home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Coffee Scent

Coffee Scent

Share:
Author : dee_panda
Published : 20 Feb 2016, Updated : 22 Jul 2016
Cast : Shin Goeun (OC) , Kim Myungsoo , Choi Minho
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |1412 Views |2 Loves
Coffee Scent
CHAPTER 3 : 3.Teman Dekat Dan Temannya

Kalau saja telepon untuk rapat mendadak itu tak ada. Kalau saja editorku yang cerewet itu bukanlah workaholic. Dan kalau saja aku tak berada di kantor padahal ini akhir pekan. Gelisah. Kulirik jam di ruang meeting ini. Kapankah rapat ini berakhir?

    "Brak!" Suara adu tangan dan meja merebut fokusku lagi yang semula sedang berkalau-kalau. Editorku itu rupanya yang menggebrak meja.

    "Dengar Shin Goeun, lebih baik kamu menyerahkan proposal cerita baru sebelum hari Jumat minggu depan. Mengerti?" Muka itu dramatis memperingatkan. Aku yakin di muka lain yang ia sembunyikan entah dimana dia sedang tertawa mengerikan.

    "Jumat?!" Pekikku dengan suara yang mirip orang tercekik. Berbagai protes sudah muncul di kepalaku, siap untuk dilontarkan. Tapi akhirnya aku telan kembali karena aku sudah tahu mereka tak akan berguna melawan keputusan editorku yang satu ini.

    Begitu keluar dari kantor gedung publishing ini aku melangkah lunglai bak prajurit kalah perang. Malas berpikir. Kupercayakan langkah kaki mengikuti kata hati.

***

    Suhu di galeri ini begitu kontras dengan cuaca di luar sana yang berangin dan dingin luar biasa. Coba tebak ada di mana aku sekarang? Gara-gara mengikuti kata hati akhirnya berdirilah aku disini. Seorang orang awam yang tak mengerti photography di sebuah pameran photography.

    Demi melihat wajah Myungsoo itu lagi, aku iseng ke tempat ini. Bak agen rahasia yang sedang mencari target sasaran, mataku sigap mencari sosok Myungsoo diantara orang-orang yang ada. Di tengah-tengah pencarian, mataku tertuju pada sosok yang tak asing tapi bukanlah yang aku cari.

    Choi Minho? Kenapa dia disini? Sial, dia terlanjur melihatku, aku terlanjur melihatnya. Dan pintu keluar berada jauh dari tempatku berdiri. Aku mulai merasa menyesal karena memutuskan datang ke tempat ini.

    "Goeun-ah, anyeong! Lihat pameran juga ya?" Muka berhias senyum itu ramah menyapaku. Seperti biasa.

    "Ne, ehm, anyeong." Balasku dengan suara serak, suara yang dipaksa keluar.

    "Bagaimana kabarmu? Kenapa akhir-akhir ini kamu sulit ditemui?"

    "Aku sibuk, hmm begitulah." Jawabku irit.

    Aku sengaja tak memandangnya, pura-pura melihat sebuah foto yang dipajang tepat di depanku. Perlahan aku berjalan menjauhinya. Seolah tahu niatku, secepat kilat dia menghadang. Omo, dia berdiri terlalu dekat sampai-sampai aku dapat mencium bau parfumnya. Aku mundur satu langkah, keputusan bijak.

    "Kamu masih marah padaku ya?" dia bertanya pelan, ada nada sesal disana.

    Marah? Aku juga masih mempertanyakan hal itu. Bagian mana yang membuatku marah. Apa aku marah karena kamu merencanakan sebuah blind date untukku tanpa persetujuanku? Atau aku marah karena masih juga suka padamu? Atau apa aku marah karena sampai detik ini kamu belum menyadari perasaanku? Minho-ya jangan tanya aku, karena aku sendiri pun tak tahu.

    Sebelum menjawab, aku beranikan diri untuk menatap matanya. Dan untuk itu aku perlu mendongak, benar-benar mendongak agar yang kulihat adalah dua bola matanya dan bukan dua lubang hidungnya.

    "Kenapa aku harus marah padamu?" Tanyaku balik. Sungguh, sebenarnya bukan ini yang ingin aku ucapkan.

    "Goeun-ah, apa ini soal blind date.."

    "Apa perlu dibicarakan disini?" Potongku cepat.

    Aku melirik kanan kiri, takut ada yang mencuri dengar. Meski sepertinya tak ada yang perlu aku takutkan.

    "Kalau begitu ayo ikut aku." Minho menarik lenganku.

    "Tapi,tapi,.." aku mencoba menolak, sampai-sampai tak  kusadari seseorang sedang berjalan ke arah kami.

    "Hyung, onje waseoyeo?" Orang itu bertanya akrab pada Minho.

    Lhoh, Myungsoo?

***

    Teman dekat. Itulah kesimpulan yang kutarik jika melihat duo M ini, Minho Myungsoo, berbincang sangat akrab. Disini aku masih tak menduga kalau Minho mengenal Myungsoo. Berprofesi sebagai aktor musikal memang mempengaruhi pergaulan Minho, dan jika dia punya kenalan manusia populer harusnya aku tak perlu kaget. Justru akulah yang perlu dipertanyakan, hello siapakah Shin Goeun ini? Sampai-sampai bisa makan malam dengan aktor musikal tampan dan photographer ganteng.

    Yang aku tahu Minho adalah tipe orang yang amat berhati-hati dalam pertemanan. Baginya, mungkin butuh minimal dua kali penyaringan untuk memutuskan siapa saja orang-orang yang bisa dia percayai sebagai teman. Karena itulah banyak kenalan yang merasa kesulitan untuk mendekati dia. Tak jarang aku ditanyai oleh orang-orang, terutama para perempuan, bagaimana aku bisa dekat dengan Minho. Kalau ditanyai seperti itu, biasanya akan aku jawab, "Ah, kami tak sedekat itu." atau "Entahlah, kami dulunya hanya teman kampus biasa." Jawaban yang mengundang reaksi malas bertanya lagi dari si penanya.

    "Yaa, berhenti melamun udonmu itu keburu dingin." Minho mengibaskan tangannya di depan mukaku.

    Sambil menyantap udon dalam mangkuk kecil itu, aku masih heran kenapa tadi aku mau-mau saja diajak duo M ini makan di restoran Jepang ini. Apa karena lapar? Apa karena aku memang sedang ingin makan udon? Atau karena ingin melihat orang itu lebih lama? Dia yang sedang menyantap sushi dengan lahapnya. Kulirik Myungsoo, sekali, dua kali dan saat ketiga kali dia menangkap basah mataku yang sedang curi-curi pandang ke arahnya. Di saat itulah aku tersedak. Memalukan.

    "Pelan-pelan kalau makan." Minho menyodoriku beberapa helai tissue.

    "Kalian sudah lama berteman?" Tanya Myungsoo tiba-tiba.

    "Lumayan, semenjak kami kuliah. Wae?" Sahut Minho.

    Aku yang masih sibuk menenangkan diri akibat tersedak hanya kebagian jatah mendengarkan saja.

    "Bukan apa-apa kok, aku hanya baru tahu kalau Hyung punya teman perempuan." Sebuah senyum tersungging di muka itu, menunjukkan satu lesung pipi di sebelah kanan.

    "Aku pun tak tahu kalau kalian juga saling kenal." Ujar Minho.

    "Takdir? Mungkin itu." Myungsoo mendaratkan pandangannya padaku.

    Beruntung aku tak sedang makan apapun sekarang. Jadi, tak ada adegan tersedak lagi.

    "Lalu, kalian ini bagaimana bisa kenal?" Lepas dari tersedak yang memalukan justru pertanyaan bodoh ini yang keluar. Shin Goeun, mungkin kau lelah hari ini.

    "Komunitas photography, Minho hyung sebetulnya punya bakat terpendam menjadi photographer. Tapi sayang objek fotonya hanya satu. Satu perempuan." Papar Myungsoo kalem.

    Kali ini Minho tak menyahut, sibuk menjejali mulutnya dengan sushi.

    Minho-ya, neo jinja. Apa kamu ternyata seorang stalker yang diam-diam sering mengambil foto perempuan? Dan siapa pula perempuan itu? Apa aku kenal? Pertanyaan-pertanyaan ini seolah merangsek ingin keluar, meminta jawaban.

    "Mwo?" Minho balik

menatapku dengan mata besarnya.

    "Aku mau pulang. Aku lelah." jawabku lesu.

    Akhirnya aku mengakui kalau aku memang sedang lelah. Aku lelah akan perasaanku.

***

 

Anyeong, thanks for reading.

Please do comment,,

Thanks,

~_~ Dee_Panda

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK