home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > One Traveler

One Traveler

Share:
Author : sherry
Published : 07 Mar 2016, Updated : 13 Nov 2017
Cast : Kyo Najun (OC), Yoo Shijin, Goo June, Yeon Woojin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |6417 Views |0 Loves
One Traveler
CHAPTER 3 : CHAPTER 3.1 - THE FIRST ENCOUNTER (3)

Aku mengikuti petunjuk yang diberikan petugas di Pantheon tadi dan akhirnya menemukan tempatnya. Kedai kopi yang katanya terbaik di kota ini.

"Espresso?" baristanya menyapaku dengan senyuman lebar.

Ragu-ragu, kupikir minum espresso di sore hari bukan pilihan tepat untukku, jadi kujawab,

"Es kopi saja, terima kasih"

Ya aku tahu itu membuatku terlihat bergaya Amerika, lebih aneh lagi karena wajahku tidak ada tanda-tanda seperti orang Amerikanya, tapi sungguh...espresso bukan pilihan yang tepat.

Aku menarik kursi di area luar kedai kopi itu. Kujejalkan earpiece dan menyalakan pemutar musik di ponselku. Di saat-saat seperti inilah biasanya rasa kangen rumah datang. Kemanapun aku pergi, musik asalku-lah yang terbaik. Mendengarkannya membuatku jadi homesick.

Aku sedang iseng-iseng mencoret-coret buku sakuku ketika sadar kalau kursi di depanku ditarik ke belakang.

"Bolehkah saya duduk di sini?" kudengar suara seorang laki-laki. Aku mendongak sambil melepas earpiece dan mengangguk.

"Eh?"
"Tunggu dulu...rasanya aku kenal."
"Kenapa belakangan ini aku terus merasa begini ya?"

Aku melepas earpieceku yang sebelah lagi dan menatap laki-laki yang duduk di depanku itu.

"Maaf...apa kita saling kenal ya?" aku memberanikan diri bertanya.

"Hmm...sepertinya tidak, tapi biar kutebak, kamu Seoulite?" balasnya.

Aku terkejut dan kebingungan untuk beberapa saat, tapi kemudian perasaan hangat datang dan menyebar. Selalu menyenangkan bertemu seseorang dari kota asal yang sama.

"Iya betul. Apa kamu Seoulite juga?"

Dia mengangguk dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Yoo Shijin" dia memperkenalkan diri sambil menjabat tanganku.

"Kyo Najun, senang bertemu denganmu"

"Kamu turis?" tanyanya ketika melihat buku travel saku milikku.

"Yah...semacam itulah."

"Sendirian? Kulihat tidak ada orang lain bersamamu?"

"Mmm...iya" aku mengangguk.

"Eh tunggu dulu...bukannya berbahaya ya kalau mengatakan aku sendirian? Dia kan orang asing" kata suara di dalam kepalaku. Mungkin dia melihat dahiku yang berkerut karena tiba-tiba dia tertawa kecil dan berkata,

"Aku pelajar di sini, di Dante Alighieri"

"Oh" aku terkejut.

"Jurusan apa?"

"Kimia & Teknologi Farmasi"

"Wow...kedengarannya...membingungkan, haha!" aku menertawakan komentar absurd-ku sendiri dan melihatnya ikut tertawa.

"Memang. Tapi tidak seperti bayangan orang-orang kok, jurusan ini cukup seru." lalu dia tertawa lagi.

"Jadi, kamu sudah ke mana saja di sini?" dia balik bertanya.

"Aku baru saja dari Pantheon"

"Biar kutebak, kamu mempelajari sejarah. Mahasiswa sejarah ya?" alis sebelah kirinya naik saat menebak hal itu. Aih, lucu sekali.

"Tidak sih. Salah."

"Yang benar? Kalau begitu, jurusan Seni?" dia kembali menebak.

Aku tersenyum,
"Bahasa dan Sastra Inggris"

Matanya membesar, kelihatannya dia kaget.
"Wow!"

Aku tertawa kecil melihat reaksinya yang lucu itu. Aku sudah jarang mengobrol sesantai ini selama lebih dari 2 minggu. Terakhir aku mengobrol lama adalah bersama nenek di penginapan, membicarakan kucing dan makanan.

"Sudah berapa lama di sini? Eh, sebentar" pertanyaannya terpotong karena bunyi ponselnya.

"Ya? Oh oke, aku akan segera ke sana. Siapkan saja laporannya, karena itu harus diselesaikan hari ini" begitu percakapan yang kudengar.

Dia menutup ponselnya dan tersenyum hangat padaku yang sedang menatapnya.

"Ada tugas kelompok yang harus diselesaikan hari ini. Sayang sekali aku harus pergi, senang sekali mengobrol denganmu, Najun" katanya sambil berdiri dari kursinya.

Aku tersenyum dan mengangguk sebelum melambai.

"Sampai jumpa lagi segera" dia membalas lambaianku dan berjalan meninggalkan kedai kopi.

"Ya...sampai jumpa lagi..." ...

... "eh apa?" aku bicara sendiri. Mau tak mau aku jadi bingung sambil memandangi punggungnya yang semakin menjauh.

"Segera?" alis mata kiriku naik.

***

Sudah hampir seminggu aku tidak pergi ke mana-mana. Tiba-tiba aku malas sekali berkeliling kota seperti yang biasa kulakukan.

Aku menghabiskan banyak waktu di kamar. Menyelesaikan buku "Confess" dan mengatur ulang barang-barang di kamar. Beberapa jam dalam sehari, aku keluar dan mengobrol dengan nenek serta membantunya di penginapan.

Tiba-tiba aku teringat ruangan di sebelah kamarku yang seharusnya terisi, tapi saat kuingat-ingat lagi, belakangan ini aku tidak mendengar suara apapun. Mungkin direnovasi ya? Begitu pikirku. Eh, atau mungkin kucing yang waktu itu!

Malam ini aku kembali ke atap. Aku menatap kosong ke langit, dan teringat tentang makam Raphael. Aku mengangkat bahu dan mendesah sebelum berteriak ke langit,

"KAMU KURANG AJAR!"

Fyuuh...agak enakan.

Kucing abu-abu itu muncul lagi. Dari tempat yang sama. Aku menengok dan melambai padanya.

"Sini sini, Pus! Maaaf ya, aku membangunkanmu ya?"

Kucing itu kelihatannya tidak berminat mendekatiku. Malah, dia berjalan cepat dan menghilang ke balik tembok sebelum muncul lagi.

"Kamu mau main petak umpet ya?" aku terkekeh dan mendekatinya.

Kucing itu melakukan hal yang sama sekali lagi, dan aku memutuskan untuk menerima tantangannya.

Tapi ketika aku baru saja mau melompat mengejutkannya, kucing itu tiba-tiba muncul dan berlari secepat kilat menuruni tangga. Aku bisa mendengar suara mencicit di bawah. Sepertinya dia menemukan lawan sepadan.

Tapi, betapa horornya aku, ketika kusadari beberapa meter dari tempat aku berdiri, kulihat bayangan seseorang di balik cahaya remang-remang. Kubuka mulutku tapi tidak ada suara yang keluar.

Bayangan itu mendekat dan membentuk siluet seseorang, berjalan canggung sambil menggaruk kepalanya. "Ummm..." aku bisa mendengar suaranya.

"Siapa kamu?! SIAPA KAMU!" akhirnya suaraku keluar.

Aku siap berteriak minta tolong namun mendadak terdiam saat kudengar orang itu berkata, "Najun?"

***

Aku sangat terkejut hingga terdiam membeku.
Orang itu tahu namaku.
"Siapa?" aku bertanya dalam hati. Tapi bukannya mendekati orang itu, aku malah mundur perlahan.

Cahaya di balik tembok itu remang-remang, dan itu membuatku takut mendekat. Aku berjalan mundur perlahan, ke tempat aku berdiri sebelumnya, yang cahayanya lebih terang.

"Sial, kenapa aku malah berjalan ke sini? Harusnya aku lari ke bawah, kenapa aku malah ke sini?"

Orang itu berjalan mendekat.

"Kyo Najun?"

Aku terkejut, dia bahkan tahu nama lengkapku! Sial, siapa dia?!

Sosok itu terus mendekat dan sekarang cahaya lampu meneranginya dengan jelas.

"Eh, tunggu?" aku mengerutkan dahi.

Orang itu...orang itu...ummm...Jun, bukan...Jin, bukan...Seokjin...bukan, itu anggota Running Man, tanpa sadar kutepuk kepalaku.

Akhirnya aku berteriak, "Woo Shijin!"

"Bukan...lebih tepatnya aku Yoo Shijin, bukan Woo Shijin" dia tertawa lebar.

Kami berdua tertawa, menertawakan kebodohan kami masing-masing. Luar biasa.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK