home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Into The Void

Into The Void

Share:
Author : HeoMicha
Published : 06 Jun 2017, Updated : 09 Nov 2017
Cast : Produce 101 season 1 & 2
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |19057 Views |5 Loves
Into The Void
CHAPTER 3 : CHAPTER 2

8.50 PM

Boarding House

"Hoaaahhm~", Seongwoo berjalan keluar dari kamarnya setelah tak sengaja tertidur setelah Jonghyun, Jieqiong, Shiyeon, Guanlin, serta Jinyoung dan Hyeongseob pergi meninggalkan rumah untuk menjenguk Tuan Hwang. Ia melangkah menuju dapur untuk mengambil minum. Sekembalinya dari dapur, langkahnya terhenti sejenak ketika melihat Sejeong duduk seorang diri di ruang tamu dengan buku buku pelajaran terpampang di meja. Ia perlahan mendekat dan menyadari bahwa yeoja itu tertidur ketika sedang mengerjakan tugas liburan sekolah. "Heol jincha...ia baru mengerjakannya? dasar anak malas", gumam Seongwoo. Tapi ia kemudian melihat hasil pekerjaan Sejeong diam diam. "Ah! jadi ini jawaban nomor 30?", gumam Seongwoo berkomat kamit menghapalkan jawaban tersebut hingga sebuah tangan mendarat dan menjambak rambutnya. "AAAAARRGH!", seru Seongwoo kesakitan.

"Neo Jugullae?", gumam Sejeong setengah mengantuk. Ia lah yang baru menjambak Seongwoo.

"Aaakk arasseo arasseo mian!" seru Seongwoo. "Bisa bisanya ia menyadari hal seperti ini ketika sedang tertidur", sungut Seongwoo sambil memijat kepalanya.

Sejeong melepaskan jambakannya, menutup buku tugasnya. "Ah jincha neo wae gurae?!", sungut Sejeong sebal. "Tak bisakah sekali saja kau tak merecokiku?!"

"Mwoya? Aku hanya melihat apa yang kau lakukan! Lagipula tugasku sudah selesai!", balas Seongwoo sebal.

"Ah geunyang ka!", balas Sejeong.

"Kerjakan tugasmu di dalam kamarmu sendiri!", sungut Seongwoo.

"Ya aku menunggu yang lainnya! Ini sudah hampir larut malam tapi mereka belum juga kembali...tidakkah kau khawatir pada teman temanmu?", sungut Sejeong.

"Ah matta...ini sudah hampir jam 9 malam", ujar Seongwoo baru menyadarinya.

Click~ tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Seongwoo dan Sejeong lekas berlari menuju pintu depan. Guanlin dan Jieqiong muncul di hadapan mereka. "Kalian sudah kembali? Kenapa hanya berdua? kemana yang lainnya?", tanya Sejeong.

"Ne? Jonghyun belum kembali?", tanya Jieqiong terkejut.

Seongwoo dan Sejeong menggeleng bersamaan. "Kalian yang pertama sampai" ujar Seongwoo.

Jieqiong dan Guanlin saling bertatapan bingung. "Issanghae...tadi memang kami sempat berpisah dan ia memintaku pulang lebih dulu karena katanya ada sedikit urusan yang harus diselesaikannya...kupikir ia sudah sampai...kemana dia?" gumam Jieqiong bingung.

***

9.00 PM

Boarding house

To : Shi~~yeon (Sent 07.00)

Aku tertangkap.. Jwesonghabinda

 

Guanlin terus memperhatikan ponselnya. Ia mengirimkan pesan kepada Shiyeon 2 jam lalu, tapi Shiyeon belum juga membalas pesan tersebut. Ia menjadi merasa bersalah karenanya. Jika saja ia sedikit lebih berhati-hati, mungkin semua tidak akan menjadi runyam.

Tok tok tok.. Perhatian Guanlin teralihkan oleh ketukan pintu. Klekk~ Sosok Jieqiong muncuk dari balik pintu. “Jaseo?” Tanya Jieqiong hati-hati.

“Ajik, aninde” Jawab Guanlin menjawab kemudian membiarkan pandangannya menjauh dari sosok Jieqiong yang kemudian memasuki kamarnya.

Jieqiong dudk di sisi tempat tidur Guanlin. Keduanya tidak saling menatap. Jieqiong membelakangi Guanlin sedangkan Guanlin juga menatap lurus ke depan dan hanya diam setelahnya. “Mianhae.. aku sedikit emosi tadi, aku tidak bermasuk membentak mu Guanlin-ah”

“Gwenchana, aku mengerti” jawab Guanlin singkat.

Jieqiong merubah posisi duduknya. Kini ia menghadap kepada Guanlin yang sebelumnya berada di belakangnya. Terjadi pertengkaran kecil antara dirinya dan Guanlin beberapa saat lalu sebelum mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. “Guanlin-a ..”

“Ia terlihat begitu senang saat menceritakan semua itu pada ku. Karena itu aku membantunya” Sela Guanlin sebelum Jieqiong melanjutkan ucapannya. “Maafkan aku jika keputusan ku adalah sebuah kesalahan di mata kalian”

Jieqiong semakin tidak enak hati setelah mendengar jawaban dari Guanlin. Ia terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus ia katakan agar tidak terjadi kesalah pahaman di antara mereka. “Tidak tepat baginya untuk berada disana Guanlin-a.. menurut kami..”

“Hwaksilhae?” Sela Guanlin untuk kedua kalinya. “Shiyeon bahkan sudah mengambil keputusan, ia menjalani semua ini dan ia juga mungkin sudah mempertimbangkan segala akibat dari apa yang ia lakukan. Lalu mengapa kalian yang harus memutuskan bahwa apa yang ia putuskan adalah tidak tepat?” Guanlin tidak bicara keras, ia berbicara dengan nada tenang, ia hanya mempertanyakan mengapa mereka semua mengambil keputusan sepihak mengenai kehidupan orang lain.

Untuk pertama kalinya selama mereka bicara, anak itu menatap Jieqiong “Lalu.. bagaimana jika ia tidak akan pernah bahagia karena keputusan kalian?” Jieqiong tersenyap kembali akibat kata-kata Guanlin. Sendu tatapan mata Jieqiong ia arahkan kepada kedua tangannya yang ia letakkan diatas tempat tidur. Berulang kali ia menarik nafas. Guanlin juga terdiam menyadari efek dari ucapannya “Jweisonghabnida” Ucap Guanlin balik merasa tak enak hati pada Jieqiong.

Jieqiong menggeleng “Aniya.. Kau benar” jawab Jieqiong. “Kundae Guanlin-a..” Jieqiong mengatupkan kedua tangannya mengapit telapak tangan Guanlin. “Saat kau menyayangi seseorang. Kau akan memiliki ketakutan berlebih tentang ia yang kau sayangi. Karena kau akan kehilangan mereka, karena kau takut bahwa jika terjadi hal buruk pada mereka, maka.. mungkin hatimu akan merasakan sakit yang luar biasa. Hanya itu yang kami pikirkan.. bukan hanya untuk Shiyeon.. Hyungseob ddo. Jinyoung ddo. Geurigo.. Neodo..” Jieqiong tersenyum parau. “Aku tidak mengatakan apapun kepada Daniel, Sejeong ataupun Seongwoo. Hhhh.. Biarkan hari ini berlalu.. kita coba mendiskusikan hal ini dengan Shiyeon esok hari, eottae?”

Guanlin mengangguk. Ia sudah mengetahui letak kesalahannya. Ia bertindak atas keputusannya sendiri tanpa lebih dulu berbicara dengan anak lainnya. “Semakin lama kau semakin cerewet seperti ibuku” Seru Guanlin bernada canda untuk mengurangi ketegangan yang terjadi diantara mereka. “Kau membuat ku merindukannya” Ujar Guanlin yang telah kehilangan sang Ibu sejak usia 7 tahun ini.

Hanya sebuah senyum tipis dan sentuhan lembut pada kening yang dilakukan oleh Jieqiong. Ia mengerti sekali seperti apa Guanlin sesungguhnya. “Ayo kita turun, aku akan membuatkan camilan untu mu, Keun Byeongari..”

*** 

9.50 PM

Boarding house

Satu jam berlalu semenjak Jieqiong dan Guanlin tiba di rumah sepulang dari rumah sakit. Mereka beserta OngNiel serta Sejeong duduk bersama di ruang tamu menunggu yang lainnya.

"Kenapa yang lainnya belum sampai?", gumam Jieqiong khawatir.

"Apa jangan jangan terjadi sesuatu pada mereka?", gumam Sejeong tak kalah khawatir.

"Bagaimana jika kita mencari mereka?", usul Daniel.

"Arasseo...ya Guanlin-ah, kau di sini saja bersama para yeoja", ujar Seongwoo. Ia dan Daniel lekas bersiap mencari yang lainnya yang belum juga kembali sejak sore tadi.

Sejeong dan Jieqiong mengantar keduanya sampai ke pintu depan. "Josimhae", ujar Sejeong pada keduanya.

"Mworago?", tanya Seongwoo tak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

"Hiyaa...Kim Sejeong rupanya mengkhawatirkan kita", ujar Daniel bangga. "Aku terharu", sambarnya.

"Shikkeuro...geunyang ka", usir Sejeong setelahnya.

Daniel dan Seongwoo pun hendak bergegas pergi, namun langkah mereka tertahan ketika mendengar suara pagar rumah terbuka dan sosok Jonghyun pun muncul tak lama setelahnya. Sama seperti OngNiel, Jieqiong, dan Sejeong, Jonghyun tak kalah terkejutnya ketika ia mendapati teman temannya berkumpul di teras depan. "Kalian....mau kemana?", tanya Jonghyun.

"Ya! Kau kemana saja? Mereka baru saja akan mencarimu!", sambar Sejeong yang sejak tadi, bahkan sebelum Jieqiong dan Guanlin datang, ia menunggu yang lainnya.

"Ah...mianhae...a-aku...ada sedikit urusan mendadak", ujar Jonghyun. Ia tak sengaja menatap ke arah Jieqiong yang menatapnya bingung. Ia mengerti mengapa yeoja itu terlihat bingung karena seharusnya ia lah yang sampai lebih dulu dibandingkan Jieqiong. Tapi kenyataan berkata sebaliknya. "Jeongmal mianhae yaedeura....aku tak bermaksud membuat kalian khawatir", ujar Jonghyun tak enak hati.

"Aigoo....sudahlah...yang penting kau sudah kembali dengan selamat", ujar Seongwoo.

"Matta matta! lain kali jangan berkeliaran malam malam...bahaya you know?", sambung Daniel.

"Ne...mianhae", ujar Jonghyun. Sejeong dengan disusul OngNiel pun kembali masuk ke dalam rumah. Namun Jieqiong masih berada di luar sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menyusul teman temannya ke dalam rumah.

"Kalau begitu tinggal para maknae yang belum kembali...biar coba ku hubungi Shiyeon", ujar Daniel mengutak atik smartphonenya. Ia kemudian menghubungi Shiyeon. "Yoboseyo? Ya Shiyeon-ah, neo eodi-"

"ARASSEO! AKU AKAN PULANG!", seru Shiyeon nyaring di seberang telepon membuat Daniel harus menjauhkan speaker handphone dari telingnya.

"Ya neo gwenchana?", tanya Daniel namun yeoja itu memutuskan sambungan teleponnya. "Ada apa dengannya?", sungut Daniel.

"Wae gurae?", tanya Sejeong.

"Molla...aku hanya ingin menanyakan ia sedang berada di mana tapi ia justru marah marah dan mematikan telepon", gumam Daniel bingung. "Tapi ia mengatakan ia akan segera pulang", sambung Daniel.

***

10.50 PM

Jieqiong duduk di salah satu sofa sembari menonton televisi. Sesekali matanya menatap ke arah jam. Masih ada beberapa anak yang belum pulang dan mereka adalah Shiyeon, Hyungseob, dan Jinyoung. Jieqiong menghela nafas pelan karena tak sedikitpun ada tanda tanda kedatangan mereka.

Jonghyun yang duduk sendiri di meja makan sembari mengerjakan tugas sekolahnya menatap ke arah Jieqiong dari kejauhan. Ia berpikir sejenak hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri yeoja itu. "Jieqiong-ah..."

"Ne?"

"Kau dan Sejeong beristirahatlah di dalam...biar aku yang menunggu Shiyeon, Hyungseob dan Jinyoung", ujar Jonghyun.

"Gwenchana?", tanya Jieqiong.

"Ne..beristirahatlah", ujar Jonghyun.

"Geundae...Sejeongie...", gumam Jieqiong yang menatap Sejeong yang tengah tertidur pulas di sofa panjang. "Aku tak tega membangunkannya", sambung Jieqiong.

"Biarkan saja dia di sana", sambar Seongwoo yang tiba tiba muncul dari arah dapur sembari membawa cemilan. "Percuma kau membangunkannya...ia tak akan bangun jika sudah tertidur pulas seperti itu", sambung Seongwoo santai. "Geunyang Ja....aku juga belum berniat untuk tidur karena Daniel berisik sekali...ia sedang asyik bermain game dan kebetulan aku juga sudah tidur saat kalian pergi tadi", sambungnya.

"Gurae? Arasseo...jalja", ujar Jieqiong bergegas naik ke atas menuju kamarnya.

Ceklek~ tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Jieqiong menghentikan langkahnya dan sosok Shiyeon muncul tak lama kemudian. "Ya Shiyeon-ah! Wae neo-", SYUNGG~ Shiyeon melewati Seongwoo, yang hendak menegurnya, begitu saja. "Mwoya? Ia mengabaikanku begitu saja?", sungut Seongwoo.

Shiyeon menaiki tangga dan juga melewati Jieqiong begitu saja. Sepertinya suasana hati anak itu sedang tidak baik. Jieqiong, Seongwoo, dan Jonghyun saling menatap bingung. "Biar aku yang bicara padanya", ujar Jieqiong menyusul Shiyeon ke dalam kamar.

"Ah anak jaman sekarang", gerutu Seongwoo. Ia merebahkan dirinya di sofa single karena sofa yang panjang digunakan Sejeong yang sedang tertidur. Jonghyun menghela nafas pelan dan kembali ke tempatnya. Seongwoo melirik ke arah Jonghyun. Entah mengapa ia merasa suasana menjadi agak canggung semenjak Jonghyun pulang ke rumah. Namun ia mencoba tak peduli. Ia kemudian melirik ke arah Sejeong yang tertidur pulas di sofa tanpa bantal ataupun selimut. "Kau terlihat lebih baik saat tertidur", gumam Seongwoo sambil menunjuk nunjuk Sejeong. Ia kemudian kembali fokus menonton televisi tapi perhatiannya kembali teralihkan ke arah Sejeong. "Aish jincha jjajungna", sungutnya sebal pada dirinya sendiri. Ia meletakkan cemilannya dan bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

Daniel yang sedang asyik bermain game teralihkan oleh sosok Seongwoo yang tiba tiba masuk ke dalam kamar dan mengambil bantal dan selimut. "Ya...kau mau tidur di luar?"

"Ini bukan untukku", ujar Seongwoo.

"Nugu? Yeoja? Eyy~", goda Daniel.

"Shikkeuro", sungut Seongwoo.

"Nugu nugu nugu? Jieqiong? animyeon...Sejeongie?", ledek Daniel. BUK! Salah satu bantal milik Seongwoo mendarat di wajah Daniel.

"Aish shikkeuro ish jincha!", sungut Seongwoo bergegas keluar dari kamar. Ia melewati Jonghyun dan tiba di sisi sofa, masih memeluk bantal dan selimut yang dibawanya. "Awas saja jika kau meneteskan air liur setitik saja di atas bantalku", sungut Seongwoo. Ia kemudian menyematkan bantal tersebut di bawah kepala Sejeong dan membuka selimut dan menutupi tubuh yeoja itu bahkan hingga ke wajah layaknya menyelimuti orang mati. Ia tersenyum puas setelahnya. "Aaahh...waktunya tidur!", ujarnya. Ia kembali berjalan melewati Jonghyun dan menyadari namja itu tersenyum penuh arti padanya. "Wae neo useo?"

"Ani geunyang...aku tak menyangka saja kau cukup perhatian pada Sejeong, mengingat kalian berdua selalu bertengkar setiap saat", ujar Jonghyun.

"Eyy...aku hanya kasihan saja padanya!. Bukan  berarti aku suka padanya ya!", sungut Seongwoo.

"Aku tak mengatakan hal itu", ujar Jonghyun tersenyum usil.

Menyadari kesalahannya, Seongwoo pun salah tingkah. "Ah...g-geugae...maksudku aku-", CEKLEK~ terdengar suara pintu terbuka. Jonghyun dan Seongwoo saling pandang dan hendak bergegas berlari menuju pintu depan namun langkah mereka terhenti ketika seseorang berdiri di hadapan mereka.

"Hoaaaa kkamjakgiyaa!!", seru Seongwoo ketika melihat orang itu berdiri di hadapannya dengan dahi berlumuran darah. Ia refleks mencengkram erat lengan baju Jonghyun yang sama terkejutnya dengan dirinya.

"Mwoya mwoya?!", Daniel keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan Seongwoo. Ia menghampiri Seongwoo dan Jonghyun. "UWAAAH KKAMJAKGIYA!!", serunya terkejut bukan main dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"J-Jogiyo...dangsineun...nuguseyo?", tanya Jonghyun hati hati.

"Mwo?", gumam orang itu lemah. "Jogi...bukankah seharusnya aku...hh...yang bertanya seperti itu pada kalian? Ige nae jibiya", ujar orang tersebut.

"Mworagoyo? Ya...apa kau mabuk?", tanya Seongwoo bingung.

"Bertanyalah pada dirimu sendiri...sekarang KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA!!", teriak orang tersebut menyeret Jonghyun, Seongwoo, dan Daniel keluar rumah. Meskipun terlihat terluka, tapi tenaga orang itu cukup kuat. Terlebih lagi Seongwoo, Jonghyun, dan Daniel yang sama sekali tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Mereka terlalu shock untuk berbuat sesuatu.

"Ah c-chakkaman chakkaman!", Seru ketiga namja itu. DUK!! Ceklek!. Pintu terkunci dari dalam.

"YA!! MICHIN NOM JINCHA! YAA BUKA PINTUNYA!!", DUK! DUK! DUK! Seru Seongwoo menggedor gedor pintu rumah.

"Ah ottokhaji? para yeoja dan Guanlin ada di dalam rumah!", seru Daniel panik.

"Ah matta!", seru Jonghyun. "YAAA!! BUKA PINTUNYA! KAU SALAH RUMAH!!", seru Jonghyun turut menggedor pintu rumah.

"AAAAAAAAAKKKK!!!", terdengar jeritan nyaring suara yeoja dari dalam rumah tak lama kemudian.

Jonghyun, Daniel, dan Seongwoo saling berpandangan panik. Mereka khawatir jika orang itu akan menyakiti para yeoja yang berada di dalam sana. Ceklek! pintu terbuka sedikit dan SYUUNG~ DUK! sosok Sejeong muncul dari dalam seperti di dorong dari dalam. Buk! Seongwoo refleks menangkap yeoja itu sebelum jatuh tersungkur. "Ya...gwenchana?!", tanya Seongwoo masih sambil setengah merangkul yeoja itu.

"Mwoya?! G-Geu namjaga nuguya?!", tanya Sejeong panik.

"Apa ia menyakitimu?", tanya Jonghyun.

"Aniya..geunyang...aku sedang tertidur dan aku merasa seseorang menepuk nepuk pundakku...lalu begitu aku terbangun yang bisa kulihat hanya sebuah wajah pucat dengan darah berlumuran di dahi orang itu", ujar Sejeong.

"Itu sebabnya kau berteriak?", tanya Daniel.

"Ne! belum sempat aku bertanya banyak, ia menarikku dan mendorongku keluar", ujar Sejeong. Ia kemudian menyadari tangan Seongwoo berada di pundak kirinya. "Ya..son!", pekiknya pada Seongwoo.

Seongwoo lekas mengangkat kedua tangannya seperti penjahat yang menyerah pada polisi. "Aku tak melakukan apapun", ucapnya tanpa menatap Sejeong.

"Ah geu namjaga nuguya jincha?!", seru Sejeong kembali pada topik yang tengah mereka bicarakan.

"Uri tto molla!", balas Daniel. "Kau pikir mengapa kami bisa berada di luar saat ini?"

"Ia juga melakukan hal yang sama pada kalian?", tanya Sejeong tak percaya.

"Matta...ia menarik kami semua keluar dan mengaku ngaku bahwa tempat ini adalah rumahnya", ujar Jonghyun.

"Woah...jincha michin nomiya", gumam Sejeong tak percaya.

"Semoga ia tak menemukan Jieqiong, Shiyeon, Guanlin di dalam kamar mereka", ujar Jonghyun khawatir.

*** 

Inside the boarding house

"Heergh...", namja itu memegang dahinya yang terus mengeluarkan darah. Kepalanya terasa semakin berat. Ia berjalan sempoyongan menuju ruang tamu. Ia mencoba memperjelas penglihatannya dan menatap sekitarnya. Perasaan asing menelusup ke dalam batinnya. "Mwoya? k...kenapa rumahku...j-jadi seperti ini?", gumamnya lemah.

Drap! drap! Tak lama kemudian terdengar suara seseorang menuruni tangga. Seorang lainnya muncul di hadapan namja itu. "Tto? berapa orang yang menyusup ke dalam rumahku?", gumam namja itu dalam hati.

"N-Nuguseyo?", tanya orang itu yang merupakan seorang yeoja.

"Geunyang...hh ..ka", gumamnya semakin lemah.

"G-Gwenchanayo?", tanya yeoja itu.

"K-Ka! jigeum!", seru orang itu hendak menghampiri yeoja asing di hadapannya tersebut namun...BRUK!! Ia terkulai lemah tak sadarkan diri.

"Omo!", seru yeoja itu. "YAAA SHIYEON-AH!~ GUANLIN-AHH!!", sambung yeoja itu yang ternyata adalah Jieqiong. Awalnya ia berniat mengecek keadaan ruang tamu setelah mendengar jeritan Sejeong sebelumnya.

Shiyeon dan Guanlin keluar dari kamar mereka dan bergegas menghampiri Jieqiong. "Waeyo On-....omo!", seru Shiyeon menutup mulutnya tak percaya ketika melihat sosok asing tergeletak di ruang tamu boarding house dalam keadaan terluka. "I sarami nuguya?! kemana yang lainnya?!", sambar Shiyeon.

"Oh...My..God..", gumam Guanlin datar.

"YAAA BUKA PINTUNYA!!", DUK DUK DUK!! Terdengar suara gaduh dari arah luar. Shiyeon bergegas berlari ke arah pintu depan dan menyadari bahwa pintu terkunci dan bergegas membuka pintunya lalu mendapati Jonghyun, Daniel, Seongwoo, dan Sejeong berada di luar rumah. "Apa yang kalian lakukan di luar?"

"Mana orang itu?", sungut Seongwoo mengabaikan pertanyaan Shiyeon dan masuk ke dalam rumah dengan diikuti Daniel.

"Panjang ceritanya...neo gwenchana?", tanya Jonghyun.

"Ne....Jieqiong onnie dan Guanlin sedang mengurus orang asing itu...geu sarami nuguya?", tanya Shiyeon namun yang ia dapat hanyalah gelengan pelan dari Sejeong dan Jonghyun. Ketiganya bergegas masuk ke dalam untuk  melihat apa yang terjadi.

Sesampainya di dalam, orang asing itu sudah berada di atas sofa. Guanlin dan Jieqiong lah yang meletakkannya di sana. "Ya! Kenapa ia dibiarkan tertidur di sana?", protes Seongwoo. "Ah..bantalku...", ucap Seongwoo sedih. 

"Ia terluka Hyung", ujar Guanlin singkat.

"Matta...aku tak tega membiarkannya begitu saja", sambung Jieqiong. "Lagipula ia bukannya tertidur...tapi pingsan", ujar Jieqiong.

Mereka semua terdiam, larut dalam rumitnya pikiran mereka tentang situasi saat ini "Geurae, biarkan ia tertidur di sini malam ini, kita akan bertanya padanya besok jika ia sudah sadar", ujar Jonghyun.

"Tch...terserah kalian saja", sungut Seongwoo.

"Geundae wae kkapjagi? Kenapa ia tahu tahu datang ke tempat ini dan mengaku ngaku sebagai rumahnya? Issanghae", gumam Daniel.

"Sebaiknya kita bersihkan dulu darah di dahinya itu...auw...aku tak tahan melihatnya", sambar Sejeong bergegas menuju dapur untuk mengambil air hangat, handuk, dan kotak obat lalu kembali ke ruang tamu. Ia duduk di samping sofa dan mulai membersihkan darah yang mengalir di dahi orang asing tersebut. "Apa yang terjadi pada orang ini sampai ia terluka seperti ini?", gumam Sejeong memperhatikan orang tersebut dengan seksama.

Sret~ tiba tiba seseorang merebut handuk basah dari tangan Sejeong. "Ya Ong Seongwoo!", seru Sejeong.

"Naega hallae", ujar Seongwoo datar. Ia dengan sengaja mendorong pelan Sejeong dan menempati spot dimana Sejeong duduk sebelumnya dan melanjutkan pekerjaan Sejeong yang sebelumnya tengah membersihkan darah yang mengalir dari dahi orang asing tersebut.

"YA!", seru Sejeong sebal.

"Geunyang ja!", balas Seongwoo cuek.

"UHUK UHUKK HOEK~ ", Daniel tiba tiba terbatuk batuk. Ia sengaja melakukannya untuk menggoda Seongwoo. Sementara Jonghyun mencoba menahan diri untuk tak tertawa karena ulah kedua temannya tersebut.

Kekacauan tidak berhenti disana. Baru saja mereka smua dapat sedikit bernafas lega karena kondisi sudah mulai tenang, hal lain datang ... CEKLEK~ DRAP DRAP! Terdengar langkah kaki tergesa gesa memasuki rumah. Semua mata tertuju pada sumber suara dan sosok Hyeongseob muncul tak lama setelahnya dalam keadaan terengah engah. Kondisinya sedikit tak karuan. Rambut dan pakaian Hyungseob sudah berantakan, ia juga terlihat sangat terburu-buru hingga berlari hanya dengan satu sepatu saja yang terpasang pada sebelah kakinya "Hyeongseob-ah....wasseo?", tanya Jonghyun. Wajah anak itu terlihat pucat. “Wae?”

Kedua lutut Hyungseob menyentuh lantai. Ia tidak kuat lagi untuk berdiri “Hh.. hh..hh Salyeojuseyo., hhh H..yung-a.. hhhh.. hhh”

Daniel mendekatinya. Ia menepuk-nepuk pundak Hyungseob, menarik nafas dan menghembuskannya kembali agar hyungseob mengikutinya “Tenangkan dirimu... tarik nafas.. hembuskan.. Wae gurae?”

Hyungseob tenang hanya untuk sesaat saja, detik berikutnya, tanpa alasan yang jelas ia justru menangis begitu terisak. “Mianhae.. Hikss.. hikss.., eeungghhhh.. hhh” Meski sesak ia terus berusaha mengontrol diri “Jinyoungie.. hhh.. hhh Bae Jinyoung hhh”

“WAE WAE? JINYOUNGIE WAEE?” Tanya Daniel yang tanpa sadar menaikkan volume suara karena ia panik. “Hyungseob-a. Jebal tenangkan diri mu, katakan kepada kami lebih jelas.. jebal” Pinta Daniel.

“Mereka.. hh.. hghh.. memukulinya.. mereka.. Hhhhh unggh.. Taman kota.. hhh.. Jinyoungie ghhh unghh.. Dongho hyung.. hhh eungh” Ucap Hyungseob terbata-bata.

"Mwo?!", respon Jonghyun tak kalah terkejut.

"Kita harus mencarinya! ppali!", sambar Daniel.

"A-Arasseo!", ujar Jonghyun, Jonghyun segera berlari ke lantai atas untuk mengambil kunci mobilnya. Kondisi begitu menghawatirkan ia berlari sekencang mungkin.

"Ya, aku ikut!", sambar Seongwoo. Ia menyerahkan handuk basah itu kembali pada Sejeong. "Lanjutkan pekerjaanku", ujar Seongwoo.

"Neo ish! Geunyang ka!", seru Sejeong.

Daniel segera berlari keluar untuk membuka pintu garasi yang sebelumnya sudah tertutup rapi. Sedangkan Seongwoo membantu memapah Hyungseob untuk menyusul Daniel. Sementara Guanlin masih mematung di tempat. "Neo angallae?", tanya Jieqiong.

"N-Nan moreugesseoyo... noona....aku belum terlalu hafal daerah ini", jawab Guanlin pelan. Pandangannya tertuju pada orang asing yang saat ini sedang dalam keadaan pingsan tersebut.

Jonghyun sudah kembali menuruni tangga, ia berhenti sesaat untuk bicara “Guanlin-ah.. kau tetap disini. Jika orang itu bangun dan melakukan hal yang buruk. Lindungi para yeoja, dan segera hubungi kamu, araseo?”

“Ne hyung” Jawab Guanlin patuh. Sejujurnya keselamatan para yeoja juga yang memang ia pikirkan sejak tadi sehingga membuatnya ragu untuk pergi bersama para Hyungdeul walaupun ia juga mencemaskan keadaan Jinyoung. Dilihatnya Jonghyun berlari keluar. Guanlin mengikutinya untuk mengantar, ia juga akan memastikan untuk menutup semua pintu setelah Jonghyun, Daniel. Seongwoo dan Hyungseob pergi. Keselamatan para yeoja menjadi tanggung jawabnya saat ini.

Sejeong menepuk keningnya "Hari apa ini Ya Tuhaaannn", gumam Sejeong frustasi.

*** 

11.15 PM

"Ya Hyeongseob-ah, apa yang sebenarnya terjadi?", tanya Jonghyun saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.

Hyeongseob duduk di belakang bersama Daniel. Daniel memberinya sebotol air karena anak itu sangat panik hingga sulit bicara sejak tadi. Saat ini ia sudah sedikit tenang meski kedua tangannya masih gemetar hebat. "Kami bersama ke rumah sakit untuk menyusul kalian sebelumnya...tapi Jinyoung mengurungkan niatnya ketika melihat Shiyeon dan Guanlin bersama keluar dari rumah sakit", ujar Hyeongseob.

"Mwo?", seru OngNiel berbarengan. "Shiyeon dan Guanlin?", tanya Seongwoo tak percaya.

“Eoh.. mereka meminta izin pada ku dan Jieqiong untuk pergi berdua” Tanggap Jonghyun

"Ne...lalu Jinyoung mengajakku mengikuti mereka, kami berjalan bersama melewati taman kota, tapi tiba tiba Jinyoung menyuruhku pulang lebih dulu", ujar Hyeongseob.

"Lalu? Apa yang terjadi?", tanya Daniel.

"Karena begitu tiba tiba, aku jadi penasaran, maka aku diam diam mengikutinya, Jinyoung terus berjalan hingga ia tiba di dekat area danau dekat taman kota....dan lagi lagi...aku melihat Shiyeon di sana....dengan....ah bagaimana aku harus mengatakan ini?", gumam Hyungseob tak yakin.

"Geunyang malhae!", desak Seongwoo.

"A-Aku melihat Shiyeon...bersama dengan....Park Jihoon", ujar Hyungseob.

"PARK JIHOON?!", seru Seongwoo, Daniel, dan Jonghyun bersamaan.

"M-Mungkin mereka hanya kebetulan bertemu di sana! Nado moreugesseoyo!", ujar Hyeongseob cepat mengklarifikasi agar tak muncul kesalahpahaman nantinya. "Hanya satu hal yang tak ku mengerti, tadi Jinyoung berkata bahwa Shiyeon pergi bersama Guanlin sepulang dari rumah sakit, aku juga melihat Guanlin....tapi saat itu...Guanlin tak ada di sana", sambung Hyungseob.

"Issanghae", gumam Seongwoo berpikir. Ia melirik Jonghyun yang hanya terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu. "Ya Jonghyun-ah", tegur Seongwoo.

"N-Ne?!", jawab Jonghyun tersentak. “Ahhh..” Eluhnya.

“Ya, semua sudah jadi seperti ini, kau masih mau menyimpan rahasia dari kami? Ada sesuatu yang kau ketahui bukan? Malhae!”, seru Seongwoo.

“Mereka lepas dari pengawasan ku, Mianhae” Ujar Jonghyun menyalahkan dirinya.

“Apa maksud mu?” Tanya Daniel.

Jonghyun kembali menginjak gas saat lampu berubah menjadi warna Hijau, saat itu jalanan kosong karena jam sudah menjunjukkan hari itu akan segera habis. Jonghyun tetap memilih untuk menutup rapat bibirnya “Kita akan bicarakan setelah ini” begitu alasan yang diberikan oleh Jonghyun.

“Geurae.. Kau pasti melindungi mereka “ Jawab Seongwoo setengah hati, ia mulai mengerti masalah yang terjadi.  “Guanlin tidak pergi bersama Shiyeon matchi? Karena itu ia pulang bersama Jieqiong tadi, mereka membohongi mu dan kau terus melindungi mereka?”

Jonghyun menghela nafas berat. “Nado Jincha moreugaesso.. Jieqiongi tto. Benar ia juga menyembunyikan ini dari ku. Tapi ku lihat ia terburu-buru saat meminta turun dari mobil. Dari spion, kulihat ia menemui Guanlin. Tapi ku pikir Shiyeon sengaja membantu Guanlin karena Guanlin dan Jieqiong ada urusan yang mereka tidak ingin ku ketahui. Aku tidak berfikir bahwa Guanlin justru membantu Shiyeon mencari alasan untuk pergi menemui Jihoon. Aku bukan ingin melindungi mereka, tapi ku rasa semua ini juga kesalahan ku. Seharusnya aku turun dan bertanya mengapa Guanlin tidak bersama Shiyeon seperti izin mereka kepada ku.. lagipula...", Jonghyun berhenti bicara saat sebuah mobil tiba-tiba saja melintas dengan kecepatan tinggi di depan mereka. Jonghyun yang sedang kalut membanting stir menghindari mobilnya bertabrakan dengan mobil tersebut.

Daniel berteriak keras, “YA!!!” ... SSKKIIIIITTTTTTTTTT... BUKKK!~

Keempatnya dibuat menahan nafas akan semua kejadian hari ini. Deru nafas keempatnya menguasai mayoritas suara yang terdengar disana. Mereka selamat. Hanya bagian tubuh mereka sedikit terbentur kursi dan pintu mobil. “Hhhhh.. m-mianhae..mianhae” Ucap Jonghyun terengah. Ia juga terkejut dengan kejadian tadi.

Seongwoo menyentuh pergelangan tangan Jonghyun. “Nado Mianhae.. Gwenchana hhhhuuhhh. Aku seharusnya tidak mengajak mu bicara.. jeongmal Mianhae Jonghyun-ah.. Whoaaa.. hampir saja hhhh...aku belum terkenal dan  belum menikah, aku tak bisa mati sekarang”, seru Seongwoo.

“Ige Andwegetda.. Jonghyun-ah, biarkan aku yang menyetir. Kedua tangan mu sudah gemetar”, Ujar Daniel. Ia sigap turun dari mobil dan bertukar posisi dengan Jonghyun. Ia sudah terlalu hafal dengan pikiran Jonghyun yang selalu bercabang-cabang saat banyak masalah yang datang. Setelah bertukar tempat, Daniel mengendarai mobil agar kembali ke jalur utama jalan. “Saat ini kita tidak perlu membahas apapun...menemukan Baejin  adalah prioritas kita saat ini” Ujar Daniel, disertai anggukan dari ke 3 orang didalam mobil.

***

June, 5th 2017

11.15 PM, Seoul City Park

Jieqiong melaporkan apa yang terjadi pada kedua orangtua Jinyoung secepatnya. Berdasarkan info yang diberikan Jieqiong, pihak keluarga segera melaporkan berita kehilangan jinyoung kepada pihak berwajib. Demi mempercepat pencarian, para yeoja yaitu Jieqiong dan juga Sejeong memutuskan untuk menyusul para namja mencari Jinyoung di sekitar taman.

Tak lelah Seongwoo, Daniel, Jonghyun, Guanlin, Sejeong, dan Jieqiong mencari keberadaan Jinyoung meski tak sedikitpun jejak yang mereka dapati. Mereka membiarkan magnae line untuk beristirahat setelah siang tadi mereka juga mencari Jinyoung ke beberapa tempat yang sering Jinyoung datangi. Sekaligus menjaga namja asing yang menyambangi rumah mereka kemarin. Karena hingga hari ini, namja itu belum juga sadarkan diri.

Demi mempermudah pencarian yang telah berlangsung 3 jam lamanya, mereka semua berpencar di sekitar danau juga taman dimana Jinyoung diketahui berada disana terakhir kali sosoknya terlihat. “Baejin-ah!!!!!!!”  Teriak Seongwoo cs di masing-masing tempat pencarian mereka.

Sejeong dan Jieqiong bertemu di tengah taman, mereka diminta mencari di daerah yang tak terlalu gelap. Sedangkan para namja mencari di sekitar danau yang cenderung lebih sepi dan tak memiliki penerangan memadai di sekitarnya. “Kau tidak menemukan apapun?” Tanya Sejeong. Tanggapan nihil diterima Sejeong, berupa sebuah gelengan dari Jieqiong.

“Tidak kah sebaiknya kita memanggil para namja? Sekarang sudah terlalu malam, aku takut akan semakin berbahaya bagi mereka terus berada disana” Ujar Jieqiong.

“Maja, tempat itu juga sangat rawan. Ahh.. perasaan ku buruk sekali, kita memang sebaiknya mencari mereka. Bisa kau tinggalkan pesan untuk masing-masing dari mereka? Ponsel ku sudah hampir mati", ujar Sejeong menunjukkan kondisi baterainya yang semakin menipis.

“Gurae.. aku akan memberikan pesan pada mereka sembari kita berjalan, khaja” Ajak Jieqiong.

Di tempat lainnya. Para namja masih serius mencari. Mereka sungguh melupakan waktu. Danau sudah gelap gulita dan mereka masing-masing hanya ditemani oleh sebuah lampu senter. Jonghyun berada di atas jembatan yang berada di sekitar danau. Mencari di tempat yang sedikit lebih tinggi mungkin akan mempermudahnya mencari, begitu pikirnya. Dari sana ia juga dapat mengawasi Daniel dan Seongwoo, memastikan mereka baik-baik saja.

Seongwoo menepis dengan rumput alang-alang tinggi yang menghalanginya sambil terus meneriakkan nama Jinyoung, sementara Daniel mendekat ke arah danau.

Seongwoo menerima pesan Jieqiong untuk segera berkumpul kembali di dekat mobil mereka terparkir. Ia melirik jam pada ponsel dan baru menyadari malam sudah menyambut mereka sejak tadi. Dari posisinya berdiri ia juga dapat melihat sepertinya Jonghyun berjalan ke sisi jembatan. Mungkin ia juga menerima pesan yang sama. Dalam perjalanan .. Seongwoo yang sudah lelah mencari tiba-tiba saja menemukan sesuatu yaitu sebuah sweater berwarna abu-abu tergeletak dengan darah berlumur pada beberapa bagian permukaannya. Tangan Seongwoo gemetar seketika. Masih lekat dalam ingatannya sweater tersebut adalah sweater yang dipakai oleh Jinyoung terakhir kali ia melihat anak itu. Sweater tersebut juga merupakan hadiah pemberian Seongwoo pada ulang tahun Jinyoung satu bulan lalu. Seongwoo yang terkenal tak pernah bisa diam itu menggeleng tak percaya dengan mata setengah berkaca. “Baejin-a~ niko.. Aniji? Aniya.. aniya.. ini pasti hanya serupa dengan milik mu” gumam Seongwoo menepis kenyataan yang belum sepenuhnya bisa ia terima itu.

Ia memeriksa lebih jauh. Dilihatnya juga sebuah pin tersemat pada bagain dari Sweeter tersebut. Pin yang sama juga dimiliki oleh Seongwoo dan semua penghuni boarding house. 3 bulan lalu Daniel mendesign pin tersebut untuk semua penghuni.. mereka menyebutnya Friendship pin. Setetes air mata jatuh di pipi Seongwoo tak terkontrol olehnya. Ia menutup mulutnya tak percaya. “Bae.. Jin-ah”, Ia hendak berteriak memanggil Jonghyun dan Daniel, namun suaranya tertahan di ujung tenggorokan. Pikirannya dipenuhi oleh sakit yang mendalam, membayangkan apa yang dialami Jinyoung hingga pakaiannya sampai berlumuran darah seperti itu. Ia sama sekali tidak menyangka hal semacam ini akan menimpa Jinyoung.

Bukan Seongwoo.. bukanlah sebuah teriakan dari Seongwoo yang terdengar. Suara itu justru berasal dari arah pinggiran danau. Suara yang begitu panik dan keras “JONGHYUN-AA!!!!!!! SEONGWOO-YAAA!!!”

Ponsel Seongwoo bergertar. Daniel berada diujung sambungan telpon “Wae wae?!!”

“Hhhhh.. hhhh maldoandwe.. hhhh Hhhgh.. Cepatlah kemari” Tuttttt... Suara Daniel jelas terdengar parau. Seongwoo segera berdiri dan berlari, sekalipun kedua kakinya sudah sangat lemas.

Ia sampai ke tempat Daniel berada. Dalam pangkuan Daniel sosok yang mereka cari tanpa henti selama tiga hari berturut-turut terbaring. Seongwoo hanya berjarak tiga langkah lagi dari saja, tapi langkah kakinya sudah melambat. "Maldo andwae...", gumamnya tertahan mencoba tak mempercayai apa yang dilihatnya.

"NEO MWOHAE?! AMBULANCE YEOLLAKHAE! PPALI!", seru Daniel panik.

Mencoba menepis segala kesedihannya, Seongwoo lekas menghubungi ambulans.

Jonghyun tiba tak lama kemudian. Selang satu menit kemusian, Sejeong dan Jieqiong tiba. Jonghyun mendekat ke arah Daniel dengan langkah gemerar. “Baejin-a.. Hyung wasseo.. Jonghyun hyungieda Hhhhh..Baejin-a Ireona... Kau tidak pernah membantah perintah ku... Bae Jin-a”

Di samping Seongwoo, Sejeong dan Jieqiong terduduk pada rerumputan sambil menangis. Jieqiong yang memang lebih sensitif terlihat begitu terpukul. Isak tangisnya begitu dalam. Sejenak Jieqiong berusaha untuk sdikit lebih tegar, meski wajahnya juga begitu pucat.

“Baejin-a.. Daniel hyungida.. Kahja.. Game hagoshippeo, machi? Jibe khaja eoh..? Kau mendengar hyung, kau pasti mendengar hyung matchi? BAEJIN-AH IREONAA!!” seru Daniel yang mulai frustasi layaknya Jonghyun.

"Maja...hiks...hyungiedeul wasseo Baejin-ah...jibe kaja...hikss..hiksss..arrggh!!", seru Jonghyun memukul rerumputan dengan tangan kanannya sebagai pelampiasan kekesalannya.

*** To Be Continued ***

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK