home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > When My Female Fan Met Her Boyfriend

When My Female Fan Met Her Boyfriend

Share:
Author : Maisaveron
Published : 11 Apr 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Jimelsa Anatasha (OC) , Nam Joo Hyuk = Alvaro Gomer Jianheeng, All Member Infinite, Kim Mi Ra
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |54162 Views |0 Loves
When My Female Fan Met Her Boyfriend
CHAPTER 2 : Black Day

***

Spesial, karena besok adalah tanggal 14 April, maka saya memposting capter terbaru dari 'Fangirl Edan!' dengan judul Black Day. Happy Black day All, Makan Jajamyeon gratis yuk di Mujigae semua outlet! syaratnya kamu cuma harus pakai baju hitam ke Mujigae Resto, promo ini hanya berlaku besok saja. 14 April 2016 di Mujigae. Happy reading yoah!

 

***

 

 

Keadaan rumah pada siang itu tergolong sepi, Ibu Julia sedang bekerja, Jilsa sedang sekolah dan Bapak Julia sedang mengajar. Julia hanya menatap layar laptopnya, menonton kembali vearity show Infinite yang sudah ia tonton ratusan kali. Suara pintu berderit membuat Julia terkejut.

‘Julia, kamu siap – siap. Temani Bapak ke rumah teman bapak’ perintah Bapak Julia yang membuka pintu kamar anaknya.

‘Tumben banget, mau ngapain?’ tanya Julia.

‘Sudah ikut saja, Bapak tunggu di mobil’ ucap Bapak Julia yang menutup pintu kamar anaknya. Julia mematikan laptopnya dan bergegas untuk menganti bajunya. Julia kembali bercermin, ia melihat pantulan dirinya di depan cermin untuk memastikan kalau penampilannya tidak ada yang aneh.

‘Kita mau kemana, Pak?’ tanya Julia sekali lagi saat berada di mobil. Ia merasa ada sesuatu yang aneh terjadi kepada Bapaknya. Yang di tanya hanya berdiam diri dan memfokuskan dirinya untuk menyetir mobil. Julia tercengang ketika mobil yang Bapaknya kendarai sampai di depan tempat pratek seorang dokter psikolog.

‘Bapak mau ke psikolog? Kenapa? Bapak mau cerai sama Ibu?’ tanya Julia.

‘Ngawur kamu! Bapak mau periksa kamu ke Psikolog, siapa tau kamu beneran gila’ ucap Bapak Julia yang membuka sabuk pengaman dan berniat untuk turun dari mobil.

‘Pak, aku sehat. Aku enggak gila’ Batah Julia dengan rengekan.

‘Kamu emang sehat, tapi jiwa kamu yang sakit’ sahut Bapak Julia.

‘Aku gak mau di periksa, pokoknya gak mau’ tolak Julia kukuh.

‘Pilih di periksa sama Psikolog atau pilih enggak di akui anak sama Bapak?’ mendengar ucapan Bapak, Julia segera turun dari mobil dan mengikuti langkah kaki Bapaknya dari belakang. Bapak mendatangi meja receptionist, setelah beberapa menit Bapak menyuruh Julia untuk masuk ke ruang psikolog.

‘Selamat siang, Julia’ sapa Psikolog dengan senyum yang hangat, Julia membalasnya.

‘Saya adalah Gisha, silahkan duduk’ Bu Gisha mempersilahkan Julia untuk duduk di sofa berwarna biru. Mereka berdua duduk berhadap – hadapan.

‘Saya enggak tau kenapa saya di suruh bertemu dengan Ibu Gisha, Bapak bilang saya perlu konsultasi kejiwaan dengan Ibu’ Ucap Julia yang membenarkan posisi duduknya yang kurang nyaman.

‘Betul, Bapak mengatakan kalau kamu sudah lebih dari dua tahun ini kamu sering bertingkah aneh, sering tertawa sendiri, menangis sendiri lalu sering teriak – teriak tidak jelas’ jelas Bu Gisha, Julia mengerutkan keningnya yang tak pegal, ia merasa kalau kini ia dan Bapak sedang di terpa sebuah masalah.

‘Gini, aku pada awalnya tidak suka Kpop tapi saat di Bali aku bertemu dengan teman baikku. Ia mengenalkanku seorang Idol yang sungguh luar biasa dan aku bangga dengan Idol-ku. Namun, beberapa tahun belakangan Bapak gak suka dengan Idol-ku, beliau bilang Idol-ku seperti banci, idol-ku bukan laki – laki dan sebagainya. Aku mulai tidak mengerti Bapak, beberapa hari yang lalu ia merobek poster Idol-ku dan membuat aku harus memesan kembali ke Korea’ jelas Julia yang menyandarkan tubuhnya di sofa.

‘Lalu? Bagaimana perasaan kamu kepada idol kamu?’ tanya Bu Gisha. Julia sejenak terdiam, ia memikirkan sesuatu.

‘Aku tidak tau, satu – satunya orang yang aku support sekarang hanya dirinya. Aku bahkan rela mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk beli Albumnya, untuk pergi ke Korea bertemu dengan dirinya. Aku merasa nyaman saat aku berbicara sendiri di depan posternya, aku merasa kalau ia bisa mendengar semua keluhanku walau sebenarnya tidak’ Julia sejenak terdiam.

‘Apa kamu sudah bertemu dengannya secara dekat?’ Julia menganguk menjawab pertanyaan Bu Gisha.

‘Beberapa kali aku terlibat percakapan olehnya, aku sangat menyukaiinya. Dia begitu baik dan begitu tulus ke semua orang’ jelas Julia.

‘Wow, hebat. Apa kamu pernah merasa dek-dekan saat berbicara dengannya?’ Julia memijat dagunya, ia sedikit memejamkan mata untuk mengingat saat bertemu Woohyun.

‘Tidak, aku hanya senang. Aku ingin sekali mencubitnya karena ia sangat lucu, tapi itu tidak aku lakukan demi keselamatannya. Aku sering pingsan ketika terlalu senang saat bertemu dengan dirinya’ ucap Julia.

‘Apa kamu pernah trauma masalah cinta?’ Julia terdiam, untuk beberapa menit Julia terdiam.

‘Julia bilang juga apa, Julia itu sehat’  oceh Julia saat ia memasuki mobil. Bapaknya duduk di jok pengemudi lalu mengemudikan mobil menuju rumah.

‘Bapak heran, kenapa Ibu Psikolog bilang kalau kamu waras? Padahal kamu sering teriak – teriak enggak jelas saat ngeliat Uyon, lalu kamu suka ngomong sendiri sama poster, kamu juga suka berlebihan menangapi sesuatu’ ucap Bapak dengan heran.

‘Bapak harus terbiasa dengan Uyon, karena aku akan menikah dengan Uyon’ ucap Julia dengan percaya diri.

‘Tidak boleh, Bapak tidak akan merestukan kalau anak Bapak nikah sama Uyon. Memangnya kamu siapa? Upik Abu yang di lihat sama pangeran? Tidur masih ngiler aja mau mimpi nikah sama artis Korea’ cibir Bapak.

‘Bapak selalu seperti itu, enggak pernah restukan hubungan aku sama Uyon’ Julia mulai merajuk.

‘Yah, kamu juga berkhayal yang enggak bisa Bapak bayankan. Kamu punya pacar baik – baik seperti Miko malah di putusin, sekarang liat Miko sama Tyas hidup bahagia. Mereka nanti menikah, kamu masih elus – elus foto Uyon, eh nanti Uyon malah nikah sama yang lain’ ledek Bapak.

‘Bapak emang enggak pernah seneng liat aku seneng’ rengek Julia.

‘Seneng atuh Jul, Bapak mana yang enggak seneng liat anaknya bahagia? Tapi senangnya kamu itu harus realistis Jul, kamu harus bedakan mimpi dan kenyataan. Bapak tidak larang kamu suka sama si Uyon itu, tapi setidaknya hiduplah dengan normal’ ucap Bapak.

‘Bapak enggak pernah mengerti’ Julia pasrah dengan semua omongan Bapak.

‘Buat Bapak mengerti, gitu aja kok repot’ ledek Bapak.

Air mata yang tertahan kini meluncur dengan bebas di pipi, seakan semuanya runtuh pada siang ini, Julia tidak percaya dengan apapun yang di hadapi sekarang.

‘Kalau gitu kita putus aja’ ucap Julia menatap laki – laki yang ada di hadapannya.

‘Julia, aku enggak mau kita berakhir seperti ini?’ laki – laki itu mencoba menarik tangan Julia, namun di tepis.

‘Terus kamu maunya kita berakhir seperti apa?’ laki – laki itu terdiam, ia menunduk. Kini, apapun yang mereka bicarakan seakan menjadi Bom yang siap meledak kapanpun. Julia menghapus air matanya.

‘Julia, maafin aku. Kuliah di Jakarta enggak seperti sekolah di Jogja’ Laki – laki itu memberikan alasan.

‘Kalau kamu bilang kamu sibuk sama kuliah kamu, aku juga sibuk dengan sekolah aku, aku juga sibuk dengan kejuaraan renang yang ada di depan mata, aku sibuk dengan ujian sekolah, aku sibuk belajar untuk masuk ke Universitas terbaik seperti kamu’ Julia menujuk laki – laki yang ada di depannya.

‘Okey, maafin yah Jul’ ucap laki – laki itu.

‘Lebih baik kita putus aja. Mungkin itu jalan terbaik untuk kamu dan aku’ Julia melipat kedua tanganya di atas dada.

Ia terniang – niang dengan pertanyaan psikolog tadi siang, apakah kamu pernah trauma masalah cinta?. Julia bangun dari tempat tidurnya, itu semua hanya mimpi. Julia menelan air liurnya, saat hati dan pikirannya mulai lupa sosok laki – laki yang ada di masa lalunya, mengapa ia kini hadir kembali dalam mimpi? Julia mengenang masa sulitnya, masa di mana ia tak punya harapan hidup dan seperti hidup bagai mayat hidup.

Entah sudah berapa lama Julia berdiri di depan poster Nam Woo Hyun, seseorang yang merubah hidupnya kini. Julia hanya melipat kedua tangannya di atas dada dan melihat poster tersebut, walau ia telah melihat seribu kali poster tersebut, ia tak pernah bosan.

‘Aku harus menunggu kau memiliki pacar, dan aku ingin lihat apakah rasa sakitnya akan seperti ini?’ Julia berbicara sendiri.

‘Aku bahkan telah sabar dengan semua sikap playboy mu Nam Woo Hyun, tapi kenapa pada kenyataanya aku tidak sekuat menghadapimu’ Julia mengulas segaris senyuman saat melihat poster Woo Hyun, seseorang mengetuk pintu kamar Julia lalu masuk — Jilsa. Ia memberikan permen cotton candy ke Julia.

‘Makasih’ Julia mengambil cotton candy yang di berikan Jilsa.

‘Mbak, beneran tadi Bapak bawa Mbak ke Psikolog?’ tanya Jilsa ketika Julia memakan cotton candy sedikit demi sedikit.

‘Iya benar. Bapak hanya takut anaknya gila dan ternyata Psikolognya bilang kalau aku waras’ Jilsa menatap kakaknya yang sedang asik makan cotton candy.

‘Teriak – teriakan saat buka handpone itu waras? Lalu ngomong sendiri sama poster itu waras? Ngabisin uang buat beli sebayak ini shuff Infinite, Psikolog bilang waras? Lalu kelakuan Mbak yang ngikutin Infinite terus menerus di Korea itu adalah waras’ Julia hanya menganguk menjawab semua pertanyaan adiknya.

‘Enggak ngerti kenapa Mbak masih di bilang waras sedangkan kita semua suka ngira Mbak punya kelainan mental’ Julia memukul kepada adiknya.

‘Iya, maaf’ ucap Jilsa.

‘Ternyata penyebabnya adalah dia, alam bawah sadar Mbak tertekan tapi Mbak selalu bilang baik – baik aja. Rasa sakit hati, depresi dan kecewa yang Mbak rasakan terlampiskan dengan adanya Infinite. Psikolog bilang itu normal, tapi Mbak harus berusaha untuk pulih dari trauma tersebut’ Jilsa mengerti ‘Dia’ yang di maksud oleh Julia.

‘Udah lama juga kan Mbak? udah 4 tahun berlalu’ ucap Jilsa.

‘Iya, udah lama. Aku sampai lupa gimana rasanya senang mendengar kabarnya dia sekarang’ Julia berhenti untuk memakan cotton candy. Untuk beberapa detik kedua adik kakak itu saling berdiam, mereka berdua sama – sama memandang poster Woohyun.

‘Apa sih yang buat Mbak suka banget sama Uyon sampai aku ngerasa apa yang Mbak lakuin itu lebih dari suka’ Julia menarik sudut bibir kirinya.

‘Entahlah, Mungkin karena dia adalah Nam Woo Hyun. Jika dia bukan Nam Woo Hyun aku mungkin enggak akan menyukainya. Terkadang aku juga merasa kalau aku ini gila, ke Korea buat nonton konsernya mereka, lalu buka donasi untuk orang yang membutuhkan atas nama mereka, ketawa karena mereka dan sedikit menangis karena mereka’

‘Fangirl Edan! Orang lain suka sama Infinite cuma beli Albumnya aja. Mbak tuh sampai ke Korea, sampai kasih mereka makanan selama sebulan, lalu vote mereka terus, tetep percaya sama mereka walau apapun yang terjadi’ ucap Jilsa.

‘Itulah yang namanya mencintai, banyak memberi tanpa harus mengharapkan sebuah balasan dari mereka. Aku tau itu, aku hanya mencoba mendukung mereka tanpa berharap mereka mengenalku’ ucap Julia.

 

 

 

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK