“Myungsoo, mainkan gitarnya yang benar.” Sahut ku.
“Mian hyung, aku kan baru belajar. Keajaiban namanya kalau aku bisa main gitar ini dalam satu hari.” Aku balas ocehan Myungsoo dengan cengiran.
“Maaf maaf.”
Tiba – tiba seorang wanita setengah baya berlari ke arah ku sambil terengah – engah. Ia melambaikan tangannya ke arahku seakan memanggilku untuk mendekatinya. Myungsoo dan aku hanya diam dan menoleh, menunggu wanita itu datang mendekat.
“Kim Sunggyu, ayahmu dan ibumu.” Wanita itu berusaha untuk tetap bernafas dengan normal sambil menjelaskan sesuatu yang tak bisa ku mengerti. “Rumah mu, para penagih hutang itu.”
Seketika ku rasakan kejutan listrik mengaliri sekujur tubuhku, bagaikan petir disiang hari. Seketika aku melompat dan berlari sekuat tenaga kembali menuju rumah. Meninggalkan myungsoo dan wanita setengah baya, tetanggaku, yang sedang bersusah payah untuk bernafas normal.
Sesampainya di rumah, pemandangan yang kulihat sungguh menyayat hati. Ku rasakan cairan panas mengalir di pipiku.
“Eomma~” bisik ku.