home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Starlight Becomes You

Starlight Becomes You

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 11 Nov 2015, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Day6 : YoungK - Wonpil - Sungjin - Jae - Junhyeok - Dowoon || [OC] Kim Wonbyul - Yamada Aoko - Other
Tags :
Status : Ongoing
14 Subscribes |5475 Views |18 Loves
Starlight Becomes You
CHAPTER 4 : Smile It Killing Me

 

Wonbyul benci ketika melihat senyum itu menyeruak. Karena senyum itu mencuri segala udara yang seharusnya masuk ke dalam rongga paru-parunya.

 


 

Wonbyul terbangun dengan kepala pusing dan badan kaku. Hal pertama yang disadarinya adalah keadaan kamarnya yang gelap gulita. Ia melirik ke luar jendela yang masih terbuka. Langit di luar gelap.

“Sudah malamkah? Jam berapa ini?” ia mengerang, lalu memejamkan mata sejenak. Ia masih mengantuk. Badannya menolak untuk bergerak. Pelipisnya berdenyut-denyut. Tiba-tiba indra pendengarannya menangkap suara gemerisik di luar.

Wonbyul memaksa dirinya bangun dan duduk di tepi ranjang. Ia mengusap wajah dengan kedua tangan untuk sedikit menyadarkan diri. Ia meraih jam yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.10 KST.

Perlahan ia bangkit dan menyeret kakinya keluar dari kamar. Ia baru saja akan berjalan ke dapur ketika mendengar bunyi gemeresik samar itu di ruang TV. Niat awalnya mencari minuman batal. Ia berbalik, dan menghampiri ruang TV.

Di sana ia sudah mendapatkan Younghyun duduk di lantai dengan menyandarkan tubuh serta kepalanya di sofa. Tapi tunggu? Wonbyul melihat TV yang masih menyala, tapi tidak ditonton. Karena yang menonton tertidur.

Wonbyul mengambil remot TV yang berada di atas kepala Younghyun secara perlahan dan segera mematikannya. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Hanya detik-detik jarum jam yang bergerak terdengar begitu jelas. Perhatian Wonbyul kembali terarah kepada Younghyun. Lalu, ia berlutut di sisi kanan Younghyun dan memperhatikan wajah pria itu lekat-lekat.

 

Aigoo, tertidur pun dia sangat mengagumkan,”

Saat itu ia melihat Younghyun bereaksi dan terbangun. Wonbyul terbelalak kaget hingga membuatnya terduduk. Mulutnya terasa kaku. Ia mengerjapkan matanya dua kali.

“Ada apa? Kenapa kau di sini?” Younghyun terkesiap kemudian ia menyadari jika dirinya bersuara dengan nada rendah dan serak.

Ye?” Wonbyul yakin ekspresi wajahnya saat ini benar-benar bodoh. Ia langsung terkesiap berdiri, menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal. Ia membutuhkan air. Tenggorokannya terasa kering. Ia harus minum sebelum tubuhnya dehidrasi. Kemana liurnya bersembunyi? Kenapa mulutnya juga terasa kering? Oh, kenapa seperti ini. Padahal ia tidak melakukan apapun.

Younghyun mendongak ketika melihat Wonbyul tiba-tiba langsung berdiri. Ia pun ikut berdiri.

Wonbyul menelan ludah. Tenggorokannya sangat sakit. Ia berdeham sejenak, lalu berkata datar. “Maaf, bukan maksud untuk berbuat tidak sopan, aku hanya ingin membangunkanmu untuk pindah tempat. Maksudku..” ia bersedekap dan mengangkat bahu dengan salah tingkah.

Younghyun tersenyum mendengar penjelasan polos Wonbyul. Kemudian ia berdeham.

“Maafkan jika membuatmu tidak nyaman,” gumam Wonbyul dengan lirih sambil membungkukkan tubuhnya berkali-kali.

Younghyun menyeruakkan senyum miring andalannya. “Tidak usah kau pikirkan, terimakasih sudah mengkhawatirkanku,”

“Kenapa oppa tidur di sini. Kenapa tidak di kamar Wonpil oppa saja. Oh ya, di mana dia?”

Younghyun mengangkat kedua alisnya. “Apa dia belum keluar juga, tadi dia bilang dia ingin mandi,”

Oh? Kenapa dia mandi jam segini? Aigoo dia masih Wonpil yang dulu,” Wonbyul berjalan ke arah dapur diekori oleh Younghyun. Ia mengambil gelas dari lemari dan menuangkan air minum ke dalam gelasnya. Dengan sekali teguk ia menghabiskan air di dalam gelasnya.

Younghyun duduk di salah satu kursi bar dekat dapur sambil memperhatikan Wonbyul. “Apa tidurmu sangat nyenyak?”

Wonbyul mengangguk kecil.  “Sepertinya begitu. Hari ini aku benar-benar sangat lelah.” ia mengusap-usap leher belakangnya.

 

“Apa yang terjadi? Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Wonpil dengan nada yang penuh selidik.

Huh?” Wonbyul menoleh ke arah Wonpil yang baru keluar dari kamarnya dengan handuk masih melindungi kepalanya. "Tidak ada,” sahut Wonbyul sambil menggeleng pelan. “Hanya mengobrol saja,” kemudian ia meletakkan gelas ke atas meja. “Kalau begitu, aku ke kamar dulu,”

“Uhm, tunggu! Apa kau mau melanjutkan tidurmu?”

“Aku juga tidak tahu,” jawab Wonbyul.

“Bagaimana jika kita menonton film saja? Aku baru saja membeli kaset DVD.”

 

 

** Starlight Becomes You **

 

 

Wonbyul mendesah di bangkunya tidak peduli pada dosen yang sedari tadi menjelaskan materi-materi yang mungkin penting. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, saat ini ia sangat merindukan tempat tidurnya. Oh benar, semua gara-gara wonpil dan Younghyun mengajaknya bergadang untuk menonton film. Ia menyesal ketika harus mengiyakan ajakan Wonpil. Jika ia tahu film horror yang mereka maksud, ia lebih baik melanjutkan tidurnya, mungkin tadi malam ia akan tidur nyenyak dan mungkin lagi sekarang ia pasti masih bersemangat mengikuti mata kuliahnya hingga berakhir. Tidak seperti sekarang, menunduk menahan kantuk dengan sebisa mungkin.

Aoko sesekali melirik ke arah Wonbyul saat itu yang sudah hampir tertidur.

 

“Byul, ada apa denganmu?” tanya Aoko saat jadwal kuliah mereka berakhir.

Sebelum menjawab pertanyaan Aoko, Wonbyul membungkuk sesopan mungkin pada beberapa senior atau teman seangkatannya ketika berpapasan dengannya begitupun dengan Aoko. Ini memang bukan untuk yang pertama kali baginya, tapi membungkuk sesering ini sudah lama tidak dilakukannya. Ia merasa punggungnya lelah karena harus membungkuk setiap kali bertemu senior atau dosen bahkan teman-teman yang tidak dikenalnya. Ia meniup poninya yang terpotong rapi dari kening dan menarik napas panjang. Kemudian membetulkan posisi tas yang tergantung di salah satu bahunya.

Wae?”

Mereka berdua berjalan santai menuruni anak tangga. Aoko menggandeng tangan Wonbyul, karena gadis itu benar-benar terlihat lemah dan tidak bersemangat. Tiba-tiba Aoko terlihat sangat khawatir ketika melihat wajah Wonbyul yang lesu.

Aphaseo? Sedari tadi kuperhatikan kau tidak bersemangat.”

Aniya, aku hanya merindukan tempat tidurku.” Wonbyul meletakkan kepalan tangannya ke mulut ketika ia menguap lebar.

“Kau bergadang?” tanya Aoko.

“Tidak, aku hanya tidak bisa tidur saja.” sahutnya. Pandangannya berkeliling ke sekitar tempat yang mereka lewati.

“Kau mencari siapa?”

“Tidak ada. Uhm, eonni, aku pulang dulu, ya. Maaf jika aku tidak bisa menemanimu ke toko buku.”

“Tidak apa-apa, jangan khawatirkan aku, masih ada Dowoon yang bisa menemaniku. Tapi kau–”

“Jangan khawatirkan aku juga. Aku baik-baik saja.” potong Wonbyul dengan cepat.

“Apa kau yakin?” tanya Aoko untuk lebih menyakinkan.

Oh, aku baik-baik saja.” Wonbyul tersenyum lebar untk meyakinkan Aoko.

“Baiklah, sampai jumpa besok,” Aoko berpisah dengan Wonbyul.

Setelah melambai singkat, Wonbyul membalikkan tubuh dan bergegas melanjutkan langkahnya. Ia menarik napas dalam-dalam. Ia mengeluarkan ponselnya dan memasang earphone ke telinga, lalu berjalan santai ke halte.

 

** Starlight Becomes You **

 

Ketika tiba di halte, Wonbyul bersyukur saat itu bis tujuan rumahnya langsung tiba dan tidak harus membuatnya menunggu lama. Ia melangkah lemah ke dalam bus yang cukup sepi dan ia duduk di salah satu bangku yang berdekatan dengan jendela. Ia merapatkan sweternya dan menyandarkan kepala ke jendela. Ia melirik jam di tangannya, lalu mendesah panjang.

Tepat pada saat itu ia menyadari seseorang duduk di sebelahnya. Tapi ia tidak mempedulikan seseorang itu. selain mata, kepalanya pun lelah bergerak atau hanya sekedar menoleh bahkan melirik sebentar ia tidak sudi. Hanya saja terbesit tanya dalam hatinya, dari kebanyakan bangku kosong kenapa harus memilih duduk di sebelahnya.

Seseorang itu menyentuh bahu Wonbyul seperti memaksa Wonbyul untuk memberi respon kepadanya. Wonbyul melepaskan salah satu earphone dari telinganya lalu menoleh. Tiba-tiba ia membeku. Di sana ia sudah menemukan sosok pria berpakaian santai dengan topi hitam melindungi kepalanya dan tersenyum kepadanya.

 

O..oppa?”

Beberapa detik mata mereka bertemu. Mata Wonbyul menatap lurus ke matanya. Hanya beberapa detik, sebelum Wonbyul buru-buru mengedarkan pandangannya ke setiap sudut bis yang sepi itu. Tanpa sadar ia mengepal tangannya kuat-kuat.

Oppa! Wae yeogiseoyo?” tanyanya.

Yang ditanya tersenyum lebar padanya. “Annyeong. Hhe,”

Wonbyul mengerjap-ngerjap matanya menatap Younghyun dengan bingung. Younghyun mengingat tatapan Wonbyul sekarang ini. Tatapan ketika pertama kali iya melihat gadis itu. dimana tatapannya terlihat membuatnya was-was.

 

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

“Apa oppa menguntitku?”

Ne? Cih,” Younghyun tertawa kecil. Lalu, tiba-tiba ia menjetikkan dahi Wonbyul.

Ack,” Wonbyul terkesiap menutup dahinya sambil mengerucutkan mulutnya.

“Aku juga baru keluar dari kampus, dan kebetulan tidak sengaja melihatmu.”

“Tapi bukankah, kalian bilang tadi malam, bahwa tidak ada mata kuliah untuk hari ini?"

"Benar, tapi aku ingin mengambil Bass ku yang tertinggal di kampus."

Wonbyul melirik ke arah gitar bass yang ada di pangkuan Younghyun. Ia menghembus napas panjang. "Untung saja bis ini sepi.” desahnya.

Wae?”

“Jika ramai, maka kau akan membuatku terancam.”

“Apa ada yang mengancammu?” tanya Younghyun.

Oh. Kau. Kalian bertiga. Wonpil dan teman kalian satunya lagi. Aku sudah berhasil menyembunyikan identitasku selama dua minggu ini sebagai adik dari salah satu mahasiswa yang sangat populer di kampus. Aigoo,”

“Ckckckck. Jadi itu sebabnya kau menghindar ketika kami berada di area kelas perawat?”

Uhm?” Wonbyul menoleh sekilas. Tidak. Melainkan hanya melirik salah tingkah tanpa menoleh. “Oh,” ia berdeham untuk menetralkan kegugupannya.

 

Cih." Younghyun mengalihkan pandangannya dan membuat keheningan sesaat. "Uhm, kau mendengar lagu apa?”

Oh?” Wonbyul kembali menoleh ke arahnya. “Kau ingin dengar?” Wonbyul menyerahkan salah satu earphone-nya ke arah Younghyun.

Younghyun meraihnya dan langsung memasang ke telinganya. Ia diam sejenak, kemudian melirik ke arah Wonbyul yang ternyata masih memperhatikannya.

Wae?” Wonbyul menatapnya bingung karena ada perubahan ekspresi dari wajah Younghyun. Wajah yang kaget dan cemas.

Younghyun menggeleng. “Aniya. Lagunya bagus, aku belum pernah mendengarnya.”

“Tentu saja,” sahut Wonbyul dengan tersenyum. Kemudian ia kembali mengedarkan pandangannya ke luar jendela.

 

Younghyun menarik napas dalam-dalam dan memaksa dirinya tersenyum. Ia menunduk menatap jari-jari tangannya yang saling meremas. “Byul, kejadian waktu di toko,” Younghyun sempat terdiam ragu-ragu.

 

Uhm, kenapa dia mengungkit toko?

 

Wonbyul menoleh ke arahnya kembali.

“Jika waktu itu aku membuatmu was-was, aku minta maaf dan aku menyesal.”

Ne? Oppa tidak membuatku was-was.”

 

Tapi kau membuatku ketakutan.

 

Younghyun membenarkan posisi duduknya. “Lalu kenapa kau sangat was-was ketika melihatku?"

Demi Tuhan, Wonbyul merasakan paru-parunya butuh udara. "Oh?" sahutnya bingung ketika ia merasa ada sedikit udara masuk ke dalam paru-parunya. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela sesaat. "Aku memang seperti itu, suka menunjukkan raut blank face."

Younghyun menyipit beberapa sekon mengamati Wonbyul. "Apa kau berpikir aku sedang berusaha menunjukkan aku terpikat padamu?" kata Younghyun lagi.

"Ye?" saat itu Wonbyul berhasil mendapatkan dirinya tertawa. Kemudian ia tersenyum dan juga menyipitkan matanya sambil menggeleng. “Aku bahkan tidak berpikir begitu.”

“Benarkah?” Younghyun bertopang dagu sambil mengangguk kecil. Lalu berdesis pelan. “Tapi Byul, bukan berarti aku tidak akan terpikat padamu,” imbuhnya lagi sambil menyeruakkan senyum miring andalannya.

 

Oh sial. Demi Tuhan. Apa kau tahu? Aku benci ketika harus melihat senyummu menyeruak. Karena senyumanmu itu mencuri segala udara yang seharusnya masuk ke dalam rongga paru-paruku. Apa katamu? Bukan berarti tidak akan terpikat padaku?

 

Sulit untuk ia pungkiri. Kalimat laki-laki itu membuat hatinya senang tanpa sebab. Dan membuat pipinya memanas. Ia memaksakan dirinya untuk tersenyum kecil dan menyeruakkan lesung pipinya.

“Hha, kuharap Tuhan tidak mengirim kalimatmu barusan ke telinga Wonpil. Karena aku berani bersumpah jika terdengar olehnya, rambutmu akan rontok.”

Younghyun hanya tertawa hingga membuat matanya hilang, gigi putih nan rapi yang bersembunyi di balik senyum manisnya mengintip malu-malu.

Wonbyul merasakan perutnya seperti ada kupu-kupu berterbangan dengan bahagia, sambil bermain dengan segala isi perutnya. Ia pun menyadari bahwa tas yang dipangkunya sudah hampir terlepas dari pegangan ketika mendengar tawa kecil itu. Ia tidak bisa bernapas.

 

Demi Tuhan, kumohon berhentilah tertawa bahkan tersenyum. Maka kau akan benar-benar membunuhku.

 

Tapi permintaan Wonbyul tidak dikabulkan oleh Younghyun. Laki-laki itu senang betul menyeruakkan senyum miring andalannya.

Oh Tuhan, Wonbyul butuh oksigen. Paru-parunya terasa panas.  Ia butuh udara untuk memberinya pernapasan.

"Apa kau langsung pulang?"

Wonbyul mengerjap, seolah-olah baru tersadar dari lamunan. Perlahan-lahan ia menghembuskan napas yang ia tahan sedari tadi. "Huh? Iya. Ada apa?"

"Bagaimana jika mampir ke sungan Han dulu. Menonton kami tampil? Setidaknya melihat Wonpil. Atau melihatku. Hehe,"

"Tampil?" Wonbyul sedikit berpikir ragu-ragu. “Tidak, kupikir kalian sudah memiliki banyak fans. Dan kurasa yang menonton kalian pun pasti banyak. Jadi, tanpaku kalian tidak akan rugi”

“Tapi aku yakin Wonpil pasti akan senang. Oh? Percayalah, tidak akan ada yang tahu jika kau adik salah satu dari kami.” Younghyun menyunggingkan sudut bibirnya.

 

~TBC~

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK