home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > One Traveler

One Traveler

Share:
Author : sherry
Published : 07 Mar 2016, Updated : 13 Nov 2017
Cast : Kyo Najun (OC), Yoo Shijin, Goo June, Yeon Woojin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |6748 Views |0 Loves
One Traveler
CHAPTER 25 : CHAPTER 3.4 - RE-ENGAGED (2)

Aku sudah di ujung jalan. Aku tidak bisa memikirkan solusi tentang June lagi. Aku butuh saran orang lain.

Aku terus menerus memikirkannya. Aku sudah menyimpan rahasia ini selama setahun, dan itu tidak membantu. Jadi aku butuh bantuan. Pertanyaannya: Siapa penyelamatku?

Aku mendengar pintu diketuk dan mendengar suara Ayah. Saat aku membuka pintu, dia memintaku bersiap karena kami akan pergi makan malam, bersama Ibu dan Hyosub. Makan malam keluarga, tumben.

Saat aku kembali dari makan malam, aku melihat Gain sudah berada di dalam kamarku.

"Kapan kamu datang?" kuletakkan dompetku di meja kecil di seberang jendela.

"Sekitar 2 jam yang lalu" jawabnya sembari menekan remote untuk menonton acara kesukaannya, acara fashion show.

Saat dia sudah menemukan channel yang dicari, dia meletakkan remotenya, meraih sebuah bantal, dan menoleh ke arahku,

"Kudengar orang tuamu ingin kamu bertunangan lagi dengan Woojin"

Aku sedang mengganti pakaianku dengan piyama dan seketika berhenti,

"Darimana kamu tahu? Mereka baru saja mengatakannya padaku saat makan malam tadi"

"Kakakmu memberitahuku kemarin. Dia menanyakan pendapatku"

"dan pendapatmu adalah?"

Dia mengangkat bahu dan menjawab santai,

"Aku bilang itu bukan ide yang bagus".

"Kenapa?"

"Hmm...entahlah, aku hanya merasa kamu tidak menyukainya. Kalian memang berteman, layaknya kucing dan tikus, tapi kalian bukan pasangan kekasih. Kalian hanya tidak punya chemistrynya"

"Kamu percaya pada perasaanmu itu?"

"Perasaan adalah jawaban paling jujur yang bisa kamu dapatkan" dia melemparkan dirinya ke atas kasur.

"Kamu juga tahu kalau perasaan adalah hal paling sering memberimu rasa sakit kan?" aku berbaring di sebelahnya.

Dia menoleh dan menatap mataku,

"Memang kenapa? Kita terluka, menangis, semua itu bukan akhir dunia. Cukup sembuhkan saja lukamu dan jalani lagi hidupmu. Kita berdua tahu benar bahwa bagian terpenting menjadi seorang manusia adalah karena kita masih hidup". Dia menatapku, dengan ekspresi serius yang jarang ditemukan di wajahnya.

Aku menatap atap kamarku, ya...hal paling penting adalah kita masih hidup.

"Aku jadi ingin mengunjungi Dong-ha. Sudah lama sejak terakhir kali aku mengunjunginya."

Gain menaruh kepalanya di bahuku, 

"Mau kutemani? Kita bisa pergi hari Jum'at"

Aku mengangguk pelan.

"Aku akan membelikan bunga kesukaannya. Dia akan menyukainya" aku berbisik.

Kami terdiam untuk beberapa lama, sambil memandangi atap dan tenggelam di pikiran kita sendiri. Aku tiba-tiba teringat sesuatu dan terduduk di kasur, aku menoleh ke arah Gain.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu"

***

Tidak seperti prediksiku, dia cukup tenang setelah kuceritakan semua tentang June. Dia hanya menarik nafas dalam dan mendesah.

"Sepertinya, aku tidak bisa bilang apa-apa" katanya.

"Kenapa?"

"Ini hanya...cukup mustahil terjadi"

"Aku juga berpikir begitu"

"Tunggu...ngomong-ngomong kenapa kamu menjauhinya?"

Bukannya menjawab, aku hanya memandanginya dengan takjub.

"Apa kamu benar-benar bertanya?" aku memberi penekanan jelas dalam kata 'benar-benar'.

"Ya"

"Kamu tahu kan dia populer sekarang?"

"Dulu tidak"

Aku terdiam, mencoba memahami maksud perkataannya.

"Lalu?" aku bertanya, dengan kebingungan.

"Aku bertanya-tanya kenapa kamu menghindari setelah kejadian itu, apakah kamu merasa bersalah? Tapi bersalah karena apa? Menghabiskan malam bersama? Kamu kan terlalu banyak minum saat itu, hal-hal seperti itu mungkin saja terjadi"

Aku terdiam. Dia melanjutkan,

"Kalian berdua hanya cukup membahasnya dan mengakui kalau ada kesalahan saat itu. Kalian berdua bisa menyelesaikannya dengan mudah saat itu. Kenapa kalian membuatnya jadi rumit?"

Aku menutup mataku, mencoba mengingat sesuatu. 

"Aku menyukaimu"

Aku bisa mendengarnya dengan jelas sekarang. Yang dibisikkan June saat itu, sebelum dia menciumku.

Aku mengacak-acak rambutku, aku merasa sedikit pusing.

"Aku tidak tahu apa maksudmu" aku menghindari tatapannya dan mencoba meninggalkan kasur.

"Kamu menyadari sesuatu yang lebih daripada sebuah kesalahan, kan? Apa kamu menyukai June?"

"Aku, aku tidak" aku menjawab terbata.

"Bohong. Bandingkan saja saat kita membicarakan Woojin. Kamu bisa dengan mudah mengatakan hal yang sama soal Woojin, dengan ekspresi paling cuek".

Aku terbatuk.

"Aku tahu masalahmu" tatapannya mengikuti gerakanku yang gelisah mondar-mandir dari dan ke arah jendela.

Dia melanjutkan,

"Sebelum kamu mencoba menyelesaikan masalah ini, lebih baik kamu selesaikan dulu perasaanmu. Kamu harus mengakui apa yang kamu rasakan, dan aku cukup yakin kalau kamu menyukainya, kan? Kalau kamu mengakui perasaanmu sendiri, akan jauh lebih mudah"

Aku berdiri terpaku, memandang kosong ke arah jendela. 

Setelah beberapa saat, aku memecah kesunyian dengan berkata,

"Aku tidak bisa. Aku tidak boleh menyukainya. Itu salah, untuk ratusan alasan, itu salah".

Gain mencoba menjawab tapi aku memotongnya,

"Aku tahu apa yang akan kamu katakan. Aku tahu kalau tidak ada yang salah jika kita menyukai seseorang, tapi kamu juga tahu kalau hidup tidak sesederhana itu. Aku, dia, perasaan suka itu akan mempertaruhkan segalanya."

"Maksudmu keluargamu, perusahaan, dan karirnya"

"Ya, semacam itu"

Dia berjalan mendekat, dan menyentuh bahuku,

"Aku bisa memahaminya. Tapi cobalah untuk mengambil resiko, itu lebih baik daripada mempersulit dirimu sendiri"

Aku hanya menepuk tangannya dan mengangguk. 

***

Kuletakkan garpu di atas piring kosong yang tadinya berisi spaghetti itu, membersihkan mulutku dan meminum air putih di gelas.

Setelah menelan tetes terakhir, kuletakkan gelasnya, membersihkan tenggorokan, dan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu.

Pria di depanku melambai ke arah pelayan, memberi tanda agar dia mengisi kembali gelasku. Saat pelayan mendekat dan mulai mengisi gelas, aku mulai bicara,

"Aku sudah bilang 'tidak' pada ayah"

"Tapi aku bilang iya"

"Bukan urusanku. Ini sudah tidak lucu, Woojin. Kita sudah selesai, astaga. Bisakah kamu membiarkannya?"

"Tidak bisa. Aku masih mencintaimu. Tidak, tepatnya aku baru sadar ternyata selama ini aku mencintaimu, dan aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu kembali".

"Aku bukan milikmu sejak awal"

"Itu kesalahanku. Aku seharusnya menyadarinya lebih cepat"

"Bukan soal litu. Aku tidak pernah mau menjadi milikmu sejak awal. Kuharap kamu tidak lupa alasan mengapa kita bertunangan"

Dia meraih gelasnya, meneguk airnya dengan cepat. Wajahnya menjadi serius. Dia kesal, aku mengerti, tapi aku juga.

"Tidak pernahkah kamu memikirkannya lagi? Apakah kamu yakin akan perasaanmu? Apa kamu tidak pernah menyukaiku sedetik saja?"

"Woojin, kamu sangat berarti untukku, tapi bukan dalam hal romantis. Aku sangat berterima kasih padamu dan semua yang sudah kamu lakukan, tapi tolonglah...jangan memaksakan sesuatu yang tidak kurasakan"

Aku menyadari pembicaraan ini menjadi pertengkaran, jadi aku pikir lebih baik aku pergi.

Kuraih dompetku dan berdiri,

"Semua sudah selesai, Woojin. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Tolong pahami aku, seperti aku memahamimu. Terima kasih tapi maafkan aku." 

Aku meninggalkan meja. Woojin mengatakan apa-apa. Dia hanya menunduk menatap meja, kedua tangannya menopang wajahnya.

Setelah beberapa langkah, dia akhirnya mengatakan sesuatu (lebih seperti berteriak sih),

"Aku tetap akan melamarmu"

sebelum dia menyadarinya, aku berbalik cepat ke mejanya, meletakkan tanganku di meja dan menatapnya tajam. Dia terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba itu.

Dengan nada suara yang paling tegas yang pernah kuucapkan, aku menjawabnya,

"dan aku akan menolaknya meskipun harus melakukannya ribuan kali" 
lalu berpaling meninggalkannya.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK