeras suara. Saat itu, Taemin masih berada dikelas pun terkejut dengan kabar tersebut. Tak hanya dirinya, teman satu kelas memberinya selamat dan memberi semangat pada Nabil. Setelah satu per satu temannya keluar dari kelas, Taemin masih berada didalam kelas. Terlihat, ia masih berkutat dengan ponselnya.
Ia memalingkakn muka dan melihat wajah Nabil yang begitu senang. “Chukkae! Semoga berhasil ya!”
“Hmm. Kamsahamnida..” ia hanya melontarkan senyuman itu pada Taemin.
“Kamu haru belajar hangul dan bahasanya. Baru kamu bisa ngerti tentang kami.” Taemin kembali mencoba suasana baru dengan Nabil.
“Oh, begitu ya? Aku akan berusaha. Terima kasih atas nasihatmu. Kamu tidak pulang ke asrama?” kali ini, ia tak merasakan canggung pada Taemin. Bahkan, Taemin juga bisa lebih tenang dari biasanya.
“Barengan saja, yuk!” Taemin memegang kedua bahunya dan meminta Nabil berjalan terlebih dahulu. Saat perjalannanya menuju asrama, mereka kembali terdiam. Sesaat, mereka kembali memanggil satu sama lain diwaktu yang sama. Taemin mempersilahkan Nabil terlebih dahulu berbicara.
“Apakah kamu dekat dengan Jun Hee an Seung Ho?”
“Oh tentu, saat karantina kami sudah dekat. Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Aku mengenali Jun Hee, dan ia bercerita tentangmu. Sepertinya ia menyukaimu.”
“Benarkah? Hm, entahlah. Aku hanya menganggapnya teman.” Jawaban yang Taemin lontarkan begitu tenang, tanpa ada beban. Ia tak risih dengan pertanyaan yang diajukan Nabil.
“Benarkah? Apakah kamu sudah dengar hal ini sebelumnya?”
Taemin menggelengkan kepalanya. “Aniyo, karena kami berteman, jadi lebih baik jadi teman. Dan aku nyaman kalau dia sebagai teman ceritaku.”
“Aniyo? Artinya?” ia masih bingung dengan kalimat yang terlontar dari Taemin. Ia hanya mengetahui kata Chukkae dan Kamsahamnida, selain dari itu, ia belum mengetahui secara jelas.
“Maaf, aniyo artinya tidak. Ne artinya iya. Maaf, terkadang bahasa Korea ku keluar tanpa dugaan.”
“Hal biasa, aku juga begitu, biasanya bahasa daerah dari tanah kelahiranku juga terlonta begitu saja. Aku bisa mengerti.”
Mereka masih berada dalam lingkungan sekolah dan memasuki lingkungan asrama. Lagi, mereka kembali berpisah dan Nabil berjalan menuju tangga menuju kamarnya dilantai atas.
“Sepertinya kamu senang hari ini?” Jun Hee berada didepan pintu kamarnya.
“Hah, bikin aku terkejut saja. Menurutmu?”
“Terlihat jelas dari raut wajahmu. Sudahlah, tak perlu banyak komentar. Nanti malam benarkah kita bertiga diundang Gubernur sini?”
“Tadinya juga dapat info, kata Guru seperti itu. Tadi sudah kutanyakan padanya.”
“Oh oke, hanya itu saja, aku kembali ke atas dulu. Sampai jumpa nanti!”
Undangan dari Gubernur Riau kepada tiga pelajar dari Korea dimaksud untuk saling mengenal satu sama lain. Mereka harus mempersiapkan diri sebelum akhirnya diantar oleh pihak sekolah menuju kediaman Gubernur yang tak jauh dari sekolah. Sebelum 15 menit acara, Seung Ho, Taemin dan Jun Hee sudah bersiap-siap untuk berangkat. Dari arah belakang terdengar suara gadis yang tak asing bagi mereka bertiga.
“Nabil?”
Apa yang akan terjadi dengan Nabil? Akankah ada keterkaitan denga Seung Ho dan Taemin?