“Eomma, Appa, maafkan aku… Aku baru ingat tentang kecelakaan itu. Maafkan aku juga, eonni. Sekarang aku sudah ingat semuanya… Selamat tinggal…”
“Bagaimana ini? Sudah tiga hari dia tak sadarkan diri. Apa yang telah kalian lakukan? Kenapa diam saja?”
“Tenanglah, Jong Hyun-ssi… Tim dokter kami sudah melakukan yang terbaik.”
Jong Hyun mengacak-acak rambutnya frustasi, menghela nafas kasar kemudian memejamkan matanya. Jari-jarinya menekan beberapa tombol angka dan detik selanjutnya terjadi sebuah percakapan.
Kembali Jong Hyun menggenggam erat tangan dingin gadis didepannya yang terbaring tak sadarkan diri. Berharap keajaiban akan datang, perlahan Jong Hyun mengusap lembut punggung tangan gadis itu. Memanjatkan do’a kepada Tuhan dengan harapan agar gadis yang ia sayangi dapat segera bangun dengan senyum hangat menghiasiasi wajah cantiknya. Tanpa sadar, bulir-bulir cairan bening itu lolos begitu saja dari mata onyxnya, bibirnya juga berulang kali mengucapkan kata maaf dan penyesalan.
Langkah kaki yang cepat segera menyadarkan Jong Hyun dan tangis penyesalannya. Begitu Jong Hyun membuka pintu, sang kakak bertanya dengan ekspresi khawatir, “Bagaimana keadaannya?”
“Maafkan aku, noona.” Jong Hyun menunduk lalu tidak berkata apa-apa lagi.
Lama, hanya isakan tangis kecil terdengar menggema diseluruh ruangan VIP ber-cat putih tanpa aksen itu. Soo Jung terus memeluk tubuh lemah adiknya.
“Noona…” Panggil Jong Hyun. “Jemarinya bergerak, noona. Jemarinya bergerak, lihatlah…”
Mata Soo Min perlahan mengerjap, berusaha untuk mencoba sadar. “Eonni…” lirihnya.
“Min-ie…”
“Soo Jung eonni… Aku baru ingat semuanya… Hiks hiks… Maafkan aku yang melupakan semuanya dan… Hiks… Membuatmu menderita…”
Jong Hyun dan Soo Jung sontak kaget dengan penuturan gadis didepan mereka.
“Apa yang kau bicarakan, Min-ie… Tak ada yang salah atas kecelakaan itu, berhenti menyalahkan diri sendiri.”
“Tidak eonni… Kecelakaan itu… Akulah penyebabnya. Gara-gara aku, ibu dan ayah pergi… Aku…”
Soo Jung mendekap adiknya erat. Membiarkan tangis memecah keheningan rumah sakit itu.
“Berhenti menyalahkan dirimu sendiri… Berhenti menyakiti dirimu, Min-ie… Semua yang terjadi di masa lalu, biarkan mengalir. Jangan ditahan, perasaan atau kenangan apapun itu, biarkan mereka mengalir…”
“Eonni…” Sejenak Soo Min menatap Jong Hyun. “Maafkan aku juga, Jong Hyun-ah. Maaf karena aku terlambat mengingatmu. Terima kasih untukmu juga kakakmu…”
“Min-ie… Kau benar-benar sudah mengingat semuanya?”
Soo Min mengangguk, tersenyum. “Terima kasih juga untukmu, Soo Min-ah…”
Terima kasih untuk tetap bertahan hidup, Kim Soo Min…
***
Mobil lamborghini hitam itu menepi dipinggir Sungai Han. Jong Hyun keluar dari mobil diikuti Soo Min. Lalu mereka duduk di bangku dekat dengan bibir sungai itu.
“Soo Min-ah, ada yang ingin ku sampaikan padamu…”
“Apa? Katakan saja…” Mata gadis itu tetap memandang lurus ke hamparan air.
“Aku mencintaimu, Kim Soo Min. Sedari dulu…”
Refleks gadis itu menoleh. Terkejut. Tak percaya. “Kau bercanda… Jong Hyun-ah, itu sama sekali tidak lucu.”
“Tidak. Aku serius, Soo Min-ah…” Jong Hyun menggenggam tangan Soo Min.
Tatapannya beralih menatap lekat mata onyx didepannya. Mencoba menyelaminya, mencari-cari kebohongan yang mungkin terdapat disana. Nihil. Yang dia temukan hanyalah kejujuran dan ketulusan.
“Kenapa harus aku?”
“Aku tak tahu alasannya, aku hanya mencintaimu, Soo Min-ah… Aku sungguh-sungguh mencintaimu, sejak 15 tahun yang lalu hanya kau lah orangnya. Aku selalu berusaha mengontrol perasaanku, mengabaikannya bahkan mencoba untuk menghilangkannya tapi aku tidak bisa, Soo Min-ah… Semakin aku mencoba, aku semakin mencintaimu. Semuanya terjadi diluar kendaliku…”
Soo Min terkesiap mendengar penuturan dari laki-laki yang selama ini terus berada disisinya. Laki-laki yang siap melindunginya apapun yang terjadi. Laki-laki yang selalu mengulurkan tangannya ketika ia membutuhkan bantuan.
“Aku takut, Jong Hyun-ah… Aku takut aku akan banyak menyakitimu, membuatmu menderita. Aku takut semuanya…”
Jong Hyun memeluk Soo Min erat. “Tak apa, kau tak perlu takut, Soo Min-ah… Apapun yang terjadi kedepannya aku akan selalu bersamamu. Bahkan ketika kau melupakanku lagi, aku akan tetap bersamamu, disisimu, dan membantumu mengingat semuanya dengan perlahan. Persis seperti saat ini…”
Bulir-bulir cairan bening menggenang dipelupuk mata Soo Min. “Jong Hyun-ah, aku minta maaf untuk selama ini. Aku benar-benar minta maaf karena aku terlambat mengingatmu… Maafkan aku, Jong Hyun-ah…”
Jong Hyun tersenyum dan mengusap pelan cairan bening yang lolos begitu saja dari mata sipit itu, ia kembali mendekap erat gadis didepannya, mengikis jarak antara mereka lalu menempelkan bibirnya di bibir mungil Soo Min, membuat Soo Min membulatkan matanya karena terkejut. Jong Hyun masih menempelkan bibirnya pada bibir Soo Min, menikmati kehangatan yang disalurkan dari bibir mungil itu dan detik selanjutnya mereka memejamkan mata, hanyut dalam kehangatan yang diciptakan masing-masing. Mereka terus berciuman dan di depan mereka terhampar pemandangan yang sangat indah dimana matahari mulai tenggelam di tempat romantis seperti Sungai Han yang menjadi saksi bisu betapa mereka saling mencintai.
“Jong Hyun-ah…”
Soo Min menarik tubuhnya sedikit menjauh dari tubuh Jong Hyun ketika ia merasa membutuhkan banyak oksigen untuk bernafas. Jong Hyun tersenyum kecil seraya mengacak-acak rambut gadis didepannya. Paham akan perubahan warna wajah gadisnya yang menjadi merona, kembali Jong Hyun menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
“Aku mencintaimu selalu, Soo Min-ah…”
Tunggu saja apa yang terjadi selanjutnya, Kim Soo Min! seru seseorang tak jauh dari tempat Jong Hyun dan Soo Min duduk.
- To Be Continued -