home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Wolf Are Growling

Wolf Are Growling

Share:
Author : kyo_chan0629
Published : 13 Apr 2016, Updated : 03 Aug 2016
Cast : Han Seungrin | Seungrin (OC), Wu Yifan | Kris (Actor/Soloist),, Xi Luhan (Actor/Soloist), EXO member
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1397 Views |0 Loves
Wolf Are Growling
CHAPTER 7 : Heart Attack

Disclaimer

Terinspirasi dari MV EXO Wolf & Growl drama ver. Jadi cerita berdasarkan pada MV tersebut.

Para artis milik Tuhan, keluarganya, diri mereka sendiri dan agensi. OC milik saya pribadi. Cerita murni hasil imaginasi –liar- otak saya. Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh oc, alur, latar belakang, maupun cerita secara keseluruhan.

Saya tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari cerita ini. Semua cerita hanya untuk kesenangan semata. Hak cipta dari cerita ini milik saya pribadi.

 

Mohon maaf untuk segala bentuk kesalahan penulisan (typo), baik dalam segi pemilihan kata, ejaan, maupun tanda baca.

Butuh banyak masukan.

 

Happy reading my beloved readers ^_^

 

DON’T BE PLAGIARISM!!!

https://thehouseoffiction.wordpress.com/

 

            “Kau tidak masuk dulu?” Sohee dan Luhan baru saja kembali dari acara jalan-jalan malam mereka.

            Luhan menggeleng, “Masuk lah. Aku pulang.” Lalu melambaikan tangan dan beranjak dari rumah Sohee setelah ia memastikan gadis itu masuk terlebih dulu.

            Baru beberapa langkah ia merasa ada yang mengikuti langkahnya. Luhan terdiam, lalu berbalik dengan cepat...

Tidak ada siapapun. Ah, hanya perasaanku saja.

            Luhan kembali melangkah, namun perasaan itu kembali datang. Ada yang mengikutinya. Ia mengambil langkah cepat, lama-lama ia mulai berlari. Benar saja, beberapa orang mengikutinya.

 

*Wolf Are Growling*

 

            Kris menutup teleponnya. Apa yang dikatakan Seungrin beberapa bulan lalu terbukti sekarang. Para ‘pemburu’ itu masih mengikuti Luhan, meski lelaki itu bukan bagian darinya lagi.

            Dalam sunyi Kris terus mengikuti kemana Luhan dan para ‘pemburu’nya berlari.

            Di persimpangan selanjutnya ia dapat melihat bayangan Seungrin. Ia sangat bersyukur dalam hati gadis itu masih mau mengangkat teleponnya, bahkan memenuhi panggilannya untuk datang, setelah apa yang terjadi. Tadi Seungrin langsung melesat dari asrama begitu mendapat panggilan dari Kris.

            “Berapa orang?” Tanya-nya saat sudah berdampingan dengan Kris.

            “Tadi tujuh, dan sekarang sudah tiga belas. Mungkin akan bertambah lagi di depan.” Terang Kris.

            “Semakin banyak saja.” Gumam Seungrin, yang dijawab anggukan.

            “Sebaiknya kau lewat atas. Aku akan mengikuti dari sini. Kurasa akan lebih efektif.” Pinta Kris.

            “Baiklah.” Dan dalam sekejap Seungrin sudah berlari di antara atap rumah-rumah yang berderet sepanjang jalan itu.

 

*Wolf Are Growling*

 

            Luhan mengumpat, ia telah salah mengambil jalan dan berakhir di depan gedung tua yang sudah lama tak terpakai. Ia ingat tempat itu, tempat dimana ia dan sepuluh teman-teman sekelasnya –yang Chanyeol sebut ‘geng’- berkelahi demi menyelamatkan Sohee dan berakhir dengan dirinya yang pingsan.

            Dibalik penerangan yang remang-remang dari perapian di dalam gedung, Luhan dapat melihat beberapa orang disana. Seorang yang tengah duduk di satu-satunya sofa yang ada disana langsung berdiri dan menurunkan maskernya.

            “Lama tak berjumpa, boy!” Seru lelaki itu dengan senyum mengerikan.

            “Apa lagi yang kau inginkan?!” Luhan maju, tak gentar walalu orang-orang yang mengejarnya mulai mengelilinginya.

            “Saudaramu!” Seru lelaki itu lagi, yang disahut tawa kelompoknya.

            “Saudara? Jangan berbicara yang tidak-tidak! Aku tidak punya saudara!” Sahut Luhan.

            “Bagaimana... dengan mereka?” Lelaki itu menunjuk pintu dimana tadi Luhan masuk dengan dagunya.

            Mata Luhan memicing, mengamati dua sosok yang berdiri di ambang pintu dengan cermat. Kris? Seungrin? Dan berbagai pertanyaan mulai memenuhi kepalanya.

 

*Wolf Are Growling*

 

            “Berhenti!” Perintah Kris. Seungrin hampir saja terperosok kalau-kalau kontrol akan tubuhnya tak bagus.

            “Kenapa?!” Ia kesal karena Kris seolah memperlambatnya.

            “Dari sini perlahan saja. Atau semuanya akan sia-sia.” Kris menjelaskan datar.

            “Aku tidak mengerti Kris! Sebentar lagi bulan sempurna! Jika kita terlambat satu detik saja semuanya akan jauh lebih sia-sia!” Lalu dengan cepat Seungrin melesat menuju gedung tua dihadapannya.

            Kris mendecih, lalu menyusul Seungrin kemudian.

 

*Wolf Are Growling*

 

            “Mereka bukan saudaraku!” Bantah Luhan.

            Seungrin tertohok dengan perkataan Luhan barusan. Jadi, kau benar-benar lupa?! Kemudian tersenyum miris.

            “Begitukah? Hati-hati dengan perkataanmu boy! Mereka bisa sakit hati karena perkataanmu barusan!”  Gelegar tawa menyahut perkataan lelaki itu.

            “Cepat katakan saja apa maumu?! Dan kalian!” Luhan menunjuk Kris dan Seungrin, “Kembalilah! Ini bukan urusan kalian!”

            Kris terdiam, tanpa disadarinya Seungrin telah mengambil langkah lebih jauh memasuki gedung itu, menuju Luhan.

            Lelaki yang paling dekat dengan Luhan reflek mengarahkan tendangannya pada Seungrin, namun gadis itu bisa menghindar sekaligus membalas perlakuan lelaki itu dengan baik. Luhan terkesiap, namun tak ada waktu untuk kekagumannya akan gadis itu, karena dua puluh satu lelaki yang ada disana mulai menyerang mereka berdua, bahkan Kris juga. Pertarungan yang tak berimbang itupun berlangsung.

 

*Wolf Are Growling*

 

            Secepat mungkin Kai dan sembilan yang lainnya berlari menuju tempat yang masih berbentuk sebuah bayangan samar dalam kepalanya. Setelah menerima telepon panik dari Sohee, Kai tak pikir panjang lagi untuk memenuhi keinginan gadis itu. Membantu Luhan.

            Dalam telepon penuh kepanikan itu Sohee mengatakan bahwa beberapa orang mengikuti Luhan, dan dirasanya para ‘pengikut’ itu akan membahayakan kekasihnya.

 

            Selama perjalanan itu D.O terus saja menatap punggung Kai yang berlari paling depan. Ia tahu, lelaki tan berwajah datar itu masih menaruh rasa pada Sohee, meskipun lelaki itu sudah mengatakan bahwa ia sudah melepaskan gadis manisnya setahun lalu.

            “Apa yang kau amati?” Bisik Suho yang berlari tepat disampingnya.

            “Si tan itu masih saja.” Gerutu D.O yang sebenarnya didasari rasa khawatir.

            “Bukan Kai kalau tidak begini.” Sahut Suho.

            “Untuk apa dia membahayakan dirinya kalau ia tak suka lelaki itu?!” D.O benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran teman sejak SMP nya itu.

            “Mungkin... Seungrin?” Ucapan asal Suho menarik perhatian D.O.

            “Maksudmu?” D.O terus berlari sambil sesekali menatap Suho.

            “Disana bukan hanya ada Luhan saja. Tapi Seungrin dan Kris juga.” Terang Suho.

            Ah begitu ya. Senyum simpul menghiasi wajahnya kemudian.

 

*Wolf Are Growling*

 

            Sesampainya disana, perkelahian tak berimbang itu masih terus berlanjut. Meskipun mendapat beberapa pukulan telak, para ‘pemburu’ itu tak semudah itu ditumbangkan. Semuanya masih mampu untuk bangkit dan kembali bertarung.

            Dalam perkelahian, Luhan dapat melihat sembilan sahabatnya datang. Ia benar-benar bersyukur akan hal itu. Dan hal ini membuatnya sedikit lengah, sebuah besi panjang siap menghantam wajahnya jika saja sebuah tangan yang lebih kecil dari miliknya tak menggenggamnya dan menariknya hingga jatuh terlentang.

            Seungrin, ia berada di atas Luhan sekarang. Matanya berkilat merah. Luhan terkesiap, terlalu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya yang terbanting keras ke lantai, tatapan menusuk dari iris Seungrin yang tiba-tiba memerah, semuanya terjadi begitu cepat. Dan yang tak di mengerti saat tangan Seungrin menggenggam pergelangan tangannya erat, dan setetes air mata lolos tepat sebelum gadis itu jatuh diatasnya. Ada ap-? Pertanyaan dalam benak Luhan tak pernah terselesaikan.

 

            Kris melihat itu semua, walau gerakannya cenderung cepat, namun Kris dapat melihatnya dengan baik. Seungrin telah melakukannya, ritual pembalikan itu telah berlangsung. Sempurna, se-sempurna bulan purnama malam itu yang menyinari tubuh Seungrin dan Luhan dari celah atap gedung yang berlubang.

            Kris tak dapat menahan dirinya lagi. Setelah irisnya yang berubah merah, tanda berpendar biru pada punggung tangannya menyala, lalu taring tajam dan kuku runcingnya mulai memanjang. Ia, menggeram sebelum akhirnya menumpaskan sisa ‘pemburu’ yang tak sanggup ditangani sepuluh lelaki yang baru saja menolong mereka. Habis, tak bernyawa.

 

*Wolf Are Growling*

 

            Luhan tercekat, berbagai kejadian yang begitu panjang berkelebat cepat dalam ingatannya seperti sebuah film yang di putar cepat bersamaan dengan jatuhnya tubuh Seungrin diatasnya.

            Luhan sama dengan Kris dan Seungrin sebelum ia akhirnya kalah dalam pertarungan yang persis sama seperti hari ini. Demi Sohee, gadis yang seharusnya tak boleh dicintainya. Setetes air mata Sohee menghapus siapa dirinya yang sesungguhnya dan mengubahnya menjadi manusia seutuhnya, sekaligus menghapus segala ingatan tentang dirinya sesungguhnya. Serigala yang tak boleh memiliki perasaan pada manusia manapun, perasaan yang justru membuatnya rela mengorbankan apapun.

 

*Wolf Are Growling*

 

            Kai dan sembilan lainnya membatu, disekelilingnya bergelimpangan lelaki-lelaki penyerang itu, dengan kubangan darah disekitar tubuh masing-masing.

            Kris... bukan manusia. Begitu juga Seungrin, dan Luhan.

 

            Kris masih dalam posisi bertahannya, siap menyerang siapapun yang mencoba menyentuhnya ataupun Seungrin dan Luhan.

            Perlahan, Kris kembali melirik pada Seungrin dan Luhan yang masih belum merubah posisinya. Dari sana Kris dapat melihat aliran sungai kecil dari ujung mata Luhan.

            “Kau seharusnya mengatakan saja yang sebenarnya BODOH!” Teriak Luhan diakhir kalimatnya. Ia memeluk gadis diatas tubuhnya erat-erat.

            Kris bangkit. Taring tajam dan kuku runcingnya menghilang, begitu juga tanda berpendar biru dan iris merahnya. Perlahan ia berjalan mendekati Luhan dan Seungrin. Menyentuh tubuh Seungrin begitu perlahan, takut sentuhannya mampu menghancurkan tubuh gadis itu.

            Dengan kasar Luhan menepis tangan Kris, lalu susah payah bangkit dan menggendong Seungrin.

            Jeritan diujung ruangan itu menyadarkan sepuluh lelaki yang masih membatu disana, sekaligus menarik perhatian Luhan dan Kris.

            Sohee berada disana, berjongkok sembari menutup mulutnya dan bulir-bulir air mata mulai menganak sungai di pipi mulusnya.

            Tanpa memperdulikan jeritan Sohee, Luhan mulai berjalan, terus, hingga sebuah lengan kekar mencengkram bahunya erat.

            Luhan mendelik kasar. Kai yang mencengkram bahunya. Iris Kai sama merahnya dengan iris Luhan, dan Luhan tak mengerti itu. Mereka terus saja bertatapan, hingga Kai membuka suara lebih dulu.

            “Berikan padaku!” Kai menyodorkan kedua tangannya, siap menerima Seungrin dari gendongan Luhan. Namun Luhan tak bergerak sedikit pun.

            “Bawa Sohee! Bukan dia!” Tegas Kai. Seolah baru tertarik dalam realitas, Luhan memberikan Seungrin pada Kai –walau dengan berat hati.

            Dan dengan langkah gontai Luhan berjalan menghampiri Sohee.

 

~To Be Continued~

 

DON’T BE PLAGIARISM!!!

https://thehouseoffiction.wordpress.com/

 

R&R please ;;)

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK