"Aku tahu, ini sangat berat untukmu. Terlebih kau leader. Tapi kau tidak boleh menyalahkan dirimu terus. Ini bukan salahmu." jelasku.
"Orang-orang diluar sana justru sangat mengkhawatirkanmu sekarang dengan kejadian ini. Mereka takut kau akan melakukan hal yang sama. Jadi pleasee... kau harus bangkit. Ok?"
Tak ada gubrisan dari Onew. Tapi kemudian tangannya meraih tanganku, mengenggamnya.
"Aku ingin kau kembali, Yoora?!" ucap Onew dengan nada rintih.
"Tidak bisakah kita memulainya lagi dari awal?" tanya Onew.
Matanya berbicara meskipun terhalang oleh poninya.
"Aku membutuhkanmu." ucapnya dengan mulut yang bergetar.
Kupandang Onew lalu pandanganku berpindah ke tangan Onew yang menggenggam tanganku.
"Ini bukan saatnya untuk membicarakan hal ini." ungkapku mengelus-elus tangan Onew.
"Kita harus keluar. Semua orang pasti menunggumu." ujarku.
Onew terlihat masih tertekan. Pria itu menghapus airmatanya, mencoba mengontrol dirinya.
Kubantu Onew untuk beranjak dari tempat duduknya.
Saat hendak keluar, Key tiba-tiba datang.
"Hyung...," panggil Key tapi terhenti saat melihat diriku.
"Yoora?" ucap Key tak sangka ada diriku.
Aku tersenyum tipis. Tiba-tiba wajah Key berubah mewek dan..
"Yoora, Jonghyun hyung....," tak kuasa menahan rasa sedihnya, kali ini Key yang menangis dihadapanku.
Kulepas rangkulanku untuk Onew, kuhampiri Key lalu kupeluk dirinya.
"HIKS.....HIKS....HIKS....HIKSSSSSS!!" tangis Key.
Kutepuk pelan punggungnya.
"Sudah jangan menangis. Kau harus bersiap-siap." ucapku rintih.
***