Siapa itu Taemin-ie? Mungkinkah itu Taemin Samcheon? O… aku tahu, jadi sebelum Eomma mengenal Appa, Eomma terlebih dahulu telah mengenal Taemin Samcheon? Whoa… Daebak!
“Yuri Noona? Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Taemin penuh heran. Bagaimana bisa orang yang telah menolak cintanya itu sekarang ada di hadapannya? Batin Taemin.
“Neodo?” Sahut Yuri balik bertanya.
“Ige, uri Hyeong galeri.” Jawab Taemin sopan.
“Nugu?” Tanya Yuri lagi tak percaya.
“Ne. Ini galeri hyungku. Waeyo?”
“Jinjayo?” Yuri pun semakin lemas dan kakinya makin tak kuasa menopang kedua kakinya. “Siapa nama hyeongmu?” Tanyanya sekali lagi, kali ini dengan menundukkan pandangannya mencoba mencari kekuatan. Meski sebenarnya ia tak ingin mendengar kenyataan yang akan Taemin katakan, tapi Yuri sangat penasaran dengan jawaban namja imut yang ditolaknya mentah-mentah saat mereka di pertemukan di tengah-tengah acara kencan buta mereka.
“Lee Jinki.” Jawab Taemin dengan santai karena ia tak tahu apa yang tengah dipikirkan Yuri sebenarnya saat ini.
Mendengar jawaban Taemin membuat Yuri lebih tenang agaknya sekarang. “Apa kau kenal dengan orang yang bernama On- ”
“Eoh, Yuri-ssi? Wasseo?” Sambar suara yang telah lama ingin didengar oleh Yuri selama ini, Onew. Dengan sigap dan memperbaiki posisi berdirinya Yuri langsung memalingkan wajahnya ke arah sang pemilik suara bass itu.
“Onew-ssi!” Tak lupa Yuri mengembangkan senyumnya selebar mungkin khusus diperuntukkan untuk Onew.
“Naiklah! Dia tamuku.” Titah Onew pada Taemin.
“Ne, aegesumnida!” Jawab Taemin dan langsung berlalu meninggalkan Yuri juga Onew bersua saja.
“Darowa, Yuri-ssi!” Ajak Onew pada Yuri yang langsung berjalan dengan memimpin di depan Yuri. Mereka menuju ke dapur hendak membuatkan 6 gelas kopi.
“Lee Jinki?” Tanyanya sambil mengaduk gelas kopi perlahan.
“Ne. Nuguseo?” Tanyaku penasaran dengan menatap penuh wajahnya.
“Nae…”
“Hyung! Mana kopinya? Lama betul.” Tiba-tiba saja seseorang memotong jawabannya. Untuk kedua kalinya aku belum mendapatkan jawaban yang pasti.
“Whoa? Yeojaga!” Seru namja bertubuh tinggi dan proporsional itu. Senyumnya lumayan manis, tapi masih belum semanis Onew-ssi. Aku pun terkekeh sendiri.
“Ne. Annyeong haseyo!” Sapaku seraya membungkukkan tubuhku memberi hormat.
“Ne. Annyeong haseyo!” Balasnya.
“Lama, ya? Mianhae.” Ujar Onew-ssi dengan membawa senampan kopi cappuchino.
“Biar aku saja yang membawanya, hyung!” Pinta pria bertubuh tinggi itu dan langsung mengambil alih nampan dengan sigapnya. “Semuanya sudah menunggumu sejak tadi. Apa kau sudah setua itu, hyung? Sampai-sampai membuat kopi saja butuh waktu sejaman.” Ejeknya bertuju pada Onew-ssi. Tapi aku heran, kenapa dia dan Taemin memanggilnya hyung? Apa mereka masih ada hubungan saudara? Mungkinkah ini hari berkumpulnya mereka? Jangan-jangan aku datang di hari yang salah? Terlebih lagi ada Taemin yang tak ingin kulihat saat ini. Oh… mendadak aku jadi panas dingin sekarang.
“… Yuri-ssi?” Panggil Onew-ssi menyadarkanku dari lamunanku.
“Iye!” Sahutku spontan.
“Gwaenchanie?” Tanyanya sepertinya mengkhawatirkanku.
“Ne?”
“Ah, daritadi kau kupanggil tapi tak menjawab. Apa kau baik-baik saja Yuri-ssi?”
“Gwaenchanayo! Mianhaeyo, Onew-ssi. Sepertinya aku agak lelah karena sepulang kerja aku langsung kesini.
“Dan belum makan, benar?”
Bagaimana bisa dia mengetahuinya? Apa wajahku terlihat sangat menyedihkan baginya?
Satu-persatu anak tangga kususuri hingga akhirnya kami berhenti di depan pintu berwarna putih yang terdengar agak ramai dari dalam. Onew-ssi membuka pintu dan kami bertiga langsung memasuki kamar tersebut.
Tampak tiga orang tengah bersenda gurau dengan riangnya. Ada yang duduk di sofa, ada yang duduk di ambang kendela, dan orang yang kukenal, Taemin tengah berbaring di lantai yang beralaskan permadani .
“Finally!” tukas orang yang berpakaian agak rempong dengan assesoris bandana pita bercorak polkadot warna hitam-putih. Dia yang duduk di ambang jendela yang menyadari kedatangan kami karena posisinya yang menghadap langsung ke arah pintu yang baru kami lewati.
Mendengar cletukan bernada menyebalkan itu sama sekali tak mempengaruhi Onew-ssi. Dia justru tersenyum kecil tanpa berkata apa-apa.
“Oh, hyeong… kupikir kau sudah pikun sampai-sampai lupa jalan pulang. Aku barusaja meminta Taemin agar menjemputmu di minimarket. Kudengar ada tamu. Benarkah?” Kali ini orang yang bergaya rambut harajuku dengan warna gold yang menyindir Onew-ssi.
“Ya, geumhanhae!” Akhirnya dia berani mengeluarkan unek-uneknya. Bagus Onew-ssi.
“Jadi kau tamunya?” Tanya si harajuku, lagi.
“A-a-annyeong haseyo! Kwon Yuri imnida” sapaku pada semuanya. Dan hanya Taemin yang tak memperdulikanku saat ini.
“Oh, Yuri-ssi. Aku Key.”
“Dan aku Jonghyun.”
“Aku tak perlu memperkenalkan diri lagi, kan?” Sambar Taemin yang sibuk memainkan game di ponselnya.
“Aku Choi Minho.” Sambarnya sambil membagi rata gelas kopi.
“Kajja!” Ajak Onew-ssi yang menggiringku ke sofa yang bersebelahan dengan Jonghyun-ssi.
“Kau siapanya pak tua ini?” Tanya Key penasaran dan langsung beranjak dari tempat dudukny semula lalu dengan kasar menyerobot di tengah-tengah antara aku dan Jonghyun-ssi.
“Ya! Sopanlah sedikit!” Protes Minho yang menghentikan seruputannya.
“Na-nareul… temannya Onew-ssi.” Jawabku gugup.
“Chingu? Kupikir kau pacarnya.” Sahut Key dan langsung meninggalkan sofa setelah Jonghyun-ssi mendorongnya paksa dengan kakinya.
“Kami belum lama ini berkenalan.” Sambar Onew-ssi tiba-tiba. Ia langsung duduk di depan kanvas kerjanya dan melanjutkan lukisannya yang tertunda.
“Ne, geurom!” Anggukku memebenarkan.
Saat itu kami semua berbincang bersama. Rupanya di antara mereka berlim, Onew-ssi adalah yang tertua usianya. Sedangkan Taemin yang termuda. Setelah lama tak berkumpul, akhirnya mereka memutuskan untuk berkumpul bersama lagi.
Obrolan berlanjut hingga malam. Setelah makan malam denganchicken pop, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Seperti biasa, Onew-ssi selalu tak pernah lupa untuk mengantarku sampai ke pintu mobil. Namun tak seperti biasanya, malam itu adalah malam bersejarah untukku.
“Apa kau senang hari ini, Yuri-ssi?” Tanyanya dengan wajah sungkan. “Maafkan teman-temanku, ya. Mereka memang sering ribut.” Tambahnya.
“Anni. Aku senang. Aku bisa mengenal teman-temanmu.”
“Jinjayo?”
“Eoh.” Aku pun tersipu malu. Setelah pintu mobil kubuka, aku langsung masuk. Tapi saat aku hendak duduk, tiba-tiba saja tubuhku terhuyung sesaat karena tertarik oleh genggamannya dengan sangat kencang.
Grab!
Dengan wajah yang spontan kaget dan tak berkutik, wajah Onew-ssi berada sangat dekat denganku. Bahkan tak ada jarak 1 mili pun. Tentu saja, seketika itu dia mencium bibirku. Aku seperti tak sadarkan diri. Melambung tinggi bersama perasaanku yang sangat bahagia. Tanpa penolakan aku pun menyambut bibirnya dengan lembut.
“Whoa??? Daebak! Akhirnya Appa melakukan serangannya. Hihihi… kupikir hubungan kalian akan terus membosankan. Ckckck…”
Setelah beberapa saat perasaan kami saling membaur dalam dunia lain, akhirnya kami mulai tersadar. Merasa sama-sama malu dan bersikap salah tingkah. Dengan cekatan aku mengambil kemudiku lalu berpamitan dan bergegas meninggalkannya.
Sepanjang perjalanan pulang aku selalu terbayang dengan kejadian yang barusaja terjadi padaku.
“It is… my firs kiss…”
Saking senangnya melompat-lompat di atas tempat tidurku. Kegirangan sekaligus bertanya-tanya.
“Apakah dia benar-benar menyukaiku atau itu karena dia mabuk?”
Ya, malam itu adalah malam yang sangat mendebarkan untukku. Kuharap dia melakukannya dengan sadar. Karena aku tak ingin menjadi tempat pelampiasan untukknya saja dari kaleng-kaleng minuman itu.
“Selamat malam, Onew-ssi!”
***TBC***