“Eunha-ya, apa aku berbuat sesuatu yang menyakitimu? Kenapa kau mendiamkanku?”, tanya Lana lagi.
“Ji Hye-ah…barusan..”, Eunha terbata-bata mengatakan sesuatu yang tidak dapat benar-benar didengar oleh Lana.
“Aku tidak dapat mendengarmu. Kau bilang apa?”, tanya Lana.
“Barusan…Taeyang sunbaenim.. Dia memuji penampilanku. Dia berkata bahwa aku menari dengan sangat baik. Dan dia bilang…dia bilang.. dia bilang aku boleh memanggilnya oppa”, ujar Eunha lirih, nyaris seperti angin.
Lana sedikit terkejut kemudian tersenyum lebar. Dia merasa lega karena hal yang ditakutkannya tidak terjadi. Lana kemudian memukul pelan bahu teman terbaiknya itu.
“Yah! Kubilang juga apa! Itu tandanya Taeyang sunbaenim mengakui kemampuanmu!”, ujar Lana sambil tertawa kecil.
Eunha kemudian ikut tertawa. Kedua gadis itu tertawa lebar. Eunha kemudian memeluk Lana yang sedikit membuat Lana kaget.
“Ya tuhan aku tidak mempercayai ini! Terima kasih JiHye!”, ujar Eunha sambil melepaskan pelukannya.
“Kenapa kau berterima kasih kepadaku? Ini sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Ini murni kerja kerasmu”, ujar Lana tulus.
“Terima kasih sudah menyemangatiku. Kalau bukan karenamu, mungkin aku akan tetap gugup”, ucap Eunha tulus.
Lana hanya tersenyum lebar dan mengangguk. Eunha kemudian mulai membereskan barang-barangnya dan merapikan pakaiannya. Lana hanya memperhatikan sahabatnya itu sambil tersenyum. Setelah selesai membereskan barang-barangnya dan hendak beranjak keluar dari ruangan itu, Eunha menoleh kepada Lana yang masih belum beranjak.
“kau tidak pulang? Ini sudah hampir pukul 10 malam, latihan hari ini sudah selesai”, tanya Eunha.
“Ah, aku belum membereskan barang-barangku. Kau duluan saja, aku membereskan barang-barangku dulu”, jawab Lana.
“Baiklah kalau begitu. Besok pagi kau ada disini untuk berlatih vokal kan?”, tanya Eunha memastikan.
“Tidak, besok pagi aku ada kelas bahasa Mandarin jadi aku merubah jadwal latihan vokalku ke sore hari. Tapi, kita akan bertemu di latihan menari besok malam, jadi sampai bertemu besok”, ujar Lana tersenyum dan melambaikan tangannya.
“Astaga, sebenarnya kau mau belajar berapa bahasa sih, Ji Hye?”, Eunha tertawa dan membalas lambaian tangan tersebut. Lana ikut tertawa.
Eunha membalikkan tubuhnya dan berlalu dari ruangan itu. Eunha tahu benar bahwa bukan itu alasan yang sebenarnya mengapa Lana tetap tinggal. Kalau hanya untuk membereskan barang-barang, tentunya dia akan meminta Eunha untuk menunggu. Saat Eunha baru saja tiba di depan lift, Dia dapat mendengar alunan suara music yang menghentak berasal dari ruang latihan itu. Eunha tersenyum.
“Tentu saja kau adalah penari terbaik, kau selalu bekerja dua kali lebih keras dari siapapun. Tidak pernah sekalipun aku mendengarmu mengeluh, dan tidak pernah sekalipun aku melihatmu pulang lebih dulu dari kami. Selamat berlatih, Lee Ji Hye”, gumam Eunha sambil memasuki Lift.
Pintu lift menutup dan sesosok tubuh muncul dari tangga yang terletak tepat disebelah lift tersebut.
---------------------------------------------
Olla!!
Just a little update sebelum lupa sama ceritanya ^^
do leave comment, subscribe and love this story.
sun sayang, aikishi xoxo