“Aku akan menjaganya.” Ujar Minho.
***
Luhan langsung keluar dari ruangan itu. Ia melajukan mobilnya menuju rumah Krystal. Perasaanya? Ya tentu saja ia sangat senang, akhirnya Krystal siuman. Ia mulai banyak berangan apa saja yang akan ia lakukan setelah Krystal pulih total.
Sampai dirumah Krystal, ia mengetuk pintu. “Annyeonghaseyo.” Sapanya ketika serorang pelayan dirumah itu membukakan pintu untuknya.
“Annyeong, ada yang bisa saya bantu, tuan?”
“Ne, saya teman Krystal. Sekarang ia sudah sadar. Dan ia memintaku mengambilkan boneka dikamarnya. Apakah aku boleh masuk?” ujar Luhan dengan sopan.
“Syukurlah nona Krystal sudah sadar. Ne, tentu saja. Silahkan masuk.” Pelayan itu mempersilahkan Luhan masuk dan menunjukkan kamar Krystal. “Itu dia kamar nona, silahkan ambil barangnya. Saya ingin mengabarkan kepada pelayan lain berita gembira ini.”
“Gamsahamnida, ahjumma.” Ujar Luhan. Ia mulai membuka pintu kamar. Dilihantnya sekeliling ruangan bernuansa biru dan pink. Matanya masih menjelajahi seisi ruangan, beberapa bingkai diatas rak buku ia lihat. Ada banyak bingkai. Satu bingkai foto Krystal bersama orang tuanya, beberapa bingkai terlihat foto ia, Krystal, dan Minho ditempat-tempat yang sering mereka kujungi, dan sisanya foto Luhan dan Krystal. Luhan tersenyum melihat foto-fotonya bersama yeoja yang sangat ia sayangi. Setetes air mata mengalir di pipinya. Semua kenangan itu begitu indah.
Ia mulai mencari boneka kura-kura yang diminta Krystal. Ia mendapati boneka itu diatas tempat tidur. Luhan meraih bonekanya, saat ia hendak meninggalkan kamar, ia melihat sebuah album diatas meja kecil disebelahnya. Ia mengambil album itu seraya duduk dipinggir kasur dan mulai membuka albumnya.
Semua yang ada disana berisi gambar Luhan. Ternyata Krystal sangat suka mengambil foto Luhan. Foto Luhan sedang tidur, bermain sepak bola, basket, membaca buku, hingga saat Luhan sedang presentasi ada di album itu. Luhan yang melihat semua itu tersenyum, ‘ternyata ini yang kau lakukan dibelakangku.’ Bisiknya.
Setelah melihat isi album itu, ia berniat untuk segera kembali ke rumah sakit. Tapi di meja yang sama saat meletakan album, ada sebuah amplop bertuliskan ‘to: Luhan’. Luhan mengambil amplop itu dan membukanya. Ada sebuah CD dan surat.
To Xi Luhan
Annyeong Luhan, ini aku Krystal. Maafkan aku, ini mungkin akan sulit kau terima. Tapi percayalah, aku sangat mencintaimu. Jujur, aku bingung bagaimana cara mengatakannya padamu. Tapi perasanku sudah tidak bisa lagi menyembunyikan ini semua.
Luhan, aku yakin saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku minta maaf telah banyak berbohong. Surat ini aku buat karena aku rasa usiaku tidak akan lama sejak aku tau, bahwa aku mengidap sebuah penyakit yang lambat laun akan melumpuhkan tubuhku dan merenggut hidupku perlahan. Kata dokter aku mengidap penyakit Ataxia. Ya, memang sangat payah. Aku sangat lemah, itu yang membuatku tidak ingin memberitahumu. Aku tidak ingin terlihat lemah dimatamu. Awalnya aku tidak mau kau tau, tapi jika ini akhir dari segalanya di hidupku, tak apa jika kau tau semuanya.
Luhan, aku tidak berharap kau menjadikanku sebagai orang terpenting dalam hidupmu. Itu mungkin permintaan yang terlalu besar bagimu. Aku hanya berharap, jika suatu hari nanti kau mengingat dan mendengar namaku, kau akan tersenyum dan berkata ‘dia orang yang kucintai’.
Lagi-lagi pipinya dibasahi oleh air mata. Kali ini ia tidak bisa memaksa air matanya agar tidak keluar. Rahangnya mengeras diiringi isakannya. Sakit? Ya itu yang sekarang dirasakan Luhan saat ini. ‘Apa-apaan Krystal? Membahas kematian di hari pertama ia siuman, hari pertama tanda kepulihannya!’ ujar Luhan terisak.
Luhan mengusap wajahnya dan mengambil CD yang berada didalam amplop. Dengan berusaha tegar, ia memutar CD itu di pemutar video yang ada di kamar Krystal.
Didalamnya, terlihat Krystal didepan piano dan memainkan setiap not dengan lembut.
Annyeong, Luhan. Maaf aku tidak bisa menyampaikan ini secara langsung. Karena aku tidak punya cukup waktu dan keberanian untuk mengungkapkannya. Sebenarnya aku takut tidak bisa bersamamu lagi, tapi setelah aku pikir, aku masih bisa menemanimu walau mungkin kau tidak sadar aku disisimu. Kau harus ingat, jika aku meninggalkanmu, kau tidak boleh menangis! Sampaikan itu pada Minho juga.
Doeneun mangseoriji ma jebal nae simjangei geodueo ga
Geure nalkaroulsurok joha dalbit jochado nuneul gameum bam
Na anin dareun namjayeotdamyeon huigeuk anui han gujeorieot deoramyeon
Neoui geu saranggwa bakkun sangcheo modu taewobeoryeo
Baby don’t cry tonight eodumi geochigo namyeon
Baby don’t cry tonight eobseotdeon iri doel geoya
Mulgeopumi doeneun geoseun nega aniya kkeutnae mollaya haetdeon
So baby don’t cry..cry nae sarangi neol jikil teni
Ojik seororeul hyanghaeinneun unmyeongeul jugo bada
Eotgallil su bake eomneun geu mankeum deo
Saranghaesseumeul an ara
When you smile..sun shines
Eoneoran teuren chae mot dameul challan
On mame pado chyeo buseojyeo naerjanha
Baby don’t cry tonight pokpungi morachineun bam
Baby don’t cry tonight jogeumeun eoullijanha
Nunmulboda challanhi bitnaeun I sungan neoreul bonaeya haetdeon
So baby don’t cry..cry.. nae sarangi gieokdoel teni
Ireun haessari noga naerinda
Noereul darmeun unbusimi naerinda
Gireul irheun nae nuneun ijeya cry..cry..cry..
Luhan……. Saranghae.
Krystal meneteskan air matanya pada kata-kata terakhir dalam video itu. Tubuh Luhan gemetar menahan rasa sakit yang menghujam hatinya.
Tidak lama, telpon Luhan berdering. Dari Choi Minho.
“Yeoboseyo?” sapa Luhan.
“Luhan……” terdengar isakan dari seberang sana. Ya, Minho menangis. “Luhan, cepat kau kerumah sakit sekarang. Baru saja Krystal step. Dokter sedang menanganinya. Cepatlah kesini.”
DEG
Tubuhnya melemas, sepertinya tubuh ini tidak sanggup lagi untuk berdiri. Tapi, bagaimana dengan dia? Luhan mengumpulkan semua tenaganya. Ia langsung berlari dan menancap gas mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit. Air matanya terus mengalir, pikirannya terus dipenuhi oleh alunan piano Krystal dan wajahnya.
***
Dokter keluar dari ruang rawat Krystal tepat ketika Luhan sampai didepannya. “Dokter, bagaimana kondisi Krystal?”
“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Ini sudah jalan yang ditentukan oleh Tuhan.”
Minho sangat terpukul dengan kenyataan bahwa ternyata Krystal sudah meninggalkannya. Ia bersanda dan perlahan terjatuh dengan tubuhnya yang melemas.
Luhan yang juga sangat terpukul menerima kenyataan itu langsung masuk ke ruangan Krystal. Tubuhnya masih disana. Luhan berlari dan menghampiri tubuh yeoja yang sudah tidak bernyawa dan memeluknya, melepaskan semua perasaannya yang belum tersampaikan. “Krystal, bangunlah. Kajja, nado saranghaeyo! KRYSTAL, JEBAALLL!!!! Bangunlah Krystal. Aku mencintaimu. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu. Bangunlah Krystal, aku mohon.”
***
Eomma dan appa Krystal sangat terpuruk, bahkan eommanya jatuh pingsan saat upacara pemakamannya. Luhan dan Minho sudah merelakan Krystal pergi. Krystal juga meminta agar Luhan dan Minho tidak menangisi kepergiannya.
Setelah kepergian Krystal, setiap sabtu Minho dan Luhan mengunjungi makam Krystal dan menebarkan bunga diatas dan sekeliling makamnya. “Bunga yang cantik untuk seorang Krystal Jung yang cantik.” Ujar Minho. “Aku rasa, kita harus kembali sekarang. Kau mau ikut?”
“Aniyo, kau pulang duluan. Aku masih rindu dengan yeojachingu-ku.” Sahut Luhan.
“Baiklah, aku pulang dulu. Kau jaga ya yeojachingu-ku. Annyeong.” Minho lalu pergi meninggalkan Luhan sendiri di pemakaman.
“Krystal, jika kau kesepian, kunjungi rumahku, ne? Karena aku tidak tau kau dimana. Jadi kau saja yang mengunjungiku ya. Aku pulang dulu. Tuhan, jaga malaikatku ini disisimu ya. Dan katakana padanya bahwa aku mencintainya. Krystal saranghae.”
Luhan pegi meninggalkan pemakaman. Sadar atau tidak sadar, ada sesosok yeoja cantik yang berada dibelakangnya memperhatikan dia sambil tersenyum manis duduk dengan tenang disebelah batu nisannya. Ya, dia Krystal. Yang tubuhnya tertutup padatnya tanah, namun keberadaannya masih bisa dirasakan.
“Nado saranghae, Luhan.”