CHAPTER 1 : Manipulating You: If Only..If only
Cast: Mark Tuan and Kim Ara (and got7 member)
Genre: romantic, fantasy, songfic
Diandra pov
Hari ini kami sudah berjanjian untuk bertemu di taman bermain di depan rumahku. Aku tidak mengerti apa yang ada dipikirannya, Dia bahkan sudah berumur 24 tahun. Dia mark, memang terlihat dingin, tetapi saat kau mengenalnya lebih dekat, dia menjadi sangat hangat. Mark dan aku memang mempunyai hubungan yang bisa dibilang dekat. Tetapi jika ku bilang bahwa kita berpacaran, juga tidak. Andai saja mark memiliki perasaan yang sama denganku. Ya sudahlah, lebih baik aku bergegas untuk bersiap-siap. Setelah beberapa menit kemudian aku sudah siap, menggunakan tshirt putihku dengan celana jeans dan sneaker putih. Entah kenapa, kami selalu suka mengenakan sesuatu yang simple, mungkin kita jodoh? Hahahaha. Aku berjalan menuju taman bermain. Dari kejauhan aku dapat melihat mark sedang bersandar pada pohon yang ada di taman tersebut. 'What are you doing mark, stop doing that!!' Ya aku berkutat pada pikiranku sendiri, berbicara dalam hati berharap mark berhenti melakukan itu. Ya dia sedang tersenyum kearahku, rasanya aku ingin mati saja. "Ara-ya!" Dia kembali tersenyum kearahku setelah memanggil namaku. Aku memperlambat jalanku, aku tidak kuat tuhan. Tetapi karena lama, mark akhirnya menghampiriku. Ini lebih membuatku semakin gila kepadanya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa lama sekali" dia bertanya kepada ku sembari memegang pundakku. Dia lebih tinggi dariku, tentu saja aku yang hanya 159cm, dan dia 175cm, aku perlu mendongakkan kepalaku agar dapat melihat wajahnya, lebih tepatnya matanya. "Tidak, tadi aku hanya ingin menghirup udara segar saja hehehe" apa-apaan ini. Yang tadi kukatakan itu sangatlah buruk. Aku ingin mengubur diriku sendiri rasanya. Mark yang sudah biasa mendengar omonganku yang tidak masuk akal seperti itu hanya tertawa. Seperti inilah mark, sangat ramah. Apa dia juga seperti ini kepada perempuan lain? 'Stop it ara' aku segera menghapus pikiran burukku terhadap mark. "Ara-ya, what should we do today?" Dia bertanya padaku. Saat ini kami sedang bersandar pada pohon rindang ini. "Bagaimana kalau kita pergi ke everland?" Aku sangat ingin pergi kesana, tentu dengannya. "Dasar, sekarang dapat terlihat siapa yang seperti anak kecilkan" mark mengacak rambutku. Yatuhan. "Ya! Rambutku jadi berantakan tahu" dia berlari lebih dulu menuju mobilnya. Aku hanya dapat tertawa melihatnya.
Setelah 1 jam perjalanan, kami akhirnya tiba di everland. Setibanya kami di everland, aku bergegas untuk membeli bando khas yang digunakan orang-orang saat pergi ke everland.
Yatuhan apalagi ini. Mark sangat lucu menggunakan bando seperti ini. Kami memutuskan menggunakan bando couple. Mark memaksaku untuk menggunakan bando yang sama dengannya. Padahal aku mau bando rusa:( kami seharian ini sudah hampir menaiki semua wahana. Hari ini tidak begitu ramai karena sekarang adalah hari senin. Kami libur kuliah hari ini. Ya, kami berkuliah di kampus yang sama, tetapi beda jurusan. Aku jurusan psikologi, dan dia jurusan musik. Sangat aneh pasti orang-orang jika melihat kami berdua, karena kebanyakan anak musik hanya mau bergaul dengan sesama anak musik saja. Awalnya saat aku pertama melihatnya, dia sangat dingin. Tetapi semuanya berubah saat aku....
Flashback on
Aku pertama kali mendatangi sekolah ini. ini adalah sekolah 'biasa' pertama ku. Yang ku maksud biasa adalah, sekolah para manusia tanpa kekuatan. Kekuatan yang ku maksud bukan seperti hulk, atau spiderman. Tapi yang ku maksud adalah seperti membaca pikiran, melihat masa depan, melihat/berkomunikasi dengan arwah, mengendalikan pikiran orang lain, dan sebagainya. Aku masuk kesekolah khusus ini sejak appa dan eomma mengetahui kemampuanku. Aku terlahir dengan kemampuan untuk menghipnotis/memanipulasi pikiran. Tenang, aku manusia biasa. setiap anak disekolah khusus itu punya kemampuan yang berbeda-beda.
Karena itu aku menyebut ini pertama kali aku masuk kesekolah 'biasa'. Aku merasa asing disini, tapi aku sangat bersyukur banyak yang mau berteman denganku. Banyak kejadian lucu selama aku bersekolah disini. Aku pernah memanipulasi pikiran guruku agar aku mendapat nilai bagus. Hahaha. Lee Minjoo, sahabat karib ku mengetahui kemampuanku ini. Tetapi dia tidak menjauhiku. Tapi ada suatu saat dimana minjoo dan aku sedang berbicara tentang kemampuanku, dan seseorang mendengar pembicaraan kami. Keesokan harinya, aku, menjadi bahan pembicaraan di satu sekolah. Mereka mengatakan aku penyihir jahat. Hanya minjoo yang ada disisiku disaat semua orang menjauhiku karena takut padaku. Aku bertahan disekolah itu sampai lulus berkat minjoo yang selalu ada disisiku. Setelah lulus aku memilih universitas yang jauh dari sekolahku, berharap tidak ada yang mengenalku. Aku memilih jurusan psikologi di universitas ini. Entah, kurasa jurusan ini sangat berhubungan dengan kekuatanku? Pada hari disaat aku ospek, aku bertemu dengan anak dari sekolahku dulu. Mimpi burukku benar terjadi. "Ya, kau kim ara kan? Si penyihir jahat?" Katanya, yang entah namanya pun aku tak tahu. "Benar aku kim ara, tapi aku bukan penyihir." "Bukan penyihir? Kau yakin? bahkan kau pernah menyihir jisung sunbae kan dulu agar dia menyukaimu? Pantas saja, mana mungkin sunbae menyukai perempuan seperti mu." "Aku tidak pernah menyihir siapapun karena aku bukan penyihir. Jadi tolong, tinggalkan aku sendiri." Aku bergegas meninggalkannya. Tetapi aku malah dijambak dan didorong olehnya hingga aku terjatuh. "Aku salah apa padamu? Apa aku pernah melukaimu? Tolong jangan ganggu aku lagi.. jebal" "kau memang tidak menggangguku, tapi kau salah sudah menyihir jisung sunbae-ku." "Harus kukatakan berapa kali lagi, aku tidak menyihirnya!" Aku berteriak sembari menangis karena lelah terus menerus dituduh seperti itu. "Kau ini sudah salah masih saja tidak mau mengaku!" Dia melayangkan tangannya seakan ingin menamparku. Aku memejamkan mataku. Pasrah dengan semua ini. Aku berdoa agar ada yang menolongku agar bisa pergi dari sini secepat mungkin. Sampai tiba-tiba ada.. "jagiya, kenapa kau terjatuh seperti ini? Apa wanita ini mengganggumu?" Aku mendongakkan kepalaku, dan melihat seseorang dengan almamater merah marun dengan nametag 'Mark tuan'. Situasi apa ini? "Apa yang kau lakukan pada pacarku?" Mark bertanya kepada perempuan itu. Dia tampak panik, gugup menjawab pertanyaan mark. "T-ti-tidak sunbae. Aku barusan ingin menolongnya, dia jatuh karena tertabrak orang tadi." Heol. Sunbae?!?! Jadi laki-laki ini adalah sunbaeku? "Really? Earlier i saw you pushed her" Perempuan itu menundukkan kepalanya. Dia sangat malu kemudian ia berlari meninggalkan kami berdua. "Are you okay? Ehmm.. Kim Ara-ssi?" Dia bertanya kepadaku sembari melihat nametagku agar dapat mengetahui namaku. "I'm fine.. Ah iya, terimakasih, sunbae" aku senyum seramah mungkin. "You're welcome" dia meninggalkan ku ditempat tersebut, sembari berjalan dia melambaikan tangannya. Dia sangat dingin. Setelah kejadian itu, kami menjadi dekat. Entah sekedar makan bersama di cafetaria, belajar bersama di perpustakaan. Sejak awal aku tidak punya perasaan apapun padanya. Sampai pada suatu hari, aku melihat seseorang menyatakan perasaannya pada mark. Walaupun ia menolaknya, tapi.. Hatiku sakit. sepertinya aku takut kehilangannya. Aku selalu berusaha menepis semuanya, tetapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku menyukai mark, dan aku takut kehilangannya. Aku ingin bersamanya tanpa menggunakan kemampuanku sama sekali. Apa aku terlalu egois? Apa seharusnya aku sadar diri bahwa aku bukan manusia 'biasa'?
Flashback off
Setelah puas menaiki wahana yang ada, kami memutuskan untuk mengisi perut kami. "Ara-ya, churros+milkshake vanilla?" Aku hanya mengangguk. Dia tahu makanan yang pasti ku pesan kalau kesini. Aku dan mark sudah beberapa kali kesini bersama. Antriannya cukup panjang, jadi mark perlu lama mengantri untuk dapat mendapatkan pesanannya. Salah besar aku mengajaknya makan di tempat makan outdoor. Hari ini sangat dingin, bahkan mencapai 5°C. Aku tidak menggunakan sarung tanganku. Sangat pintar kau kim ara.
Tapi aku sangat ingin makan churros dan milkshake vanilla, dan itu hanya dijual di tempat makan outdoor ini. Setelah sekiranya 25menit menunggu, akhirnya mark datang. "Mian kau menunggu lama. Ini churrosmu dan milkshakemu" dia tidak melihat kearahku dia fokus memberikan pesananku padaku. Setelah dia melihatku, dia langsung menghela nafas sambil menunjukkan muka kesal. "Wae?" Aku kebingungan. Apa aku melakukan kesalahan padanya? "Ya! Aku hanya meninggalkanmu sebentar, kenapa malah seperti ini? Bagaimana aku bisa tenang bila sedang tidak bersamamu?" Dia membentakku dan kemudian mengeluarkan tisu lalu menyeka hidungku. Heol. Aku mimisan. "Ah.. ini sudah biasa terjadi kok, nanti juga berhenti. Hanya karena dingin dan kelelahan saja." "Apa aku perlu telfon appa-mu?" Katanya. "Tidak, untuk apa telfon appa? Ini hanya mimisan biasa." "Sekarang kau baik-baik saja, tetapi kalau nantinya kenapa-kenapa bagaimana?" "I'm fine.. okay?" Dia terlihat kesal "You should check it up at hospital" kenapa dia jadi berlebihan seperti ini. Hanya mimisan kenapa harus check up dirumah sakit? "Terserah, aku akan tetap bilang appamu." Dia mengeluarkan handphonenya, dia sungguhan ingin menelfon appa. "Mark, I'm fine.. ini cuman mimisan biasa, okay?" "Kenapasih kau susah sekali diberitahu. Kalau kau pacarku sudah kumarahi kau setiap hari" DEG. Apa maksud dari perkataannya ini? "tetapi kan aku bukan pacarmu, mark hahah" "makannya ini aku sudah sangat gemas sekali ingin memarahimu setiap hari" OMG. Ini apalagi mark maksudnya? Aku lelah.. "lebih baik kita pulang sekarang. Ayo pulang." Dia meminum milkshakeku saat aku juga meninumnya, jadi inilah maksud dari adanya 2 sedotan di milkshakeku. Saat wajahnya sangat dekat denganku, kalian mungkin bisa mendengar detak jantungku sampai luar tanpa harus merasakan nya. "Hahahaha wajahmu kenapa merah sekali.. apa kau kedinginan?" Aku hanya mengangguk. Aku berbohong. Sebenarnya wajahku memerah karenamu, mark tuan. "Come here" dia menarikku tanganku, menggenggamnya, dan menghangatkan tanganku, kemudian ia memasukkan tanganku kedalam sakunya. Dia berjalan seakan tidak terjadi apapun. Apa maumu mark? Kenapa kau membuatku gila seperti ini? Apa hanya aku sendiri yang mempunyai perasaan ini? Sudahlah tidak akan ada habisnya memikirkan hal itu. Setelah sampai mobil mark langsung memberikan coatnya padaku. "Aku tahu kau kedinginan, pakailah" "thanks.." dia mengacak rambutku pelan. Dia suka sekali mengacak rambutku. Entah kenapa aku juga suka diperlakukan seperti itu walaupun aku selalu marah padanya kalau dia mengacak rambutku. Selama diperjalanan, tiba-tiba kantuk menghampiriku. "Aku ngantuk.." "tidurlah.. akanku bangunkan kalau sudah sampai" "tidak, aku ingin berbicara banyak denganmu. Berbicaralah padaku agar aku tidak mengantuk" dia mencubit pipiku. "Sudah tidurlah aku tahu kau lelah." "Aku tidak akan tidur!" Aku cemberut. Dia tertawa renyah. Aku sangat suka melihat mark seperti ini. Selama diperjalanan kita banyak berbicara, dan aku senang karenanya. Tak terasa, kami sudah sampai didepan rumahku. Dan tak terasa juga dengan bodohnya aku tertidur. Aku mendengarnya membangunkanku "Ara-ya.. wake up" mark membangunkanku sambil mengusap kepalaku. Aku membuka mataku perlahan dan melihat ia tersenyum padaku. "Tidur sana ditempat tidurmu. Apa perlu ku gendong kekamarmu?" Aku memukulnya pelan. "Tidak perlu aku masih bisa jalan sendiri tahu" dia tertawa renyah. "Masuk sana. Goodnight" dia mencubit pipiku, "goodnight too, mark" aku terlalu lelah dengan semua ini.
Setelah mobil mark pergi, aku masuk kedalam rumah. "Kenapa mark tidak mampir dulu?" Eommaku mencari mark, padahal anaknya pulang malam begini. "Eomma, anakmu baru saja pulang jam 11 malam bersama laki-laki, apa eomma tidak khawatir?" Eommaku tertawa, "eomma lebih khawatir kau melakukan hal yang tidak-tidak kepada mark" eommaku memang sangat menyukai mark. "Eomma aku lelah, aku kekamarku ya? Goodnight eomma" aku mencium pipi eommaku kemudian berlari kekamarku. "Kim Ara, kau tidak melakukan sesuatu dengan kemampuanmu kan?" "Tidak eomma, kau kira aku ini anak kecil apa." Setelah itu aku tertidur...
Keesokan harinya
Hari ini aku masuk kuliah. Mark menjemputku hari ini. Biasanya appa mengantarku sebelum berangkat kerja, tapi hari ini appa cuti jadi tidak ada yang mengantarku. Handphoneku berdering, aku melihat nama mark disana. "Ara-ya, aku sudah sampai depan rumahmu" "okay, aku akan segera keluar." Setelah pamit ke appa dan eomma, aku berlari menuju pintu depan, takut mark menunggu terlalu lama. Aku menghampiri mobilnya, aku melihat mark sedang bermain game di handphonenya. Aku mengetuk pelan kaca mobilnya. Dia kaget. Aku tertawa melihat ekspresinya. Aku masuk kedalam mobilnya, "kau sangat serius main game itu, aku naik subway aja ya?" "Apasih? Sudah yuk berangkat." Mark tak suka kalau aku naik subway, katanya subway itu sangat ramai, dia takut asmaku kambuh. Dia memakaikan seatbeltku. Wajahnya sekarang 5cm didepanku. DEG. Aku mengalihkan pengeliahatku yang tadinya kuarahkan kebibirnya, kini aku melihat keluar jendela mobil. "kenapa kalau aku dekat denganmu, wajahmu selalu memerah? lucu sekali" dia mengacak rambutku, lagi. "Stop it mark. kita mau berangkat jam berapa? Aku ada kelas jam 10.00 dan sekarang jam 9.10" "ah iya.. ok kita berangkat sekarang" selama di perjalanan aku hanya diam, masih berusaha mengontrol jantungku yang berdegup kencang daritadi untuk bisa lebih tenang. Sementara mark, dia sedang asik bersenandung dan bersiul mengikuti irama lagu di radio. Setelah sampai, aku turun terlebih dahulu di lobby, "okay see you later, Thanks" "no problem"
Setelah jadwal kuliahku selesai hari ini, aku berencana untuk segera pulang. Tetapi aku mendapat pesan singkat dari seseorang. "Kim Ara, aku ada didepan kampus mu, temui aku didepan" aku sangat takut. Namanya Hyunmin. Dia adalah temanku, teman dunia mayaku. Tapi aku sama sekali tidak berencana untuk bertemu dengannya secara langsung. Dia menyeramkan. Dia bahkan pernah memarahiku karena lama membalas pesannya. Dia bukan siapa-siapaku tapi dia bisa memarahiku seperti itu. "Aku sudah pulang. Kau pulang saja" aku berbohong. Aku sungguh tidak ingin menemuinya. "Tadi kau bilang kau akan pulang jam 4 sore. Kenapa jam 3 sudah pulang?" Dia marah, sangat menyeramkan. "Dosennya tidak datang. Jadi sudah pulang. Lagipula, siapa suruh kau menjemputku? Aku juga tidak memintamu untuk menjemputku" "terserah kau, aku akan tetap menunggumu disini. Aku tau kau belum pulang" aku menangis. Jujur aku sangat takut. Aku berharap ada mark disini. Tapi aku tidak mau merepotkannya dengan masalahku. Aku bersama minjoo, sahabatku sejak sma, menunggu agar hyunmin cepat pergi. Sampai aku melihat mark dari kejauhan. Mark menghampiriku dan minjoo. Minjoo menjelaskan semuanya. Mark terlihat emosi, bahkan seperti mau menghampiri hyunmin. perlu dibantu oleh teman mark, jackson dan jb, untuk menahannya agar tidak menghampiri hyunmin. Aku tidak mau melihat mark terluka karenaku. Akhirnya mark menyuruhku untuk pergi dengannya. Selama di perjalanan, aku masih menangis, tanganku gemetar. "Sudah, jangan menangis. Aku tak mau melihatmu menangis seperti ini. Lain kali jangan kau ladenin orang seperti dia. Kau itu terlalu ramah." Dia seperti kesal padaku saat mengatakan itu. "Aku tak bermaksud seperti itu" mark memelukku.
"Biar aku tangani laki-laki kurang ajar itu." Mark terlihat sangat emosi. "Sini handphonemu, aku ingin berbicara dengannya." Aku memberikan handphoneku padanya. "Aku akan menelfonnya, dan kau, jangan hentikan aku untuk berbicara dengannya." Aku hanya diam, mark sangat menyeramkan sekarang. "Can you answer my call? Aku terlalu malas untuk mengetik." Akhirnya mark menelfonnya, dan hyunmin pun mengangkatnya. "Ada urusan apa kau dengan pacarku?" "Pacarmu? Kau tidak salah? Bahkan pacarmu saja bilang dia tidak punya pacar." "Itu dulu, dia pacarku sekarang. Ada masalah?" Mark terlihat sangat geram. Suara hyunmin dapat terdengar karena volumenya full, "Bilang pada Ara, apa dia sengaja membuatku seperti ini? Mengemis cintanya?" "Apa aku harus menyampaikannya? Aku bahkan sebenernya tidak sudi berbicara denganmu. Tapi aku harus menyelesaikannya, kau sebaiknya tidak mengganggu ara lagi, dia milikku." "Hah, terserah kau saja. Bahkan kau hanya pacarnya saja sudah begitu posesif begini. Sangat memalukan" "apa bedanya kau denganku? Aku posesif karena dia 'jelas' pacarku. Sedangkan kau? Kau siapanya? Sudahlah, ara akan menghapus contact mu, jangan berani-beraninya kau menghubunginya." Mark mematikan telfonnya. Aku secara refleks memegang tangannya, menahannya. Aku takut mark kelewat emosi, aku takut dia akan memukul sesuatu. "Sudah cukup, kau, jangan berhubungan dengan laki-laki lain. Ok?" "Sudah mark, jangan emosi seperti ini. Kau tahu tidak? kau sangat menyeramkan sekarang." Aku masih memegang tangannya. "Kau kira aku begini karena siapa?" Aku menundukkan kepalaku, "mianhae.." mark menghela nafasnya, "it's okay, don't be afraid. Aku begini karena aku tidak suka ada orang berbuat seenaknya padamu" mark memelukku, ia menaruh dagunya dikepalaku. "Mark kau tahu? Aku sangat suka dipeluk seperti ini" "really? I should hug you more often, then" dia tertawa setelah melepas pelukannya. "Akanku antar kau pulang, dan mulai sekarang kau akan ku antar setiap hari. Terserah kau mau atau tidak, aku akan tetap memaksamu. Aku lebih baik memaksamu daripada khawatir karena melihatmu pulang sendirian." Dia memegang tanganku selama perjalanan. Jantung, apakah bisa kau sedikit lebih tenang? Aku menoleh kearah mark, dia sedang menyetir dengan satu tangan. Ok, jantungku berdegup lebih kencang. Tiba-tiba aku merasa sangat down. 'Bagaimana kalau hal-hal seperti akan berakhir? Bagaimana kalau ini terakhir kalinya aku dan mark seperti ini' pemikiran itu terlintas begitu saja. "Mark.." tanpa ku sadari aku telah terlalu lama sibuk dalam pemikiranku sendiri. Dan aku juga secara tidak sadar memanggil namanya. "Hm?" Dia menoleh kearahku. "Ah.. tidak aku hanya ingin memanggil namamu saja" dia tersenyum, "ku kira ada apa" dia menarikku, dan sekarang aku berada didalam pelukannya. Lebih tepatnya sekarang aku bersandar pada bahu kirinya, dan dia merangkulku. Tentu saja dia sedang menyetir. Kami memutuskan untuk makan bersama terlebih dahulu di mall dekat kampus, "Mark, menyetir satu tangan sangat bahaya. Kau tahu kan?" Aku berusaha duduk seperti posisi semula tapi mark menarikku agar tetap pada posisi itu. Apa maksudnya dari semua ini.. tiba-tiba entah kenapa aku menangis. Aku kembali terpikir bahwa ini dapat menjadi yang terakhir kalinya aku bersamanya seperti ini. Aku menutup wajahku. Menahan tangisku sebisa mungkin. Tetapi karena satu kata yang di lontarkan oleh mark, aku menangis, didepannya. "Kau kenapa?" Aku menggelengkan kepalaku. "Ceritalah padaku. Apa aku membuat kesalahan padamu?" "Tidak.." "lalu mengapa kau menangis?" "Ada something, yang tidak bisa ku ceritakan padamu." Dia memelukku.. kami sedang berada di basement sekarang. Berdua, Sunyi, tanpa suara selain suara nafas kami. Mark menatapku, mark memaksaku membuka tanganku yang menutupi wajahku. "Tatap aku, sebenarnya kau kenapa?" Aku sebisa mungkin tersenyum. "Tidak apa-apa" "tidak apa-apa tapi kau menangis? Kau sangat aneh Kim Ara."
"Aku memang aneh. Sudah mau sampai kapan kita disini? Yuk turun" aku menghapus air mataku, kemudian bergegas untuk turun dari mobil. Mark menahan tanganku. Dan membalikkan tubuhku, agar berhadapan dengannya. "Ara, aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku. Kalau kau tidak bisa menceritakannya, menangislah sepuasnya. Aku akan menemanimu." Dia menarikku kedalam pelukkannya. Aku menangis sejadi-jadinya disana, di dada bidangnya. Aku melihat kearah mark, yang posisinya kepalanya berada diatas kepalaku. Mark menatapku juga. Setelah beberapa detik, aku merasakan bibir mark, di bibirku. Mark menciumku. Ok ini sudah gila. Mark mencuri first kiss ku begitu saja, dengan mudahnya. "Sudah jangan menangis, aku paling benci melihatmu menangis seperti ini." Aku hanya mengangguk. Pikiranku masih penuh dengan ciuman tadi. Walaupun hanya sekilas, tetapi itu sangat.. err tidak bisa dilupakan. Kami akhirnya turun dari mobil. Mark baru akan keluar dari mobil, aku menghampiri sisi pintu dimana mark keluar. Mark yang lebih tinggi dariku saat ingin keluar, menujuk bibirnya dan melihat kearahku. Aku mungkin sudah gila, aku menciumnya. Dia terlihat sedang tersenyum sekarang. "Ayo masuk" mark menarik tanganku dengan menggenggamnya. Saat kita naik escalator, mark bahkan memelukku dari belakang. Dia sudah gila, Ini kan tempat umum. Dia bahkan saat makan bersama, ia menyuapiku. Setelah selesai makan, saat diperjalanan pulang ia terus menciumi tanganku dan tanpa ku sadari aku pun tertidur di bahunya. Dia mengantarku sampai pintu rumah. Dia memelukku erat dan kemudian mencium keningku. "Goodnight, see you tomorrow" aku hanya tersenyum sambil melambaikan tangan. Hari ini benar-benar banyak momen tak terlupakan, lebih tepatnya tidak bisa kulupakan. Dia bahkan mencuri first kiss ku begitu saja.
Keesokan harinya, Mark menjemputku juga hari ini. Tetapi kelihatannya dia berbeda. Dia tidak seperti biasanya. Padahal kemarin dia meninggalkan banyak momen tak terlupakan seperti itu. Lalu dia bersikap dingin seperti ini. Apa maksudnya? Aku ingin sekali marah padanya. Tapi aku tak bisa. Aku selalu berakhir memendam semua ini, seperti biasanya. Aku merasa aku tak berhak marah padanya. Aku selalu merasa aku yang terlalu terbawa perasaan. Didalam mobil aku dan mark tidak berbicara apapun. Bahkan kami tidak mengatakan apapun satu sama lain saat aku turun dari mobilnya. Ketika kami berpapasan di lobbypun, dia tidak menyapaku. Aku tidak tahu. Kepalaku dipenuhi olehnya. Dia memberiku pesan singkat "mian, seterusnya aku tak bisa lagi menjemputmu" setelah kemarin, mark tidak menjemputkku. Hari-hari berikutnya aku berangkat sendiri. waktu itu siapa yang memaksaku agar berangkat dengannya, siapa juga yang memarahiku kalau aku berangkat sendiri. Mark tuan, sesungguhnya apa maumu? Aku sungguh lelah dengan semua ini. Perasaan ini, tergantung begini saja sekian lamanya. Bahkan aku tak tahu apa yang mark pikirkan terhadapku, dia menganggapku apa. Aku dibutakan oleh perasaanku sendiri, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan kekuatanku. Bahkan saat memanipulasi pikirannya, aku menangis. Karena aku tahu semua ini seharusnya tidak ku lakukan. Tetapi perasaan ini terlalu kuat sehingga aku berpikiran untuk menggunakan kekuatanku padanya. Aku sungguh berdosa besar. Aku juga berpikir, 'apakah kau akan bahagia mark bersamamu bukan atas kemauannya sendiri?' Aku menangis setiap mengingat akan fakta bahwa mark yang sekarang, yang selalu ada disisiku, bersamaku setiap saat, dan menjadi pacarku saat ini, adalah mark yang ku manipulasi pikirannya. Aku pikir kalau berbuat seperti ini aku akan bahagia, aku pikir aku akan senang karena bisa bersama mark sebagai pacarnya, tetapi sebaliknya, aku malah merasa bersalah setiap kali melihatnya. Aku sangat yakin, setelah aku mengembalikannya seperti normal kembali, ia tidak akan ada disisiku. Andai saja walaupun dia kembali normal, aku tetap bisa bersamanya..
Setelah beberapa minggu setelah aku memanipulasinya, aku memutuskan untuk mengembalikannya seperti semula. Kami sekarang sedang berada di everland. Di tempat makan outdoor, seperti dulu. Mark baru saja memesan churros dan milkshake vanilla untukku. "Mark.. aku ingin berbicara padamu." "Kenapa? Bicaralah" mark sedang sibuk memakan churrosnya. "Tataplah aku sebentar" dia menatapku, dan aku sekarang sudah mengembalikannya. "Tadi kau mau bicara apa? Apa masalah tentang kau memanipulasi pikiranku?" Aku kaget, darimana dia tau semua ini? "Kau pikir aku tidak tahu? Aku mengetahuinya sejak awal, kau itu bukan anak biasa. Dan aku sudah menyadari bahwa kau memanipulasiku sejak kau menangis didepan ku saat kau memanipulasiku." "Lalu kenapa kau tidak menjauh dariku? Aku sudah melakukan kesalahan besar padamu" "aku bisa membaca dari auramu, saat pertama kali kita bertemu bahwa kau bukan anak biasa. Aku memang awalnya tidak punya keberanian untuk menyatakan semuanya, karena aku tak tahu bahwa kau punya perasaan yang sama denganku, dan juga ada sahabatku yang menyukaimu, karena ku pikir kau tidak menyukaiku, dan hanya aku yang menyukaimu, aku menjaga jarak denganmu untuk menghargai temanku, walaupun aku sangat kesulitan untuk menjauh darimu. Maaf aku sangat bodoh sudah membiarkan temanku menyukaimu dan mengorbankan perasaanku sendiri dan juga terimakasih sudah memanipulasi pikiranku, dengan ini aku tersadar bahwa aku menyukaimu lebih dari apapun." Mark tersenyum sambil meraih wajahku dan kemudian mencium bibirku sekilas. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku memeluknya erat, "jadi ini adalah hari pertama kita, okay?" Kemudian mark memelukku lagi. Mark dan aku tersenyum melihat satu sama lain, Setiap manusia memang punya perasaan yang tidak bisa dipaksakan, bahkan aku, seseorang yang bisa memanipulasi pikiran merasakan bahwa perasaan yang dibuat-buat atau tidak sungguhan, sangatlah tidak mengenakkan. Dan juga sebaiknya jika kau menyukai seseorang, jujurlah padanya. Kau tidak akan mengetahui perasaan dia padamu kalau kau tidak menyatakan perasaanmu padanya. Kepada siapapun yang merasakan ini, fighting!♡
- THE END -