*Park Dojoon
Aku mengambil Handphone-ku yang berada di saku celanaku dan menekan nomor lalu mengangkatnya ke samping telingaku.
"tuuuutt... tuuuutttt... tuuuuuttt... nomor yang anda tuju—"
"tsk,, anak itu.. apa yang dia lakukan sampai tidak mengangkat telepon.. sudah 2 jam aku menunggu disini.." gumamku pelan lalu menjauhkan handphone dari telingaku dan memasukannya ke dalam saku celana panjangku.
Aku langsung mengambil Handphone-ku dan kembali menelpon chika yang seharusnya menjemputku di bandara.
"Gehhh anak itu.. lagi-lagi tidak di angkat.. arrghhh, akan kupastikan menjitak kepala anak itu saat kita bertemu.. " gumamku kesal.
Aku menunggu di depan kampus berharap ada dari teman-temannya yang kukenal lewat dan bisa mengantarku ke tempat kosnya. Setelah sekitar setengah jam menunggu dan tidak kunjung membuahkan hasil aku memutuskan untuk pergi ke gedung besar yang berada tepat di depan universitas itu.
"hmmm,, jadi ini yah yang namanya hotel square.." gumamku dalam hati sambil melangkah memasuki area hotel.
Aku langsung memesan kamar untuk semalam. Setelah mendapatkan kunci, tanpa menunggu lama aku melangkah ke arah lift menuju ke kamar untuk beristirahat.
"geaaaaahhhh... akhirnyaaaa.." gumamku sambil menghempaskan tubuhku ke arah tempat tidur yang dilapisi sprei putih.
"jika dia sudah melihat handphone-nya dia pasti akan menghubungiku... jadi untuk sekarang lebih baik aku istirahat sebentar.." gumamku dalam hati sambil menutup mataku perlahan lalu tertidur.
Sore harinya aku terbangun dengan 15 panggilan tak terjawab dari chika. Saat aku baru akan menekan tombol untuk menelpon, Handphone-ku bergetar pertanda telepon masuk dari nomor yang tidak dikenal.
"nomer Indonesia.. siapa?" gumamku dalam hati lalu mengangkat telepon ke samping telingaku.
"halo? Dengan siapa ini?" sapa ku.
"hyung?? Ini aku.. hyung dimana??" terdengar suara chika dari ujung telepon.
"YAAA!! saeng yang dimana? Bukankah hari ini saeng sudah janji mau jemput hyung di bandara??" kataku sedikit kesal.
"maaf hyung.. tadi ada tes mendadak dan saeng harus ikut... lagipula handphone saeng ketinggalan di kos.. sekarang hyung dimana?"
"hmm, sekarang hyung ada di hotel square.. malam ini mungkin akan menginap disini.."
"aahhh Jinjja?? Sekarang saeng ada di depan kampus.. hyung turun dong.."
"geehh... ya sudah tunggu disitu hyung turun sekarang.." kataku sambil bangun dari tempat tidur dan mencoba berdiri.
Aku keluar dari kamarku dan langsung menuju ke depan kampus chika. Dari kejauhan aku bisa melihat chika berdiri di depan kampusnya
"hyuuungggg...." Chika berlari ke arahku.
Saat dia sudah semakin dekat aku mengangkat tanganku dan dengan cepat memukul kepalanya.
"aaa waaeeeee???!!" gerutunya sambil memegang kepala.
"hyung tadi menunggu disini setengah jam tau.. kalau ga bisa jemput setidaknya kasih kabar lah.." kataku sedikit kesal.
"iya maaf-maaf.. hyung,, saeng lapar... ayo ke tempat makan favorite saeng.." chika mengajakku.
"Yeeeeeyyy.. di traktir orang koreeaa.." kata chika dengan nada meledek.
"ishiii.. ayo cepat jalan.." kataku tersenyum.
Kami berdua pergi ke tempat makan favorite chika dan memesan makanan yang sering dia makan.
"haaahh,, akhirnya makanaann kesukaanku, nasi ayam telur asin.. ittadakimasuuu.." tanpa menunggu lama chika langsung mulai memakan makanan kesukaannya.
Setelah beberapa menit terdiam "hmm,, gimana saeng?? Barang-barang yang mau dibawa sudah di packing kan?" kataku memecah keheningan.
"tenang saja hyung.. aku sudah menyiapkan semuanya.. jadi besok tinggal berangkat.." chika tersenyum.
"baiklah makan saja dulu... setelah itu persiapkan dirimu, kita akan cek in jam 2 besok.." kataku.
Setelah selesai makan aku mengantar chika kembali ke tempat kos yang tidak jauh dari kampusnya.
"hmm,, jadi ini yah tempat kos saeng??" kataku
"hehehhe.. benar.. yasudah aku masuk dulu yah hyung.. tau jalan kembali, kan?? Bye byee." kata chika sambil melambaikan tangannya
Aku kembali ke hotel tempat aku menginap dan langsung masuk ke kamarku.
"haaaahhh,,, ada kabar apa yaah di koreaa..." gumamku pelan sambil mengambil laptopku dari tas lalu membuka berita di internet.
Saat sedang melakukan scroll down melihat berita-berita yang terpampang. Mataku terhenti di salah satu berita yang cukup menarik buatku.
Berita itu berisi tentang salah satu group pengusaha besar di korea yang melakukan uji coba virus solanum.
"hmmm,, virus solanum yah.. bukankah itu virus yang merubah makhluk hidup menjadi zombie?? Apa orang-orang itu sudah gila.." gerutuku.
Setelah selesai aku langsung menutup mataku lalu tidur. Keesokan harinya kami langsung berangkat ke korea.
"saeng aahh.. kelihatan senang sekali.." kataku menatap chika yang tersenyum sedari tadi.
"aahhh tentu sajaa.. setelah setahun berpisah akhirnya aku bisa ketemu Cella lagi.. owh iya, Minhwa juga sudah berada di korea.. semalam dia bilang dia akan menjemput kita di bandara.." katanya tersenyum.
"eehh?? Maksud saeng teman yang ikut kita buat ff dulu??" kataku.
"Yuuupp.. haaahhh,, aku jadi tidak sabar.. apalagi sepertinya jam kita mendarat bersamaan dengan Astro yang baru kembali dari showcase di jepang.. semoga saja aku bisa bertemu dengan mereka lagi.." kata chika.
Kami melewati perjalananan sekitar sembilan jam sampai pengumuman pendaratan terdengar memenuhi seluruh sudut pesawat.
Saat sedang menunggu koper chika tiba-tiba terdengar suara sirine dengan teriakan-teriakan di bagian luar bandara. Suasana saat itu menjadi sangat ramai dengan orang yang berlarian menjauhi bagian kiri bandara.
Saat itu handphone-ku bergetar. Aku melihat nama Cella dari layar handphoneku.
"oo Cella yaa, kenapa kau—", "oppaa?? Kau sudah bersama Chika eonnie?? Kalian dimanaa??!!" Chika memotong kata-kataku dengan sedikit berteriak.
"kami di bandara..." kataku dengan teriakan-teriakan di sekitar kami.
"sialllll sepertinya wabah itu sudah sampai disana!!! Untuk Sekarang kalian cari tempat bersembunyi.." kata Cella.
"sebenarnya apa yang terjadi cella??" kataku. Saat itu Aku merasa ada yang tidak beres dengan keramaian ini setelah melihat salah seorang pria dengan noda darah di bagian pungung bajunya.
"saeeng... sebaiknya kita keluar dari sini.." kataku menarik tangan Chika.
"tapi hyung koperku belum datang.." kata Chika menahan tanganku.
"tch—itu dia ayo cepat.." kataku melihat koper Chika yang menuju kearah kami. Aku langsung memasukan handphone-ku ke saku celana, menarik tangan Chika dengan tangan kiriku dan dengan cepat menyambar koper Chika dengan tangan kananku.
Kami berdua berlari ke arah salah satu toko dengan pintu kaca dan langsung masuk ke dalam.
"permisii?? Permisi??? Apa ada orang disini?" teriakku. Tidak ada jawaban menandakan toko ini telah di tinggalkan penjaganya.
"hyung sebenarnya ada apa??" kata chika menatapku bingung.
"coba lihat Handphone saeng.."
Chika mengambil handphone dari tasnya. "waahh,, 20 panggilan tidak terjawab dari Cella.."
Aku mengambil handphone Chika dan langsung menelpon Cella.
"oppaa??!!" terdengar suara Cella dari ujung telpon.
"Cella.. sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi?" kataku lalu mengubah panggilan ke mode speaker.
"apa kalian sudah ada di tempat aman??"
"yaa, kami di salah satu toko yang di tinggalkan penjaganya.. sekarang jelaskan apa yang terjadi.." kata chika
"pertama kunci pintu toko itu dan jangan biarkan siapapun masuk.." kata Cella.
Aku mengikuti perintahnya dan langsung mengunci pintu. "sudah kulakukan.."
"hyuuhh,, syukurlah.. baiklah akan kuceritakan.. saat ini wabah dari virus solanum sedang menyerang kota seoul dan mulai merambat ke bagian-bagian korea.. virus itu mengubah penderitanya menjadi zombie dan menyerang manusia.. kalian sudah tau kan jika kalian tergigit kalian akan berubah menjadi zombie.. jadi apapun yang terjadi menjauh dari para penderita, ataupun orang-orang yang sudah tergigit.." kata Cella.
"jadi maksudmu virus zombie sedang menyerang Korea sekarang??" kata Chika terkejut.
"benar.. aku akan menunggu di rumah, dan aku ingin kalian berdua sampai disini hidup-hidup.. jadi oppa, tolong jaga eonnie.." kata Cella.
Saat itu tiba-tiba terdengar suara ketukan keras dari arah pintu. "tolooonngg... toloong buka pintunyaaa.." teriak seorang pria dari luar toko.
Aku berpikir keras saat itu, jika aku membuka pintu aku akan membahayakan Chika. "apa yang harus kulakukan??" gumamku dalam hati.
Saat itu chika berlari ke arah pintu dan langsung membuka pintu kaca itu. Seorang pria yang memakai kacamata hitam bersama syal dan masker menutupi wajahnya masuk ke dalam toko.
Zombie yang mengejarnya melihat kami dan mulai mendorong pintu kaca itu. Melihat itu aku berlari ke arah salah satu rak di samping pintu dan mendorongya sehingga rak itu menutupi pintu keluar.
"haaahh... haaahhh.. terimakasih banyak.. aku pikir aku akan mati.." kata pria itu sambil membuka syal yang menutupi wajahnya.
"ooooo???? Eunwooo!!!???" teriak Chika melihat pria yang menutup wajahnya dengan syal adalah idol favoritnya Astro Eunwoo.
"aahh?? Apa kau mengenalku??" kata Eunwoo.
"tentu saja.. aku adalah fans kalian.. terutama kau dan Moonbin.." kata Chika.
"heyy,, kita belum keluar dari situasi gawat inii.. aku butuh rak tambahan..." kataku sambil menahan rak di depan pintu dengan 2 zombie yang terus mendorong pintu kaca itu..
"aahhh maaf.." kata Eunwoo lalu berlari ke arah rak lain dan mendorongnya ke depan pintu.
"dengan begini mereka tidak akan bisa masuk kesini.." kataku.
"hay Eunwoo-ssi.. namaku Dojoon.. bagaimana kalian bisa sampai disini?? Aa, sebelum itu.. apa kau tergigit??" sambungku.
"hhaahh... saat kami menunggu koper kami, tiba-tiba seorang pria jatuh ke lantai dengan luka gigitan di kakinya.. saat kami mencoba menolongnya tiba-tiba pria itu menggigit tangan manajer kami.. setelah itu mereka mulai saling menggigit satu sama lain.. aku dan Moonbin terpisah dari member yang lain, saat ke sini, Moonbin terjatuh lalu seorang wanita membawanya ke café di ujung lain bandara,, zombie-zombie itu mengejarku dan akhirnya berlari kesini.." jelas Eunwoo.
"aku tidak tergigit sedikitpun.. aku harus berterimakasih padamu untuk itu.. jika kau tidak membukakan pintu, aku pasti sudah menjadi salah satu dari mereka. Owh iya, siapa namamu??." sambung Eunwoo.
"haahhh baguslah.. aku pikir kau tergigit.. owh iya, namaku Chika.." kata Chika.
Saat itu HP chika bergetar, aku mengangkat HP-nya dan mendapati nama Minhwa di layar.
Aku mengembalikan HP Chika padanya. Chika mengubah panggilan ke mode speaker.
"haloo??"
"Chika.. kau dimana sekarang??" terdengar suara Minhwa dari ujung telepon.
"aku dan Dojoon hyung sudah berada di bandara.. kau dimana, Minhwa-yaa??" kata Chika.
"aku berada di café bersama seseorang.. kau pasti tidak akan percaya,, aku bersama Astro Moonbin disinii!!" kata Minhwa.
"mwoo?? Jadi wanita yang menyelamatkan Moonbin adalah kau?? Aahhh,, aku irii.. tapi tidak apa-apa aku bersama Eun--" "permisi, Minhwa-ssi?? Aku astro Eunwoo, Apa aku bisa bicara dengan Moonbin.." kata eunwoo memotong perkataan chika.
"eehhh?? Kau bersama Eunwoo disana yahh.. baiklah tunggu sebentar.." kata Minhwa.
"yeobeosaeyo??" terdengar suara pria dari ujung telepon.
"yeobeosaeyo?? Bin-aahh?? Ini aku Eunwoo... apa kau tidak apa-apa?? Kau tidak tergigit kan??" kata Eunwoo.
"aku tidak apa2.. bagaimana denganmu??" kata Moonbin.
"aku juga tidak apa-apa.. apa kau punya kabar mengenai member yang lain??" kata Eunwoo.
"aku tidak tau.. tapi sepertinya salah satu dari mereka tergigit.. kami akan ke arah foodcourt.. sepertinya mereka bersembunyi disana.." kata Moonbin.
"baiklah kita akan bertemu disan—", "DUAARR!!! DUAARRR!!! DUAARR!!!" terdengar suara tembakan dari arah luar toko.
"ahh,, kita selamat.. sepertinya para tentara penyelamat sudah datang.. mereka pasti akan membawa kita kelu—", "tunggu!!! Jangan keluar dari tempat persembunyian kalian.." teriakku menghentikan kata-kata Moonbin.
"siapa itu?? Apa maksudmu jangan keluar?? Mereka datang untuk menyelamatkan kita.." kata Moonbin.
"dengarkan aku, Moonbin-ssi.. namaku Dojoon, aku bersama dengan Eunwoo-ssi dan adikku sekarang.. apapun yang terjadi jangan menunjukan diri pada mereka,, kemungkinan besar mereka akan membawa kalian dan kalian akan di karantina.. bahkan mungkin dijadikan kelinci percobaan.." tegasku.
"jadi apa yang harus kami lakukan??" terdengar suara Minhwa.
"diam di tempat kalian sekarang.. tunggu sampai mereka pergi dan kita bertemu di foodcourt.." kataku.
"baiklah kami mengerti.." kata Minhwa.
*Kim Minhwa
"apa gate nya udah benar? mereka beneran keluar sini kan?" gumamku melihat nama gate yang tertempel di pintu otomatis bandara. aku berdiri tepat di pembatas antrian tempat orang menunggu penumpang keluar
"kkeukkaji gilge mal an halge, gyaemaneun andwae, nappeun namjahante kkeullyeo neon wae. seoljikhi nan dapdaphae, nega joheunde, ajik-kkajido mothan gobaek " ringtone hp-ku berbunyi dan aku melihat nama Cella di layar hpku
"eoh?" tanyaku saat mengangkat telfon
"eonni, julsimhae. katanya virus itu sudah mulai tersebar" kata Cella
"jinjja?" tanyaku kaget
"eoh. barusan aku liat di tv" kata Cella
"ah~ baiklah. oh iya, mereka keluar di gate K2, kan ya?" tanyaku memastikan
"iya. mereka belum keluar juga?" tanya Cella
"mungkin sebentar lagi. kan mereka jam tiba nya sama dengan Astro. dan Aroha sudah banyak yang berada di sini" kataku melihat sekitarku yang ramai karena Aroha, nama fandom Astro
"ah~ aku juga mau ikut ke sana, tapi aku masih harus berkutat dengan pr-pr yang melelahkan ini" kata Cella
"Cella hwaiting. oh iya, sepertinya aku melihat mereka. nanti dulu ya~" kataku menatap lurus ke arah dalam ruang pengambilan bagasi
"siapa? Dojun oppa dan Chika eonni?" tanya Cella
"ani. Astro. hehe. udah dulu ya, aku tutup dulu" kataku lalu menutup telfonku. tiba-tiba aku melihat seorang ajussi berjalan pincang dengan darah yang keluar dari pergelangan kakinya kemudian dia terjatuh di dekat member Astro
"heok!! hoksi! maldo andwae!" gumamku menatap ajussi itu, dan ternyata benar, ajussi itu menggigit seseorang dan pada akhirnya mereka menggigit yang lain.
aku langsung berlari ke dalam dan melihat Astro berhasil kabur tapi Munbin dan Eunwoo oppa berlari ke arah yang berlawanan dengan 4 member lainnya.
Aku dari jauh melihat seseorang yang mirip dengan Chika, tapi saat aku mau menghampirinya yang berada di ujung, aku terhenti karena aku melihat Munbin terjatuh, dia terjatuh beberapa langkah di hadapanku, aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan langsung berlari ke arahnya membantu dia berdiri
disaat yang sama saat Munbin berdiri, aku melihat ada zombie yang berjalan ke arahku, Munbin dan Eunwoo oppa
"zombie!!" teriakku reflek sambil menarik tangan Munbin dan berlari keluar ruangan itu
kami berlari dan berhenti di depan sebuah cafe yang sudah kosong
"hyung? Eunwoo hyung?" tanya Munbin menoleh ke kanan dan kiri mencari Eunwoo oppa, aku juga ikut mencarinya
"ya!! neo ttaemuniya!" teriak Munbin padaku, aku menatapnya kaget
"naega wae?" tanyaku dengan polos
"kenapa kau menarikku?! sekarang kita terpisah dengan Eunwoo hyung, tau!!" teriak Munbin
"masuk dulu. baru ngomel lagi" kataku mendorong-dorong Munbin untuk masuk ke cafe kosong itu, lalu aku mencari sesuatu untuk bisa menghadang pintu agar tidak bisa terbuka
"bikkyeo!" kata Munbin dari arah belakangku, aku membalikkan badan dan langsung menyingkir, karena dia mendorong meja cafe ke arahku tanpa berhenti
"ini sekalian" kataku menarik meja cafe yang lain, Munbin dengan segera mengangkat meja itu lalu dibalik dan ditumpuk di meja yang tadi dia taruh tepat di depan pintu masuk cafe
"ayo sembunyi di sana" kataku menunjuk ke belakang bar cafe saat Munbin sudah menumpuk meja itu. tanpa bicara, Munbin mengikuti langkahku.
"oh iya, kenapa kau banmal padaku?" tanya Munbin
"kenapa memangnya? kau juga banmal padaku" kataku
"kau kan lebih muda dariku" kata Munbin
"apa yang membuatmu yakin kalo aku lebih muda darimu?" tanyaku
"kau seumur Rocky, kan?" tanya Munbin
"apa yang membuatmu yakin?" tanyaku lagi
"atau seumur Sanha?" tanya Munbin lagi
"haruskah aku mengulang pertanyaanku lagi?" tanyaku menatapnya datar
"aku lihat dari mukamu" kata Munbin, aku hanya menggeleng dan menghela napas
"kau harus memanggilku, oppa" kata Munbin
"aku memang memanggilmu oppa. karena kau idola-ku" batinku
"untuk apa? toh kita seumuran" kataku