home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > I... Congratulations

I... Congratulations

Share:
Author : ahra_lol
Published : 28 Oct 2015, Updated : 30 Oct 2015
Cast : - Kang Young Hyun - Park Jimin - Park Jaehyung
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |698 Views |2 Loves
I... Congratulations
CHAPTER 2 : 2 Of 2

PARK JIMIN POV

Orang yang ku sukai menggenggam tanganku. Park Jaehyung, Namja bermata sipit yang sangat popular di kalangan siswi di sekolah karena ketampanan dan kepribadiannya yang hangat menggenggam tanganku sepanjang kaki kami melangkah. Terlebih lagi dia adalah ketua tim badminton yang selama ini sangat aku kagumi. Yah,salah satu alasanku masuk tim badminton karena dia.

Sekarang ada ribuan kupu-kupu terbang di dadaku. Aku mual karena bahagia! Aku membutuhkan Younghyun sekarang, memintanya untuk mencubit dan menyadarkanku bahwa ini bukanlah mimpi.

Jimin, manhi neollajyo? (Jimin kau pasti terkejut kan?)” Jaehyung membuka pembicaraan yang terdengar sedikit kaku. Biasanya ia selalu memintaku melakukan ini itu di Tim, tapi baru kali ini aku mendengranya memanggil namaku saja tanpa embe-embel “ssi” di belakangnya.

Hmm… jokeum. (Sedikit)” Aku merubah nada bicaraku agar sedikit manis. Jaehyung menatapku dan menyematkan sebuah bunga di telingaku. Ya Tuhan! Senyum dan sikapnya saat ini sangat manis. Aku terharu sekaligus ingin memeluk Younghyun. Ani, mengapa aku memikirkan Younghyun di saat seperti ini? Ah… benar, hari ini dia berulang tahun. Dia pasti sangat kecewa dengan kadonya tadi. Selama 10 tahun kami bersahabat, belum pernah sekalipun aku memberikannya sebuah barang. Sebaiknya aku belikan Sepatu Air Max apa Air Jordan, batinku.

“Jimin, apa yang kau pikirkan?” Jaehyung membubarkan lamunanku dengan suara lembutnya.

Ani, keugo. Hari ini Kang Younghyun ulang tahun?” jawabku polos.

“Ah…. Younghyun. Kalian berdua sangat dekat rupanya” Jaehyung merespon.

Dangyeonhaji  (Tentu saja), dia sahabatku. Kami besar bersama Seonbaenim ”

Seonbaenim maljima (Jangan panggil Seonbaenim)” Jaehyung tertawa kecil “Pantas saja dia selalu mengikutimu”

Cham… keu jasika, selalu membuatku pusing. Au…. Kadang-kadang kalau ia kesal, ia seperti angry bird Aku tertawa ringan mengingat semua tingkah Younghyun selama ini. Anak laki-laki yang sangat cuek kepada orang lain dan sangat penurut padaku.

bureopta (aku cemburu). Kau menghabiskan waktu bertahun-tahun bersamanya” lanjut Jaehyung sedikit kecewa.

Nuga? Younghyun? Seolma (Siapa? Younghyun? Tidak mungkin). Dia sudah seperti saudaraku. Hahahha…” aku tertawa kecil di ikuti Jaehyung yang menunduk menyembunyikan tawanya juga.

“Jimin-I, Hari ini adalah hari pertama kita kan?” pertanyaan itu sekaligus penegasan bahwa mulai hari ini kami sudah resmi pacaran.

“Hmm… keurae? Dahaengida” aku malu. Sekarang wajahku sepertinya memerah. “Keuraeseo, haruskah aku memanggilmu oppa?” candaku.

Haebwa (lakukan lah)” Dia tertawa. Lebih tepatnya kami tertawa bersama.

Aku benar-benar merasa manjadi gadis yang bahagia hari ini. Kami tertawa sepanjang perjalanan. Dan ini juga akan menjadi awal gadis-gadis yang meyukai Jaehyung patah hati.

JIMIN POV END

KANG YOUNGHYUN POV

Aku menatap kepergian Jaehyung dan Jimin. Bisa-bisanya aku tak berdaya saat sahabatku, orang yang aku sukai di rebut oleh Rivalku sendiri. Aku benci padanya. Aku benci pada Jaehyung. Mengapa dari sekian banyak wanita yang menyukainya ia harus menyukai Jimin?

Sisa-sisa musim dingin masih terasa. kulitku terlalu sensitif untuk merasakan angin sisa musim dingin yang begitu membuat bulu kuduk merinding. Jimin bahkan melupakan kotak coklat yang akan di berikan untuk Jaehyung. Ia bilang membuat coklat ini untuk Jaehyung. Selama karir cintanya, Jimin bahkan tak pernah mau menghabiskan waktu untuk membuat coklat hanya untuk lelaki. Tapi kali ini Jaehyung berbeda. Jimin benar-benar jatuh cinta pada namja sipit itu.

Kakiku melangkah menuju kelas. Jam istirahat masih tersisa. Jimin masih belum kembali. Hanya Jaket Club badminton yang bertengger di tempat duduknya. Aku tau jimin tak menyukai olahraga. Tapi ia masuk klub badminton dan menjadi menejer kami demi Jaehyung. Semakin memikirkan itu. Semakin sakit kepalaku. Sepertinya aku tak ingin melanjutkan pelajaran hari ini. Aku akan bolos. Haruskah aku mengatakan perasaanku ini juga pada jimin? Ini sudah satu tahun. Dan dadaku sangat sesak.

Aku meninggalkan sebuah post it -kado darinya – berisi sebuah pesan “Taeyang Mall Jam 5 Sore” di buku pelajaran matematika di atas mejanya. Aku tak tahu ia akan datang atau akan berkencan dengan Jaehyung, setidaknya di hari ulang tahunku ini aku sangat berharap ia datang.

Langkahku menyentuh rumput di taman belakang sekolah. Yah, tempat ini sangat cocok untuk seseorang yang ingin menyendiri atau orang yang berpacaran. Mengapa bisa tepat sekali, pandanganku jatuh pada Jimin dan Jaehyung bergandengan tangan lalu sesekali tersenyum. Jimin sangat bahagia. Senyumnya mekar. Aku tak sangggup melihatnya lagi.

..

Aku menunggu Jimin di depan Mall. Sudah jam lima lebih lima belas menit Jimin tak menampakkkan batang hidungnya. Ia biasanya tak pernah telat seperti ini. Atau jangan-jangan ia tak membaca pesanku dan malah memilih berkencan dnegan Jaehyung. Mungkin, mereka kan baru saja pacaran. Aku menyerah menunggunya dan hendak pergi. Namun teriakan seseorang memanggil namaku di belakang membuatku berbalik arah.

Jimin merentangkan tangannya berlari bersiap memelukku. “Younghyun-i, aku benar-bear bahagia” Jimin memelukku sangat erat. Kebiasaannya yang seperti ini kadang membuatku gugup. Aku memperhatikan mata orang-orang yang menatap kami aneh.

“Ya! Ya!”aku melepaskan pelukannya. Jimin menatapku. Aku menghindari tatapannya dan mengambil langkah.

Jimin menjajari langkahku dan merangkulku. Sesekali ia memelukku dari samping dan menyandarkan kepalanya di lenganku. Aku tak pernah melihat jimin sebahagia ini karena seorang namja. “Younghyun-i Jinjja haengbokhae. Aku sepertinya akan mati menahan bahagia ini” Jimin mencubit pipiku.

Keurae, waeJaehyung ttaemunhae? Kalian berdua jadian?” Aku akhirnya merespon kata-katanya dan pertanya yang jawabannya sudah pasti Iya.

Dangyeonhaji” Jawabnya membenarkan “ Kau tak lihat bagaimana caranya membawaku dan dia sangat romantis” Jimin masih terpukau dengan aksi Jaehyung tadi di sekolah yang membawanya seperti seorang pangeran di hadapanku. Tapi Jimin tak tahu, kalau aku benar-benar sakit karena itu. “Younghyun-a, kajja kita main pump. Aku sedang terbakar sekarang” Jimin menyeretku masuk Game Zone yang bising. “Aku yang pilih lagu” Jimin berteriak.

“Kau kenapa?” Jimin menegurku saat kami memutuskan untuk meninggalkan Game Zone. Duel kami kali ini tak berjalan mulus, tidak seperti biasanya. Beberapa kali kakiku keliru menginjak panah. Aku benar-benar tak konsentrasi sekarang. Dadaku benar-benar sesak berada di dekatnya. Ada rasa yang benar-benar ingin aku ungkapkan.

“Jimin-I” aku mengeluarkan Jus Kotak rasa Strowberi kesukaan jimin dari dalam tas dan membuka tutupnya. Otomatis ia mengambil jus itu dari tanganku. Lihat caranya yang polos meneguk sedikit demi sedikt jus yang sudah menjadi minuman favoritnya. Sangat imut. Setahun yang lalu aku mulai jatuh cinta padanya karena gaun princess bahkan sekarang saat ia berpenampilan biasa, meneguk jus seperti anak kecil membuatku semakin jatuh cinta. Mengapa ini bisa terjadi?

“Igo makanlah. Aku rasa ini coklat terlalu murah untuk Jae. Apakah aku harus membalasnya nanti saat white day younghyung-a?”

“Tttss…. Maeumdaerohae (lakukan apapun yang kau mau). kalian terlalu cepat pacaran. Kau harusnya menyatakan cinta duluan agar kau mendapat balasan coklat di white day.” Ujarku melahap satu persatu coklat di kotak itu. Coklat ini lumayan manis. Setara dengan skill memasak Jimin yang pas-pasan.

Jugeullae? (kau mau mati?)” ia kesal dengan jawabanku. “Ah…. Molla molla, aku tak ingin ambil pusing. Gara-gara kau tak membawakan coklat ini tadi, aku lupa memberikannya pada Jaehyung” Jimin tambah ruet karena coklat yang lupa ia bawa, ia jadi menyalahkanku.

Nan... Han mal isseo (Aku ingin mengatakan sesuatu)” kami sudah sampai di balkon Mall lantai 3. Balkon ini sekaligus taman buatan yang di design sedemikian rupa oleh pemilik Mall agar setelah bermain Game pengunjung bisa mnghirup udara segar sambil menikmati kota seoul dari atas. Taman ini di penuhi dengan bunga dan pohon palm, serta beberapa bangku taman yang terbuat dari kayu. Karena suasana Valentine, design taman ini berubah di penuhi balon-balon pink.

Jimin mengalihkan pandangannya padaku masih meneguk Jusnya. Aku masih tak bisa mengeluarkan kata-kata. Aku terlalu gugup melihat wajahnya. “Mwonde? Malhabwa! (apa? Katakanlah!) ” Ujarnya tak sabar.

Jimin-I, Sileun… (Jimin, Sebenarnya…) ” Kata-kataku terhenti. “Nan…. (Aku…) ” Apakah aku harus benar-benar mengatakannya? Pabo! Haruskah aku merusak kebahgiaannya sekerang?

Mwo? Ppali Malhaebwa! (apa? Cepat katakan!)”

C... Chukae… (Selamat…) ” Bukan. Bukan ini yang ingin aku katakan. Walau aku sangat ingin mengtakannya, tapi kata-kataku benar-benar tertahan di bibirku. “Selamat kau menjadi pacar ketua tim mulai saat ini” Akhirnya kata ini yang keluar. ah.... sial.... 

Mwo-ya! Kau hanya ingin mengatakan itu Kang Younghyun? Ttesh” Jimin membuang kotak jus yang isinya sudah berpindah ke perutnya itu tepat di tempat sampah.

“Aku ke toilet sebentar” kataku. Jimin hanya mengangguk lalu meraih handphone di dalam tasnya.

Aku membasuh wajah dari air yang mengalir di keran wastafel dan menatap diriku saat ini di cermin. Wajahku benar-benar kacau. Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Kang Younghyun, jeongsin jalyeo. Jangan bodoh. kau ingin mengacaukan sahabatmu? Aku mengutuk diriku sendiri.

Aku kembali dari toilet. Memperhatikan Jimin dari jauh yang sedang menatap kedepan. Ia berbalik. Rambutnya yang tergerai melambai tertiup angin. Ia terlihat sangat cantik.

Younghyun-a” ia menghampiriku. “Main Game Keberuntungan yuk!” Ia mengalungkan tasnya di leherku dan lagi-lagi menyeretku tanpa persetujuan.

Kami disambut suara riuh lagi. Kami menghentikan langkah di depan  Claw Machine yang berisi penuh dengan boneka Ayam dan Angrybird. Jimin memintaku untuk mengambilkan boneka Angry Bird. Aku berusaha konsentrasi. Jimin mengarahkan dan menyemangatiku dengan antusias. Sesekali ia tertawa lepas saat boneka yang ku capit terjatuh lagi. “Pabo! Hahahha” Jimin tertawa lagi saat aku gagal untuk ke sekian kalinya. Aku sangat menyukai tawanya yang lepas seperti ini.

“Ya!!! Haruskah Angry Bird? Bagaiamana kalau ayam? Ayam sangat mirip dengan Jaehyung!” tukasku yang sudah gagal berkali-kali. “Ayam pantatmu! Jaehyung itu tampan dan keren. Cepat ambil angry bird itu.” Ia memukul pundakku tak terima pacarnya ku sebut ayam.

Lagi, aku berkonsentrasi untuk mendapatkan boneka di mesin keberuntungan yang sudah membuatku malu. Koin di tanganku tak tersisa. Kali ini aku harus mendapatkan boneka Angry Bird itu. Harus! Setidaknya aku ingin memberikan boneka ini pada Jimin. Aku sudah menangkapnya. Kali ini aku harus konsentrasi mengarahkan alat control di tangan kananku agar boneka ini bisa sampai ke pojok dan bisa menjadi milikku. Yak.. sedikit lagi. Suara jimin sedikit di kecilkan agar tak merusak konsentrasiku. Akhirnya boneka itu tepat berada di atas lubang. Aku membuka capitnya dan boneka itu terjatuh lalu membuat suara “Ding dong deng”. Boneka itu berhasil masuk lubang dan keluar di depan kami.

Asaaaaa” Jimin dan aku berteriak berbarengan. Kami berpelukan di antara orang ramai yang memperhatikan kami. Jimin mengambil boneka yang tepat di depannya dan memeluk boneka itu.

“ Jalhanta uri Younghyun-i!!!” Jimin terlihat girang memamerkan boneka bulat yang di klaim sebagai burung oleh pembuatnya itu.

“Lihat kalian sangat mirip” Jimin menjajari boneka Angry Bird di samping wajahku.

“Mwo ya!!!” Jimin berlari saat melihatku kesal. Aku mengejarnya.

Jadi, seperti ini saja sudah membuatku bahagia berada di sampingnya. Mengapa aku harus meminta lebih dengan menyatakan prasaan konyolku ini.

“apa yang kau inginkan lagi?” Jimin bertanya padaku di sela-sela langkah kami mengitari pusat perbelanjaan yang ramai oleh pasangan.

“Kalau aku bilang ingin Air Jordan, kau akan memberikanku?”

Ani….” Jimin menjawab singkat. “Tapi, kali ini aku akan mengabulkannya, Angrybird” Ia berjinjit dan mengelus-elus rambutku seperti anak kucing. “Kajja!” ia menyeretku ke toko sepatu dan memilihkan Air Jordan model terbaru yang harganya setara dengan uang jajanku selama 2 bulan. Bahkan di toko sepatupun bertemakan Valentine. Aku sangat benci valentine. Terutama tahun ini. Aku harus merasakan sakit double karena hari ini.

Haksaeng (Pelajar), kalian pasti couple?” Pramuniaga menyapa kami di Mesin kasir.

“An…” Belum sempat aku menjawab jimin membungkam mulutku.

“Nae, kami adalah couple” Jawaban jimin itu membuatku tercegang. Apa maksudnya?

“Karena kalian couple akan ku berikan kaus pasangan ini” Heol, jadi ini maksudnya. Dia rela berbohong demi Kaos pasangan ini

Wah… gamsahamnida” jimin menerima dengan senang hati dua kaos yang bercorak sama tapi memiliki warna yang berbeda itu.

Ja. Ipeo! (Ini, pakai)” Ia menyerahkan satu kaos yang berwarna pink untukku.

Naega wae? Ini warna pink. Kau pakai saja dengan Jaehyung” tanyaku heran sekaligus kesal. Apalagi yang ia serahkan padaku berwarna pink. Ia memang tak suka warna pink sejak aku mengenalnya, ia paling anti memakai baju dengan warna yang di gandrungi banyak gadis itu.

Keunyang Ipeo! (pakai aja)” Ujarnya memakai kaos yang berwarna biru muda, melapisi baju yang di kenakannya. “Jae itu terlalu keren untuk ini” Lagi-lagi Jaehyung selalu keren di matanya. Baik aku akui dia keren dan hebat. Tapi skill badmintonku lebih baik darinya, setidaknya itu kelebihanku yang pelatih katakana.

Jam menunjukan pukul 10 malam saat kami keluar dari kedai ramyeon dan duduk di bangku pelataran taman. Jimin meraba perutnya yang kekenyangan dan menyandarkan punggungnya. Bagaimana tidak, selama berkeliling dengan kaos couple ini, setiap stand khusus Valentine menawarkan kami makanan gratis ataupun discount 50%. Jimin paling tak bisa di goda makanan. Ia akan memakan apapun selama itu terlihat enak. Dan itu membuat tumpukan lemak di pipinya semakin bertambah.

Lama bersandar, Jimin mengantuk. Matanya mulai terpejam dan ia tertidur di bahuku. Aku memandanginya yang tertidur. Sekian lama aku bersamanya, baru kali ini aku tersenyum seperti orang gila sambil memandinganya penuh perhatian. Ku sematkan rambutnya yang terjatuh menghalangi wajahnya ke sisis telinga. Diam-diam ada rasa ingin menciumnya. Aku mendekatkan bibirku ke wajahnya pelan. Namun ku urungkan niatku untuk menicumnya di bibir dan lebih memilih mendaratkan ciumanku di dahinya. Aku sangat menyayanginya. Jimin terkejut dan terbangun. Aku buru-buru menjauhkan wajah.

“Mwoji? (Apa itu?)” Ia tak tahu kalau aku menciumnya. “Sepertinya di sini banyak nayamuk” ujarnya sambil menguap. Handphonenya berdering, panggilan dari ayahnya. “Nae, appa. Aku akan pulang. Aku bersama Younghyun. Kau mau bicara padanya? Baiklah” Jimin memberikan ponselnya.

“Younghyun, cepat pulang. Ayahmu juga khawatir” ujar ayah Jimin yang khawatir pada kami di seberang sana.

“Ye abeoji” ujarku dan abeoji memutuskan sambungannya. Aku dan jimin bangkit dan mulai berjalan menuju halte buss. Jimin melangkah gontai sambil setengah mengantuk.

Jimin, ppali tta! (naiklah)” Aku berjongkok dan menawarkan punggungku. Ia biasanya akan mengeluh kelelahan sepanjang perjalanan kalau tidak di gendong.

“Hmmm… Younghyun-aneo yeoksi nae baepeu! (Younghyun, kau benar-benar sahabatku!) ” ujarnya manja. Jimin dengan senang hati menerima tawaranku. Tingkahnya yang kadang manja padaku seperti ini yang tak bisa membuatku menahan rasa bahagia. Ia memang terlihat cerah dan ceria di luar, namun sikapnya yang manja seperti ini, orang lain tak pernah melihatnya. Dan ia tak pernah menunjukan sikap yang dia sebut aib ini di depan orang lain kecuali ayahnya dan aku.

Aku masih memiliki satu kotak jus strowberi dan membukak tutupnya. Aku memberikannya pada Jimin sebelum naik ke punggungku agar ia tak mengantuk.

Gomawo, Nae Angry bird (trimakasi angry birdku)” ujarnya mencandaiku. Aku menggendongnya sepanjang perjalanan.

Ya… seorang sahabat harusnya seperti ini. Selalu bersama. Tersenyum bersama. Aku tak tahu sampai kapan aku akan menyembunyikan perasaan ini. Sudah kuputuskan, Saat ini aku hanya ingin terus bersamanya. Menemaninya seperti ini. Aku tak ingin persahabatan yang sudah lama ku bangun bersamanya rusak karena perasaan konyol yang di sebut cinta oleh kebanyakan orang. Aku tak ingin mengacaukannya. Aku akan menjaga dan terus menemaninya, sebagai sahabat, teman dan seperti saudaraku.

 

END

 

BONUS STORY WILL POST SOON >>> KEEP VOTE AND COMENT GUYS^^

BAKALAN ADA BONUS CERITA DARI DUA SAHABAT INI KALAU BANYAK YANG COMMENT DAN NGEVOTE, BAKAL ADA SQUELNYA^^ HIHIHI....

KEEP READING... AND SORRY FOR TYPOS^^

THANKS FOR READING, ANNYEONG^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK