home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Share:
Author : Mrs_Bibi2007
Published : 25 Feb 2016, Updated : 25 Feb 2016
Cast : Choi Siwon, Jo In Sung, Cho Kyuhyun
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |434 Views |0 Loves
Beauty and The Beast
CHAPTER 1 : Chapter 1

Author : Mrs. Bi_bi

Main Cast : Choi Siwon, Kim Na Hee as Song Ah Ran

Support Cast : Jo In Sung, Cho Kyuhyun, Choi Hana (OC), Choi Hera (OC)

Genre : Family, Complicated

Rating : G

Length : Sequel | Chapter 1

Disclaimer : All story is mine

.

.

.

.

-oo—ooooooo-

.

.

.

.

.

Ah Ran mengulurkan tangannya melalui celah jendela kamar, merasakan salju pertama yang turun dari langit pagi ini dan itu mampu menimbulkan senyum diwajah manisnya. Udara terasa lebih dingin dari sebelumnya, namun itu bukan alasan bagi Ah Ran untuk menghangatkan badan entah dengan pakaian hangat atau menyalakan mesin penghangat. Ah Ran hanya begitu menyukai musim dingin, melihat dengan bebas salju putih yang memenuhi jalanan dan sekitar hingga menimbulkan rasa damai dalam hati.

“Agassi.”

Ah Ran menoleh ketika mendengar namanya dipanggil, mendapati seorang wanita paruh baya dengan pakaian dan tampilan rapi berwarna hitam seperti biasa. “Agassi.” Sebutnya lagi tidak lupa senyum ramah yang selalu tampak.

Ah Ran membalik tubuhnya dan ikut mendekati wanita yang biasa dipanggilnya Han ahjumma itu, membantunya melipat selimut di atas ranjang luasnya seperti bertahun-tahun ini.

“Anda terlihat sangat bahagia agassi?”

“Eo, salju turun. Lihatlah.” Tunjuka Ah Ran dengan mata berbinarnya yang kembali melihat salju dari balik jendela kamarnya. “Seperti apa dunia luar itu saat ini ahjumma? Seperti apa kehidupan dibalik gerbang rumah ini sekarang? Apa masih menakutkan seperti dulu?”

Han ahjumma menghentikan gerak tangannya melipat selimut setelah ucapan terakhir Ah Ran, sama seperti nonanya yang tengah melihat hal diluar dengan penasaran, iapun penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh salah satu nonanya ini jika benar-benar menginjakkan kakinya di luar rumah mewah yang selalu menahan dan memenjarakannya.

“Keadaan di luar sangat jahat dan kejam seperti dulu agassi, akan lebih baik jika anda disini.”

 

Bohong. Bukan itu yang ingin Han ahjumma katakan, bukan keburukan yang ingin dikatakannya pada Ah Ran dunia luar itu, tapi keindahan dan kebaikan. Bukan hal menakutkan dan jahat yang selama ini dipikirnya.

“Ahjumma.” Ah Ran segera membalik lagi badannya dan memegang tangan pelayannya itu erat. “Bukankah minggu depan Hana eonni akan menikah? Apakah aku akan ikut?”

 

“Kau tidak akan kemanapun Ah Ran-ah. Dunia luar sangat jahat, kau masih ingat itu kan?”

Ah Ran dan Han ahjumma menoleh bersamaan, mendapati satu-satunya tuan muda di rumah itu yang sudah berdiri dengan gagahnya seperti biasa pada ujung pintu dan tersenyum dihadapan mereka namun memandang tajam salah satunya.

“Siwon oppa.”

Senyum tipis bersama langkah elegan Siwon yang mendekati mereka tampak. Han ahjumma sudah lebih dulu menundukkan kepalanya dan berjalan menjauh setelah mengucapkan permisi, keluar dari kamar itu kemudian menyisakan mereka berdua yang masih berpandangan dengan salah satunya tertawa ringan.

“Sejak kapan oppa disana? Oppa menguping pembicaraanku dan Han ahjumma?”

“Ani.”

“Eeeeiii.....jangan membohongiku. Aku sudah 19 tahun.” Siwon tergelak dan mengusap puncuk kepala Ah Ran lembut seperti biasa.

“Segeralah mandi kemudian kita sarapan bersama. Kau harus menemani abeoji sarapan sebelum pergi ke Amerika.”

“Samchon akan pergi pagi ini?”

“Eo.” Siwon mengangguk kemudian berdiri dari duduknya setelah sebelumnya berhadapan dengan Ah Ran. “Maka cepatlah jangan sampai abeoji menunggu.”

“Tapi kan Hana eonni akan menikah minggu depan, samchon tidak akan datang?”

“Datang tentu saja, pernikahan Hana akan di adakan di Amerika.”

“Kenapa aku tidak boleh ikut? Bukankah jika tidak aman untukku maka tidak aman juga untuk kalian? Bukankah jika kalian boleh keluar aku juga boleh? Aku ingin ikut, aku tidak ingin disini sendirian oppa, boleh ya? Aku mohon, boleh ya oppa.......”

“Ah Ran-ah.” Siwon menangkup kedua pipi Ah Ran pelan, membuat mulut gadis itu terdiam saat itu juga dan mata yang berpusat hanya pada Siwon seorang. “Kau sangat spesial, apa kau tahu itu?”

“Ng.” Angguk Ah Ran pelan menatap mata Siwon tanpa berkedip.

“Aku tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu lagi, dunia luar sangat buruk. Apa kau mengerti maksudku? Tetaplah tinggal disini, seperti ini, seperti yang selama ini sudah kau jalani. Kau tidak ingin membuatku khawatir bukan?”

“Tap—.”

 Satu lumatan tibat-tiba Siwon untuk Ah Ran terjadi begitu saja, menegangkan tubuh gadis itu yang baru pertama kali ini benar-benar tersentuh secara fisik oleh pria. Lirikan mata Ah Ran tampak pada Siwon yang justru mendalami ciumannya dengan memejamkan mata erat, tidak ada batasan antara wajah mereka begitupun dada yang saling menempel dengan detaknya yang saling beradu.

Ah Ran hendak berontak tentu saja, ia tidak siap, tidak menyangka, dan tidak percaya dengan apa yang saat ini terjadi. Tapi bahkan untuk melakukan itu dengan kedua tangannya sendiripun tidak bisa sebab sudah lebih dahulu digenggam erat oleh pria yang kini membuatnya makin lemas dan gemetar hingga kedua kakinya lemas dengan tubuhnya yang hampir terjatuh.

“Hhh.” Siwon melepas lumatan sepihaknya menyadari tubuh limbung Ah Ran yang berhasil dipegangnya saat benar-benar hampir terjatuh. Sebelah tangan Siwon berada di pinggang gadis itu dan sebelahnya lagi merangkul pundak kurusnya. “A— Ah Ran-ah.” Gumam Siwon sama terkejutnya dengan gadis yang kini berada dalam rangkulan eratnya, kedua mata itu berpandangan untuk kesekian kalinya namun dengan rasa berbeda.

 

“Oppa........ Ah Ran-ah.........”

 

Mata yang masih saling mengunci satu sama lain itu membulat seketika mendengar teriakan nama mereka, baik Siwon dan Ah Ran melepaskan diri satu sama lain dan menoleh ke arah pintu yang kemudian menampakkan seorang gadis seusia Ah Ran.

“Kenapa kalian lama sekali turunnya? Appa sudah menunggu.”

“Eo—eo arasseo.”

“Kenapa wajah kalian tegang dan merah seperti itu?” Heran mendekat, memperhatikan seksama wajah dua orang dihadapannya dengan bibir yang tidak bisa dikatakan biasa.

Hera tahu, dirinya tidak lebih tua dari Ah Ran tapi dirinya tidak sebodoh dan selugu Ah Ran. “Kalian—.”

“Kajja........” Siwon mendorong tubuh salah satu adiknya itu segera, memotong perkataannya cepat dan menoleh pada Ah Ran sesaat sebelum menghilang dari balik pintu, meninggalkan gadis itu seorang diri yang sudah terduduk kembali di atas ranjangnya dengan sebelah tangan memegang dada dan mata membulat.

“O—oppa, oppa...” Ah Ran menekan detak jantungnya yang makin menjadi, ia sentuh bibirnya sendiri yang masih basah akibat lumatan yang sama sekali tidak dimengertinya dan itu justru membuat nafasnya tercekat.

 

 

-oo—ooooooo-

 

 

“Ah Ran-ah, kau baik-baik saja?” Gelegar suara dingin nan gemetar Tuan Choi mengingat usia tuanya terdengar di tengah suasana sarapan kediaman utamanya pagi itu, bukan hanya menolehkan kepala Ah Ran namun juga seluruh orang di ruang makan tersebut termasuk beberapa pelayan disana.

Ah Ran menelan ludahnya sekaligus makanan yang masih berada di tenggorokannya kuat, air yang beberapa kali diminumnya sebelum ini bahkan tidak melakukan tugasnya dengan baik saat matanya dan Siwon beradu.

“Ah Ran-ah?” Suara serak Tuan Choi kembali terdengar namun lebih lembut kali ini, giliran seluruh pasang mata itu menoleh pada Ah Ran menunggu jawabannya.

Siwon menggelengkan kepalanya langsung pada Ah Ran yang menatapnya, memintanya untuk tutup mulut atas apa yang tadi dilakukannya dan Ah Ran mengerti itu.

“Kau demam?” Wanita cantik berpenampilan feminin yang duduk disamping Ah Ran segera menempelkan punggung tangannya pada kening gadis itu. “Aku rasa tidak. Ada apa denganmu?”

Hera melirik seisi meja makan dan berakhir pada Siwon kembali menggelengkan kepalanya. Tidak ingin terlibat dengan masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, Hera hanya menaikkan kedua bahunya tidak peduli dan kembali melanjutkan makannya.

“Katakan saja, apa ada sesuatu yang mengganggumu?”

“Sebenarnya—se—sebenarnya—.” Ah Ran kembali menelan ludahnya paksa, matanya tidak berhenti melihat ke arah Siwon dan makin membuat pria itu gugup bukan kepalanya.

“Katakan saja jika ingin kau katakan. Berisik sekali.” Celetuk Hera tidak peduli sambil menyumpitkan makanan ke dalam mulutnya sekaligus.

 

“Khm!” Tuan Choi berdehem kencang menghentikan segala aktivitas di meja makan yang sebenarnya hanya Hera pelakunya. Pandangan tajamnya jelas langsung dilemparkan pada anak bungsunya itu merasa tidak suka dengan perkataannya barusan. “Katakan saja Ah Ran-ah.”

“Sebenarnya aku ingin hadir pada pernikahan eonni.” Jawab Ah Ran membuat pria yang duduk dihadapannya langsung bernafas lega setelah berpikir bahwa Ah Ran akan mengatakan pada abeojinya tentang apa yang telah terjadi sebelum ini. “Aku ingin hadir dalam pernikahan Hana eonni, apakah bisa?”

Tangan lembut Hana yang tadinya menggenggam tangan Ah Ran terlepas perlahan, meskipun tidak menunduk namun pandangan wanita itu jelas kebawah bersama kerutan disekitar keningnya. Tuan Choi menarik nafas dalam meletakkan sumpit yang masih berada di tangannya.

Apakah aku salah bicara? Pikir Ah Ran merasakan suasana tegang dalam ruang makan itu dan untuk kesekian kalinya, Siwon menggelengkan kepalanya saat mata mereka bertemu, meminta Ah Ran untuk tidak melanjutkan pembicaraan ini.

Namun Ah Ran adalah gadis dengan usia 19 tahun, wajar rasanya anak seusia itu berulah dan membantah serta ingin melakukan apapun yang di inginkannya. Maka Ah Ran menelan ludahnya sekali lagi, melihat sekeliling meja makan dengan pelakunya yang diam kecuali Tuan Choi, pria tua itu tampak akan membuka mulutnya untuk memberi jawaban namun Hana lebih dulu mengeluarkan suaranya.

“Ah Ran bisa datang dalam pernikahanku bukan abeoji?”

Jelas-jelas pertanyaan Hana mendukung Ah Ran dan membelalakkan mata dua pria yang berada satu meja dengannya. Hana menoleh pada Ah Ran memberikan senyum tipisnya dan menoleh lagi pada Tuan Choi. “Ini adalah pernikahanku, tidak akan ada orang jahat.”

“Hana-ya.”

“Wae oppa?” Segera Hana toleh Siwon tenang, tidak memperdulikan pandangan ancaman dari kakaknya tersebut.

“Arasseo.” Tuan Choi mengangguk, tubuh tua yang masih tampak perkasa itu bersandar pada kursi yang di dudukinya. Siwon menoleh pada arah Tuan Choi masih menampakkan wajah terkejutnya, tidak menyangka bahwa abeojinya akan mengabulkan keinginan Ah Ran dan Hana dalam hal ini.

Hera menaikkan sebelah alisnya dengan lirikan tajam pada mereka, ada satu hal yang tidak ia mengerti dalam keluarganya. Ah Ran, gadis seusia dengannya yang telah ada di rumahnya sejak kecil itu entah bagaimana diperlakukan bagai Rapunzel, dijaga ketat, tidak di ijinkan untuk keluar. Salah. Ralat. Ah Ran memiliki kenangan menakutkan tentang hal di luar sana entah apa itu, dan anehnya baik abeoji, Siwon, bahkan seluruh penghuni rumahnya mendukung pemikiran Ah Ran hingga gadis itu benar-benar tidak ingin keluar.

“Sebenarnya ada apa sih?” Heran menatap heran mereka semua yang sayangnya tidak dipedulikan kecuali Ah Ran yang menatapnya sambil tersenyum konyol dan polos, tampaknya gadis itu sangat senang karena bisa keluar dan dengan keadaan aman.

 

“Maka panggil In Sung sekarang juga.” Ucap Tuan Choi lagi, melanjutkan keputusan mengejutkannya.

“Maksud abeoji?” Hana mengerutkan keningnya.

“Kalian akan menikah hari ini. Disini. Panggil In Sung bersama keluarganya sekarang juga.”

“Mwo—mwo? Ta—tapi, abeoji......”

“Donghae!”

“Ne.”

Keadaan ruang makan itu tampak kacau seketika, Hana dan Siwon saling berpandangan bingung begitu juga Ah Ran dan Hera meski tidak sebanyak mereka.

Donghae, pria yang Tuan Choi panggil dengan jabatan kepala pelayan rumah itu sedang mendapatkan beberapa perintah berat macam harus menyelesaikan segala urusan pernikahan paling lambat siang ini agar Hana bisa menikah sore harinya.

 

“Abeoji.”

“Diam.” Potong Tuan Choi cepat pada Hana yang sudah tentu akan protes. Lirikan tajam pria itu jelas langsung tertuju pada Hana hingga membuat putri keduanya itu langsung tertunduk dan tidak bisa mengeluarkan protesnya.

“Tidak apa jika aku tidak perlu datang, aku akan ada di rumah ini. Tidak perlu merusak pernikahan Hana eonni.” Ah Ran bersuara lirih namun bisa didengar oleh seluruh penghuni ruang makan itu. Siwon menatap Ah Ran langsung, melihat kesedihan pada diri gadis itu namun dirinya tidak bisa melakukan apapun untuk membantu atau memperbaiki ini.

Tuan Choi menarik nafas dalam dan melempar sapu tangannya, melihat Ah Ran dan ketiga anaknya bergantian kemudian pergi dari sana segera di ikuti anak buah pribadinya.

 

“Wah....wah....Song Ah Ran, kau berhasil membuat sarapan kita lebih menarik.” Sinis Hera kemudian ikut pergi seperti yang appanya lakukan, meninggalkan Siwon, Hana, dan Ah Ran disana bersama beberapa pelayan tersisa.

Ah Ran masih menundukkan kepalanya, ia kecewa karena tidak bisa keluar namun terluka untuk Hana yang pernikahannya hancur sebab dirinya. Seandainya dirinya tidak egois dengan ingin pergi keluar yang sebenarnya sangat menganggu, maka hal seperti ini tidak akan terjadi.

“Eonni—.”

“Gweanchana.” Hana membalas cepat ucapan Ah Ran, ikut pergi dari sana seperti yang dua anggota keluarganya lakukan sebelum ini.

 

“Aku salah lagi oppa.”

“Ania, Hana bilang dia tidak masalah kan?” Siwon mengganti posisi duduknya disamping Ah Ran, melihat lebih jelas kesedihan di wajah gadis itu untuk kemudian di tangkupnya, membuat ia mengingat sedikit kejadian pagi tadi dan hal itu cukup membuat tangkupan tangannya turun perlahan. “Jangan memikirkan banyak hal.”

“Oppa.”

“Eo. Wae?”

Ah Ran menelan ludahnya paksa, gadis itu mengernyitkan keningnya dengan ingatan pada hal tadi pagi, membuatnya ingin bertanya sebenarnya tentang apa yang Siwon lakukan tapi malu dan khawatir memenuhi dirinya. Apalagi di sekitarnya ada beberapa pelayan dan tidak mungkin dirinya menanyakan maksud Siwon menciumnya seperti itu.

“Maaf, permisi.” Kyuhyun datang dengan stelan rapinya seperti biasa, membungkuk pada Siwon dan Ah Ran, cukup menghentikan pembicaraan mereka berdua. “Tuan Li akan segera tiba di bandara, saya ingin mengingatkan anda bahwa harus segera pergi ke kantor.” Jelas Kyuhyun untuk Siwon, membuat pria berstatus atasannya itu melirik tajam dengan sebelah alisnya terangkat.

Kyuhyun menelan ludahnya paksa, ia pikir tidak apa jika mendekati Siwon dan mengatakan tentang jadwal pagi ini karena sarapan sudah selesai. Namun rupanya bukan begitu kenyataanya dan lirikan tajam Siwon yang didapatnya cukup membuat badan panas dingin.

“Oppa pergilah, aku akan mengatakannya nanti saja.” Ah Ran melepas kedua tangan Siwon pada pundaknya, pergi dari sana kemudian dengan lesu setelah apa yang terjadi.

Siwon berdiri dari duduknya menatap Kyuhyun tajam hingga sekretaris pribadinya itu langsung tertunduk. “Apa kau tahu aku belum selesai sarapan dan kau sudah membicarakan pekerjaan denganku?”

“Ma—maf tuan, tapi saya pikir anda sudah selesai.”

“Saya pikir? Saya pikir KATAMU?!” Bulatan mata sempurna Siwon tampak bersama teriakan kencangnya, makin menundukkan kepala Kyuhyun bahkan beberapa pelayan disana yang sudah ketakutan.  “Gunakan otakmu lebih keras lagi. Kau mengerti?!”

“N—ne.”

“Ne?”

“Baik. Saya mengerti tuan muda.”

“Bagus.” Kata Siwon memukul dada pria itu dan pergi dari ruang makan rumahnya kemudian, melegakan hati semua bawahannya disana yang langsung bernafas lega. Setidaknya tidak ada barang pecah yang melukai salah satu anggota tubuh mereka kali ini.

 

 

-oo—ooooooo-

 

 

Ah Ran menghela nafas panjang saat melihat mobil Siwon yang keluar dari pagar rumahnya di susul oleh beberapa truk yang masuk dengan perlengkapan pernikahan. Tampaknya pernikahan Hana memang akan berlangsung sore nanti seperti yang Tuan Choi katakan dan tidak ada niatan untuk membatalkannya.

Ah Ran lelah, jujur saja dirinya memang takut untuk keluar namun dirinya yang lain meminta untuk keluar dari rumah mewah yang memperlakukannya bagai putri ini. Dirinya bosan, bosan berada di tempat mewah ini selama bertahun-tahun meski untuk keluar harus berpikir ribuan kali.

“Hana eonni.” Gumam Ah Ran mengingat wanita itu dan berdiri ia, keluar dari kamarnya sendiri menuju tempat Hana saat ini berada.

Suara ramai langsung terdengar bahkan saat Ah Ran belum menginjakkan kakinya di lantai pertama rumah itu, beberapa orang yang tampak menyiapkan segala hal untuk pernikahan hilir mudik kesana kemari, sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak peduli pada yang lain termasuk dirinya mungkin.

“Ahjumma.” Panggil Ah Ran mencegat Han ahjumma yang kebetulan lewat, memegang tangan wanita itu yang juga tengah memegang sebuket bunga besar.

“Eoh? Agassi, anda membutuhkan sesuatu?”

“Ani. Aku hanya ingin bertanya. Apa pernikahan Hana eonni benar-benar akan dilakukan sore nanti?”

“Begitulah.” Jawab Han ahjumma pelan merasa menyesal untuk Ah Ran.

“Aku menghancurkan pernikahan Hana eonni, apa benar begitu ahjumma?”

“Aigo agassi.” Han ahjumma letakkan buket bunga dalam pelukannya pada kursi disampingnya. “Mana bisa anda berkata begitu? Sama sekali itu tidak benar.” Jelas Han ahjumma menyentuh lembut pipi Ah Ran.

“Tapi jika bukan karena aku maka pernikahan Hana eonni tidak akan diadakan tergesa seperti ini dan ditempat seperti ini.”

“Apa maksud anda? Ini jelas adalah pernikahan sempurna karena di adakan di rumah pribadi. Bukankah ini terasa sangat hangat?”

“Aku tahu, tapi tetap saja—.”

 

“Ahjumma, agassi menunggu bunga anda sejak tadi. Cepatlah.” Seorang pelayan lebih muda dari Han ahjumma bersuara, menghentikan sekali lagi pembicaraan Ah Ran sama seperti ketika tadi Kyuhyun datang dan menghentikan pembicaraannya dengan Siwon.

“Arasso-arasso.” Jawab Han ahjumma cepat pada rekannya dan kembali mengambil bunga yang tadi diletakkannya itu. “Agassi.” Panggil Han ahjumma pada Ah Ran. “Anda ingin menemui Hana agassi? Mari ikut saya dan anda bisa melihat bahwa Hana agassi sama sekali tidak sedih untuk ini.” Ajak Han ahjumma, membuat Ah Ran bernafas lega meski sedikit dan di ikutinya kemudian langkah kaki tua itu, membawanya menuju salah satu sudut rumah yang lebih ramai dan penuh dengan beberapa pernak pernik pernikahan khususnya bunga.

 

 

Hana tampak di antara pelayan rumah yang sibuk meletakkan bunga disana, Han ahjumma mendahului langkah Ah Ran mendekati Hana guna meletakkan bunga khusus yang dipegangnya. “Letakkan disana.” Perintah Hana pada beberapa pelayan rumah itu yang langsung menurut.

Ah Ran melihat semua itu tidak jauh dari tempat Hana, menyaksikan bahwa memang tidak tampak sama sekali kesedihan ataupun penyesalan di wajah cantik itu.

“Eonni.” Panggil Ah Ran, menghentikan langkah Hana yang akan berjalan entah kemana dan menoleh padanya.

“Ah Ran-ah? Apa yang kau lakukan disini?”

“Eonni.” Sebut Ah Ran sedih kemudian menghambur dalam pelukan Hana, memeluk wanita itu erat tidak peduli jika kemudian air matanya membasahi baju Hana.

“Waeyo? Kenapa kau menangis huh? Ada yang menyakitimu? Ada yang salah?”

“Mianhe eonni, karena aku pernikahanmu kacau seperti saat ini.”

“Apa maksudmu?” Tanya Hana mendorong tubuh Ah Ran pelan dan menghapus segera air mata gadis itu.

“Jika saja aku tidak memaksa untuk hadir dalam pernikahanmu maka—.”

“Shhhtt....” Hana menutup bibir AH Ran dengan telunjuknya di ikuti gelengan kepalanya kemudian. “Siapa yang mengatakan bahwa pernikahanku kacau karenaku? Justru ini sempurna karena semua yang aku sayangi hadir. Apa jadinya jika aku menikah di luar sana tanpamu? Harusnya aku yang meminta maaf padamu.”

“Hm? Wae?”

“Aku akan menikah di luar negeri tanpa memperdulikan bahwa kau tidak bisa keluar dari rumah ini. Mianhe Ah Ran-ah.”

“Eonni.” Ah Ran makin terharu dan kembali memeluk Hana, merasakan ketenangan setelah ucapan Hana barusan yang tentu membuat suasana hatinya makin baik.

“Sudah jangan menangis, kau ingin merangkai bunga bersamaku?” Tanya Hana kemudian menyerahkan beberapa bunga di atas meja pada Ah Ran dengan sebelah tangan lain yang masih tetap memegang bunga sebelumnya. “Duduk dan rangkailah semua bunga-bunga ini sesuai dengan yang kau inginkan.”

“Bolehkah?”

“Tentu saja. Duduk dan lakukanlah.” Ulang Hana kemudian duduk di salah satu kursi disana, melupakan tujuan awalnya yang akan mendatangi pelayan dan memerintahnya berhenti menyentuh bunga-bunga itu karena akan dikerjakannya sendiri.

Ah Ran melakukan apa yang Hana inginkan dan meniru apa yang wanita itu lakukan, bekas air mata pada pipinya masih tampak namun senyum di wajahnya menghapus semua kesedihan itu. Ah Ran terus mengambil beberapa bunga yang disukainya dan merangkai semua itu menjadi satu, merasakan kepuasan tersendiri saat Hana tersenyum dan mengangguk setuju dengan pilihannya.

“Kau tidak ingin keluar Ah Ran-ah?” Tanya Hana tiba-tiba masih dengan pandangan pada bunga ditangannya, tidak melihat betapa terkejutnya Ah Ran dengan pertanyaan barusan. “Kau sudah berani berkata pada abeoji bahwa kau ingin hadir dalam pernikahanku yang sebelumnya akan diadakan di Amerika, bukankah dengan itu kau ingin keluar dari rumah ini?”

“Eo—eonni.”

“Tidak apa, katakan saja padaku.”

Ah Ran menarik nafas beberapa kali dan mengangguk. “Ne, aku ingin melihat dunia di luar rumah ini.”

“Kau tidak takut?”

“Takut tentu saja, tapi seseorang mengatakan padaku bahwa dunia luar tidak seburuk yang aku pikir.”

“Seseorang?” Tanya Hana menghentikan kegiatan menata bunganya, ia tatap Ah Ran serius dan memang tidak mungkin gadis sepolos, selugu, dan sebodoh Ah Ran berani mengatakan hal seperti tadi pagi jika tidak ada yang menghasutnya. Tapi siapa? Siapa yang membuat Ah Ran ingin pergi keluar? Mungkinkah Han ahjumma mengingat bahwa wanita itu dekat dengannya?

Hana melirik beberapa pelayannya yang masih berada disana termasuk Han ahjumma yang langsung menegang dengan ucapan Ah Ran, benarkah kau yang melakukan ini ahjumma? Tanya Hana tersirat dari matanya yang bertatapan dengan Han ahjumma.

“Siapa seseorang itu Ah Ran-ah?”

“Hera-ssi.”

 

 

-oo—ooooooo-

 

 

Brak

 

Kyuhyun memejamkan matanya dengan tubuh tersentak bersama gebrakan tangan Siwon pada meja kerjanya. Atasannya dimanapun dirinya berada itu menampakkan wajah bengisnya setelah hasil pertemuan barusan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Kedua tangan Siwon saling mengepal kuat, keningnya berkerut seolah tengah memikirkan sesuatu.

“Kyuhyun-ah.”

“Ne. Ne sajangnim.”

“Panggil Joon-ie.”

“Ne—ne? Jo—joon? Kim Joon?” Tanya Kyuhyun gugup mendengar nama itu dan Siwon tidak suka mengulang perkataannya saat ini, ia lirik Kyuhyun tajam, membuat pria mundur beberapa dari tempatnya dan menunduk.

“Kenapa? Kau ingin menggantikan tugasnya?”

“Ani, animida sajangnim.” Geleng Kyuhyun cepat.

“Serahkan semua informasi tentang Kim Han Su padanya. Aku mau berita kematiannya sudah aku dengar besok pagi saat bangun tidur. Kau mengerti?”

“Ne.”

“Bukankah pengacau memang harus disingkarkan hingga akarnya?”

“Ne?” Kyuhyun mengangkat kepalanya menatap Siwon dengan mata membulat.

“Lakukan pada semua keluarganya, masalah kemarin cukup menjijikkan karena satu keluarga tersisa. Bersihkan semuanya kali ini.”

“Sajangnim.” Kyuhyun menelan ludahnya berat menatap Siwon ngeri, bagaimana bisa ada manusia sekejam ini yang tidak melihat nyawa seseorang sebagai berharga?

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK