Akhirnya gadis itu kembali dengan membawa 3 bucket ice cream dengan 3 rasa yang berbeda. Tiga rasa?! Astaga gadis ini benar-benar.
“Oppa, maaf lama. Aku tidak bisa menentukan mau rasa apa jadi tadi aku…aaah, oppa biar aku saja yang membayarnya. Ini kan belanjaanku. Bibi, maaf, biar aku membayar dengan kartu ini saja”, ucap gadis itu sambil mengangsurkan kartu miliknya.
“Tidak usah bibi, tolong tambahkan yang ini juga dan biar dibayar dengan itu saja. Terima kasih”, ucap Jiyong sambil menurunkan masker yang menutupi wajahnya dan tersenyum manis kepada bibi itu.
Gadis itu baru akan protes saat dilihatnya Jiyong memberi kode untuk tidak membuat keributan dan diam sebelum orang-orang yang antri di belakang mereka bertanya-tanya. Gadis itu langsung diam dengan wajah sedikit ditekuk, protes dalam diam. Jiyong hanya tertawa kecil, sementara bibi penjaga kasir hanya senyum-senyum memperhatikannya. Saat sudah selesai, Jiyong membubuhkan tanda tangannya untuk mengkonfirmasi pembayaran tersebut. Saat itulah, bibi itu menyodorkan sebuah buku kecil dan sebuh pena. Jiyong dan gadis itu menatap bibi itu tidak mengerti.
“Untuk anakku, Kim Seung Yeon”, ujarnya singkat sambil tersenyum.
“ah, ne. tapi bibi, bolehkah aku minta tolong untuk..”
“Aku tidak akan mengatakan pada siapapun tentang Agassi(gadis) ini. Tenang saja”, ujar bibi itu dengan senyum keibuan.
Jiyong segera membubuhkan tanda tangannya di buku itu dengan tatapan berterima kasih. Saat mereka berlalu, beberapa kali Jiyong menoleh dan membungkukkan tubuhnya berterima kasih. Kemudian terburu-buru mereka berdua keluar dari sana dan menuju mobil. Setelah memasukkan barang-barang belanjaan ke dalam mobil, keduanya bergegas masuk dan Jiyong langsung mengemudikan mobilnya keluar dari sana. Beberapa menit keduanya hanya bisa terdiam dalam keheningan dan rasa kikuk sampai tiba-tiba gadis itu tertawa terbahak-bahak. Jiyongpun ikut tertawa terbahak-bahak. Rupanya, rasa kaget dan panik membuat mereka sangat tegang sampai tidak tahu harus berkata apa selain tertawa-tawa.
“Yah, berhenti tertawa. Kalau saja kamu tidak pergi mengambil es krim itu aku kan tidak harus mengeluarkan kartu kreditku! Kita tidak mungkin ketahuan!”, ujar Jiyong sambil tetap tertawa.
“Seharusnya oppa bisa saja berdiri sebentar disana dan bilang sedang menunggu teman!”, balas gadis itu.
“Dan membiarkan tatapan seolah aku butuh seorang gadis dan tidak mampu membayar? Maaf saja”, jawab Jiyong lagi.
“tuh kan, oppa sih terlalu…”, tiba-tiba gadis itu terdiam dan berhenti tertawa.
“kenapa? Kau lupa sesuatu lagi?”, tanya Jiyong.
“Ah tidak, sunbaenim. Maaf tadi aku tidak sopan”, jawab gadis itu, kembali kikuk.
Jiyong terdiam kemudian sadar bahwa gadis itu kembali memanggilnya sunbae, bukan oppa. Ntah kenapa, dia merasa sedikit aneh ketika mendengar gadia itu berhenti memanggilnya oppa. Sisa perjalanan itu mereka lanjutkan tanpa banyak bercakap-cakap. Masing-masing bingung dengan pikirannya masing-masing. Di tengah keheningan itu, suara ponsel yang ada di genggaman gadis itu mengembalikan mereka ke kesadaran. Jiyong sedikit melirik kea rah gadis yang sepertinya bingung harus menerima panggilan itu atau tidak.
“Angkat saja, tidak usah sungkan padaku”, ujar Jiyong akhirnya. Gadis itu tersentak, lalu mengangguk. Pasti pacarnya yang tadi, pikir Jiyong.
“yoboseyo? Ah, tadi aku tidak mendengar suara teleponku. Aku? Sedang diperjalanan pulang menuju apartemen. Aku baru selesai latihan. Dengan siapa? Memangnya menurutmu aku akan pulang dengan siapa, huh? Baik-baik saja, aku senang menjadi trainee disini, aku belajar banyak hal”, ujarnya sambil tertawa kecil.
Jiyong hanya menatap lurus ke arah jalanan dihadapannya, berusaha untuk tidak menguping. Namun, mau bagaimana lagi? Mereka berada dalam mobil yang sama dengan jarak yang sangat dekat, tentu saja semua percakapan itu terdengar jelas.
“Apa? Tidak tentu saja aku tidak bertemu dengannya. Yah, memangnya kau pikir aku jadi trainee disini karena hal itu?! Tunggu, jangan-jangan kau menghubungiku karena hal ini?! Aku pikir karena kau merindukanku!”, ucap gadis itu dengan nada suara yang terdengar..manja?
Mendengar itu entah kenapa tiba-tiba saja tenggorokan Jiyong terasa sangat kering sehingga dia meraih minuman yang ada di sampingnya. Namun, bukannya meredakan rasa hausnya, dia malah tersedak dan terbatuk-batuk. Gadis itu terkejut dan menoleh ke arahnya kemudian secara reflek menjauhkan ponselnya sebelum berbicara kepadanya.
“sunbaenim, kau baik-baik saja?”, tanyanya khawatir.
Jiyong hanya membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan jempolnya sambil berusaha menghentikan batuknya. Kemudian, dia menunjuk ponsel gadis itu, mengingatkan masih ada panggilan yang harus dia jawab.
“Ne, yoboseyo. Ah, bukan siapa-siapa. Itu hanya suara temanku. Yaaah, berhentilah menuduhku seperti itu! Onnie, aku akan menghubungimu lagi nanti! Annyeong!”, ujarnya lalu terburu-buru mematikan ponselnya.
“onnie? Itu tadi kakakmu?”, tanya Jiyong setelah selesai recovery dari insiden kecilnya.
“Ne, dia memang selalu menghubungiku untuk memastikan apakah aku sudah kembali ke apartemen atau belum”, jawab gadis itu.
“Jadi, orang yang kau beri nama ‘my other half, A’ di ponselmu itu kakak perempuanmu?”, ujar Jiyong lagi.
“Ne, dia kakak perempuanku yang lebih tua 8 tahun dariku. Karena kami memiliki tanggal lahir yang sama dan wajah yang mirip banyak orang mengira kami kembar, makanya kami sering bercanda dan menyebut satu sama lain’other half’. Bagaimana sunbae tahu kalau namanya..”
“tadi aku menemukan ponselmu karena dia menelepon. saat aku lihat namanya, aku teringat dengan tato di pundakmu. Makanya kupikir itu pacarmu”, terang Jiyong.
“Ah, tato ini? Aku memang membuatnya sebelum dia menikah setahun yang lalu. Aku membuatnya di pundak kiri, sementara dia membuatnya di pundak kanan”, terang gadis itu.
Jiyong hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan itu. Tiba-tiba dia merasa bodoh karena sudah salah paham, dan lebih merasa bodoh ketika dia sadar bahwa tidak seharusnya dia salah paham. Sisa perjalanan itu dihabiskan dalam diam. Tidak terasa mereka sudah tiba di apartemen gadis itu. Setelah jiyong berhenti dan mematikan mesinnya, gadis itu keluar dari mobil dan mengambil barang-barang belanjannya yang sangat banyak. Jiyong akhirnya memutuskan untuk ikut membantunya membawa barang-barang tersebut karena dilihatnya gadis itu sangat kesulitan membawanya. Belum sempat protes, Jiyong sudah berjalan menuju pintu masuk apartemen tingkat tersebut dan langsung berdiri di depan lift. Gadis itu hanya mengikuti dari belakang. Setelah masuk ke dalam lift dan menekan lantai tujuannya, gadis itu hanya berdiri diam di sebelah Jiyong sambil menunduk. Ketika tiba di depan pintu unitnya, gadis itu segera membuka pintunya dan masuk kedalam sementara Jiyong masih bingung akan masuk atau tidak.
Gadis itu kemudian berbalik dan mendapati Jiyong masih berdiri di depan pintunya dengan barang belanjaan di tangannya. Barulah kemudian dia tersadar bahwa dia belum mepersilakan masuk. Segera diletakkannya barang-barang yang ada di tangannya ke atas meja di dapurnya dan kembali ke depan untuk menemui Jiyong.
“sunbaenim, terima kasih sudah membantu membawakan barang-barangku. Apakah sunbae mau masuk untuk minum secangkir teh?”, ujar gadis itu polos sambil mengambil barang-barang yang ada di tangan Jiyong.
Apa gadis ini baru saja menyuruh aku, laki-laki, masuk ke apartemennya tengah malam?, pikir Jiyong.
“Tidak usah aku langsung pulang saja, sudah sangat larut, bukankah kau juga akan beristirahat?”, tolak Jiyong halus.
“Ah, tidak, aku masih akan memasak karena aku belum makan. Apa sunbae mau ikut bergabung? Anggap saja sebagai ungkapan rasa terima kasihku”, ujar gadis itu sangat polos.
Jiyong tertegun.
---------------------------------
olla! Sesungguhnya ini masih jadi satu bagian dengan part 1 kemarin, tapi karena akan kepanjangan kalau di upload jadi satu, makanya aku bagi jadi beberapa part .
BTW, fanfict ini masih dalam masa penulisan seperti fanfict-fanfict yang lain, jadi mungkin ga bisa sering-sering d upload. Kalau ternyata memang lebih banyak peminat ke fanfic yang ini, mungkin yang lain untuk sementara akan di hold dan aku fokusin ke sini xD
Makasih buat yang udah menyempatkan dirinya baca karya saya :) Maaf kalau ternyata ceritanya terlalu mengkhayal berbelit-belit , semoga saya segera menemukan ide untuk kelanjutan cerita ini plus waktu untuk menyelesaikannya.
kalau ada masukan, kritik, saran, dan pertanyaan, silakan tulis di komen di bawah ini ^^
Please, love and subscribe ya~~
sun sayang, Aikishi xoxo