home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Feel Real

Feel Real

Share:
Author : nandazhari
Published : 11 Feb 2017, Updated : 11 Feb 2017
Cast : Im Jaebum as Im Jaebum
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |448 Views |2 Loves
Feel Real
CHAPTER 1 : Feel Real (Completed)

Rachel memasuki gerbong kereta dan bersyukur saat mendapati beberapa bangku yang masih kosong. Sambil mendesah keras, ia menjatuhkan diri di sebelah seorang wanita yang tengah tertidur. Merasa cukup lelah, ia memasang headset di telinganya dan menyetel lagu favoritnya, kemudian memutuskan untuk tidur. Lagu Dreaming dari GOT7 melantun, membawanya jatuh semakin dalam ke dalam kantuknya.

Namun rasanya baru sebentar ia tertidur ketika ia mendengar suara gedebuk yang keras di sekitarnya. Ia segera membuka kedua matanya, dan menyadari bahwa yang barusan jatuh adalah modul kuliah super tebalnya. Sambil menggumamkan kata maaf, Rachel mengambil modulnya dan kembali menaruh di pangkuannya.

Kereta berhenti di stasiun berikutnya untuk menampung penumpang, dan gerbong yang tadinya lumayan sepi, berubah menjadi penuh. Melihat seorang wanita tua di hadapannya, Rachel segera berdiri dan memberikan kursinya pada wanita tersebut. Ia hanya tersenyum saat wanita itu menggumamkan terima kasih, kemudian memutuskan untuk bersandar pada dinding gerbong di samping pintu kereta.

Dua stasiun berikutnya, dan Rachel langsung turun dari kereta. Ia berjalan masih dengan headset di telinganya, kedua matanya menatap lurus ke depan stasiun yang ramai.

"Rachel!"

Merasa namanya dipanggil, Rachel menghentikan langkah dan menatap ke sekeliling. Ia melepas salah satu headsetnya, memastikan dia salah dengar atau tidak. Ketika tak kunjung menemukan si pemanggil, Rachel kembali melanjutkan langkahnya, kali ini dengan satu headset yang tak terpasang.

"Rachel, tunggu sebentar!"

Kalimat itu diucapkan dalam bahasa Korea, dan sekali lagi Rachel berhenti. Ia menoleh ke belakang, dan mendapati seorang pria tengah berlari ke arahnya. Pria itu mengenakan topi sehingga Rachel tidak mengenalinya. Dan barulah ketika pria itu berhenti di hadapannya, kedua mata Rachel melebar sempurna.

 

"Kenapa langkahmu itu cepat sekali, hah?" Dengus pria itu, yang kini Rachel kenali sebagai Jaebum. Dada pria itu naik turun, dan nafasnya tersengal karena berlari.

 

Jaebum, sang leader dari GOT7, satu-satunya boygroup Korea yang ia suka dan ia dengar seluruh albumnya. Rachel bukanlah pecinta Kpop, hampir seluruh playlist lagunya dipenuhi oleh penyanyi asal Amerika. Tapi GOT7 merupakan pengecualian.

Ah. Peduli setan dengan isi playlistnya. Pertanyaan besarnya adalah kenapa Jaebum bisa di sini? Di hadapannya? Dan mengenalnya?

"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Jaebum dengan salah satu alis terangkat.

"J-jaebum?" Suara Rachel bergetar, dan mendadak ia menjadi gagap. Seluruh syarafnya seakan mati karena keterkejutan yang ia rasakan.

"Apa?"

"Kau benar-benar Jaebum?" Tanya Rachel, sekali lagi memastikan. Kedua matanya menatap wajah Jaebum dengan hati-hati.

"Tentu saja! Memangnya ada orang lain yang memiliki wajah seperti ini selain diriku, hah?!" Sungut Jaebum terlihat kesal.

Rachel segera menutup mulutnya dengan satu tangannya. Astaga. Yang di hadapannya ini benar-benar Jaebum.

"Kau itu kenapa seperti baru pertama kali melihatku?" Jaebum berkacak pinggang, menatap Rachel dengan tatapan herannya.

 

Tapi memang ini pertama kalinya bagi Rachel untuk melihat Jaebum secara langsung!

 

"Sudahlah! Aku lapar karena menunggumu terlalu lama. Ayo kita cari makan. Kau harus mentraktirku."

Jaebum mendengus jengkel, kemudian segera meraih tangan Rachel dan menariknya keluar dari stasiun. Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat Rachel gelagapan. Ia berusaha untuk melepaskan genggamannya, tapi cengkraman Jaebum sangat kuat.

Rachel menarik nafasnya, mencoba menenangkan dirinya. Kedua mata Rachel terfokus pada tangannya yang berada di dalam genggaman Jaebum. Semakin dipikirkan, semakin tidak masuk akal semuanya. Berbagai pertanyaan timbul di kepalanya.

 

"Jangan kebanyakan berpikir. Kau terlihat jelek."

Suara Jaebum membuatnya tersadar dari pikirannya. Ia menatap Jaebum, kemudian mendengus setelah sadar apa yang baru saja pria itu katakan.

"Aku memang jelek!"

Jaebum tertawa, "Memang. Harusnya kau bersyukur aku mau jadi pacarmu."

"Apa?" Rachel menghentikan langkahnya, menatap Jaebum meminta penjelasan. Ini bahkan bukan hari ulang tahunnya, tapi kenapa banyak sekali kejutan yang didapatkannya hari ini?

"Apa?" Tanya Jaebum balik. Keduanya sempat bertatapan beberapa lama sebelum akhirnya Jaebum maju selangkah dan menyentil kening Rachel dengan jari-jarinya. "Kau lupa kalau aku ini pacarmu, hah?!"

Rachel mundur selangkah setelah mendengar ucapan Jaebum. Bukan karena bentakan pria itu, melainkan pernyataan dari Jaebum bahwa pria itu merupakan pacarnya.

For god sake. Can someone tell me what the hell is happening right now?

 

"Aku juga yakin, kau pasti tidak ingat kalau ini adalah hari jadi kita yang pertama." Ucap Jaebum lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, terlihat kecewa.

"Sorry," Gumam Rachel pelan, perasaan bersalah menyelimuti dirinya melihat Jaebum yang kecewa. Walaupun ia sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

 

Ia hanya tidak ingin melihat kekecewaan di wajah penyanyi favoritnya itu. As simple as that.

 

"Ayo kita makan. Aku kelaparan hingga rasanya mau mati." Jaebum kembali menggenggam tangannya dan membawanya masuk ke dalam restoran yang sederhana. Kali ini tanpa penolakan dari Rachel.

Jaebum melepas topinya begitu mereka duduk berhadapan di satu meja, dan Rachel tidak bisa tidak mengagumi sosok pria itu. Wajah itu sangat tampan dengan matanya yang sipit, hidung yang mancung, bibirnya yang indah, dan juga dua titik tahi lalat di bawah alis kirinya yang sangat menarik.

 

Orang yang biasanya hanya bisa ia lihat lewat televisi, kini terpampang dengan jelas dan nyata di hadapannya.

 

"Kau harus berhenti melihatku seperti itu." Ucap Jaebum.

"Kenapa?"

"Risih." Dengus Jaebum, dan senyuman geli langsung muncul di bibir Rachel. "Kenapa kau tersenyum?"

"Memangnya aku tidak boleh tersenyum?"

"Tidak. Senyummu itu sangat menyebalkan." Jawab Jaebum telak.

 

Rachel mendengus, kemudian segera mengalihkan perhatiannya pada modul kuliahnya. Jujur saja, ia sangat dongkol. Tidak pernah ada orang yang bilang bahwa senyumannya sangat menyebalkan.

 

"Kau sedang bersamaku, kenapa kau malah membuka bukumu itu?" Suara Jaebum yang terdengar kesal kembali terdengar, membuat Rachel langsung mengarahkan tatapan lelahnya pada pria itu.

"Lalu aku harus bagaimana? Begini salah, begitu salah. Maumu itu apa?"

"Bicara denganku!" Sungut Jaebum. "Pacar macam apa yang mengabaikan pacarnya demi buku setebal dosa itu?"

"Pacar macam apa yang mengatakan bahwa senyuman pacarnya sangat menyebalkan?" Balas Rachel tak kalah kesal.

"Fine! Senyummu itu sangat indah, sangat manis, sangat cantik, hingga rasanya hatiku bergetar hebat tiap melihat senyummu itu! Kau pikir kenapa dari awal aku tertarik padamu? Itu karena senyumanmu itu yang sangat menyebalkan!"
 

Rachel terdiam di tempat duduknya setelah mendengar penuturan Jaebum. Ia dapat merasakan jantungnya berdebar hebat. Biarpun Jaebum mengatakannya sambil marah-marah, tetap saja penuturannya itu berhasil membuat Rachel terbang ke langit ke tujuh.

Lagipula, perempuan mana yang tidak akan bahagia jika dikagumi oleh pria yang disukainya.

 

"Aku heran bagaimana bisa ada senyum yang sangat indah seperti itu," Gumam Jaebum lebih kepada dirinya sendiri, namun Rachel masih bisa mendengarnya.

"Terima kasih," Rachel menampilkan senyuman terbaiknya, dan Jaebum hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya perlahan ikut tersenyum.

 

Ah. Senyuman itu sangat indah.

 

Tak lama kemudian makanan yang telah mereka pesan datang. Karena menurut penuturan Jaebum hari ini adalah hari jadi mereka, jadi Jaebum mengusulkan memesan banyak makanan. Dan Rachel segera menyesali keputusannya karena menyetujui Jaebum begitu melihat banyaknya makanan yang tersaji di atas meja.

 

Ia bahkan yakin tidak akan mampu menghabiskan seperempatnya.

 

“Selamat makan,” Ucap Jaebum dan langsung melahap makanannya. Kedua mata Rachel mengawasi pria itu, dan perasaan senang timbul dalam dirinya.

Rachel tahu selama ini jadwal GOT7 sangatlah padat. Di pagi hari mereka bisa ada di negara A, di malam harinya mereka bisa berada di negara B. Belum lagi jadwal off air mereka, latihan, rekaman, dan berbagai macam jadwal lainnya. Waktu makan dan istirahat mereka bisa dijamin berantakan.

Dan melihat Jaebum yang makan dengan lahap seperti ini, membuat Rachel bahagia.

 

“Kenapa kau tidak makan?”

Rachel tersadar dari luapan bahagianya setelah mendengar suara Jaebum. Ia menatap pria itu yang masih sibuk mengunyah makanannya.

 

“Aku makan kok,” Rachel segera mengambil sumpitnya dan memakan makanannya. Biasanya, ia selalu makan sendirian di apartemennya. Dan sekarang, karena ada seseorang yang menemaninya makan, makanannya terasa menjadi lebih lezat.

“Bagaimana kuliahmu?” Jaebum bertanya setelah meneguk minumannya.

“Memuakkan hingga rasanya aku mau muntah.” Rachel menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghapus memori di kampus tadi yang sangat menyebalkan. Tidak satupun materi yang ia pelajari hari ini masuk ke dalam otaknya.

Someone’s had a bad day,” Gumam Jaebum sambil kembali menyuap kimchinya.

But it turns out well when I see you,” Ucap Rachel dengan manis sambil menatap Jaebum. Pria itu terlihat tercengang, dan lama kelamaan Rachel bisa melihat semburat merah muncul di pipinya.

“Kau sudah pandai menggombal, ya.” Jaebum berdehem, dan terlihat jelas menghindari tatapannya.

“Apakah aku berhasil?”

“Gombalanmu sangat buruk.” Dengus Jaebum.

“Benarkah? Tapi sepertinya pipimu itu berkata lain.” Rachel menunjuk pada pipi Jaebum yang memerah, dan ia mendapati dirinya menikmati menggoda Jaebum. Reaksi yang dimunculkan pria itu sangat menarik, dan ia rasanya ingin membawa Jaebum pulang ke apartemennya dan memeluknya seharian penuh.

 

“Bicaramu melantur.” Jaebum mengusap-usap pipinya, kemudian langsung menyibukkan diri dengan makanannya.

 

Melihat Jaebum yang sudah salah tingkah, Rachel memutuskan untuk berhenti menggoda pria itu dan melanjutkan makannya. Ia tidak sadar, bahwa selama ia makan, dirinya diawasi oleh kedua mata elang milik Jaebum. Siapapun bisa melihat bahwa sorot mata pria itu adalah sorot mata kebahagiaan.

 

“Setelah ini, ayo kita nonton di bioskop.”

“Oke,” Rachel mengangguk setuju, kemudian menambahkan, “Kau yang traktir.”

Jaebum tertawa kecil, “Perhitungan sekali.”

“Separuh uang jajanku sudah pasti akan habis untuk membayar semua makanan ini.” Ucap Rachel sambil menunjuk semua makanan yang berada di atas meja. Ia kemudian menatap Jaebum dengan tajam. “Coba saja kau tidak memesan makanan sebanyak ini.”

“Habiskan saja makananmu lalu kita keluar.”

“Bagaimana bisa aku menghabiskan semuanya?”

“Makanan ini bisa dibungkus, dan bisa kau makan untuk di rumah.”

“Aku bahkan sanggup tidak makan selama tiga hari setelah memakan ini.”

“Sudah, makan saja!” Bentak Jaebum gemas dengan Rachel yang selalu membantahnya. “Dasar bawel.”

 

Lima belas menit kemudian, keduanya keluar dari restoran. Masing-masing dengan satu kantung plastik di tangannya. Makanan yang mereka pesan tersisa cukup banyak, dan mereka memutuskan untuk membagi dua makanan itu.

Jaebum membawanya memasuki gedung bioskop. Selagi pria itu pergi untuk membeli tiket, Rachel membuka ponselnya. Ia membuka galeri, dan menatap baik-baik satu foto yang tersimpan di sana. Foto itu di ambil di restoran tadi. Keduanya terlihat tersenyum bahagia di dalam foto. Ah. Ia tidak sabar untuk menunjukkan pada teman-temannya akan foto ini.

Tak lama kemudian Jaebum muncul dengan popcorn ukuran jumbo dan juga dua gelas soda di tangannya. Melihat Jaebum yang kesusahan, Rachel mengambil popcorn itu dari tangan Jaebum. Keduanya kemudian memasuki teater karena filmnya akan segera dimulai.

Ini bukanlah kali pertama bagi Rachel menonton bersama seorang pria. Tapi dengan Jaebum rasanya berbeda. Seakan ada luapan bahagia yang ingin melesak keluar dari dadanya. Apalagi dari awal film dimulai, Jaebum tidak pernah melepaskan tangannya.

Rachel menoleh ke samping dan malah mendapati Jaebum yang tertidur. Kedua mata itu terpejam, terlihat begitu lelap. Dan saat itu juga Rachel seakan melupakan film yang sedang diputar. Kini kedua matanya terfokus pada wajah Jaebum.

Entah apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Semuanya terasa tidak masuk akal karena tiba-tiba Jaebum mengenalnya, menjemputnya di stasiun, mengaku sebagai pacarnya, makan malam, hingga menonton. Tapi apapun itu, Rachel bersyukur akan semua yang ia alami hari ini. Dan ia tidak mau semuanya segera berakhir.

 

“Menikmati pemandangan?”

 

Pertanyaan itu keluar dari mulut Jaebum hingga Rachel langsung tersadar bahwa ia baru saja tertangkap basah oleh si pemilik wajah. Ia langsung melengos hingga kini menatap langsung pada film yang diputar. Ia menutup kedua matanya, merutuki kebodohannya.

Jaebum hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya geli. Ia merubah posisi duduknya menjadi menyamping menghadap Rachel, membuat Rachel semakin dilanda salah tingkah. Jaebum mengambil serauk popcorn dari pangkuan Rachel, kemudian dengan tenang memakannya sambil kedua matanya tertuju lurus pada perempuan itu.

 

“Tidak usah lihat-lihat!” Rachel tidak tahan untuk mendengus. Dalam hati mengumpat Jaebum yang kelihatan senang sekali menggodanya.

“Kau sendiri dari tadi melihatku terus.”

“Geer.” Rachel mencibir kemudian memberanikan diri menatap Jaebum. “Kau akan ketinggalan filmnya.”

“Aku tidak peduli.” Ucap Jaebum acuh. “Alasanku mengajakmu menonton agar kita bisa berduaan.”

“Cih,” Rachel tersipu, namun ia segera menutupinya dengan cibiran.

“Kau terlihat lebih cantik dalam kegelapan.” Gumam Jaebum masih sambil memakan popcornnya.

“Lucu sekali.” Dengus Rachel.

“Aku tidak sedang melawak. Apanya yang lucu?”

 

Rachel menghela nafasnya mencoba sabar. Untung saja Jaebum adalah idolanya. Kalau bukan, mungkin pria itu sudah habis ditendangnya. Satu jam berikutnya mereka berdua keluar dari bioskop. Dan selama satu jam itu juga Rachel merasakan ketidaknyamanan karena Jaebum yang terus menatapnya.

Hari sudah cukup malam, dan Jaebum memutuskan untuk mengantar Rachel pulang. Saat di mobil dalam perjalanan pulang, Jaebum selalu mengajak Rachel bicara hingga tak terasa bahwa mereka sudah sampai di apartemen milik Rachel.

 

Dan tiba-tiba saja Rachel menjadi murung. Ia menunduk, merasa tidak senang karena ia harus berpisah dengan Jaebum. Apakah setelah ini ia akan bertemu lagi dengan Jaebum? Apa yang akan terjadi besok? Apakah besok Jaebum masih menjadi pacarnya?

               

“Hey,” Jaebum menyentuh lengannya lembut. “Kenapa murung?”

“Aku tidak tahu.” Rachel menggeleng lemah. “Tapi aku merasa sedih.”

“Apa aku membuatmu sedih?”

“Tidak.” Rachel menggeleng lagi kemudian menatap Jaebum. “Hari ini sangat menyenangkan. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu.”

“Ah ya. Aku lupa.” Jaebum menyentakkan kepalanya lalu mengulurkan tangannya membuka dashboard. Ia mengeluarkan sekotak kado dari sana kemudian langsung memberikannya pada Rachel.

“Apa ini?” Tanya Rachel menatap kotak itu baik-baik.

“Hadiah untuk hari jadi kita yang pertama.”

“Tapi aku tidak punya apapun untukmu.”

“Aku tau. Kau memang pacar yang payah.” Keluh Jaebum. Dan ketika melihat raut wajah Rachel yang bersalah, ia segera mengacak-acak rambut perempuan itu sambil tertawa. “Aku bercanda.”

Senyuman perlahan muncul di bibir Rachel. “Boleh ku buka?”

“Buka saja.”

 

Rachel menatap Jaebum sebentar kemudian membuka pembungkus kadonya. Di dalam sana adalah sebuah buku bersampul biru yang senada dengan pulpennya.

               

“Itu memang bukan kalung atau cincin yang biasanya seorang pria berikan kepada wanitanya. Tapi aku ingin kau menuliskan semua kekuranganku, kelebihanku, keluh kesahmu padaku di buku ini. Dan aku ingin kau memberikannya lagi padaku di tahun depan, pada hari jadi kita yang ke dua.”

 

Rachel mengalihkan tatapannya dari buku pada Jaebum. Pria itu terlihat bersungguh-sungguh, dan kedua mata itu memancarkan kelembutan yang entah bagaimana membuat Rachel ingin menangis.

 

Rachel takut. Sangat takut karena mungkin besok Jaebum akan lupa dengannya. Sudah dipastikan besok pasti dia tidak akan pernah melihat tatapan pria itu lagi. Ia ingin meluapkan semua yang dirasakannya pada Jaebum, tapi ia tidak mau merusak suasana yang hanya akan berlangsung sebentar ini.

               

“Terima kasih.” Ucap Rachel sambil memasukkan buku yang baru saja Jaebum berikan ke dalam tasnya.

“Aku mencintaimu,” Ucap Jaebum dan Rachel bisa merasakan setetes air mata jatuh di pipinya namun buru-buru ia menghapusnya.

“Aku juga.” Rachel tersenyum. “Sangat.”

Jaebum menariknya ke dalam pelukan, dan ia memejamkan kedua matanya ketika merasakan Jaebum mencium keningnya.

 

Ketika kedua matanya terbuka, ia mendapati dirinya bukan berada di dalam mobil Jaebum. Melainkan di dalam kereta. Ia menatap ke sebelahnya, dimana seorang wanita tengah tertidur. Wanita itu masih wanita yang sama yang ia lihat saat pertama kali memasuki kereta.

Rachel menyandarkan punggungnya sambil mendesah. Benar. Yang tadi itu hanyalah mimpi. Semua yang tadi ia alami bersama Jaebum tidaklah nyata. Tapi tidak apa-apa. Biarlah mimpi itu menjadi kenangan kecil Rachel bersama Jaebum.

 

Walaupun rasa sesak itu tetap saja ada.

 

Lagu Dreaming dari GOT7 masih terus berputar hingga membuat Rachel keheranan. Ia segera mengambil ponsel dari sakunya dan terkejut karena lagu ini disetel on repeat. Ia mengganti lagunya kemudian membuka-buka ponselnya. Dan saat masuk ke galeri, ia terkejut melihat foto itu.

 

Foto dirinya bersama Jaebum di restoran.

 

Ia mengucek matanya dan beberapa kalipun ia mengulangnya, foto itu tetap di sana. Astaga. Apa sebenarnya yang terjadi padanya?

 

Kereta berhenti di stasiun berikutnya untuk menampung lebih banyak penumpang. Dan ketika Rachel mendapati seorang wanita tua yang masuk, ia segera memberikan kursinya pada wanita itu. Dan rasanya, ia seperti merasakan deja vu.

 

Oh. Jelas saja. Beberapa waktu yang lalu Rachel juga memberikan kursinya pada wanita tua ini!

 

Ia menatap wanita tua itu sekali lagi kemudian hendak berjalan untuk bersandar pada dinding gerbong ketika wanita tua itu memanggilnya. Rachel langsung berbalik dan menghampiri.

 

“Kau meninggalkan barangmu, nona.” Ucap wanita tua itu sambil memberikan sekantung plastik berlabel nama restoran pada Rachel. Dengan tangan gemetar Rachel menerimanya, sadar sepenuhnya bahwa itu adalah kantung plastik yang tadi di dalam mimpinya ia dapat karena makanan lebih saat makan bersama Jaebum.

Selama sisa perjalanan itu Rachel habiskan dengan melamun. Ia mencoba untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan yang membebani kepalanya. Namun sampai ia turun dari kereta pun ia tak kunjung mendapatkan jawaban.

Begitu tiba di apartemennya, Rachel langsung memutuskan untuk mandi. Ia butuh berendam agar pikirannya jernih kembali. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan pembersih make upnya. Namun gerakan tangannya terhenti ketika mendapatkan sebuah buku berukuran A6 bersampul biru lengkap dengan pulpennya di sana.

Ia segera mengeluarkannya. Tidak salah lagi. Ini adalah buku yang Jaebum berikan di mobil tadi. Tangannya gemetar hebat ketika ia memutuskan untuk membuka buku itu. Dan pada halaman pertama, Rachel dibuat terenyuh hebat.

 

Aku bukanlah seseorang yang pandai mengutarakan perasaanku secara terang-terangan.

Dan kali ini, di halaman awal buku ini, biarlah aku mengutarakan perasaanku padamu.

Aku menyukai senyummu.

Aku menyukai tawamu.

Aku menyukai kedua matamu.

Aku menyukai tanganmu yang lembut dan mungil.

Aku menyukai kepribadianmu.

Aku menyukai segala hal tentangmu.

Dan satu hal yang pasti,

Aku mencintaimu.

 

Sampai jumpa di hari jadi kita yang ke dua, sayang.

-Jaebum

 

 

 

Satu tahun kemudian.

 

Rachel keluar dari kereta dengan perasaan senang tiada tara. Presentasinya di kampus tadi berjalan lancar, bahkan sang dosen sempat menyanjungnya. Apalagi dosen tersebut terkenal sebagai dosen killer yang jarang sekali memuji mahasiswanya.

Rachel memandangi seluruh penjuru stasiun, hal yang selalu ia lakukan setiap hari sejak satu tahun yang lalu, sejak ia bertemu dengan Jaebum kala itu. Setelah merasa puas dan tidak mendapati tanda-tanda kehadiran Jaebum untuk yang kedua kalinya, Rachel kembali melanjutkan langkahnya.

Dan langkahnya terhenti ketika mendapati seseorang yang duduk di kursi tengah melambai padanya.

Dan setelah mengamati wajah itu, senyuman terukir di bibir Rachel.

 

This may not be real, but somehow it feels so real.

And what I feel towards him is real.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK