◑∞⚢
BACK TO CURRENT TIME
DUZZZZZZZ
“HOAAAAAAAAAAAAA” Padamnya listrik yang tiba-tiba saja terjadi mengejutkan Shiah juga anak lainnya. Sontak Shiah memekik ketakutan seraya memeluk seseorang disampingnya. “Ada apa.. ada apaaaaa?”
“YA! YA YA! Lee Shiah.. jangan menjambak ku” Eluh Korban pelukan Shiah, siapa lagi kalau bukan Taejun. Ia megeluh karena Shiah memeluk sambil menjambak rambutnya sangat keras.
Jooeun berada seorang diri di dapur, terpisah dari anak lainnya di ruang keluarga, ia dapat mendengar suara Shiah dari sana “Eonnieeee huee” saking takutnya Jooeun menangis tanpa ia sadari. Jooeun meringkuk memeluk kakinya sendiri. Disana begitu gelap dan senyap. Suara lain terdenga begitu jauh darinya. Jooeun membiarkan matanya tertutup, membuka mata hanya akan membuatnya semakin takut. Karena tidak ada apapun yang dapat ia lihat sekalipun matanya terbuka.
TAP.. “Eug?” Jooeun tersentak. Sentuhan tangan seseorang dirasakannya pada daerah pundak. Ia memberanikan diri membuka mata. Sorot sinar senter yang berasal dari sebuah ponsel memedar memasuki ruang penglihatan Jooeun. “Jongkook-a” Sebutnya.
Senyum kecil Jungkook memberikan sebuah ketenangan tersendiri bagi Jooeun, setidaknya ia merasa terjaga. “Menangis seperti anak kecil psh” Jungkook memberikan ponselnya pada Jooeun, meminta Jooeun membantu meneranginya. Ia nampak mencari-cari sesuatu di laci-laci dapur, mungkin mencari lilin atau semacamnya “Dimana Mingyu? Bukankah tadi dia bersama mu” Tanya Jungkook seraya terus mencari, ia hanya memunggungi Jooeun.
Jooeun menyorot ponsel ke tempat Jungkook berdiri “Ia menyusul Seokmin. Seokmin berprilaku aneh sekali tadi”
Jungkook menemukan korek api pada laci di sudut kiri dapur. Ia berpindah ke laci berikutnya karena belum menemukan lilin. Sambil mencari Jungkook sesekali mengarahkan pandangannya pada Jooeun “Aneh bagaimana?”
“Eumm. Bagaimana aku harus mendeskrispsikan.. “ Ujar Jooeun berfikir “Pertama ia menatap ku dan Mingyu seperti melihat orang asing, wajahnya menunjukkan ia kaget atau tak percaya dan semacamnya. Ia juga seperti bicara dengan seseorang, entahlah”
Senyum Jungkook kembali melebar “Ia pasti terlalu lama hidup sendiri ahaha” Canda Jungkook “Mungkin sudah saatnya ia memiliki kekasih, menghindari ia menjadi gila”
Jooeun ikut terkekeh mendengar jawaban Jungkook, rasa takut yang sebelumnya menyelimuti Jooeun mulai berubah menjadi rasa nyaman “Ya! Kau juga harus berkaca pada diri mu sendiri hahaha”
“Setidaknya aku pernah jatuh cinta, hanya sedikit kurang beruntung” Jawab Jungkook blak blakan, begitulah Jungkook.
Hati Jooeun seperti sedang dipermainkan, satu detik lalu ia baru merasa nyaman tapi detik berikutnya senyum Jooeun berubah parau “Mian” Jawab Jooeun merasa tak enak, ia mengerti maksud Jungkook tentang kurang beruntung adalah karena yeoja yang ia cintai, yang tak lain adalah Jooeun sendiri justru memilih Mingyu, yang notabene sahabatnya sendiri daripada dirinya.
Meski terasa seperti sindiran untuk Jooeun, tapi bagi Jungkook ucapan nya barusan adalah murni sebuah candaan “Bhahaha.. sampai kapan kau merasa tidak enak pada ku, apa kau masih begitu percaya diri aku masih menyukai mu? Kkkkk” seru Jungkook santai “Kau yang rugi tidak mendapatkan ku kkkk”
“Eiii neon!” Respon Jooeun kembali tersenyum “Kau sungguh penuh dengan percaya diri ckckc” Jooeun menggelengkan kepalanya. Memang nampak salah merasa tak enak pada Jungkook, karena Jungkook sepertinya tidak pernah memasukkan hati tentang cinta segitiganya dengan Jooeun dan Mingyu dulu.
“Kau tidak bisa memaksa orang lain berfikir sama dengan mu bukan. Mau tidak mau kau harus berjalan di jalan mu sendiri. Kalau sudah begitu dengan apa lagi kau bisa hidup kalau bukan dengan percaya diri, saat semua orang membenci mu sekalipun kau akan tetap bertahan hidup ketika kau percaya diri Hahaha” Jawab Jungkook.
Disaat-saat semacam ini Jooeun merasa kagum terhadap Jungkook, meski tingkahnya terkadang tidak mencerminkan kedewasaan, ia menyadari Jungkook memiliki jalan pikiran yang jauh dari sifat kekanak-kanakannya. “Kau sudah semakin dewasa” Puji Jooeun.
“Tanggapan macam apa itu ahaha” Ujar Jungkook merasa ia belumlah dewasa seperti apa yang Jooeun ucapkan. “Banyak orang-orang lemah disekitar ku, aku hanya merasa harus menjadi kuat untuk melindungi mereka”
“Mwoya. Kkkk” Jooeun tidak mengerti arti dibalik ucapan Jungkook yang satu ini.
“Aissh ini dia” Pekik Jungkook menemukan lilin. Jungkooj menyalakan pemantik dan menyulut api pada sumbu lilin. Ia meyalakan 3 buah lilin. Satu diletakkannya di tengah meja makan, sati dibawa nya, dan satu lagi ia berikan pada Jooeun “Khaja..” Ia mengajak Jooeun bergabung dengan anak lainnya di ruang tengah.
◑∞⚢
Ia terdiam dalam posisinya. Namja itu meraba sebuah benda yang tergantung sebagai bandul kalung yang ia kenakan. Kegelapan yang kini tengah menelannya membuka semua memory tentang apa yang dulu ia anggap hanya hal tak masuk akal.
“Halmoni, mengapa Halmoni memberikan patahan benda ini pada anak perempuan itu? Apa karena ia anak yang baik?”
“Bukan itu alasannya”
“Benda itu.. kedua patahan benda itu, adalah sesuatu yang sakral. Membaginya ke 2 tempat berbeda akan membantu menyulitkan mereka untuk merebutnya. Mereka.. suatu hari nanti, mereka pasti mencari benda itu. Waktu dimana kau..menapaki dunia mu yang sesungguhnya. Mereka akan datang saat itu. Dan hanya kau, anak perempuan itu.. juga kedua patahan benda yang kalian pegang.. yang akan mampu mneghentikan perbuatan mereka”
“Tapi siapa mereka nenek? Dan dimana aku bisa menemukan anak perempuan itu nanti? Aku bahkan tidak bertanya siapa nama anak itu. Lalu bagaimana nanti aku bisa menemukannya, bagaimana kalau nanti dia sudah tidak sama lagi? Bagaimana kalau dia tidak tumbuh menjadi anak baik?”
“Hal semacam itu tidak akan terjadi. Suatu hari nanti kau akan mengerti... saat kelak kau bertemu dengannya, kau sadari atau tidak, anak itu akan terus berada disekeliling mu, ia akan menarik perhatian mu. Begitu juga.. ia terhadap mu ^^”
Ia terus berfikir, berapa kalipun ia memikirkan apa yang terjadi saat ini.. semakin ia yakin bahwa semua teror itu telah dimulai, dan ini adalah awal dari semua yang sang nenek katakan akan terjadi. “Isanghae.. aku merasa kau begitu dekat dengan ku. Kundae.. siapa dirimu? Dimana kau berada? Haruskah aku mulai mencari mu?” Tanya namja itu dalam hatinya. (This boys.. is Ice)
◑∞⚢
Bukan hanya Jungkook cs yang cemas akan kondisi saat ini. Tapi Juga Joohyuk dan Mingyu yang berada di atas tangga menuju lantai 2 gedung apartment. Joohyuk meraba-raba pegangan tangga juga dinding untuk berjalan.
“Hyung ottokhee” Eluh Mingyu panik.
“Ya joyonghae!” Bentak Joohyuk karena Mingyu terlalu berisik seperti anak wanita. Joohyuk merasa kakinya menyuntuh tubuh orang lain, ia pun berjongkok. Belum tenang hatinya dari rasa kaget akan padamnya seluruh penerangan. DUUKK!!! Ia mendengar suara pukulan keras di dekatnya “NUGUYA!!!” panik dirasakan Joohyuk.
Seseorang jelas berada di dekat Joohyuk, langkah dan beradaannya dirasakan oleh Joohyuk “Mingyu-a.. ini tidak lucu!!” Teriak Joohyuk meninggi “Jangan macam-macam!!” ancam Joohyuk.
Aneh, tidak ada jawaban dari Mingyu, padahal sejak tadi Mingyu begitu berisik. Gelap sangat menghalangi gerak Joohyuk, ia kesulitan untuk berfikir. Srukkkk srukk.. sedikit demi sedikit, tubuh yang Joohyuk yakini adalah tubuh Jihan, yang saat ini tergeletak didepan Joohyuk, juga sedang disentuh oleh Joohyuk, bergerak seperti terseret. Joohyuk menahan tubuh Jihan. Perlawanan sepertinya datang dari seseorang lain yang tengah menarik tubuh Jihan “Siapa kau! Apa yang akan kau lakukan pada Jihan!”
SLUSH... sorot cahaya lampu mengangetkan Joohyuk muncul. Terlihat sebuah tangan memegang senter berukuran kecil. Sengaja mendekatkan senter tersebut yang kebetulan tepat mengarah ke mata Joohyuk, membuat Joohyuk merasa silau.. lalu DUKKKKK!!!! Satu pukulan di kepala Joohyuk menghentikan semua perlawanan Joohyuk.
◑∞⚢
Seorang diri, Bona berlari menyusuri jalanan gelap Desa Beolgyo. Perasaan buruk menyelimuti hati Bona. Firasat kuat akan kejadian buruk dirasakan jelas oleh yeoja penderita Hapephobia (Fobia akan sentuhan fisik) tersebut.
Dilihatnya sebagian penduduk desa berlarian memasuki rumah mereka masing-masing. Mengunci rapat pintu serta jendela rumah seolah bencana besar akan datang. Mereka mengetahuinya, mereka mempercayai semua cerita yang berkembang. Dan mereka semua memilih untuk bersembunyi. Sesak, begitulah kondisi Bona saat ini. Merasakan dosa akan apa yang telah terjadi, memang benar semua bukanlah kesalahan Bona, namun ia tidak bisa menyembunyikan perasaan bersalah tentang kenyataan bahwa sang ayah merupakan salah satu orang yang memiliki peran besar dalam perubahan sifat hampir seluruh penduduk desa.
Ia sudah berada dekat dengan lokasi apartment Mingyu, dimana Jihan dan anak lainnya berada. Tapi.. Kaki Bona melambat. Ia berjalan begitu pelan. Meratapi jalanan yang semakin sepi karena semua orang telah bersembunyi. Desa tersebut seperti desa kosong tanpa penghuni. Seperti Desa terbuang.
DEG.. Sesuatu seperti menusuk dalam hingga ke lubuk hati Bona. Tanpa alasan yang jelas, Air mata Bona terjatuh. Sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat. Secarik kartu melayang tertiup angin kencang yang mendadak mengelilingi Bona. Kartu tersebut terjatuh tepatdi atas kaki kiri Bona. Bona menunduk, air mata yang menetes di pipi Bona semakin deras. Gemetar tubuhnya merunduk mengambil kartu di atas kakinya. Tarort card Chariot milik Jihan terjatuh disana. Kartu tersebut berbuah warna dari semula. Kini hanya warna Hitam dan putih yang terlihat dari kartu tersebut. “J..jihan-a..j.” Sebuh Bona terbata.
Kepala Bona menggeleng. Pikirannya terus menepis sebuah pertanda yang jelas telah ia pahami artinya. Mata Bona kini mengarah pada langit di atas sana. Pertanda lebih jelas ia dapatkan dari kondisi langit Beolgyo. Petmewarnai langit malam itu. Gelap yang meyelimuti Bona membuatnya semakin larut dalam kesedihan yang kini sudah menguasai dirinya.
Tidak hanya Bona, seorang anak lainnya menelusuri jalan Beolgyo juga seorang diri, ditangannya secarik kertas bertuliskan pesan misterius serupa dengan pesan-pesan yang diterima oleh Yoobin. Ia adalah seorang namja, tubuhnya kurus dengan tinggi tubuh standardia juga lahir di Beolgyo meski besar di kota lain bahkan sempat mencicipi tumbuh dengan menghirup udara di negara lain. Dari kejauhan ia melihat Bona, berjongkok di ujung jalan. Ia mempercepat langkahnya. Ia berlari mendekat. Terhenti 1 meter sebelum mencapai lokasi Bona berdiri. “Bona Noona?” Panggilnya. Bona nampak belum menyadari keberadaannya. Ia berusaha memberi tahu Bona. Suaranya tak jua menyadarkan Bona dari lamunan. Sentuhan pun mustahil, ia tahu tetang keadaan Bona.
Keanehan tidak berhenti terjadi. Setelah seluruh listri di Beolgyo padam... selanjutnya.. satu demi satu titik putih turun dari atas langit Beolgyo. “Nunida” Ucap anak laki-laki tersebut.
Salju yang mendadak turun membuat Bona tersadar akan realita waktu yang ternyata masih berjalan meski degup jantungnya seolah terhenti karena sesak tak tertahan.
Ia merunduk. Menyentuhkan sebelan lututnya di jalanan berbatu Desa yang terkenal dengan banyaknya peninggalan jajahan jepang tersebut. Salah satu Desa yang dimasa lalu menjadi saksi penderitaan rakyat Korea akan kejamnya jaman penjajahan. Ia meraih kartu tarort yang tadi coba Bona pungut. Bona sudah menyadari keberadaan anak itu, namun tetap diam tertelan kesedihan yang sulit ia deskripsikan.
Shua. Namja itu adalah Hong Jisoo. Seorang keponakan dari pastur Hong, salah satu pastur yang dipercaya oleh banyak rakyat Beolgyo dulu. Shua kembali ke Beolgyo setelah hampir 3 tahun lamanya mengenyam pendidikan di US. Shua merupkan salah satu saksi kunci selain Bona, yang juga hampir belasan tahun dalam hidupnya menanggung beban akan perubahan sikap dan tindakan rakyat Beolgyo. Shua merupakan satu-satunya anak yang dapat Bona percaya, mereka banyak mengupas tentang Selaer dan hal lainnya sebelum Shua akhirnya pergi. Meski berada di nengara yang berbeda, Bona masih sering berhubungan dengan Shua melalui media email dan lainnya. “Mianhae noona. Aku datang terlambat” Sesal Shua.
“Aniya” Jawab Bona lemah, mata Bona berkaca menahan tangis “Ttaengida, Kau sudah berada di sini” Bona merasa hilang. Ia sudah tidak dapat berfikir jernih saat ini. “Eottokhe Shua-a. Eottokhae?”
“Ikutlah dengan ku. Kita pergi ke gereja. Tidak ada tempat lain yang aman selain disana sekarang” Shua melepas kancing mantel yang ia kenakan. Ia menyodorkan sisi kiri dari mantelnya untuk Bona pegang. Mereka tidak bisa melakukan kontak fisik, karena itu Shua menawarkan mantelnya untuk Bona berpegangan. “Khaja”
Bona berusaha berdiri. Ia berpegangan pada mantel Shua. Keduanya berjala cepat menuju gereja tua disana. Gereja dimana Shua besarkan oleh sang paman, Pastur Hong. Shua kerap kali menoleh ke belakang. Ia merasa ada yang mengikuti mereka. “Noona, bisakah kita mempercepat langkah? Perasaan ku tak enak”
Bona mengangguk. Ia dan Shua sama-sama mempercepat langkah mereka. Bergegas untuk segera mendapai tempat yang Aman.
◑∞⚢
DRUKK DRUKK DRUKK... Pintu apartment ssamjeon berbunyi keras, seseorang berdiri diluar menggedor-gedor pintu dengan sengaja. Belum jelas dasarnya, namun ia yang sebelumnya berdiri di depan pintu justru berlari dengan sedikit cahaya melalui ponsel dan bersembunyi sebelum seseorang dari dalam apartment keluar.
Didalam sendiri, kondisi gelap menyelimuti, membuat gedoran pintu barusan terdengar ‘Horor’. Setengah mati Shiah ketakutan akibatnya. “Hueeeeee siapa ituuuu.. bagaimana kalau ada orang jahat T.T, ia dengan senagja memadamkan lampu dan berniat menghabisi seluruh penghuni apartment. Aku merasa sedang berada dalam salah satu scene dalam film pembunuhan T.T andweeee.. aku belum siap matiii.”
Jooeun menelan ludah. Ia tak sanggup lagi berkata apapun. Bukan hanya tentang keselamatannya yang sedang ia pikirkan, tapi ia tahu pasti sang kakak mungkin ada di luar, begitu juga dengan namjachingunya Mingyu. Ia takut hal buruk akan terjadi kepada keduanya.
“Ije eottohe?” tanya Yubin hati-hati.
“NUGUYA!!” Teriak Jungkook, tapi tentu tak ada jawaban dari luar. “Andwegetda. Kita harus keluar, perasaan ku tidak enak sekali” Ujar Jungkook memutusakan dengan cepat.
“Jangan gegabah, Bagaimana kalau di luar sana benar orang jahat? Lagipula kalau ia salahs atu dari teman-teman kalian ia pasti menjawab” Seru Taejun menahan. Taejun berdiri di depan tirai. Kondisi Belgyo gelap gulita pada setiap sudutnya. Ia sadar ada yang tidak beres. Nama ‘Sealer’ jelas terlintas di pikirannya. Ia mencoba menenangkan Jungkook dan yang lainnya, tapi ia jelas tidak bisa tenang dan menjamin anak lainnya selain mereka yang saat ini berada di dalam apartment dalam keadaan selamat. Taejun memperhatikan ponselnya. Tidak ada segaris pun signal yang terdeteksi. “Sial” Gerutunya pelan.
Perlahan Shiah menjauh dari anak lainnya, dan mendekat kearah Taejun di depan jendela. Tubuhnya gemetar hebat. Ia serius kali ini, rasa takut menyeruak ke seluruh pikirannya. Ia mulai menyadari kemungkinan akan sesuatu yang melatar belakangi semua ini “Oppa ..hggh..” Ujarnya tersenggal “Hokshi.. Geu..hh”
Taejun sungguh tak mampu menenangkan Shiah dengan mengatakan bahwa apa yang Shiah pikirkan adalah salah. “Tenanglah dulu, kita tidak boleh panik” Pinta Taejun yang sebenarnya dalam keadaan panik.
“Keundae..” Senggal Shiah “Mereka mengincar ku kemarin, mungkin hari ini mereka kembali mengincar ku.. Hh..hgg..”
Jooeun, Yubin dan Jungkook merasa Shiah dan Taejun membicarakan hal serius yang mereka juga tidak terlalu dengar. Mereka saling melirik satu sama lain. Berbeda dengan Jungkook, Jooeun dan Yubin. Hoshi justru menggoda kedekatan Taejun dan Shiah meki situasi sedang genting seperti saat ini “EHEMM uhukk.. Hyung laki-laki dan wanita tidak boleh berdempetan disaat gelap begini wkwkwk” Tawa Hoshi lepas. Ia mendadak terdiam begitu tatapan anak lain sinis kearahnya “Wae? Ehe.. ehehe” tawanya canggung.
“Soonyoung oppa =_=” eluh Jooeun.
Bagai bom waktu yang siap meledak, kesabaran Jungkook telah pencapai puncaknya. Ia merasa bodoh hanya menunggu tanpa dapat melakukan apapun sementara ia tidak mengetahui nasib beberapa temannya di luar sana tidak ia ketahui, lebih dalam hatinya juga merasakan firasat buruk atas semua peristiwa yang menimpa mereka. Selintas mimpi buruk yang ia alami kembali berkeliaran di pikiran Jungkook, membuat resah itu semakin meningkat. Jungkook berdiri, Ia telah yakin akan keputusannya.. Ia harus pergi ke luar. Pasti langkah Jungkook, mengabaikan pandangan mata anak lain ke arahnya.
“Jungkook-a eodiya?” tanya Hoshi.
“Toilet” Jawab Jungkook berkilah.
Taejun langsung mengarahkan matanya ke arah Jungkook, dengan sengaja ia menyorot sosok Jungkook dengan lampu sorot dari ponselnya. Jungkook menyadari hal tersebut dan ia berhenti berjalan “Tetaplah disini” Larang taejun, suaranya sedikit meninggi, ia lebih serius dari Taejun biasanya. Ia mengambil langkah mendekati Jungkook. Mendadak pelupuk mata Taejun melebar, ia menggeleng tak percaya.. “N.. Neon..”