Hyungwon memasukkan kedua tanganya kedalan saku celananya, ia sedang berjalan menuju rumahnya. Ia melewati apartement Hoshi, lampu kamar Hoshi sudah mati, ia pasti telah terlelap. Hyungwon berjalan sambil memejamkan kedua matanya, menikmati udara malam Mapo Gu. Ia melangkahkan kakinya untuk berbelok ke kiri. Langkah demi langkahnya menghantarkannya kedepan rumah Seolhyun, ia tak tahu kamar Seolhyun yang mana tapi Hyungwon dapat memastikan kalau gadis berambut panjang itu pasti sudah tidur. Hyungwon melempar padanganya ke lantai dua rumah Woohyun, lampunya masih menyala, menandakan kalau si pemilik kamar masih terjaga. Namun saat langkah kaki Hyungwon sampai depan rumah Hanbin, ia mendengar sebuah mobil berhenti di ujung jalan. Hyungwon mengumpat dekat rumah Hanbin. Seorang gadis yang tak asing untuk dirinya turun dari mobil, ia mengeluarkan kopernya dari jok penumpang dan membanting pintu mobil tersebut. Seorang laki-laki keluar dari mobil dan menghampiri gadis tersebut. Gadis itu menunduk, laki-laki yang berdiri di sampingnya mengulurkan tanganya untuk menyentuh tangan gadis itu, namun di tepis oleh gadis itu. Laki-laki itu langsung masuk kedalam mobil dan meninggalkan gadis itu di ujung jalan. Sendirian dengan udara dingin. Gadis itu berjongkok di depan kopernya, ia memeluk kedua kakinya dan menengelamkan kepalanya dalam pelukannya.
Hyungwon berjalan untuk menghampiri gadis itu. Ia memberikan jaket yang ia kenakan untuk gadis itu.
‘Ah, Noona sedang mencari uang Noona yang hilang?’ tanya Hyungwon, tapi gadis itu masih terdiam. Perlahan terdengar isak tangis dari Wooyeon. Hyungwon menarik koper milik gadis itu dan mengengam lengan gadis itu untuk membantunya bangun.
‘Wooyeon Noona tidak perlu menangis, Ahjussi tidak akan memarahkan Noona jika uangnya hilang’ tungkas Hyungwon yang menuntun Wooyeon berjalan hingga depan rumahnya. Wooyeon menunduk, ia masih belum berani menantap Hyungwon. Mereka berdiri saling berhadapan, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua.
‘Aku pulang duluan’ tungka Hyungwon yang menguap, namun saat Hyungwon ingin membalikan tubuhnya Wooyeon memeluknya.
‘Noona..’ tungkas Hyungwon.
‘Noona tau kan kalau aku tidak suka di peluk’ tungkas Hyungwon dengan nada datar, tapi tangis Wooyeon terdengar semankin kencang.
‘Baiklah, aku akan mengizinkan Noona memelukku dalam waktu lima menit dan gunakan waktu itu sebaik-baiknya’ tungkas Hyungwon yang melihat jam tanganya.
‘Gomawo, Jeongmal Gomawo’ tungkas Wooyeon yang melepas pelukannya dan masuk kedalam rumah.
Bukan karena Hyungwon ingin mencapuri urusan Wooyeon, tapi Hyungwon ingin agar Wooyeon tidak pernah lemah di hadapan siapapun.
₪
Woohyun berjalan memasuki kamar Wooyeon, sekitar setengah jam yang lalu, ia mendengar suara koper yang di gerek. Setelah membuka pintu kamarnya, hanya ada suar tangis dari kamar Wooyeon. Kakanya itu menangis dekat tempat tidur dengan memeluk teddy bear, persis seperti beberapa tahun yang lalu. Woohyun yang tadinya berniat untuk memberikan semua mintak urut yang ia dapatkan, berakhir dengan berjalan menghampri Wooyeon. Walau kakanya itu sering membuatnya kesal tapi Woohyun merasa sakit hati melihat kakaknya menangis seperti ini. Woohyun mengulurkan tanganya untuk memeluk Wooyeon.
‘Aku tidak akan bilang jangan menangis atau berhentilah untuk menangis. Noona boleh menangis sepuasnya malam ini tapi besok Noona harus tersenyum di depan Appa dan Eomma’ tungkas Woohyun dengan Suara pelan. Woohyun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, ia menyalakan musik dengan suara penuh agar Appa dan Eomma-nya tidak mendengar tangisan Wooyeon. Setelah beberapa lagu terputar, Woohyun baru menyadari Wooyeon telah tertidur di pelukannya, ia mengangkat tubuh kakaknya ke atas tempat tidur dan menyelimutinya. Sejenak Woohyun menatap wajah kakaknya, ada bekas air mata mengalir di pipinya. Walau menyebalkan, tapi Wooyeon terkadang terlihat menyedikan. Ia kerap menyembunyikan perasaan sedihnya jadi semua orang.
Woohyun mengambil posisi untuk tidur di samping Wooyeon, ia masih ingat bagaimana dulu Wooyeon selalu menemaninya tidur ketika Eomma pergi bertugas dan Appa sibuk dengan album baru artisnya. Wooyeon selalu menemani Woohyun dan memastikan semuanya akan baik-baik saja walau orang tua mereka sedang berkerja. Woohyun memfoto dirinya dengan Wooyeon yang sedang tidur. Di dalam foto tersebut, Woohyun tidur memeluk Wooyoen.
‘Nam Woo Hyun: Noona, bermimpilah dengan indah. Malam ini aku akan menjaga mimpimu.’ Woohyun memposting foto tersebut ke twitter.
Setelah memposting fotonya dengan Wooyeon, Woohyun meletakan ponselnya di meja kecil sebelh tempat tidur Wooyeon lalu memejamkan matanya.
₪
Woohyun membuka matanya, ia melihat kalau Wooyeon masih terlelap. Woohyun menyibak selimutnya, mengambil ponselnya dan keluar dari kamar Wooyeon.
‘Kamu tidur di kamar Wooyeon-a?’ tanya Ibunya ketika Woohyun keluar dari kamar Wooyeon.
‘Iya. Aku pindah ke kamar Noona semalam’ tungkas Woohyun yang berjalan menuju kamarnya.
‘Kamu sedang tidak sakit kan?’ tanya Eommanya.
‘Tidak, ada apa?’ tanya Woohyun yang menantap Eommanya.
‘Tidak, Eomma merasa aneh saja’ tungkas Eommanya.
‘Eomma. Minggu depan akan ada pertemuan antara guru dan murid. Membicarakan tentang perguruan tinggi’ tungkas Woohyun dan Eommanya hanya tersenyum menatap anaknya.
₪
Woohyun berjalan menuju kelasnya. Setiap kelas yang ia lewatkan pasti menjadi bising.
‘Annyeonghaseo’ sapa seorang junior Woohyun.
‘Hyung, bisakah kamu memberikan ini untuk Noona-mu’ laki-laki itu memberikan sebuah tas karton, Woohyun hanya menerimanya dengan senyuman dan membungkukan tubuhnya sebagai ucapan terimakasih.
Woohyun kembali berjalan menuju kelasnya. Ia membuka pintu kelasnya. Ketiga sahabatnya telah duduk di tepatnya masing-masing. Mereka sibuk dengan dunianya mereka sendiri. Sedangkan teman-teman kelasnya juga sibuk dengan dunia mereka sendiri. Beberapa gadis sedang sibuk mengecat kuku mereka, ada yang sibuk belajar, ada yang sibuk membaca. Kelompok pria malam membuat kerumunan di pojok kelas, entah apa yang mereka lakukan. Woohyun memasuki kelasnya dan duduk di tempatnya.
Hyungwon mencolek bahu Woohyun ketika Woohyun duduk. ‘Apa kamu semalam benar-benar tidur dengan Wooyeon?’ tanya Hanbin yang fokus dengan sketsanya.
‘Iya, aku semalam tidur di sampingnya ketika ia pulang dari busan’ tungkas Woohyun.
‘Apa Noona menceritakan sesuatu?’ tanya Hyungwon dan Woohyun menjawabnya dengan gelengan kepala.
‘ Apa Noona tidak memukulmu?’ tanay Hoshi dan Woohyun menjawab dengan gelengan kepala.
‘Aku ingin juga tidur dengan Wooyeon Noona’ tungkas Hyungwon yang di balas oleh tatapan sengit Woohyun.
‘Kalian kenapa sih? Tidur dengan kakak sendirikan tidak aneh’ protes Woohyun mengenai sikap teman-temannya.
‘Memang tidak aneh, tapi ponsel ku berisik karena pemberitahuan di twitter dan instagram, belum lagi artikel yang memuat berita tetang kedekatanmu dan Noona. Aku rasa kalau publik tau yang sebenarnya, mereka akan geleng-geleng’ gerutu Hanbin.
₪
Pagi awal bulan april ini di awali dengan matahari yang menghangatkan kota Seoul. Para penduduk Negara ini tidak perlu mengunakan pakaian yang tebal saat keluar rumah karena musim semi telah tiba. Musim dingin di gantikan dengan bunga sakura, mognaias dan beberapa bunga khas musim semi yang tumbuh. Hyungwon melangkahkan kakinya untuk keluar rumah setelah pamit kepada orang tuanya. Hyungwon sangat menyukai musin semi, musim dimana bunga bermekaran dan udara yang sejuk. Setelah menarik nafas dan memejamkan mata, Hyungwon berjalan menuju halte bus. Namun seorang gadis yang keluar dari rumahnya dengan tergesah-gesah mencuri perhatian Hyungwon.
‘Noona’ Tungkas Hyungwon yang menghampiri Wooyeon. Gadis berambut warna coklat gelap itu menengok ke sumber suara. Hyungwon menatap Wooyeon yang tampir berbeda. Gadis itu memakai vest top bergaya vintage bermotif brokat pada dadanya, membuat pingangnya jelas terlihat. Wooyeon juga memakai rok mini jeans di padu dengan wedges berwarna putih. Membuat ia tampil cantik dan seksi.
‘Aku minta maaf Hyungwon, aku sangat buru-buru’ tungkas Wooyeon yang tergesah-gesah membuka pintu mobil saat Hyungwon menghampirinya. Belum masuk kedalam mobilnya, Hyungwon sudah mengangkat tubuh Wooyeon. Hyungwon mengengam kaki Wooyeon yang ada di dadanya agar gadis itu tidak jatuh. Hyungwon membawa Wooyeon untuk masuk kedalam rumah Wooyeon, gadis itu terus berteriak dan membukul pungung Hyungwon minta untuk di turunkan. Hyungwon menurunkan Wooyeon tepat di depan pintu kamarnya.
‘Aku sudah bilang kalau aku buru-buru’ tungkas Wooyeon dengan kesal. Yang di marahin hanya tersenyum. Hyungwon membuka pintu kamar Wooyeon dan mendorong gadis itu untuk masuk kedalam kamar.
‘Ganti baju mu, Noona’ tungkas Hyungwon.
‘Apa yang salah, bukannya aku terlihat cantik seperti ini?’ tungkas Wooyeon yang merapihkan rambutnya.
‘Kamu sangat menjijkan’ tungkas Hyungwon yang menutup pintunya. Wooyeon berteriak-teriak dan mengedorpintu kamarnya.
‘Aku hanya akan membuka pintunya ketika Noona sudah menganti pakaian Noona’ tungkas Hyungwon sedikit berteriak.
‘Ada apa kamu pagi-pagi kerumah ku?’ tanya Wooyeon yang keluar dari kamarnya dengan seragam yang rapih.
‘Ingin mengajak kamu untuk berangkat bersama’ tungkas Hyungwon dengan senyuman tepis.
‘Yah sudah, aku mau minum susu dulu’ tungkas Woohyun yang berjalan melewati Hyungwon.
‘Tapi kenapa kamu berdiri di kamar Noona?’ tungkas Woohyun yang merasa aneh.
‘Aku sudah selesai ganti pakaiannya. Sekarang aku mau pergi’ tungkas Wooyeon yang keluar dari kamar dengan membawa tas. Kali ini ia memaki baju berwarna coklat tanpa lengan dan di padu dengan celana jeans panjang dan wedges warna putih. Wooyeon berjalan melewati Hyungwon dan Woohyun. Baru melangkah tiga langkah, Wooyeon sudah di teriyaki oleh Woohyun dan Hyungwon.
‘Kamu seperti setan, memakai baju yang tertutup di bagian depan tapi di bagian belakang terbuka’ komentar Woohyun.
‘Noona, pakailah pakaian yang lebih wajar’ tungkas Hyungwon. Yang di marahin mendadak tambah kesal dengan perlakuan kedua laki-laki yang berdiri di belakangnya. Wooyeon membalikkan tubuhnya dan masuk kedalam kamarnya. Setelah menunggu beberpa menit, Wooyeon keluar dari kamarnya. Di bahunya tersangkut tas berwarna biru. Wooyeon Memakai terusan lengan panjang berwarna putih dengan motif bunga berwarna pink, biru dan kuning yang panjangnya sedikit di atas lutut. Kakinya di balut oleh wedges dengan warna putih. Woohyun dan Hyungwon berjalan keluar rumah ketika melihat baju yang di kenalakan oleh Wooyeon.
‘Aku mau mati punya adik seperti kalian’ tungkas Wooyeon yang melihat Woohyun dan Hyungwon berjalan di depannya.‘Kami nyaris saja malu memiliki kakak seperti dirimu’ tungkas Woohyun dengan ketus. Woohyun hanya tersenyum dan melambaikan tanganya sebagai tanda berpamitan.
‘Ah, Jjinja’ teriak Wooyeon yang berjalan mendahulu Woohyun dan Hyungwon.
₪