home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Replacements

Replacements

Share:
Author : atanasiarefa
Published : 08 Jun 2016, Updated : 15 Jun 2016
Cast : BTS Member - Im Nani (OC)
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |764 Views |1 Loves
Replacements
CHAPTER 3 : You Come Or Not?

Hujan tiba-tiba mengguyur daerah rumahku malam ini.  Udara begitu dingin dan sialnya pakaian yang tersisa di lemariku adalah pakaian berbahan tipis. Kalau begini aku merasa menyesal karena selalu menunda tugas mencuci atau membawanya ke tempat laundry. Untung saja aku punya banyak celana panjang sehingga aku tidak terlalu merasa kedinginan.

Aku berbaring di atas sofa, bermain dengan anak kucing peliharaanku yang baru berusia beberapa minggu itu. Aku mengelus-elus kucing kecil berbulu putih itu dengan pikiran yang melayang ke mana-mana. Pikiranku masih melayang pada pernikahan Jimin. Wajah gadis bernama Nana yang kini menjadi istri Jimin itu, ekspresi bahagia Jimin, mereka berciuman di atas altar dan ucapan selamat atas pernikahan mereka lagi-lagi tergambar jelas dalam pikiranku. Aku menghela nafas, masih belum bisa menerima semuanya.

Tiba-tiba pintu rumahku diketuk. Aku bangkit dan terduduk, terheran-heran tentang siapa orang yang mau mampir ke rumahku di kala hujan seperti ini. Masih menggendong anak kucing bernama Chilli di tanganku, aku berjalan menuju pintu dan membukanya.

Annyeong!” sapa Taehyung yang sudah ada di hadapanku.

“Oh! Annyeong!” aku membalas sapaannya dan menyuruhnya masuk. “Oppa? Kenapa malam-malam begini datang kemari?” tanyaku menyusul langkahnya.

“Ah, aku tadi ke rumah temanku untuk menghadiri pesta ulang tahunnya. Saat perjalanan pulang, tiba-tiba hujan turun. Untung saja aku lewat dekat rumahmu, jadi aku mampir ke sini,” jawabnya melepas jaketnya. Dia menatapku dengan kedua alis terangkat. “Tidak apa-apa, kan? Aku tidak akan macam-macam.”

Aku tertawa geli mendengarnya, tentu saja Taehyung tidak akan berani melakukan hal-hal aneh. “Tidak apa-apa, kok.”

Taehyung melihat kucing yang kubawa. “Kucing baru?”

Aku mengangguk. “Rambutmu basah,” gumamku saat sadar jika rambut laki-laki ini sedikit basah. Aku meletakkan Chilli di pangkuan Taehyung lalu berjalan masuk ke kamar dan kembali dengan handuk di tanganku.

Gomawo,” Taehyung menerima handuk dan mengerikan rambutnya.

Sibuk mengeringkan rambutnya, secara tidak sengaja handuk yang tebal dan besar itu mengenai tubuh Chilli yang kecil dan Chilli jatuh di atas karpet dengan suara memekik yang lumayan keras. “AH! MIANHAE!” Taehyung berseru dan langsung mengangakat Chilli lalu mengelus-elusnya. “Astaga, maafkan aku.”

Aku terkekeh melihatnya dan menggendong Chilli lagi, mencium dan mengelusnya berulang kali. “Tidak salah jika kamu tidak pernah punya peliharaan,” candaku dan dia cemberut.

“Terakhir kalinya aku berencana untuk memelihara ikan. Saat sampai di rumah, aku baru sadar jika sepanjang perjalanan ke rumah plastiknya bocor dan ikan-ku mati di plastik yang sudah kosong itu,” jelasnya dan aku tertawa lagi dibuatnya. Taehyung menghela nafas dan menggeleng, meratapi nasibnya barangkali.

“Kau mau makan? Minum?” aku menawarkan.

“Tidak usah, aku sudah makan di rumah temanku. Aku masih kenyang.”

“Oh, oke.”

Kami terdiam selama beberapa saat sampai Taehyung berujar, “Kamu sudah sembuh?”

Aku memiringkan kepala. Sejak kapan aku sakit? “Sembuh?”

“Iya. Tadi kamu, kan sakit sewaktu kita hadir di pesta pernikahan Jimin. Jin Hyung mengantarmu pulang, kan?”

Ah, iya, aku baru ingat. “Oh, iya,” aku berujar, beralibi lebih tepatnya. “Aku sudah lebih baik sekarang. Tadi di sana aku merasa sangat pusing. Maaf, ya, aku pulang duluan.”

“Hmmm.. Tidak apa-apa. Padahal tadi Jimin mencarimu.”

Apa? Benarkah? Ungkapan Taehyung menarik perhatianku. “Eh? Benarkah? Dia bilang apa?” tiba-tiba aku bersemangat.

“Dua hari lagi dia mengajak kita ke salah satu hutan wisata jalan-jalan di sana untuk merayakan pernikahannya. Kita akan menginap di salah satu villa di sana.”

Merayakan pernikahannya? “Berarti Nana juga ikut?” Yah! Tentu saja!

“Tentu saja! Nana yang merencakan ini semua,” jawabnya. “Dia bahkan memintamu datang.”

Seketika semangatku pupus mendengarnya. Kukira hanya Jimin, aku dan member BTS yang lainnya, mengingat bahwa kami yang menghabiskan waktu dengan Jimin lebih lama dengannya, hitung-hitung perpisahan kecil-kecilan. Tapi ternyata dugaanku salah.

Kemudian aku ingat seseorang. “Apa Jin Oppa juga ikut?”

“Mmmm… aku belum tahu. Kemarin dia sempat menolak karena lehernya sakit, tapi kurasa dia berubah pikiran,” jawabnya.

Entah kenapa sekarang aku mulai membutuhkan Jin di dekatku.

“Kau ikut, kan?” Taehyung memastikan.

“Kalau Jin Oppa ikut, aku juga ikut,” aku tersenyum lemah.

“Aku akan paksa dia,” canda Taehyung dan aku tertawa.

Andwae (Jangan),” aku menepuk pahanya.

Taehyung ikut tertawa. Dia berdiri dan mengintip dari jendela. “Hujannya sudah berhenti,” ujarnya lalu berjalan mengambil dan memakai jaket yang dia letakkan di sofa tadi. “Aku pulang dulu, ya.”

Aku berdiri sambil mengangguk.

“Terima kasih, ya, sudah membiarkanku menumpang,” ujarnya.

Aku menggeleng. “Tidak, tidak. Aku yang berterima kasih, malam ini aku sedikit bad mood. Karena kamu datang, aku jadi sedikit bersemangat.”

Taehyung tersenyum dan merapikan rambutku. “Oke, aku pulang, ya.”

Aku membukakan pintu dan Taehyung berjalan keluar.

 

Chilli sudah tidur di sebelahku ketika  kami sudah berada di dalam kamarku, bersiap untuk tidur. Aku baru saja akan berbaring namun tiba-tiba ponselku berbunyi. Tanganku bergerak, meraih ponselku yang ada di meja samping.

“Eh? Jin Oppa?” aku bergumam ketika sadar jika Jin menelponku. “Halo?”

“Hai,” dia menyapa.

Aku tersenyum tipis. “Hai, Oppa. Selamat malam.”

“Selamat malam, Nani,” dia membalas. “Sudah mau tidur, ya?”

“Tidak juga, sih, aku masih menonton televisi,” jawabku berbohong. Tapi benar, aku menjadi tidak mengantuk. “Oppa belum tidur? Ini sudah jam sebelas, lho.”

Jin terkekeh. “Harusnya aku yang bilang seperti itu ke kamu.”

Aku ikut tertawa. “Aissh.. Iya, juga.”

“Ummm… Kamu sudah tahu tentang rencana Jimin mengajak kita ke hutan wisata?”

“Iya, Taehyung Oppa memberitahuku tadi.”

“Kau… kau ikut?”

Aku akan jawab ‘iya’ jika dia juga berencana untuk ikut. Masa aku juga menanyakannya? Kalau aku bertanya dan jawabannya ‘tidak’, bagaimana?

“Nani?” dia mengulang.

“Iya, aku ikut,” jawabanku terlontar begitu saja. Aduh! “Kau ikut?”

“Aku ikut, kok. Aku akan ikut jika kamu ikut.”

Aku benar-benar lega mendengarnya.

Kami diam selama beberapa detik, tidak tahu harus membicarakan apa.”

“Oppa? Kurasa aku harus tidur,” ujarku.

“Ah! Oke, maaf mengganggumu,” jawab Jin.

“Tidak, kok. Tenang saja.”

Arraseo. Jalljayeo, Nani-ah.”

Aku tersenyum. “Jalljayeo, Oppa.

Dan panggilan berakhir.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK