home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Missed You On My Birthday

Missed You On My Birthday

Share:
Author : Ficaramel
Published : 08 Apr 2016, Updated : 08 Apr 2016
Cast : Zahang Yixing or Lay [EXO], Hong Hee Sun (OC), Kim Jong In or Kai [EXO]
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |430 Views |0 Loves
Missed You on My Birthday
CHAPTER 1 : Oneshot

 

Hee Sun POV

 

December, 2011

 

Aku menyenderkan kepalaku di bahu kirinya, tempat yang nyaman untuk bersandar. Tempat itu tentu saja bahu namjachingu-ku ini, yang bernama ‘Zhang Yixing’ orang China yang saat itu minta bantuanku untuk mencarikan alamat rumah Bibinya dan yang ternyata menjadi kekasihku sekarang yang amat kucintai. Aku menyukai senyumnya yang menghasilkan sebuah lesung pipi, membuatnya terlihat manis. Aku sangat menyayanginya sekaligus mencintainya, sangat.

 

Chagiya” panggilku manja.

 

Ne, ada apa?” sahutnya.

 

“Kau tahu besok hari apa?”

 

“Hm...” dia terlihat berpikir. Aku yakin, pasti dia tahu jawabannya. “Besok hari Rabu, memangnya kenapa?”

 

“Yak! Masa kau tak tahu besok hari apa?” aku sedikit memukul lengannya. Dia berpikir sejenak.

 

“Memangnya ada apa?” tanyanya lagi.

 

“Jadi kau bernar-benar tidak ingat? Aissh..., jinjja!” aku bangkit dari dudukku dan meninggalkannya. Dia benar-benar menyebalkan.

 

Hee Sun End POV

 

Yixing tertawa kecil melihat kekasihnya yang mudah merajuk itu. Melihatnya kesal dengan pipi yang menggembung membuatnya gemas sehingga ia ingin menggoda kekasihnya itu terus-terusan.

 

Yixing bangkit dari duduknya dan segera mengejar kekasihnya itu sebelum ia pergi sendirian di malam yang dingin dan berbahaya ini.

 

GREP.

 

Hee Sun sempat kaget dengan pelukan Yixing. Ia tersenyum kecil lalu melepaskan tangan Yixing yang melingkar di perutnya itu. Lalu berpura-pura sedikit merajuk.

 

“Aku tidak akan terpengaruh lagi oleh rayuanmu itu!” ucap Hee Sun jual mahal dan membalikkan badan membelakangi Yixing. Tiba-tiba Yixing membalikkan badan Hee Sun dan

 

CUP!

 

Kecupan sekilas di bibir Hee Sun. Hee Sun masih diam tidak berbicara apa-apa jantungnya yang berdegup cepat itu membuatnya menjadi tidak bisa bergerak. Pipi Hee Sun sudah bersemu merah, ia menundukkan kepalanya. Yixing menarik tubuh Hee Sun dan memeluk tubuhnya erat.

 

“Kau ini, mudah sekali merajuk. Aku hanya bercanda, besok adalah hari ulang tahunmu bukan? Yang ke sembilan belas tahun, hm?” tanya Yixing sambil mengelus-elus kepala kekasihnya. Hee Sun mengangguk kecil dan menatap Yixing.

 

“Besok datanglah jam tujuh malam. Ulang tahunku dirayakan Eomma, kau tahu? Aku sangat senang!” cerita Hee Sun senang layaknya anak kecil.

 

“Oke, Chagi. Aku akan datang” ucap Yixing sambil mencubit pipi chubby Hee Sun. Tiba-tiba Hee Sun menatap Yixing dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Yixing yang bingung dengan ekspresi wajah Hee Sun segera bertanya. “Chagi, kau kenapa?”

 

“Entahlah, aku tiba-tiba merasa seperti ada musibah yang akan menimpa kita berdua atau perasaan takut kehilangan dirimu” curhat Hee Sun sambil memeluk Yixing erat. Yixing membalas pelukan Hee Sun.

 

“Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku akan selalu mencintaimu, jadi jangan khawatir aku akan meninggalkanmu karena cintaku takkan pindah ke yang lain” ujar Yixing sambil mengelus-elus kepala Hee Sun. Mendengar ucapan Yixing, Hee Sun menjadi agak baikan.

 

Gomawo” Hee Sun tersenyum dan Yixing membalasnya. “Sudah jam delapan malam, jika aku belum pulang aku bisa dimarahi Appa dan Eomma” ucap Hee Sun.

 

“Baiklah, aku antar kau pulang” Yixing mengulurkan tangannya dan Hee Sun menggenggamnya mereka berjalan sambil bergandengan tangan dan bercanda.

 

“Tidak terasa sudah sampai, padahal aku masih ingin bertemu denganmu” ucap Yixing.

 

“Oh ayolah, kita kan bisa bertemu besok. Sampai bertemu besok Chagiya!”

 

CUP!

 

Hee Sun mencium sekilas pipi Yixing. Jatung Yixing berdegup kencang, karena tak seperti biasanya jika Hee Sun yang memulai duluan. Yixing tersenyum lalu mencubit pipi Hee Sun.

 

Ne, selamat tinggal” sahut Yixing.

 

“Hei! Jangan mengucapkan kata ‘selamat tinggal’ kita kan masih bisa bertemu besok. Kau lupa dengan itu?” Hee Sun menggembungkan pipinya.

 

Mian” sahut Yixing merasa bersalah.

 

Hee Sun meniup poninya pertanda kesal. “Bolehkah aku memelukmu?” pinta Hee Sun.

 

“Tentu saja” jawab Yixing.

 

Hee Sun berjalan mendekati Yixing lalu memeluknya dan Yixing membalas pelukan Hee Sun sambil mengelus-elus kepala Hee Sun. Pelukan tulus dan hangat. Sangat nyaman bagi Hee Sun. Ia memejamkan matanya. Tak lama ia melepaskan pelukannya.

 

Gomawo” Hee Sun tersenyum. Yixing mengangguk. Setelah itu mereka hanya bertatapan sambil tersenyum. “Oh! Aku harus masuk rumah, sampai bertemu besok Chagi. Jangan lupa besok jam tujuh malam, hari ulang tahunku!” teriak Hee Sun lalu menutup pagar rumahnya.

***

 

Ahjumma, tolong ambilkan high heelsku yang berwarna merah hati” pinta Hee Sun.

 

“Ini Nyonya muda”

 

Gomawo” Hee Sun segera memakai high heelsnya itu.

 

CKLEK

 

“lima belas menit lagi pestamu akan dimulai. Bersiaplah sayang!” ucap Eomma Hee Sun.

 

Ne, Eomma” sahut Hee Sun sedikit berteriak.

 

Setelah berdandan, Hee Sun menuju ruang tamu –tempat perayaan ulang tahunnya. Ia mencari-cari sosok Yixing tetapi hasilnya nihil, ia tidak dapat menemukannya. Rasa gelisah berkecambuk di dalam hatinya. Tiba-tiba seseorang menepuk lengannya, Hee Sun berharap itu adalah Yixing dan segera menoleh.

 

“Acara di mulai ya?” tanya Eomma Hee Sun.

 

“Eh, Eomma. Umm, jangan dulu! Aku sedang mencari seseorang yang harus aku perkenalkan pada Eomma dan Appa nanti dan orang itu harus datang” jelas Hee Sun.

 

“Siapa?”

 

“Um, Eomma lihat saja nanti” jawab Hee Sun sambil tersenyum malu.

 

“Ish! Sudah main rahasia-rahasiaan dengan Eomma, ne?” Eomma Hee Sun mencubit pipi anaknya itu. Hee Sun hanya tertawa kecil setelah itu ia merasa gelisah lagi.

 

***

 

Yixing melihat jam tangannya yang sudah tepat jam tujuh malam, Yixing menjadi merasa bersalah karena terlambat datang ke pesta ulang tahun kekasihnya itu. Ia mempercepat laju kendaraanya. Sebuah truk yang jalan tidak sesuai jalur itu melaju cepat ke arahnya, lampunya yang terang sangat menyilaukan mata Yixing dan membuatnya membanting stir.

 

BRAK!

 

Mobil Yixing menabrak pohon. Kepala Yixing sudah berdarah ia berusaha menyadarkan dirinya. “M..Mianhae.., Hee... Sun” ucap Yixing. Pusing melanda kepala Yixing. Ia sudah tidak kuat, perlahan ia menutup matanya. Yixing tak sadarkan diri.

***

 

Rasa gelisah masih berkecambuk di hati Hee Sun. Jam dinding di rumah Hee Sun telah menunjukkan jam delapan malam, tetapi Yixing belum juga datang. Ia mengerutkan dahinya dan bertanya-tanya sendiri mengapa Yixing belum juga datang?

 

“Hee Sun, kita mulai saja acaranya. Tidak enak dengan para tamu, di undangan sudah diberitahukan jika acara akan dimulai jam tujuh malam. Tetapi acara belum juga kita mulai sampai sekarang” ucap Eomma Hee Sun.

 

“Tapi Eomma-”

 

“Mungkin temanmu itu ada keperluan mendadak, sampai dia tidak bisa datang”

 

“Tapi-” Hee Sun tidak melanjutkan kata-katanya.

“Dia seseorang yang amat ‘special’ bagiku. Dia... kekasihku, namja chingu-ku” Hee Sun melanjutkan kata-katanya dalam hati. Matanya sudah berkaca-kaca.

 

“Kita mulai acaranya sekarang ya?” tanya Eomma Hee Sun. Hee Sun hanya mengangguk kecil meski hati kecilnya itu tidak mau memulai acara ini sebelum Yixing hadir.

 

 

 

Setelah acara perayaaan ulang tahun Hee Sun, ia langsung ke kamarnya dan tidak berniat membuka salah satu hadiahpun. Biasanya, Hee Sun akan membuka hadiah dulu setelah perayaan ulang tahunnya.

 

Hee Sun menangis di kamarnya, ia sudah berkali-kali menelpon Yixing tetapi tidak diangkat sama sekali. Ia takut jika sebuah musibah menimpa kekasihnya.

 

 

 

Namja berkulit eksotis –teman Yixing- dan keluarga Yixing itu gelisah menunggu dokter keluar dari ruang rawat. Ia melihat jam tangannya sudah jam sembilan tepat. Tak lama dokter pun keluar.

 

“Bagaimana keadaan-” tanya keluarga Yixing.

 

“Maaf, pasien tidak bisa kami selamatkan”

 

Namja berkulit eksotis itu meneteskan airmatanya setelah mendengar jika Yixing -temannya itu sudah pergi dan tak akan pernah kembali ke dunia ini, kecuali sebuah keajaiban yang membuatnya kembali. Namja itu dengan langkah gontai berjalan keluar rumah sakit dan melajukan mobilnya.

 

 

 

Namja berkulit eksotis itu masuk ke rumah Hee Sun dengan wajah kikuk. Saat melihat Eomma Hee Sun ia segera menyapanya.

 

Eommonim” sapa namja itu. “Uh.., acaranya sudah selesai ya? Maaf, saya tadi ada masalah dirumah. Umm, Hee Sun ada di rumah?”

 

Ne, Nak Jongin. Setelah acaranya, ia langsung menuju kamarnya entah dia itu kenapa. Mungkin karena seseorang yang tidak datang ke pestanya mungkin” jelas Eomma Hee Sun. Jongin mengangguk-angguk pertanda mengerti lalu melangkah menuju kamar Hee Sun dan mengetuk pintu kamar Hee Sun.

 

Hee Sun yang mendengar ketukan dipintu kamarnya itu langsung mengusap airmatanya dan segera membuka pintu. “Huh! Kim Jong In” ucap Hee Sun ketus.

 

“Ish! Masa kau menyapa sahabatmu seperti ini?! Tak sopan!” ledek Jongin.

 

“Biarin! Week!” Hee Sun menjulurkan lidahnya.

 

“Uh.., Yixing-” ucap Jongin yang ingin memberitahu jika Yixing sudah tiada tetapi Jongin mengurungkan niatnya ketika melihat Hee Sun yang sedang sudah sedih sekarang. Jongin akan berpikir jika Hee Sun akan lebih sedih lagi jika Hee Sun tahu jika Yixing telah pergi. Ini adalah ulang tahunnya dan tak mungkin Jong In –sahabat Hee Sun mengacaukan harinya yang seharusnya hari paling bahagia dalam hidup Hee Sun.

 

“Yixing? Kenapa?” sahut Hee Sun dengan wajah penasaran.

 

“Tidak” sahut Jong In cepat.

 

***

 

Jongin menuju rumah Hee Sun untuk memberitahukan Hee Sun jika Yixing hari ini akan dimakamkan. Terlihat Hee Sun yang duduk di teras yang sedang melukis, memang hobi Hee Sun adalah melukis. Jongin menuju Hee Sun dan melihat lukisannya itu ternyata Hee Sun sedang melukis wajah Yixing dan di beri tulisan kecil ‘I Miss You’ dibawahnya. Jongin menghela nafas lalu menceritakan jika Yixing dimakamkan hari ini.

 

Mendengar cerita Jongin tadi, mata Hee Sun memanas, tenggorokannya tercekik, nafasnya menjadi sesak. Pengelihatan Hee Sun saat ini sudah tak jelas, matanya sudah berkaca-kaca. Ia menghentikan aktifitas melukisnya dan menatap Jongin serius.

 

“Kau bercanda kan?” tanya Hee Sun berharap jika Jongin sedang membuat lelucon saat ini. Jongin hanya terdiam. “Kau terlalu hebat dalam membuat lelucon Jongin!” ucap Hee Sun dan kembali menyelesaikan lukisannya.

 

“Mian-”

 

“Huh?”

 

“Mian, tapi aku sedang serius saat ini” jelas Jongin.

 

Mendengar itu, sontak tangan Hee Sun menjadi lemas pallet yang sedang dibawanya kini jatuh, cat air dengan bermacam-macam warna berserakan di lantai. Tubuh Hee Sun ambruk jatuh ke lantai. Jongin kaget dengan reaksi Hee Sun. lalu Jongin mencoba menolong Hee Sun untuk berdiri, tetapi Hee Sun menepisnya. Airmatanya Hee Sun menetes sangat deras. Terasa seperti ribuan peluru menembus jantungnya. Sakit. Orang yang dicintainya meninggalkannya? Yixing.... sudah pergi?

 

“Sejak kapan Yixing meninggal?” tanya Hee Sun dengan pandangan kosong.

 

“Kemarin malam, jalur menuju rumahmu itu macet. Saat itu terjadi sebuah kecelakaan. Aku keluar dari mobil dan kulihat korban kecelakaan itu adalah.. Yixing. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Tetapi sudah terlambat, nyawanya telah diambil Tuhan” jelas Jongin.

 

Tangis Hee Sun pun pecah. Airmata Hee Sun menetes begitu deras. “Hiks, mengapa dia secepat itu?” ucap Hee Sun di sela tangisnya.

 

“Ayo kita ketempat pemakamannya” ajak Jongin.

 

***

 

“Ayolah! Ikhlaskan dia, Yixing akan sedih jika kau tidak ikhlas!” ujar Jongin.

 

Sudah dua jam Hee Sun masih menangis di samping makam Yixing. Jongin hanya menatap sahabatnya itu dengan sedih, Jongin sudah puluhan kali mengajaknya pulang tetapi ia masih saja tidak mau.

 

“Ini” Jongin memberikan kotak yang di bungkus kertas kado.

 

“Apa itu?” tanya Hee Sun yang masih menatap makam Yixing.

 

“Ini kado terakhir dari Yixing” jawab Jongin. Mendengar itu, Hee Sun langsung menerimanya.

 

 

 

Sepulang dari makam Yixing, Hee Sun langsung membuka kadonya dari Yixing itu. Di dalamnya terdapat jaket yang biasa dipakai Yixing saat musim salju dan foto-fotonya bersama Yixing. Hee Sun membaca nota dari Yixing.

 

Chagi, Saengil Chukkae Hamnida -yang ke sembilan belas.

Semoga panjang umur dan sehat selalu.

Mian, aku tiba-tiba mengucapkan selamat tinggal waktu itu. Padahal

kita sudah berjanji jika kita tak boleh mengucapkan selamat tinggal selagi kita masih bisa bertemu besok.

Mian, aku tidak memberikan kado dengan barang yang baru.

Kau pasti tahu kan? Jika ini adalah jaketku yang biasa aku pakai saat musim dingin?

Aku ingin memberikan jaket ini padamu dan foto-foto kita ini, agar kau selalu mengingatku setiap saat. Entah, mengapa aku ingin memberikan barang-barangku

padamu. Agar kau tidak lupa padaku. Gunakanlah jaket ini saat kau rindu padaku.

 

Your lover, Zhang Yi Xing.

 

Tes. Airmata Hee Sun tak henti-hentinya keluar. “Hiks, jika aku tahu bahwa malam itu adalah malam terakhir kita bertemu, aku akan memelukmu erat dan tidak akan pernah ku lepas” ucap Hee Sun.

 

 

***

 

December, 2012

 

Hee Sun POV

 

Tempat ini, indah sekali. Terdapat banyak bunga di sekitar sini, kupu-kupu berterbangan kemana-mana. Aku melihat sosok itu, sosok yang sangat kurindukan. Aku tersenyum bahagia, aku segera menghampirinya.

 

GREP. Aku memeluknya dari belakang. Tes. Tak terasa airmataku jatuh.

 

Chagi, aku merindukanmu! Bogoshipeo!” ucapku. Ia membalikkan badannya lalu tersenyum padaku. Angin berhembusan dan tiba-tiba Yixing hilang bersamaan dengan tiupan angin itu. Sosok Yixing menghilang begitu saja dan membuatku sangat bingung.

 

Chagi, kau dimana? Zhang Yi Xing!!!” teriaku kencang. Aku berlari terus dan mencarinya sampai aku bertemu dengannya lagi.

 

Aku bangun dari tidurku. Wajahku berkeringat dingin. Aku melihat sekitar, ternyata hanya mimpi.

 

“Mengapa kau mimpi dengan meneteskan airmata, Sayang?” tanya Eomma. Eoh? Aku meneteskan airmata juga? Padahal aku hanya meneteskan airmataku di mimpi. “Kau mimpi bertemu dengan Yixing lagi?” tanya Eomma.

 

Ne, aku melihatnya tersenyum dan tiba-tiba dia menghilang bersamaan dengan tiupan angin” jawabku.

 

Saengil Chukkae Hamnida!” ucap Eomma. “Segeralah mandi dan sarapan!” Ibu mengecup dahiku dan keluar dari kamarku.

 

Tanggal ini dan bulan ini adalah hari ulang tahunku sekaligus satu tahun meninggalnya Yixing. Aku merindukannya sangat merindukannya. Aku ingin bersandar dibahunya yang sangat nyaman itu, Senyumnya yang hangat dan manis, Matanya yang sangat teduh. Aku merindukan semuanya. Aku memakai baju serba hitam lalu menuju makam Yixing. Tak lupa dengan memakai jaket pemberiannya. Udara dingin menusuk tulangku. Jika ada Yixing disampingku, pasti dia memelukku dengan tulus. Aku mengehela nafasku.

 

Tes. Aku teringat lagi masa-masaku dengannya dulu. Rasa rinduku padanya semakin mendalam. Aku langsung mengusap tetesan airmataku.

 

 

Sesampai di makamnya, aku memberinya doa agar dia juga bahagia hidup di alam sana. Lalu menaruh sebuket bunga di atas makamnya. Aku hanya tersenyum miris melihat makan Yixing.

 

“Umm, Annyeong, Chagi!” sapaku. Aku tertawa kecil dan tersenyum kecil. “Ne, aku masih memanggilmu ‘Chagi ’ setahun sepeninggalmu, aku belum bisa membuka hatiku untuk lelaki lain. Hiks, aku masih mencintaimu. Aku sangat rindu, aku rindu pelukanmu yang hangat itu yang biasa kau berikan saat aku kedinginan. Kau telah dengan sabar menghadapiku saat aku merajuk, padahal jika aku merajuk aku akan lama kembali itu jika kau keterlaluan membuatku kesal. Kau ini sungguh lelaki yang sempurna. Sifatmu sangat baik dibandingkan lelaki yang lainnya. Aku yakin, tidak ada lelaki yang memiliki sifat yang amat baik sepertimu” ucapku. “Apakah kau bahagia disana? Apakah beribu-ribu bidadari lebih cantik daripada aku berada disana?” tanyaku. “Hiks, Chagi, aku rindu senyummu, tawamu, wajahmu, dan semuanya. Aku ingin mendengar suaramu, tolong sebutlah namaku. Hiks” ucapku. “Aku rindu padamu Yixing! Bogoshipeoyo! Saranghae!”

 

“Hong Hee Sun, Uljima!” ucap seseorang. Suara itu tak asing bagiku, bahkan suara itu seperti suara yang amat aku rindukan. Suara Yixing? Aku menoleh kanan dan kiri, tetapi tak ada satupun orang.

 

C..Chagi? Yi..Yixing?” ucapku memastikan.

 

Uljima!” ucap seseorang lagi. Aku tersenyum miris.

 

Tes. Airmataku jatuh lagi. Apakah benar itu adalah suaranya? Suara Yixing?

 

“I Miss You, My love” kuharap Yixing benar-benar disini dan mendengar apa yang aku katakan disini.

 

END

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK