Zen memperhatikan wajah Jieun dengan seksama, ia benar-benar menatap wajah Jieun. Tanpa sadar Zen memegang kedua pundak Jieun.
“Yak !! Mwoyaa.” Tepis Jieun
“Ahh mian, kau. Jieun ?” Tanya Zen
“Ooo. Wae ?”
“Neon, nan molla ?” Tanya Zen kembali
“Sejak bayi aku sudah di UK bagaimana aku bisa mengenal mu ?” Tukas Jieun
“Jieun. Kau.” Tanpa menghiraukan ucapan Jieun, Zen masih saja menatapnya tak percaya.
“Hyung.” Panggil Seven yang membuyarkan pikiran Zen
“Ahh, ne mian. Jieun ah. Jika kau besar di Korea pasti kau tau siapa aku. Hmm naega, Hallyu star.” Ucapnya sambil merapikan rambutnya yang tidak berantakan.
“Nan arra.”
“Ohh, kau mengenal ku ? Tadi kau bilang.. eheeeyy, sejak kau sampai di Korea kau pasti banyak mendengar tentang ku ya ?”
“Ani.” Jawab Jieun dingin
“Lalu ? Kau bagaimana ?”
“Aku mencari tahu tentang semua member RFA. Aku ingin tahu bagaimana kalian apakah kalian berbahaya atau tidak. Dan.. aku melihat profil mu.”
“Ohooo, jangan katakan kau mulai menjadi fans ku ? Hahaha”
“Ani. Kau mantan trainee GT entertainment kan ? Bisa antar kan aku kesana ?” Tanya Jieun
“Ohh, kau mau apaa ??” Zen bertanya kembali
“Ahh Zen hyung, kau bilang kau akan latihan kan ? Apa kau tidak terlambat ?” Potong Seven
“Ahhh majaa!! Gaurae. Aku sudah telat latihan. Aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi Jieun ah.” Ucap Zen sambil mengedipkan mata kanannya.
“Andwae !! Andwae !! Tunggu kau mau latihan kemana ? Aku ikut dengan mu. Yaaa !!”
Tanpa menghiraukan ucapan Jieun, Zen terus berlalu menuju sepeda motornya dan sesekali ia membalikan tubuhnya dan melambaikan tangan.
“Kau. Ikut aku!” Ucap Seven tegas sambil menarik Jieu menuju tempat parkir mobil Seven berada.
“Yaaa! Lepaskaaaan tolooong toloong akuuu.” Teriak Jieun
“Mwoyaaa, yaaa orang akan mengira kita pasangan suami istri yang sedang bertengkar.” Khawatir banyak yang mendengar suara Jieun, Seven pun mempercepat langkahnya.
“Jieun nuna. Apa yang kau pikirkan ? Bukan kah V hyung sudah berpesan agar kau tidak keluar dari apartemen ? Jika kau memang benar-benar ingin keluar kau bisa menghubungi ku dulu agar aku bisa menemani mu meski pun aku sangat sibuk dengan pekerjaan ku ini.” Ujar Seven terkekeh
“Hmm aku hanya bosan dan ingin pulang. Lagi pula mengapa aku harus mengikuti perkataan mu ? Aku akan benar-benar menuntut kalian!”
“Heoolll !!” Seven pun mengijak gas sekencang mungkin.
Dengan emosi yang bercampur tanpa sengaja Seven hampir menabrak seseorang yang tengah menyebrang.
Ciiiiiiiiitt
Suara rem mobil Seven terdengar begitu jelas.
“Aa waeee !! Apa kau tidak bisa menyetir ?” Ucap Jieun sambil memegang kepalanya yang terbentur dashboard mobil.
“Salah kau sendiri mengapa kau tidak memakai sabuk pengaman ?” Sahut Seven
Seven pun segera turun dari mobil dan memastikan bahwa orang tersebut baik-baik saja.
“Gwenchanaseyo ? Ahh jeongmal jeoisonghamnida. Apa kau terluka ?” Tanya Seven namun orang tersebut hanya menundukan kepalanya dan menggeleng, lalu ia pergi.
“Eotthae? Apa dia akan menuntut mu ?”
“Kau, apa hanya menuntut saja yang ada di pikiran mu itu ? Aishh.”
“Heol. Aku korban disini tapi kau selalu saja memarahi ku.” Gumam Jieun yang tanpa sengaja menoleh ke arah orang yang tertabrak tersebut. “Ituu!! Yaa, Seven Seven hentikan mobilnya ? Aku rasa aku mengenal orang itu!”
“Mwo ? Nugu nugu ?”
“Dia. Dia yang menjemput ku di bandara dan mengantar ku ke apartemen Rika!”
“Mwoo ??” Tanpa pikir panjang Seven pun memutarkan balikan mobilnya dan mengejar orang tersebut.
“Kau yakin ke arah ini ?”
“Oo.” Jawab Jieun sambil mencari-cari. “Aku yakin. Itu pasti Seungho.”
“Seungho kata mu ? Dia yang membawa mu ke apartemen Rika nuna ?”
“Hmm benar. Apa yang dia lakukan disini ? Dia berjanji untuk mencarikan aku bantuan tapi ia malah pergi tidak kembali.”
“Kini, kau percaya kan pada ku mengapa aku melarang mu keluar ?”
“Waeyo ?” Jawab Jieun bingung
“ Kau tau jika kau keluar dari apartemen kau bisa dalam bahaya! Kita tidak pernah tau apa yang akan dilakukan orang yang membawa mu kesini kan ?” Jawab Seven “Dan kau lihat tadi ? Jika aku tidak menjemput mu mungkin saja dia akan melakukan sesuatu pada mu.” Lanjutnya
“Bagaimana aku bisa percaya pada mu ? Mungkin saja kau dan dia bekerjasama untuk menculik ku”
“Apa aku tidak salah dengar ?” Ucap Seven sambil menggaruk telinganya yang tidak gatal “Yaa.. Apa perlu aku memamerkan rumah dan mobil yang kumiliki ? Hahaha. Ya, nuna coba kau pikirkan baik-baik. Aku, Zen hyung, Jumin hyung, dan semua apa terlihat seperti penculik ? Dengan pekerjaan ku yang saat ini aku kerjakan mungkin, ah ani pasti penghasilan ku jauh berlipat-lipat dari uang tebusan jika aku menculik mu. Dan juga kau tadi mengatakan jika kau sudah melihat profil Jumin dan Zen hyung, apa mereka terlihat seperti orang yang kekurangan uang ? Kau pikir karena keluarga mu kaya jadi kami mau menculik mu ? Ya, asal kau tau Gtech Industry pernah beberapa kali menggunakan jasa ku untuk membuat antivirus dan menanamkan sistem pertahanan agar data-data di perusahaan ayah mu tidak di curi hacker dari perusahaan lain. Ckckck God 707 memang harus sampai jauh-jauh ke UK untuk melakukannya.”
Mendengar ucapan Seven, Jieun hanya terdiam dan terus saja memandang ke luar jendela.
“Heyy, kau mendengar ku ? Apa cerita ku kurang menarik ? Ahhaaa ! Apa kau mau mendengar cerita tentang kekasih-kekasih ku ? Dan my Elly ? Kkkkk”
“Shikereo.” Jawab Jieun ketus
Melihat hal tersebut Seven hanya mampu melirik dan menelan ludah.
“Neee, kalau begitu aku akan mengantar mu sampai tujuan. Mau kemana kita ? Ahh, Jeju do ? Busan ? Aku akan mengubah mode mobil ini jadi mode pesawat terbang. Pakai sabuk pengaman mu. Yahoooo !!” Tak menghirauan Seven malah terus berbicara.
####
Studio
Zen pun melatih akting seperti biasa, ia juga kerap melatih vokal untuk menambah bakatnya dalam bernyanyi.
“Hyung, kita berhenti dulu sejenak.” Ucap Zen
“Baiklah kita akan beristirahat.” Ucap sang pelatih vokal.
Terlihat jelas dari raut wajah Zen yang tampak sedang memikirkan sesuatu.
“Neon, gwenchana ?” Tanya sang pelatih
“Ani.” Jawab Zen “hyung, aku mau keluar sebentar.” Lanjut Zen sambil pergi meninggalkan sang pelatih.
“Eohh. Eoddiga Zen ? Yaa !” Pertanyaan sang pelatih pun tak di gubris olehnya, ia pun langsung mengambil kunci motornya sambil tampak menelepon seseorang.
“Eoddinya ?” Tanya Zen “eoh. Tunggu disana aku akan segera menyusul mu.” Lanjutnya lalu menutup pembicaraan.
Di saat yang bersamaan Jieun dan Seven sedang mengisi bahan bakar untuk mobil Seven.
“Ahh mian nuna aku lupa mengisi bensin. Kau tunggu di dalam. Aku juga mau ke toilet. Aaaa aku sudah tidak tahan.” Ucap Seven sambil berlari menuju toilet. Tak lama kemudian ponsel Jieun pun berbunyi.
“Eoddinya ?” Tanya sang penelepon
“Hmm, gas station.” Jawab Jieun
“eoh. Tunggu disana aku akan segera menyusul mu.” Lanjut sang penelepon lalu mematikan sambungan telepon tersebut.
“Mwoyaaa. Apakah disini hanya satu-satunya gas station? Mengapa ia percaya diri sekali mau menyusulku.” Gumam Jieun.
Memang benar tidak membutuhkan waktu yang lama seorang namja yang mengendarai motor sport telah tiba si sebrang jalan tepat pom bensin dimana Jieun dan Seven berhenti.
“Keluarlah” Ucap namja tersebut setelah menghampiri dan mengetuk jendela mobil Seven yang terparkir.
“Nuguya !” Pekik Jieun yang ketakutan melihat sosok jangkung mengenakan helm tepat berada di sampingnya.
“Naya. Zen. Yak! Ppalli.”
Melihat Zen yang membuka kaca helm full face nya Jieun pun bergegas membuka pintu.
“Ikut aku.” Ucap Zen sambil menggandeng tangan Jieun
“Eoddiga?”
“GT entertainment. Kau bilang kau mau kesana kan ? Aku akan mengantar mu.” Jawab Zen sambil mengenakan helm untuk Jieun. “Kajja.” Lanjutnya
Tanpa ragu dan berpikir panjang Jieun pun mengikuti permintaan Zen.
“Peganganlah pada ku. Tubuh mu sangat mungil. Kau bisa saja jatuh.”
“Shireo”
“Ommooo keras kepala sekali yeoja ini.” Zen pun meraih tangan Jieun dan meletakannya pada pinggang Zen.
Setelah menghabiskan waktu di toilet, Seven pun kembali menghampiri Jieun yang masih berada di mobil.
“Ahh nunaaa miaan jika terlalu lama menunggu~~” Ucapan Seven terhenti saat menyadari Jieun sudah tidak ada di bangku penumpang.
“Eoddiseo? Yaaa aigooo nunaaa!! Jieun nunaaaaa. Aishhhh geu gijibae ahhhhhh.” Seven pun keluar dari mobil san mencari-cari Jieun di area pom bensin serta bertanya pada semua orang yang ada disana.
####
“Okay. Kita sudah sampai.” Ucap Zen sambil turun dari motornya dan membuka helmnya.
“Yeogiii ??” Tanya Jieun terkejut, bukan GT entertaiment lah mereka berpijak melainkan sungai Han.
“Ne. Yeogiseo sungai Han.” Ucap Zen yang menunjukkan tangannya ke arah sungai Han.
“Cih. Ya kau membohongi ku ya?”
“Anya. Aku memang hendak membawa mu ke GT entertainment, keundae, sssshh aku juga ingin bertanya banyak pada mu.” Ucap Zen mendekatkan wajahnya pada Jieun. Tak mendapatkan jawaban dari Jieun, ia hanya memalingkan wajahnya.
“Jieun ah.”
“Hmm”
“Yaaa, lihat dirimu. Semua orang ingin sekali berkencan dengan ku. Semua fans ku berharap bisa dekat dengan ku. Tapi kau, kau yang aku ajak pergi menikmati pemandangan sungai Han, dan yang ku izin kan memegang tubuh ku. Kau sungguh beruntung Jieun ah”
“Aku tidak memintanya.”
“Wahhh kau benar-benar gadis yang berbeda Jieun-ah. Haha baru kali ini aku menerima kalimat seperti itu. Keundae Jieun ah. Apakah, kau mengenal Rika ?” Tanya Zen
“Rika ? Nugu ? Ahh wanita yang sering kalian sebut dalam chat ? Aniya. Bagaimana aku bisa mengenalnya.”
“Hmm begitu. Tapi kau ini sungguh benar-benar….” Belum sempat Zen menyelesaikan ucapannya Jieun pun bertanya
“Zen.”
“Ne ?” Tanya nya kaget
“Bagaimana kau tau kalau aku ada di gas station itu ?” Tanya Jieun
“Ahh itu hahahah aku hanya menebaknya. Firasat ku mengatakan seperti itu.” Jawabnya
“Cih gotjimal.” Ucap Jieun sambil sedikit tersenyum simpul.
“Yaaa kau tersenyum. Daebak. Sejak saat kita bertemu ini kali pertama aku melihat mu tersenyum.”
“Yaa, kita baru bertemu hari ini. Bagaimana kau bisa bicara seperti iti seolah kita sudah sangat lama mengenal satu sama lain.”
“Sshhh hmmm geurae, mungkin aku memiliki perasaan bahwa kita sudah saling mengenal sejak tahun tahun lalu.”
“Aigoo. Kau pintar sekali berbicara seperti itu ya. Benar-benar playboy kelas atas !!” Ledek Jieun
“Playboy kata mu ? Yaaa berpacaran pun aku belim pernah. Ahhh apa kau mau jadi pacar pertama ku ?”
“hahah shireundae.”
Mereka pun terhanyut dalam tawa serta canda, hingga akhirnya mereka tidak menyadari sudah ada seorang pria dengan setelan jas tengah berdiri menyaksikan kelakuan mereka.
“Zen.” Ucap sang pria
Merasa tidak asing dengan suara tersebut, Zen pun menoleh “hyung ?” Dengan terkejut Zen menyapanya “yaa, Jumin hyung apa yang kau lakukan disini ?” Tanya Zen
“Aku yang harus bertanya pada mu, apa yang kau lakukan disini ? Seorang top celebrity sedang berkencan sengan gadia di pinggir sungai Han.”
“Anyaa aku tidak berkencan.”
“Jumin ?” Gumam Jieun dalam hati
“Geu yeoja ? Nugu ? Echo girl ?” Tanya Jumin seperti mengintrogasi
“Anyaa. Ya hyung, jelaskan dulu kau belum menjawab pertanyaan ku apa yang kau lakukan disini?”
“Aku mendapat telepon dari Seven. Ia bilang, Jieun hilang lagi. Dan setelah ia melacak keberadaannya melalui gps, disinilah seharusnya Jieun berada. Keundae, aku tidak tau seperti apa wajahnya. Mau kah kau membantu ku mencari nya ?” Jelas Jumin sambil mendekat pasa Zen dan Jieun
“Untuk apa kau mencarinya ?” Tanya Zen
“Aku ingin membawanya pulang.”
“Pulang?” Gumam Jieun “hoksi, neo Han Jumin ?” Tanya Jieun sambil melepaskan helmnya.
“Ne.” Jawab Jumin sambil menatap kearah Jieun. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat wajah Jieun setelah ia melepas helmnya.
“Neo. Nu.. nugu.. nuguya ?” Tanya Jumin terbata-bata.
“Nan, Jieun. Orang yang sedang mah cari. Kau ingin membawa ku pulang kan ? Aku akan ikut dengan mu.”
“Seolma.” Jumin masih tidak henti hentinya terkejut dengan apa yang ia lihat.
Saat Jieun mau menghampiri Jumin, Zen pun menarik tangannya.
“Andhawe. Aku kan sudah bilang aku yang akan mengantarmu.”
“Ya, apa kau mau membohongi ku lagi ?”
“Anya, aku..” belum selesai Zen bicara, Jumin sudah memotongnya.
“Zen, kau sudah mengetahui ini kan ? Mengapa kau membawa Jieun keluar bersama mu. Sudah jelas lebih baik Jieun bersama Seven saat ini. Mengapa kau membawanya keluar ? Ini akan sangat bahaya baginya !” Protes Jumin
“Aniya hyung, hari ini pun pertama kali aku bertemu dengannya. Dan aku, aku pun menyadarinya jika Jieun benar-benar..”
“Geuman. Tidak usah kau lanjutkan. Aku akan membawanya pulang.” Ucap Jumin sambil menarik tangan Jieun.
“Hyung, kau harus bertanya dulu dengan siapa Jieun mau ikut ? Aku atau kau? Mengapa kau selalu seperti ini hyung ? Apa kau masih sangat terobsesi dengan Rika ?” Celetuk Zen membuat Jumin melepaskan genggamannya pada Jieun
“Zen, jaga bicara mu.”
“Aku bicara yang sebenarnya. Kau selalu saja bersikap seperti ini. Bersikap semaunya, tidak peduli..”
“Stoooppp !!” Pekik Jieun “yaaa, kalian berdua. Aku hanya ingin pulanv. Mengapa kalian jadi bertengkar ? Ada apa dengan kalian ini ? Aku sudah bisa menebaknya, meskipun kalian ada dalam satu organisasi, tidak membuat kaloan akur satu sama lain.”
“Aku tidak mau akur dengannya.” Ucap Jumin
“Nado nado, kau pikir aku mau akur dengan mu hyung ?”
“Geumanhae. Joha, siapapun antar aku pulang.” Ucap Jieun
“Baik aku akan..” belum sempat melanjutkan ucapannya, ponsel Zen pun berbunyi dan tanpa ragu ia menerimanya “Ne hyung, ahhhh igo hahaha aku hanya keluar sebentar untuk merokok. Nee hyuung arrasseo nee.” Sesaat Zen menutup telpon “aishhh bagaimana ia bisa tau aku disini.” Gerutu Zen
“Manager mu ?” Tanya Jumin
“eoohh.”
“Bagus! Akhirnya dia membaca juga pesan ku.” Ucap Jumin
“Mworago ?”
“Sesaat sebelum aku menghampiri mu, aku mengabarinya jika kau ada disini.”
“neee ?? Heol hyung. Neo jinjjaa !! Yaaak aishhh ahh kau ini. Geurae. Kali ini kau beruntung Han Jumin.” Ucap Zen dengan kesal sambil membawa motornya dengan kencang.
“Sepertinya kau sangat memiliki kuasa atas teman-teman mu.” Celetuk Jieun
“Tidak. Aku hanya perlu melakukan apa yang harus ku lakukan. Jieun ssi, silahkan masuk.” Ucap Jumin pada Jieun sambil membuka kan pintu mobilnya.
Selama dalam perjalanan tak ada banyak kata yang keluar dari mulut Jumin. Sangat berbeda. Ketika ia sedang berdebat dengan Zen sebelumnya.
“Setelah melihat kalian, aku menarik kata-kata ku kembali.” Ucap Jieun
“Soal apa ?”
“Kalian menculik ku.”
“Benarkah ?”
“Mianheyo.”
“Hmm, gwenchana.”
“Bukan untuk itu. Aku meminta maaf pada mu karena, bisa kah kita berhenti ke toko baju itu ?”
“Eoddi ??”
“Yogi.” Ucap Jieun yang mendadak Jumin menghentikan mobilnya dan hampir saja kening Jieun mengenai dashboard mobil.
“Yaaakk !! Whoaa apa semua member RFA seperti ini jika mengendarai mobil.” Gerutu Jieun
“Kau ingin apa berhenti disini ? Apakah ada yang kau kenal ?”
“Aniyo. Aku perlu membeli baju. Kau tau sudah berapa hari aku tidak ganti baju !”
“Geurae aku antar kedalam”
Mereka pun masuk untuk melihat-lihat baju mana yang cocok untuk Jieun.
“Eossosoyo.” Sapa sang pramuniaga.
“Ne, kau bisakah kau mencarikan pakaian yang bagus untuk nona ini ?” Ucap Jumin pada sang pramuniaga.
“Ahh ne, Isangnim.” Jawab samg pramuniaga yang terkejut melihat Jumin bersama seorang wanita.
“Heol, isangnim ? Mengapa kau di panggil isangnim disini ?”
“Sudah pilih saja baju mana yang kau suka. Aku akan membayarnya.”
“Geurae. Aku akan pinjam uang mu dulu. Berapapun akan aku kembalikan. Kau punya cukup uang kan ?”
“Berisik sekali. Sudah pilih saja. Tidak perlu di kembalikan.”
“sombong sekali. Jika aku mau pun aku bisa membeli di Gtech Shopping Avenue. Aku bisa memilih banyak pakaian disana.” Gerutu Jieun
“Gtech Shopping Avenue. pemasukan penjualan di bidang fashion dari perusahaan ku. Toko pakaian ini juga milik ku. Jika aku ingin memutuskan kerja sama dengan mall itu, mungkin mereka akan kehilangan saham terbesar mereka.” Ucap Jumin sambil melihat-lihat pakaian di etalase.
“Arrasseo.” Jawab Jieun menurut.
Ponsel Jumin berdering
“Ne, Seven.”
“Hyung. Apa kau sudah bersamanya ?”
“Ne. Jieun anak ini mengapa dia ahhh lalu aku harus membawanya kemana ? Aku tidak tau dimana apartemen Rika.”
“Aniyo, andhwae hyung. Apartemen Rika nuna sudah tidak aman. Hyung. Jika kau mengizinkan untuk semetara waktu bolehkah jika ia tinggal bersama mu ?”
“MWO ? ANDHWAE !” Ucap Jumin dengan keras hingga seisi toko termasuk Jieun memandangnya
“Hyuuuung”
“Naega wae ?”
“Karena aku hanya percaya pada mu hyung. Dan hanya pent house mu yang paling aman.”
Tak menjawab permintaan Seven, Jumin pun mematikan sambungan telepon dan memandang Jieun dari kejauhan. Sadar dirinya diperhatikan Jieun pun bertanya tanpa bersuara pada Jumin “wae?” hanya sebuah gerakan bibir. Tanpa alasan yang pasti, Jumin menghampiri Jieun lalu memojokkannya pada ruang ganti pada toko tersebut. Sambil memegang baju yang hendak ia coba, Jieun membulatkan matanya.
Mata bertemu mata. Tatapan mata Jumin tidak lepas menatap dalam mata Jieun. Jumin mengangkat tangan kanannya dan menyandarkannya pada cermin ruang ganti. Tubuh mereka pun hampir menempel sayu sama lain.
“Neon. Nuguya ?”
***
Tbc