home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Got7 For Got Love

Got7 For Got Love

Share:
Author : oktapianii
Published : 06 Feb 2017, Updated : 06 Feb 2017
Cast : Han Ra In (aku), Jackson Got7, JB Got7, and All Member Got7
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |472 Views |1 Loves
Got7 For Got Love
CHAPTER 1 : COMPLETE (END)

Perkuliahan berjalan seperti hari sebelumnya. Ramai dan gaduh ketika seorang pria berjalan memasuki wilayah kampus. Teriakan histeris wanita memenuhi jalan menuju kelasku. Ya, tak lain adalah fans dari Jackson. Pria ini adalah salah satu anggota Got7 yang menempuh pendidikan di kampus kami. Dan dia sekelas denganku, Han Ra In.

Kami memang berteman, hal itu karena kami sekelas. Banyak yang mengatakan, “Keberuntunganmu bagus sekali, Ra In. Bisa sekelas dan berteman dengan dia”. Walau wajah nya kelihatan selalu cool dan cuek, kuakui, dia pria yang baik, ramah, dan menyenangkan. Hal itu yang kurasa.

Hari demi hari terus berlalu dengan kejadian yang sudah menjadi kebiasaan. Ya, teriakan para fans saat Jackson masuk kelas, dan keluar kelas setelah jam usai. Suatu waktu, dosen memberi kami tugas kelompok, dan entah apa yang membuat ku satu kelompok dengan dia. Dan kami ditugaskan untuk membuat sebuah proposal yang sesuai dengan matkul sang dosen. Huh. Entah mengapa yang terbanyang dalam benakku, adalah sulitnya mengatur waktu pertemuan dengan Jackson guna membuat tugas proposal itu, secara, dia orang terkenal yang memiliki jadwal padat. Astaga, keluhku dalam hati.

Jam sang dosen pun usai, dan kemunculan Jackson di hadapanku dengan membawa sebuah kartu nama membuatku terkejut.

Hei, kamu bisa menghubungiku melalui nomor ini. Beritahukan kapan kamu ada waktu untuk mengerjakannya, aku akan berusaha menyesuaikannya. Ucap dia singkat, disertai dengan senyum simpulnya.

Ah, oke. Jawabku singkat merasa kikuk. Dan dia berlalu meninggalkanku dengan meninggalkan senyum simpul yang teringat.

Sudah dua hari berlalu setelah kejadian mengejutkan itu. Dan aku mencoba untuk menghubungi nomor yang tertera pada kartu nama. Dan aku baru sadar, bahwa nomor yang tertera adalah nomor sang manajernya. Kurasa begitu, karena bukan nama Jackson yang berada disana. Yaa, hal itu sudah kuduga, tidak mungkin dia memberikan nomornya padaku, karena dia Jackson.

Setelah mengirim pesan, dan saling berbalas melalui nomor sang manajer, waktu untuk pengerjaan ditentukan. Namun yang membuatku agak keberatan adalah, tempat. Ia mengajakku bertemu di salah satu gedung siaran televisi, karena waktu yang kami tentukan bertepatan dengan salah satu jadwal manggungnya.

(skip)

Hari itu datang, singkat cerita aku sudah sampai di sebuah ruangan yang bertuliskan Got7. Dengan diantarkan oleh seorang pria berjas hitam, yang kurasa itu adalah manajernya. Setelah beberapa menit menunggu, terdengar suara langkah kaki beberapa orang.

“klek”

Beberapa pria masuk ke dalam ruangan yang didalamnya ada aku disana. Dannn, kurasa itu, Bambam, Mark Tuan, dan JB. Astaga, apa yang harus kulakukan? Menyapa? Atau diam saja? Gerutuku dalam hati. Dan aku memilih hanya memberikan senyum kepada mereka. Dan mereka membalas senyumku dengan sangat ramah. Dan duduk disisi lain tempatku berada.

Ra In? You Han Ra In? Ucap seorang pria sambil bergerak mendekat kearah ku. Dan yang kulakukan hanya terdiam dan menatap.

Dia mengenalku? pikirku dalam hati.

Yes, you Han Ra In. Tegas pria itu menganggap tebakannya benar.

Dan aku mengangguk, sambil tetap memasang wajah heran.

I am Jae Bum. Im Jae Bum.

Jae Bum? ucapku pelan masih merasa bingung.

Your friend on Junior High School. Are you remember me?

Astaga. JB adalah teman masa lalu ku? Dia Im Jae Bum yang duduk bersebelahan denganku saat Junior High School? Tubuhku serasa membeku sejenak mengingatnya.

Im Jae Bum? You sit beside me at the last grade of Junior High School?

Yeah. You remember it.

Hyung, kau mengenalnya? tanya Bambam penasaran, memotong pembicaraan kami.

Yaa. What are you doing in here, Ra In? sahut JB menjawab Bambam sekaligus menanyakan hal lain padaku.

Aku... Pintu terbuka tanpa didahului ketukan saat aku akan menjawab pertanyaan JB. Semua mata di dalam ruang, menatap ke arah sosok pria lain di balik pintu itu.

Dia yang akan mengerjakan tugas denganku, Hyung.

Jackson, ya, itu dia. Yang langsung menyambar jawabanku. Pembicaraan singkat ini pun hampir usai, karena anggota Got7 yang lain pun sudah berkumpul. Dan ternyata, kami mengerjakan proposal itu di sela-sela jeda mereka akan tampil. Kami mengerjakan dengan canggung, ya itu anggapanku. Dan dia juga membelikanku segelas ice coffe, untuk menemaniku membacakan sebuah jurnal, yang ia akan ketik untuk sumber proposal kami.

Waktu berlalu seiring kami menyelesaikan tugas. Dan waktu tampil Got7 pun datang, ia bersiap dan berdoa bersama para anggota untuk kesuksesan penampilannya. Jackson, JB, dan member yang lain pamit kepadaku untuk tampil, “Fighting!” ucapku membalas kalimat pamit mereka. Entah apa yang membuat aku merasa lebih akrab dengan mereka.

(skip)

Aku sudah tiba di rumah saat lonceng berbunyi 8 kali dalam suasana hening dan redup. Tugas selesai, dan Got7 tampil sukses di acaranya. Saat menunggu untuk terlelap, entah kenapa hanya ucapan maaf Jackson yang terngiang-ngiang. Yaa, dia meminta maaf karena tidak dapat mengantarku pulang. Aku sudah memastikan untuk tidak mengkhawatirkanku, lagipula ini juga belum terlalu malam. Dan..... (Han Ra In terlelap)

(skip)

Hari ini adalah waktu pengumpulan tugas kelompok kami. Dan beberapa hari juga setelah keakraban yang terjadi di backstage. Hari berlalu seperti biasa. Sampai Jackson mengajakku untuk melihat penampilannya (lagi) di sebuah stasiun televisi. Tapi kali ini dia mengajakku untuk pergi bersama. Dan aku harus menunggunya di ujung jalan kampus, agar tidak terjadi keributan antarfans. Aku menurutinya. Dan dia beralasan, bahwa member lain juga ingin bertemu denganku. Oleh sebab itu, aku mengiyakan tanpa pikir panjang.

Pembicaraan kecil menghiasi backstage, antara aku dan Got7 pada pertemuan kali ini. Sesekali juga ada canda tawa yang hidup di sela-sela pembicaraan. Astaga. Mereka sangat ramah dan baik, rasa kasih dan sayang antar sesama member sangat terbangun di Got7. Itulah yang kusadari setelah beberapa kali berada diantara mereka.

(skip)

Angin sejuk pagi menghampiri kamarku dalam diam. Dan suara alarm memecah tenangnya. Kusadarkan diriku, dan mulai membersihkan diri, dan bersiap untuk pergi ke sebuah toko buku, guna mencari bacaan untuk menemani minggu libur ini.

Bus yang akan kutumpangi akhirnya datang. Dalam alunan lagu Got7, aku mulai mengakses sosial media dengan duduk manis di bangku belakang bus berwarna biru ini.

“ASTAGA?!” sentakku dalam hati, setelah membaca hot line berita pagi ini.

Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi Jackson. Yaa, aku lupa memberitahukannya. Bahwa aku telah mendapat nomor ponsel pribadinya. Hal itu juga tidak disengaja. Ada hal penting yang harus aku tanyakan pada Jackson sekarang. Apa berita ini benar?

Jackson mengkonfirmasinya, berita itu benar. Bahwa JB mengalami cedera saat proses latihan. Namun itu tidak parah. Dan dia juga hanya perlu beristirahat satu sampai tiga hari. Jawab Jackson berusaha menenangkanku. Dia juga memberi tahu dimana JB berada sekarang.

Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas menuju dimana JB berada. Dan aku lupa membalas pesan terakhir Jackson kepadaku.

(skip)

Singkat cerita, aku membatalkan tujuan awalku untuk mencari bacaan, dan sekarang aku telah sampai dimana JB berada. Dia sedang berbaring, namun dia masih terlihat bertenaga. Kurasa Jackson benar, bahwa cidera yang dialami JB tidak parah.

Are you OK? ucapku sambil melangkahkan kaki mendekati JB.

Hei, Ra In. What are you doing here? jawab JB.

Tentu saja aku memastikan keadaanmu. Are you OK? jawabku sambil mengulang kembali pertanyaannya.

Yes, I am OK. Aku hanya terjatuh, dan cideranya tidak parah. Lihat, aku masih seperti biasanya kan? jawabnya.

Senyumku terurai setelah mendengar jawabannya.

JB berusaha bangun dan ingin duduk di sofa yang berada tepat di sebelah kiri tempatnya berbaring sekarang. Aku yang masih mengkhawatirkannya, berusaha membantu mendudukannya di sofa. Hmm, aku tahu tindakanku yang membantunya ini, bisa gawat jika dilihat oleh para penggemarnya. Karena posisiku agak membuat canggung. Aku merangkul bahu JB, dengan tujuan menopangnya agar tidak terjatuh. Iyaa, itu yang kulakukan.

(skip)

Senin kembali datang dikehidupan manusia bumi. Perkuliahan berjalan seperti biasa. Aku duduk dibagian kedua dari depan dikelasku, di tempat favoritku. Sudah ada beberapa orang yang juga telah datang sebelum aku.

“Oppaaaaa...”

Teriakan itu kembali terdengar. Ya, tak lain pasti Jackson sudah datang. Dia masuk ke kelas kami, dan... Aneh, dia tidak menyapa ataupun tersenyum padaku. Hmm, mungkin dia tidak menyadari keberadaanku. Tetap positive thinking.

Jam hari ini telah usai, aku bergegas membereskan tasku dan menghampiri Jackson, di kursinya. Aku ingin menyapanya, walau hanya sekedar memberikan teguran wajar.

“Hei...” sapaku.

Dia hanya diam sambil membereskan bukunya, lalu bergegas pergi setelah semuanya rapi. Tanpa menjawab ucapanku.

“Yaa, tunggu aku.” Sambil berusaha mengejarnya.

Aku mengambil tasku dan Jackson sudah melangkahkan kakinya keluar kelas. Aku berusaha mengejarnya, diantara puluhan fans yang sudah berada di depan kelasku sejak tadi. Jackson berjalan dengan mulus, ditemani sang manajernya. Aku berusaha memanggilnya lagi, “Hei, Jackson...” namun tetap tidak ada respon.

“Aww, sakit...” tak sadar kakiku terinjak oleh salah seorang fans.

Namun Jackson tak menoleh sedikit pun, setelah berbagai lontaran ucapan yang aku berikan. Ada apa ini? Apa yang salah denganku’? Pikirku heran.

Hari-hari selanjutnya ketika bertemu dengannya di kelas, hal itu terulang lagi. Sikapnya yang entah mengapa menjadi seperti ini. Dan entah mengapa, timbul rasa pedih yang sedikit menggelitik di hati.

Rasa menggelitik itu mungkin telah mencapai puncaknya. Membayangkan sikapnya yang tiba-tiba tak menganggapku, dan seolah aku tidak ada disana. Malam ini entah apa yang membuat air mataku jatuh di tepi bantal yang tepat menempel di pipi kananku, setelah mengingat sikapnya.

(skip)

Ponselku berdering, ada pesan. JB mengajakku untuk datang ke acara livenya di sebuah stasiun televisi. Dia ingin menunjukkan kepadaku, bahwa dia sudah benar-benar sembuh dari cideranya. Dan aku mengiyakan ajakannya. Aku pikir, ini juga adalah salah satu cara untuk bertemu dengan Jackson, dan menanyakan perihal sikapnya kepadaku.

(skip)

Kuberanikan langkah ini masuk menuju sebuah gedung tinggi, yang digunakan untuk siaran langsung sebuah stasiun televisi. Lagi dan lagi, aku diantarkan oleh seoarang ahjussi yang ku sebut sebagai manajer para member Got7 ini. Suasana backstage yang kumasuki kali ini sedikit beda, karena sudah ada beberapa orang disana. Yaa, seseorang yang mengundangku untuk memastikan keadaannya, dan beberapa member lain. Kukira semuanya ada disana, kecuali Bambam dan pria yang kuharapkan kehadirannya.

Anyeonghaseyo... sambil melambaikan tangan ke arah pria-pria yang akrab disebut Got7 ini.

Ra In.. Akhirnya kau datang. Jawab JB antusias, dan aku hanya membalas nya dengan senyum ringan.

Lihat? Aku baik-baik saja kan? sambil menyombongkan kondisi kesehatannya yang memang sudah membaik.

Iya, kau terlihat sangat bersemangat. Jadi kurasa kau sudah pulih. Balasku dengan cengiran khas.

Ditengah pembicaraan kami, sosok pria yang kutunggu datang.

“Hei...” sapaku mencoba akrab seperti biasa kepadanya.

Dia hanya berjalan dihadapanku, dan langsung duduk diantara member yang lain.

“What? Dia masih seperti ini.” Keluhku dalam hati.

Kedatangannya hanya seperti iklan sesaat. Hanya lewat, tanpa memberikan tanggapan.

Yaa?! Apa sekarang kau masih mengkhawatirkanku? tanya JB memecah lamunanku.

Oh? Tentu saja tidak. Kau sudah tidak layak untuk dikhawatirkan melihat kondisimu yang seperti sekarang. Jawabku sedapatnya.

Dia tertawa kecil mendengar tanggapanku, dan akupun membalasnya, lagi-lagi dengan senyuman.

“Ikut aku.”

Suara itu memecah tawa kecil dan senyum yang terurai diantaraku dengan JB. Ditambah dengan sentuhan erat tangannya, menggenggam lenganku dengan sedikit paksa. Aku yang masih sedikit terkejut hanya menuruti kemana langkah pria itu pergi.

Dia membawaku ke sebuah tempat. Entah, mungkin juga sebuah backstage yang sedang kosong, tak jauh dari backstage tempat kami berada sebelumnya. Dia melepaskan genggamannya, dan membiarkan tanganku terurai begitu saja.

“Apa yang kau lakukan?” tanyanya singkat.

“Oh, yang kulakukan? Tentu saja bertemu dengan kalian.” Jawabku agak bingung.

“Bertemu kalian? Bukankah kau hanya ingin bertemu dengan Jae Bum?” jawabnya sedikit membentak.

“Hah, apa maksudmu? Apa yang salah dengan Jae Bum?”

“Kau terus mengkhawatirkannya,  bahkan dihadapannku?! Kau selalu mempedulikannya.”

Aku tak menjawab. Masih tertegun setelah mendengar dua kalimat terakhir yang ia ucapkan.

Dalam diam, Jackson menarikku dalam pelukannya. Aku berusaha menolak perilakunya padaku, namun tenaga pria memang tidak bisa diremehkan.

“Your life, is mine. Not for other people, Han Ra In.”

Suara Jackson terdengar pelan namun sangat jelas di telingaku.

“Jangan mengkhawatirkan orang lain, apalagi dihadapanku. Kumohon...” pinta Jackson, sambil melepaskan pelukan. Yang kulakukan sekarang hanya menatap mata indah yang ada dihadapanku sekarang.

“Kau...” ucapku pelan.

“Iya, aku mencintaimu.” Tegas Jackson padaku.

(skip)

Kami kembali ke tempat dimana member Got7 lain berada. Hanya wajah penuh tanya yang terpancar diantara beberapa orang yang menatapku sekarang.

“Aku akan pulang sekarang. Kalian harus tampil lebih semangat kali ini. Got7, Fighting!” ucapku memecah tanda tanya besar di atas kepala mereka.

“Oh. Tentu saja. Fighting!” ucap member lain membalas seruanku.

(skip)

Gemerlap lampu ibukota, mulai terlihat saat bus yang kutumpangi mulai berjalan. Satu persatu gedung pencakar langit dihadapanku, lenyap terbawa oleh batas pandang.

Aku menolaknya.

Ya, itu yang kulakukan setelah Jackson memberikan pengakuannya padaku. Aku tidak bisa membiarkan imagenya ternoda hanya karena menjalin cinta dengan seorang sepertiku. Ku kira ini pilihan yang terbaik. Semoga...

 

Hari demi hari telah berlalu setelah pengakuan Jackson. Berlalu seperti biasa. Penuh sesak dengan pertemuan di kelas, tugas kampus, dan hal lain yang silih berganti menghampiri.

Awalnya ku kira hubungan kami akan semakin renggang. Walau hanya hubungan pertemanan. Namun pikiranku salah. Hubungan kami terjalin dengan baik. Bahkan, kurasa, aku semakin sering datang ke tempat dimana Got7 akan tampil. Hubungan ku diantara member yang lain juga semakin penuh canda tawa renyah. Jackson dan JB juga tetap akrab seperti biasa. Dan tentunya, hubunganku dengan Jackson, dan JB, masih sama. Berteman. Dengan sangat baik.

 

(END)

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK