INI HIDUPKU
-Kang minkyung-
Sinar matahari masih malu-malu untuk masuk kekamar park minkyung. Tapi gadis itu tak peduli. Disibakkannya tirai yang menutupi jendela kamarnya, membiarkan sinar matahari menyilaukan matanya sesaat. Setelah yakin matanya sudah siap menerima terpaan sinar itu, minkyungpun mulai membuka matanya yang sempat menyipit. Ia lalu tersenyum tulus sambil bergumam “SELAMAT PAGI DUNIA”
***
Sambil berlari kecil minkyung menuruni 15 anak tangga yang menghubungkan lantai 2 dengan lantai dasar rumahnya. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang sibuk didapur. Berlari-kecil diantara kompor dan meja kecil dibelakangnya. Minkyung hanya tersenyum seraya berjalan menghampiri wanita itu, lalu memeluknya dari belakang.
“minkyung-ie...”
“selamat pagi eomma...” sapa minkyung seraya melepaskan pelukannya. Membiarkan ibunya bergerak bebas lagi. “ada yang bisa kubantu?”
“ahh kau memang gadis yang baik, tapi tidak perlu semua akan selesai sebentar lagi, kau.. duduklah” ibunya kembali berkutat pada masakannya.
“arraseo” minkyung berjalan menuju meja makan.
“apa kau tidak kuliah, minkyung-ie?” tanya ibunya.
Ditanya seperti itu minkyung berhenti melangkah, memutar lehernya kebelakang agar bisa melihat ibunya.
“tidak” jawabnya singkat.
“ahh begitu”
“dimana appa?” tanya minkyung sambil mengarahkan bola matanya kesegala arah.
“belum pulang, katanya sedang ada masalah dikantor”
Mendengar ibunya berkata seperti. Suasana hati minkyung langsung berubah bagaikan musim semi yang tiba-tiba langsung menjadi musim gugur. Yap gugur, seperti hatinya, seperti senyumnya, hmm senyum itu sudah gugur dari wajah manis minkyung.
Dan sekarang semua masakan ibu minkyung sudah berada dimeja makan. Ibu minkyung mengambilkan nasi untuk minkyung dan untuk dirinya sendiri.
“sampai kapan appa akan pulang telat seperti ini?” minkyung tiba-tiba nyeletuk.
“sudah, jangan pikirkan appamu! Mungkin masalah dikantor memang tidak bisa diselesaikan dengan cepat..” ibu minkyung terus berpikir positif, berbeda dengan henul yang mulai gerah dengan sikap ayahnya. Ibu minkyungpun duduk dikursi depan minkyung.
Sedangkan minkyung hanya memutar-mutar sendoknya didalam mangkuk nasi, tanpa berniat untuk makan. Ia terus memandang ibunya sambil menopang dagu. Minkyung mendesah pelan nyaris tanpa suara. Selama ini ia hanya mendapatkan kasih sayang dari ibunya tidak dari ayahnya, si gila kerja itu. Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Seolah ia telah lupa bahwa ia mempunyai istri dan anak perempuan. Ayahnya memang gila kerja, ya! Apalagi semenjak jabatannya dinaikkan. Ia juga lebih sering berada dibusan daripada di seoul. Minkyung langsung tersadar dan badannya hampir jatuh kedepan karena tangannya kini sudah tidak menopang dagunya lagi.
“neo gwenchana sweetheart?” ibu mulai menyentuh dahi minkyung “bahkan eomma tidak melihatmu makan dari tadi..”
Minkyung bangkit dari kursinya. “mian eomma, bukannya aku ingin membuang-buang makanan tapi aku sedang tidak berselera mian eomma, aku mau kekamar dulu...”
Minkyung langsung berlari meninggalkan dapur dan ibunya. Dahi ibu minkyung mengerut dia tahu kenapa minkyung bersikap seperti ini.
“berhenti memikirkan appamu minkyung...” ibu minkyung mendesah dan langsung membereskan meja makan.
Minkyung telah berada dikamarnya, kembali berbaring ditempat tidur. Dadanya semakin sesak jika ia terus memikirkan ayahnya. Disambarnya ponselnya yang tergeletak didekatnya. Lalu mencari nomor seseorang dan langsung menghubungi orang itu