Suatu siang di sebuah SMA. Saat itu sudah masuk jam pelajaran ketiga yang sepertinya akan membosankan sekaligus melelahkan. Di saat sedang menunggu guru yang belum datang ke kelas, biasanya murid-murid selalu ramai, namun kali itu Ji Soo tampak diam dan merasa bosan. “Mana nih pak Seung Hyun nggak datang juga!” kata Ji Soo sambil bermalasan di bangkunya di pojok kelas.
“Ah tumben kamu rajin sampai menunggu pak Seung Hyun segala! Mending nggak usah datang deh, lagi males...” ujar Seungri, teman sebangkunya yang sedang membenamkan kepalanya di atas meja.
“Daripada tidur mending kita main aja!” ujar Ji Soo sambil jalan menuju lemari kelas dan mengambil sebuah bola sepak yang ia simpan di sana.
“Asik..asiiik... kita main!!” Seungri yang tadi berencana tidur siang sekarang ikut bermain dengan Ji Soo.
Ji Soo dan Seungri malah bermain bola di kelas, sedangkan murid lain yang sudah terbiasa dengan kelakuan nakal mereka tidak begitu peduli, kecuali seorang murid perempuan yang sedari tadi sibuk dengan buku pelajarannya. “Ya kalian!! Kalau main jangan di kelas dong!!” ujar Dara kesal.
“Tenang saja, kami tidak akan mengganggumu, Ri terima ini!!” kata Ji Soo sambil menendang bola ke arah Seungri. Bola itu melambung ke arah Seungri yang berdiri di dekat pintu. Tepat saat itu pintu kelas terbuka dan bola itu mengenal wajah Pak Seung Hyun yang tiba-tiba masuk. Kelas sepi seketika.
“Ji Soo, Seungri, GET OUTTTT!!!” Pak Seung Hyun mengamuk.
XXX
Akhirnya, di lorong depan kelas Ji Soo dan Seungri sedang menerima hukumannya. Mereka berdua berdiri sambil mengangkat kedua tangannya bagaikan penjahat yang akan ditangkap. Beberapa orang yang lewat tertawa melihat nasib mereka. “Ini semua gara-gara kau! Apa kata cewek-cewek seluruh sekolah kalau melihatku begini... ketampananku akan berkurang!” protes Seungri.
“Ya ampun, gak penting banget! Kamu aja yang ga bisa tangkap,”
“Tapi sayang sekali aku nggak bisa lihat muka pak Seung Hyun pas kena bola tadi! Huuuh...,”
“Mukanya lucu banget deh!!”
“Pokoknya aku akan menimpuknya dengan bola voli!” Seungri dendam.
“Tapi...,sebenarnya aku sudah bosan dihukum seperti ini, udah terlalu sering! Pengen melakukan sesuatu yang lebih seru!”
“Hahaha, sebenarnya ada lagi yang seru di sekolah ini!”
“Apaan?”
“ Ada anak kelas tiga yang bilang padaku kalau di perpustakaan ada hantunya,” Seungri berbisik.
“Benarkah? Hantu apa?” Ji Soo mulai tertarik pada cerita Seungri.
“Hantu itu seorang wanita!”
“Pasti wanita berbaju putih, rambutnya panjang sampai nutupin muka, terus merangkak di lantai! Hiii...,”
“Nggak, mereka bilang hantu ini cantik!”
“Mana ada yang seperti itu?”
“Nggak tahu juga sih, gimana kalo nanti kita pastikan seperti apa dia,”
“Ah, kalau udah urusan cewek aja seneng banget, sampai cewek hantu juga kamu mau. Ini kan masih siang, mana mungkin dia muncul,”
“Alah... bilang saja kalau kau takut!
“Siapa yang takut! Ayo deh kita datangi hantu itu!!”
“Ayo, nanti jam istirahat ini kita ke sana!!
Ji Soo dan Seungri terus bicara hingga tidak menyadari seseorang diam-diam berdiri di belakang mereka. ”JANGAN BERISIIIK!!” Pak Seung Hyun memukul dua orang itu menggunakan gulungan buku.
“Ampuuun paakk!!” teriak dua anak nakal itu.
XXX
Masa hukuman Ji Soo dan Seungri berakhir di jam istirahat. Meski begitu mereka harus merelakan bola sepaknya disita oleh pak Seung Hyun. Ji Soo dan Seungri lalu pergi ke perpustakaan untuk melupakan masalah itu sekaligus menjalani misi mereka yang tadi telah direncanakan.
“Ahh!! Sialan tuh pak Seung Hyun! Pengen nimpuk dia pake buku!” Ji Soo kesal sambil membanting buku kamus 100 milyar kata. “Sudahlah, lupakan saja. Eh, hay Dara?” Seungri malah menyapa Dara yang juga ada di sana.
“Ada apa?” tanya Dara dengan polosnya. Sementara Ji Soo hanya diam saja.
“Tadi pak Seung Hyun mengajarkan apa saja? Katanya ada tugas ya?”
“Materinya banyak sih, tapi aku sudah copy presentasinya, tugasnya juga ada disini,” Dara mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya.
“Aku pinjam dong, besok aku kembalikan deh,”
“Boleh saja, tapi kembalikan besok ya,”
“Iya, tenang saja,”
“Nih, tolong bawakan, jaketmu kan ada sakunya,” suruh Seungri seenaknya setelah Dara pergi dari situ.
“Heh enak saja!”
“Sudahlah.. aku sebenarnya nggak niat pinjam, tadi itu cuma alasan untuk bicara dengannya, hehehe,”
“Dasar kau!”
“Ayo kita ke bagian sana, katanya hantu itu muncul di dekat buku-buku tua jelek itu,”
Mereka berdua segera menuju bagian buku-buku sastra inggris yang di pojok ruangan. Tempat itu sepi dan jarang dikunjungi. Buku-buku yang ada juga jarang dibaca.
“Sepertinya yang horor adalah buku-buku ini!” Ji Soo memandangi buku-buku tua yang berdebu itu.
“Ssstt.. aku dengar suara!”
Ji Soo dan Seungri diam untuk memastikan sambil pura-pura memilih buku. Suasana menjadi bertambah sepi dan memang terdengar suara langkah kaki menuju ke sana.
“Kau dengar itu?” bisik Seungri. Ji Soo mengangguk saja. Mereka bersiap siaga untuk melihat siapa yang muncul hingga suasana menjadi sangat sunyi.
“YAAA!!!” teriak seseorang.
“Aigo!!” Ji Soo dan Seungri terkejut hingga hampir jatuh menabrak rak buku.
“Astaga Taeyang kau mengagetkanku!!” kata Ji Soo sambil mengatur nafas sementara Seungri masih mematung karena terlalu kaget.
“Kalian ngapain berduaan di tempat seperti ini? Mencurigakan..., jangan-jangan...” Taeyang curiga, ia menyipitkan matanya yang sudah sipit itu.
“Apa yang kau pikirkan!” Ji Soo kesal.
“Jangan marah Ji Soo... nanti jadi latihan futsal kan?” tanya Taeyang lagi.
“Latihan apaan! Bolanya udah dikempesin sama pak Seung Hyun,” jawab Seungri santai.
“Lho kok bisa ?! YAAA! Aku yang membelinya!!” kali ini Taeyang mengamuk.
XXX
Seorang wanita muda berambut panjang dan kusut sedang mengamati murid-murid aneh itu dari atas rak buku. Ia duduk dengan santainya di situ seperti tidak ada yang melihatnya. Wajahnya tampak pucat dan sedih. “Dasar murid berandalan, mereka datang ke sini hanya untuk main-main saja, kuharap mereka cepat pergi, berisik sekali...”
Sementara itu pria berambut pirang dan berjas biru hanya diam dan tersenyum di balik lemari buku. Dia sudah biasa melihat keanehan manusia.
Tak lama kemudian murid-murid itu pergi. Wanita di atas lemari itu tiba-tiba melihat benda yang jatuh di lantai. Ia turun dari sana dengan mudah, seakan baru berdiri dari kursi.
“apa ini?” gumam wanita itu.
“Kau tidak ingin jalan-jalan keluar? Hari ini matahari bersinar cerah,” D-lite—begitu pria itu menyebut dirinya—muncul tiba-tiba di sebelah wanita pucat itu.
“Tidak.” Jawab si wanita tanpa ekspresi.
“Aigooo, lihat kau pucat sekali seperti hantu. Berjemurlah sekali-kali...” D-lite tersenyum ramah, namun wanita itu tetap sibuk mengamati benda temuannya.
“Ahhh, dia selalu saja tidak mau bicara denganku!” D-lite nampak kesal, ia berjalan menjauh dan menghilang begitu saja di antara lemari-lemari buku yang besar itu.