home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > When My Female Fan Met Her Boyfriend

When My Female Fan Met Her Boyfriend

Share:
Author : Maisaveron
Published : 11 Apr 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Jimelsa Anatasha (OC) , Nam Joo Hyuk = Alvaro Gomer Jianheeng, All Member Infinite, Kim Mi Ra
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |54939 Views |0 Loves
When My Female Fan Met Her Boyfriend
CHAPTER 12 : Together

Jam menunjukan pukul lima sore, kelas hari ini telah berakhir. Alva merapihkan seluruh berkas – berkas yang ada di atas meja, lalu mematikan laptop yang ia gunakan untuk presentasi tadi.

‘Jadi lo bakal pulang ke Los Angels?’ tanya Givo — teman sekantor Alva.

‘Minggu depan kayaknya, kenapa?’

‘Oleh – oleh jangan lupa’ ucap Givo dengan senyum penuh maksud. Alva memandang wajah temanya dengan sedikit tawa, Givo memang selalu seperti itu.

‘Oh yah, Lo akan pergi sama si Jimelsa?’ tanya Givo yang mengikuti langkah Alva menunju ruang office.

‘Julia?’ tanya Alva yang meletakan barang – barangnya di Office lalu duduk di kursinya, Givo duduk di samping Alva.

‘Enggak, gue lagi punya hubungan yang enggak enak sama Julia’ ucap Alva.

‘Kenapa? Kalau pacaran emang begitu, cewek minta di mengerti dan cowok gak begitu mengerti spesies bernama cewek’ ucap Givo dengan tawa.

‘Dia bukan pacar gue’ Alva menatap wajah temannya itu dengan datar.

‘Okay kalau gitu, sekarang coba lo cerita apa yang buat kalian berdua berantem?’ Givo memajukan tubuhnya ke meja lalu memopang dagunya dengan sebelah tangan.

‘Jadi gue ngerasa kayak dia manfaatin gue gitu.  Setiap kita ketemu sama mantannya, dia selalu gandeng tangan gue’ ucap Alva, Givo membetulkan duduknya.

‘Yang berfikir dia manfaatin lo siapa?’

‘Gue’ Alva menujuk dirinya sendiri.

‘Mungkin aja dia enggak manfaatin lo, mungkin aja dia berlindung di balik tangan lo. Udah lah Jian, lo jangan ambil kesimpulan sendiri dari pemikiran lo, siapa tau pemikiran lo salah’ Alva terdiam sejenak mendengar perkataan Givo.

‘Yah udah lah, gue ada kelas lagi nih. Lo baik – baik sama Julia’ ucap Givo yang berniat pulang dan meninggalkan Alva sendirian di Office.

Julia berjalan menuju sebuah ruang Office yang berada di lantai atas sebuah hotel ternama yang ada di Jakarta. Sore ini Julia memakai sebuah baju terusan tanpa lengan dengan motif gelombang bunga dan di padu dengan blazer berwarna hitam. Slop berhak runcing menemani langkah Julia menuju ruang Office Direktur HRD di hotel tempat Julia melamar pekerjaan. Setelah sampai di depan pintu ruang office, Julia mengetuk pintu tersebut dan masuk kedalam ruangan tersebut setelah di persilahkan. Di ruangan yang kecil tersebut, Julia akan melakukan Interview bukan dengan direktur HRD, namun  dengan seorang General Manager yang bekerja di hotel tempat Julia melamar kerja.

‘Kamu bisa bahasa Korea? Apa kamu pernah ke Korea?’ tanya Pak Dias selaku GM di sana.

‘Saya pernah tinggal di Korea selama sebulan, selebihnya saya hanya traveling ke Korea’ ucap Julia.

‘Wah, bagus sekali. Istri saya mau ke Korea, mungkin bulan Juli atau agustus. Bisa kamu temanin istri saya selama di Korea?’ Julia menelan air liurnya.

‘Saya Pak?’ tanya Julia untuk menyakinkan.

‘Iya kamu, siapa lagi? Oh yah, jika kamu di terima, kamu akan siap kerja kapan?’ tanya Pak Dias yang membuka file biodata Julia.

‘Awal bulan Juni, Pak’ Ucap Julia.

‘Baiklah, tunggu kabar gembira dari saya besok’ ucap Pak Dias. Julia bangkit dari duduknya, ia bersalaman dan mengucapkan terimakasih kepada Pak Dias, Julia keluar dari ruangan tersebut.

Di saat semua karyawan yang ada di kantor pulang, Julia harus tetap menyelesaikan pekerjaanya yang menumpuk. Memutuskan untuk keluar dari Hotel tempat ia bekerja bukan suatu hal yang mudah.

‘Ah, aku benci rasa tidak enak ini’ gumamnya pelan. Julia menyandarkan tubuhnya di kursi putar yang ia duduki. Ponselnya berdering, tanda seseorang menelponnya.

‘Selamat sore, Julia speking’ ucap Julia yang menempelkan ponselnya ke teliga.

‘Selamat siang Mbak Julia, saya mau menginformasikan kalau Mbak di terima bekerja di Hotel Mandarin. Sesuai dengan perjanjian, Mbak Julia akan bekerja di Hotel kami mulai tanggal satu bulan Juni. Berikut informasi yang dapat saya sampaikan’ ucap seorang wanita yang menelpon Julia.

‘Terimakasih atas informasinya, Mbak’ Julia menutup telepon dengan perasaan senang. Julia berteriak setelah mendapatkan telepon dari hotel tempay ia melamar kerja. Julia dapat bernafas lega saat ini

‘Mbak pernah nyesel enggak cerai dari suami Mbak?’ Julia menatap kosong taman rumah sakit.

‘Hemmmmmm..’ Dhilsafa megoyangkan kakinya di bangku taman, sejenak ia berfikir tentang pertanyaan Julia.

‘Tidak, aku malah bersyukur’ ucap Dhilsafa dengan sebuah senyuman, Julia menengok kearah Dilshafa.

‘Bukannya Mbak dulu sangat sedih cerai sama suami Mbak?’

‘Iya, yang orang – orang liat itu. Tapi kata dokter beda, aku tertekan karena teman – teman ku selalu menceritakan suami mereka, dan selalu mengandeng suami mereka. Sedangkan aku tidak, aku tidak memiliki hubungan yang baik dengan suami aku saat kami berdua tidak memiliki anak’ ucap Dilshafa, kali ini ia lebih nyaman menceritakan tentang dirinya, bahkan tersenyum.

Setalah mengikuti terapi dalam waktu lama dan terus menerus, Dhilsafa dapat kembali pulih. Ia juga dapat menjalankan aktifitasnya tanpa tekanan dari siapapun.

‘Karena mantan suami aku, aku ngerasain yang namanya patah hati, ngerasain sulitnya move on dan berpindah kelain hati. Kalau enggak karena suami aku, mana mungkin aku kenal Dokter Yoga’Julia tersenyum melihat Dhilsafa, Dokter Yoga pujaan hati Dhilsafa yang membuat ia kembali pulih.

‘Aku ngerasa kalau aku belum bisa tersenyum iklas saat melihat dia tidak bersama aku lagi’ ucap Julia yang memalingkan pandanganya ke depan, ia melihat taman rumah sakit dengan sebuah senyuman.

‘Kamu hanya perlu lepaskan secara iklas, perlahan kamu akan terbiasa dengan dia yang tidak lagi ada di sisi mu’ ucap Dhilsafa. Julia mengambil tasnya yang di letakan di sampingnya dan berdiri untuk menantap Dhilsafa.

‘Aku pulang dulu’ pamit Julia. Ia pergi meninggalkan taman rumah sakit dan berniat untuk pulang ke apartemen barunya. Ia berjalan melewati koridor rumah sakit, ia berpapasan dengan adik Dhilsafa — Alva. Mereka sama – sama pura – pura dan mengenal satu sama lainnya, saat Alva berpapasan dengan Julia, Alva menarik tangan Julia hingga tubuh Julia berdiri di depan tubuh Alva. Julia mendongakan kepalanya, menatap Alva yang begitu tinggi.

‘Aishhh, kenapa kamu keras kepala sekali’ gerutu Alva, Julia hanya dia.

‘Baiklah, aku minta maaf’ ucap Alva dengan sebuah senyuman.

‘Jangan sok tampan depanku’ cibir Julia, Alva membulatkan kedua matanya ketika Julia beranjak pergi dari hadapannya. Gadis itu, bahkan ia mampu membuat Alva kesal dan bahagian dalam saat bersamaan.

Julia mengengam segelas coffee yang tadi ia beli, ia membetulkan pangkal kacamatanya lalu berjalan menuju ruang tunggu. Sebentar lagi pemberitahuan penumpang untuk memasuki pesawat akan di umumkan, Julia duduk di ruang tunggu sambil memandang paspor yang ia pegang.

Hampir setahun tidak bertemu dengan Infinite membuat dirinya gila, ia bahkan tidak dapat membendung rasa bahagianya. Ia berharap kalau ia bisa melihat Infinite secara dekat, walau mereka tidak menyadari kehadiran Julia. Julia berdiri ketika ada pengumuman kalau penumpang yang akan terbang ke Seoul di perbolehkan untuk masuk kedalam kabin pesawat. Julia mengengok ke belakang, ia melihat seseorang berdiri tak jauh darinya.

‘Oh my god, ngapain si sinting itu ada di sini?’ keluh Julia dalam hati, ia segera berjalan cepat menuju kabin pesawat.

‘Julia..’ Panggill laki-laki itu, semakin laki – laki itu memanggil Julia, semakin Julia mempercepat langkah kakinya. Julia masuk ke dalam kabin pesawat dengan langkah tergesah – gesah. Ia berharap kalau laki – laki itu tidak satu pesawat dengannya. Julia mencari nomer bangku yang tertera sesuai dengan yang ada di tiket, ia duduk di dekat jendela pesawat. Julia mengendarkan pandanganya, melihat kerlap – kerlip lampu yang indah.

‘Pemandanganya cantik kan?’ Julia menengok kesampingnya, Miko telah duduk dengan sebuah senyuman yang manis.

‘Apa kamu hantu?’ tanya Julia, Miko menatap gadis yang duduk di sampingnya dengan wajah datar.

‘Kalau aku setan, lalu kamu apa? Mantan setan?’ gumam Miko dengan wajah datar. Julia memalingkan pandanganya ke jendela pesawat. Mereka berduan saling berdiam diri, Julia mengurungkan niatnya untuk bertanya sedang apa Miko di sampingnya? Julia menyandarkan tubuhnya lalu mencoba untuk tidur, pesawat akan sampai di Seoul besok pagi.

Miko menyandarkan tubuhnya ke kursi pesawat, ia menyibukan dirinya dengan membaca majalah hingga matanya lelah. Miko menengok ke samping, Julia telah tertelap pulas dengan kepala yang bersandar ke jendela pesawat. Miko mengulas sebuah senyum melihat Julia terlelap di sampingnya. Miko mendekatkan dirinya ke Julia, dengan hati – hati Miko menyelipakan bantal di kepala Julia agar kepala Julia tidak sakit bersandar terlalu lama di jendela pesawat.

‘Harusnya aku tidak pernah melepaskanmu’ gumam Miko dengan suara pelan. Miko kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi pesawat dan berniat untuk tidur.

2007 (Miko Julia pacaran)

Matahari mulai menujukan sinarnya, sekolah semakin riuh saat istrihat kedua. Di istirahat kedua, biasanya di gunakan untuk ibadah, mengobrol atau ke perpustakaan untuk memijam buku.

‘Jul, nanti sehabis pulang sekolah kemana?’ tanya Miko saat Julia lewat di depan kelasnya, Miko mengajak Julia untuk bicara sedikit menjauh dari kelasnya.

‘Pulang, besok kita ada latihan renangkan Kak?’ ucap Julia.

‘Iya benar. Oh yah, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat pas pulang sekolah nanti, apa kamu bisa?’ tanya Miko, Julia tersenyum.

‘Sepertinya, sampai ketemu nanti’ ucap Julia yang pergi meninggalkan Miko di dekat kelasnya.

‘Kayakya makin deket aja sama Miko’ ledek Hersa, teman dekat Julia saat di SMA.

‘Biasa aja, kami punya banyak kesamaan jadinya suka ngobrol bareng’ gumam Julia.

‘Siapa sih yang enggak senang dekat dengan Kakak kelas berprestasi dan terkenal di sekolah ini? Ananda Mikora Wijaya, cowok jago renang yang mengharumkan nama sekolah hingga kancah Internasional’ ucap Hersa secara berlebihan.

‘Harusnya kamu juga bilang, siapa yang enggak senang dekat dengan Jilmelsa Anatasya? Juara olimpiade 2005, lalu sekarang ikut di kejuaraan renang tingkat pulau jawa? Aku juga berprestasi, Sa’ gumam Julia yang menatap temannya.

‘Tunggu sampai kalian pacaran, kalian akan buat satu sekolah ini gempar’ ucap Hersa yang berjalan lebih dulu menuju kelasnya.

Setelah bel panjang tanda bel pulang berbunyi, Julia langsung berjalan menuju taman belakang sekolah — tempat janjianya dengan Miko.

‘Sudah lama menunggu?’ tanya Miko yang menghampiri Julia yang duduk di bangku taman, yang di hampiri hanya tersenyum. Miko duduk di samping Julia.

‘Belum, ada apa Kak?’ tanya Julia. Miko mengeluarkan sesuatu dan memberikannya kepada Julia.

‘Mendali emas?’ Julia terkejut melihat apa yang di berikan oleh Miko, mendali emas pertama Miko yang di dapatkan tahun lalu.

‘Di kejuaraan tingkat pulau Jawa nanti kamu harus membawa pulang mendali emas, jika kamu mendapatkannya aku akan memberitahu kamu sesuatu’ gumam Miko, Julia menatapnnya tak percaya.

 

Ujung rambut meneteskan air, Julia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil berwarna putih. Julia berjalan kedepan ranjang tidurnya, lalu menyalakan tivi untuk menonton sesuatu. Bunyi telepon kamar hotel membuatnya terkejut, ia mengangkat telepon tersebut.

‘Hallo’ sapa Julia.

‘Julia?’ ucap seorang laki – laki di ujung sana.

‘Kak Miko? Ada apa?’ tanya Julia.

‘Kamu bisa bawa mendali emas yang aku kasih untuk kamu kemarin? Aku tunggu di taman hotel yah’

‘Okay’ Julia menutup teleponnya.

Julia mengambil mendali emas di milik Miko yang ia letakan di dalam tasnya, ia langsung pergi ke taman hotel untuk menemui Miko yang sedang menunggunya. Julia berjalan menuju taman hotel, ia mencari Miko yang menunggunya ketika Julia sampai di taman hotel.

‘Hey Julia’ Julia berjalan menghampiri Miko dan duduk di bangku taman. Mereka melihat bintang yang indah pada malam itu.

‘Cie yang akhirnya menang di tingkat pulau Jawa, dapat mendali emas juga lagi’ ledek Miko.

‘Kakak kan juga dapat mendali emas’ Julia memberikan mendali emas yang milik Miko.

‘Itu buat kamu’ ucap Miko yang membuat Julia terkejut, mereka saling menatap.

‘Ini mendali pertama Kak Miko, loh’ ucap Julia.

‘Selama dua tahun mendali itu mencari pemiliknya, selama dua tahun juga aku bilang sama diri aku sendiri kalau aku akan memberikan mendali emas pertamaku untuk seseorang yang membuat aku jatuh cinta’ Julia membulatkan kedua matanya, Miko menceritakan itu semua tanpa beban, ia bahkan tersenyum malu saat menceritakannya.

‘Aku harap kamu tidak menolaknya’ sedetik kemudian Miko mengecup lembut bibir Julia, membuat gadis itu mendadak tak mengerti dengan apa yang ia rasakan. Untuk pertama kalinya, ia bahkan tak menolak Miko mengecup singkat bibirnya. Julia meraba bibirnya ketika Miko selesai mengecupnya, Miko tertawa melihat tingkah lucu Julia.

‘Aku pasti mimpi’ gumam Julia dengan pipi memerah dan senyum bodoh.

‘Apa mau sekali lagi?’ Miko mengoda Julia dengan mendekatkan dirinya, ia berbisik pada telinga Julia.

‘Mari pacaran, rasaku lebih dari sayang’ bisik Miko, Julia tersipuh malu.

‘Kenapa kamu terus menunduk?’ tanya Miko.

‘Aku malu banget, aku ke kamar duluan yah’ Julia langsung meninggalkan Miko dengan muka memerah.

Sejak saat itu Julia dan Miko terkenal dengan pasangan Emas, di mana mereka berdua sama – sama mendapatkan mendali emas saat kejuaraan renang tingkat pulau Jawa. Julia dan Miko duduk bersebelahan ketika bus yang mereka tumpangi mengantarkan mereka ke Jogja, dengan malu – malu Miko mengengam tangan Julia.

‘Apa yang berharga dari kejuaraan kali ini?’ tanya Miko, Julia menyandarkan kepalanya di bahu Miko.

‘Kerja keras, mendali emas tidak akan datang tanpa kerja keras dan aku bangga akan mendali emas pertamaku. Kamu?’ Julia sedikit mendongak untuk melihat Miko yang hanya memandang lurus ke luar jendela.

‘Mendali emas terakhir saat SMA, dan kamu! Ini adalah kejuaraan terakhirku sebelum aku ujian nasional nanti’ Ucap Miko dengan sebuah senyum tipis, tangan kanan Julia menepuk tanganya dan tangan Miko yang saling bertautan.

‘Semangat, mari kita belajar bersama. Kamu belajar untuk UN, aku belajar untuk ujian naik kelas’ ucap Julia, Miko tersenyum.

Los Angels, Mei 2014

Walau sinar matahri telah menyelinap menembus kain jendela kamar Alvaro, laki – laki itu masih belum beranjak dari ranjangnya. Seakan ia sedang bercumbu dengan ranjangnya, ia bahkan tak perduli dengan apapun yang terjadi. Alva menyibak selimutnya ketika merasa kedua kakinya ada yang meminjat, ayahnya dengan senyum lebar menyapa pagi Alva.

‘Ayah’ ucap Alva yang bangun dari tempat tidur.

‘Apa kaki ini lelah?’ tanya Ayahnya, Alva mengelengkan kepalanya.

‘Lalu kenapa hari ini kamu bangun siang?’ Ayah Alva menatap putranya.

‘Aku hanya sedang rindu seseorang, aku tidak bilang kepadanya kalau aku akan pulang ke Los Angels, mungkin dia akan mencariku’ ucap Alva.

‘Jadi jagoan Ayah sedang jatuh cinta? Dia pasti orang yang beruntung’ ucap Ayah Alva.

‘Tidak, tidak. Dia hanya teman. Ia orang yang baik hati dan sederhana, aku bahkan tak bisa mengontrol diriku saat bersamanya dan aku akan terus merasa bad mood saat tidak bertemu dengannya selama beberapa hari’ Alva menayunkan bibirnya.

‘Hubungi dia jika kamu merindukannya. Oh yah, bagaimana rasanya jadi traineer? Kamu harus mempersiapkan diri untuk masuk ke perusahaan keluarga’ gumam Ayah Alva.

‘Aku hampir setahun menjadi traineer, mungkin aku akan menyerahkan surat pengunduran diri tahun ini’ ucap Alva.

‘Kakak mu mungkin akan ke Indonesia, ia akan mengurus beberapa perusahaan kita yang ada di Indonesia’ Alva menatap Ayahnya, walau Ayahnya sudah berusia enam puluh tahun, tapi Ayahnya memiliki semangat untuk terus memimpin perusahaan.

‘Sepertinya aku dan Dhilsafa harus mencari pasangan agar Ayah dan Ibu bisa pensiun di masa tua’ Ayah Alva tertawa mendengar ucapa Alva.

‘Kami lebih butuh seorang cucu daripada pensiun, cepatlah buat cucu untukku’ ucap Ayah Alva yang menepuk – nepuk pundak putranya, yang di tepuk pundaknya hanya menatap Ayahnya dengan muka datar.

‘Di kira membuat anak seperti membuat burger, jangankan seorang anak, seorang Istripun aku belum memikirkannya’ ucap Alva.

‘Pikirkanlah, usahakan tahun depan aku memiliki seorang cucu dari gadis yang sedang kau sukai saat ini’ ucap Ayah Alva yang bangkit dari duduknya lalu meninggalkan putranya di kamarnya. Alva kembali berbaring.

Julia mengesap juice jeruk yang tadi ia beli, kini ia sedang bertemu dengan Mi Ra di sebuah café di Seoul.

‘Aku tidak menyangka kalau pemesanan early album Last Romeo sampai mengijak angka 260, aku akhirnya membeli 300 album. Aku rasa aku akan kerepotan membawa Album sebanyak itu’ Julia sesekali memakan kentang goreng yang tadi ia pesan.

‘Pasar di Indonesia cukup bagus untuk Kpop, walau tidak semuanya beli album’ gumam Mi Ra.

‘Benar, membeli langsung ke Korea mungkin terkesan lebih murah tapi sebenarnya uang dari keuntungan penjualan album, shuff dan lainnya selalu aku gunakan untuk membuat project baru lagi’ Julia memanyunkan bibirnya.

‘Kamu bahkan akan mengadakan food truck support di hari Jumat saat Music Bank nanti, aku rasa kamu merupakan salah satu fans yang aktif’ puji Mi Ra.

‘Sadarkah kamu kalau kamu juga aktif? Jangan memuji berlebihan. Aku bisa sampai di titik ini karena kamu merupakan salah satu fansite Noona’ Julia sedikit tertawa.

‘Aku masih muda, bahkan aku seumuran dengan Myung Soo’ protes Mi Ra yang membuat Julia semakin tertawa.

‘Sekarang, jika semua orang tau kalau aku berteman baik dengan Kyunana—nama fansite Sunggyu milik Mi Ra, mereka mungkin akan berfikir pantas saja aku sedikit mendapatkan kemudahan’ Cibir Julia yang meniru mimic orang yang sedang bergosip. Mereka berdua tertawa.

‘Kita hidup terlalu memikirkan kata orang, mungkin kita tidak seburuk atau sebaik kata orang, tapi kita terus mengambil hati’ gumam Mi Ra.

‘Kamu tau, di Jakarta ada bahasa gaul. Baper namanya, singkatan dari membawa perasaan’ Ucap Julia, Mi Ra menatap wajah Julia datar.

‘Cukup kamu tinggal di Jakarta, aku selalu kamu ajarkan bahasa gaul anak – anak Jakarta. Aku bahkan hampir mengunakannya saat mengobrol dengan teman – temanku’ keluh Mi Ra yang membuat Julia tertawa.

‘Aku masih memikirkan bagaimana cara aku membawa album sebanyak itu ke apartemenku’ ucap Julia.

‘Harusnya kamu ke sini bersama Alva, dia pasti bisa membantu kamu’

‘Dia sedang di Los Angels’ ucap Julia.

‘Oh yah, bagaimana bisa kamu mengadakan food truck support  padahal kamu tidak membuat project sama sekali’

‘Iya, aku memakai uang yang ada di rekening khusus Infinite. Kamu tau kan kalau aku tidak pernah mendonasikan seluruh uang yang terkumpul, itu sengaja aku lakukan agar aku bisa membuat project baru jika mereka tiba – tiba melakukan sesuatu saat aku sibuk bekerja dan tak sempat melakukan donasi. Sekarang aku membuktikan kalau aku bisa mengadakan food truck support dari tabungan yang tersisa’ Julia melihat jam tangan yang melingkar di tanganya saat selesai berbicara.

‘Itu bagus. Kamu masih memikirkan banyak hal dan pilihan lainnya jika tiba – tiba Infinite comeback atau main drama. Di luar sana mereka bilang hidup fansite itu enak, padahal tak senikmat itu, kami punya kewajiban dan menyampingkan kesenangan’ keluh Mi Ra.

‘Bersyukur saja kalau misalnya mereka bilang hidupmu nikmat. Oh yah, aku baru saja membeli lensa kamera baru. Sekarang aku berfikir untuk mengadakan donasi lagi, agar uang yang di gunakan untuk food truck support nanti kembali’ pikir Julia.

‘Apa kamu baru saja mendapatkan bonus?’ taya Mi Ra.

‘Tidak.. tidak , aku bahkan mengunakan uang dari kejuaraan renangku saat SMA untuk membeli lensa baru’

‘Masih ada uangnya? Padahal itu sudah lama sekali, bukannya uangmu kamu pakai untuk mengirimkan Infinite makanan setiap harinya saat mereka baru debut?’ Mi Ra terkejut.

‘Berkat donasi, aku bisa mengembalikan uang yang aku gunakan untuk memberikan Infinite makan selama sebulan. Sepertinya aku harus membuat project donasi lagi’ Julia tersenyum. Julia memeriksa ponselnya, ia mendapatkan kiriman sebuah foto dari seseorang yang ia percaya untuk membangun sebuah jembatan. Sekarang Julia dapat tersenyum bahagia karena jempatan yang menghabiskan uang puluhan juta rupiah itu kini melintang dengan kokoh dan siap membantu orang-orang menyebrang. Julia memperlihatkan foto-foto tersebut ke Mi Ra.

‘Lihat, ini adalah jembatan yang aku bangun dari uang donasi Myung Soo, Hoya dan sedikit uang sisa dari donasi Woo Hyun. Jembatan ini menghubungkan sebuah desa menuju jalan ke Kota, jika tidak ada jembatan ini, warga harus memutar jalan sejauh 5km, anak-anak tidka bisa bersekolah dan Ibu-ibu tidak bisa berbelanja’ ujar Julia yang memperlihatkan foto jembatan di atas aliran sungai yang berhasil ia bangun.

‘Wow, daebak!’ puji Mi Ra.

‘Ini sertifikatnya, Jembatan ini di namani jembatan Wusuya. Singkatan dari nama Woo Hyun, Myung Soo, dan Hoya’ ucap Julia.

‘Kau memang hebat’ Puji Mi Ra, Julia hanay tersenyum. Julia memposting foto tersebut ke twitternya.

‘J.Infinite; Woo, Soo, Ya! Kalian membantu mereka bisa bersekolah, dan bisa berbelanja dengan jembatan ini. terima kasih’ Julia memposting foto sertifikat pembangunan, proses pengkerjaan jembatan dan juga foto di mana orang-orang berjalan atau mengedarai sepeda untuk melewati jembatan tersebut. Mention twitter Julia di banjiri pujian.

‘Aku kira aku harus menulis di web ku tentang jembatan ini’ gumam Julia yang melihat mention yang masuk kedalam twitternya.

‘Tulislah, buat orang-orang yang mendonasikan uangnya ke kamu merasa kalau uangnya sudah di manfaatkan di jalan yang benar’ ucap Mi Ra.

Puluhan kamera berlensa panjang siap membidik Infinite. Woohyun turun dari Van, di susul dengan member lainnya, mereka tak hentinya membungkukan tubuh mereka saat berjalan menuju studio Music Bank. Woohyun dan enam temannya menghentikan langkah kaki mereka saat melihat sebuah food truck support berdiri tak jauh dari pintu masuk gedung.

Always with Infinite, no metter what happen’ Myungsoo membaca sebuah tulisan yang ukurannya tidak terlalu besar. Tulisan itu berasal dari spanduk yang ada di food truck support. Myungsoo mengeluarkan ponselnya lalu memfoto food truck support untuk Infinite.

‘Selalu bersama Infinite tidak perduli apapun yang terjadi. Aku rasa itu adalah kata – kata yang paling baik untuk hari ini’ ucap Sungjong dengan senyum tipis.

‘Dari siapa food truck support ini? apa dari agensi?’ tanya Sungyeol.

‘Ah, tidak mungkin’ jawab Sunggyu.

‘J.I? apa itu?’ tanya Hoya.

‘Julia Infinite!’ jawab Dongwoo.

Hyung tau dari mana?’ Woohyun menengok ke Dongwoo.

‘Itu ada tulisannya’ tunjuk Dongwoo ke spanduk food truck, member lain menatap Dongwoo dengan wajah datar.

‘Julia menyukaimu, dan kamu tidak mengetahui apapun tentangnya?’ cibir Dongwoo.

‘Ya! Ayo kita masuk, kamera telah membidik kita sedari tadi’ gumam Sunggyu yang berjalan duluan.

‘Padahal aku lapar’ keluh Sungjong.

‘Percuma saja, Food Truck nya belum menyiapkan makanan. Mari kita masuk’ ucap Sunggyeol yang berjalan di belakang Sunggyu.

Seorang staff membawakan burger dan juice jeruk kedalam ruang tunggu Infinite, makanan tersebut adalah bentuk food support yang di berikan Julia sebagai dukungan untuk comeback Infinite. Food support tersebut di makan dan di minum khusus untuk fans Infinite yang datang ke Music Bank hari ini.

‘Huahhh..’ gumam Sungyeol yang mengambil burger dan juice miliknya.

‘Aku akan memfotonya lalu mempostinya di twitter’ ucap Woohyun yang mengeluarkan ponselnya lalu membidik makanan miliknya.

‘Burgernya sangat enak’ komentar Dongwoo ketika memakan burger miliknya. Woohyun segera berlari ke arah Dongwoon dan mengigit burger yang ada di tangan Dongwoo.

‘Iya enak’ ucap Woohyun sambil mengunyah burger yang barusan ia makan.

‘Julia memang hebat!’ puji Sungjong sambil mengacungkan ibu jarinya.

‘Aku bahkan ingin nambah’ ucap Myungsoo yang telah menghabiskan burger miliknya lalu mencari burger yang mengangur.

‘Ayo naik ke atas panggung’ ucap Manager Infinite yang membuka Pintu. Hoya dan Dongwoo membawa Juice ke atas panggung, Myungsoo dan Sungyeol membawa burger ke atas panggung, sedangkan tiga di atara mereka tidak membawa apa – apa ke atas pangung. Beberapa artis yang menjadi bintang tamu hari ini juga sudah berkumpul di atas pangung, Infinite berdiri di samping kanan panggung. Mc membacakan pemenang hari ini.

‘Selamat untuk Infinite’ Myungsoo yang sedang asik makan burger milik Woohyun terkejut dengan pemberitahuan yang di umumkan MC. Sunggyu mengambil piala yang di berikan oleh MC.

‘Hem, terima kasih untuk CEO, stylist, untuk staff, untuk semua yang mendukung kami. Inspirit, saranghae’ gumam Sunggyu, ia memberikan mic kepada Woohyun yang berdiri di sampingnya.

‘Terimakasih untuk orang tua kami semua, untuk fans yang telah mendukung, dan terimakasih untuk food support hari ini. Enak sekali makanannya’ Woohyun tertawa di ujung ucapannya. Setelah MC menutup acara, Infinite berdiri sejajar dan membungkukan tubuhnya di depan penonton sebagai rasa terima kasih. Hoya melambaikan tanganya, begitu juga dengan member lainnya. Woohyun maju ke ujung pangung, ia sedikit membungkuk untuk melihat pengemarnya yang berdiri di baris paling depan. Woohyun berpose membuat finger love dengan tangan kanannya, ia sedikit tertawa. Setelah merayakan kemenangan di atas panggung, Infinite berjalan memasuki backstage.

‘Di mana burgerku?’ tanya Woohyun yang mencari Burger miliknya.

‘Di sini Hyung’ Myungsoo mengelus perutnya.

‘Aishhhh.. aku belum memakannya’ gerutu Woohyun.

‘Kamu terlalu sibuk dengan duniamu hingga makananmu di curi Myungsoo saja kamu tidak tau’ ledek Hoya.

‘Woohyun-ie, terimakasih minumnya’ ucap Sungyeol yang sibuk dengan ponselnya.

‘Kalian memang luar biasa’ cibir Woohyun.

Hoya mengupdate foto gelas plastik berisi juice yang tadi ia minum. Lee Ho Won: ‘Jangan lupa makan dan minum, inspirit saranghae!!!’. Tidak hanya Hoya yang memposting foto, Sungyeol, dan Woohyun juga ikut memposting foto.

Lee Seung Yeol: ‘Aku percaya kalian akan bersama kami selalu’ Sungyeol memposting foto food truck yang tadi Myungsoo foto, sedangkan Woohyun memfoto piala pertama mereka saat comeback.

Nam Woo Hyun : ‘Piala pertama kami untuk Last Romeo. Saking senangnya mendapatkan piala pertama kami, aku bahkan sampai tidak menyadari kalau Myungsoo mencuri burgerku dan Sung Yeol mencuri juice milikku =_=’

 

Penonton mulai keluar dari studio Mubank, Julia melangkahkan kakinya untuk keluar dari studio. Barusan Mi Ra telah pamit pulang duluan karena adiknya sedang sakit, hal itu membuat Julia harus pulang sendiri. Julia membetulkan posisi tali kamera yang menyangkut di bahunya.

‘Hello’ Julia mendongak melihat orang yang menyapanya, Miko mengulurkan tanganya memberikan balon.

‘Kamu ngapain ke sini?’ tanya Julia ketus.

‘Jemput kamu’ Julia berjalan meninggalkan Miko ketika mendengar jawaban Miko. Yang di tinggal malah melangkahkan kaki untuk mengikuti Julia.

‘Kamu ngapain sih?’ Proters Julia, ia membalikan tubuhnya untuk menatap Miko.

‘Ini buat kamu’ Miko memberikan balon kepada Julia. Julia mengambil balon yang di berikan oleh Miko, namun Miko malah terkejut ketika melihat Julia malah melepaskan balon yang baru saja Miko berikan.

‘Mau di beliin lagi? Pasti tangan kamu licin barusan, jadi balonya terbang’ ucap Miko yang berniat membalikan tubuhnya untuk membeli balon kembali.

‘Mik’ panggil Julia, Miko membalikan tubuhnya menatap Julia dengan senyuman.

‘Angep aja kalau aku itu balon yang barusan di lepas, saat balon di lepas ia tak akan kembali. Sama seperti aku’ ucap Julia, Miko menatap Julia.

‘Jul, aku mau mulai dari awal sama kamu’ ucap Miko yang mencoba meraih tangan Julia untuk berbicara secara baik – baik dengan gadis itu, namun Julia malah menghindar.

‘Aku bakal tetep berusaha untuk yakinin kamu, enggak perduli kamu terus menolak semua yang aku lakukan ke kamu, tapi aku enggak mau berhenti buat berusaha bersama kamu lagi’ ucap Miko, Julia melangkah mundur lalu berbalik badan untuk meninggalkan Miko, ia terlalu sakit hati.

Happy Anniv 6th untuk Infinite.

Kalian 7 romeo saya, kalian punjaan hati saya, dan saya jatuh cinta kepada seluruh member Infinite yang selalu memperlihatkan bakat yang tak terbatas yang mereka miliki. Doa saya tahun ini semoga semua member sehat, semoga comebacknya sukses dan dapat memborong piala akhir tahun nanti~ love you Guys!!

 

 

Akankah Miko kembali lagi ke pelukan Julia? temukan jawabannya di next chapter

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK