"Kau yakin akan menyimpan sel cintamu disini?"
Pemuda yang ditanyai itu terdiam sambil menatap tabung yang berisi bulatan berwarna merah muda.
"Kau tidak akan bisa merasakan cinta bila sel cintamu keluar dari tubuhmu," lanjutnya.
"Untuk apa aku mempertahankan perasaan yang memang hanya tertuju pada perempuan yang telah mencampakkan aku hanya demi mengejar mimpinya."
-Flashback-
Seminggu yang lalu
"Apa kau tidak bisa mempertimbangkan lagi keputusanmu? Kita bisa berhubungan jarak jauh."
"Aku tidak bisa Oppa. Apa kau tidak takut kelak salah satu diantara kita menyukai orang lain? Aku tidak bisa menghadapi kenyataan seperti itu."
"Aku yakin tidak seperti itu Ye Bom-ah," kata pria itu dengan suara gemetar akibat menahan bulir-bulir air yang kini menghiasi sudut matanya.
"Andwae Oppa. Kau harus bisa melepaskanku, aku harus mengejar impianku menjadi seorang pelukis. Ini kesempatan dalam hidupku yang tidak boleh aku tolak Oppa. Kau juga harus mengejar impianmu untuk menjadi seorang koki. Bukankah kau bermimpi untuk membuka restaurant, jadi inilah kesempatanmu untuk meraih mimpimu," kata gadis yang bernama Ye Bom itu sambil mendekap tangan pria tersebut.
-Flashback End-
Angin musim gugur bergulung menyapu dedaunan berwarna cokelat yang berserakan ditepi jalan Myeongdong. Dingin dan suram. Sama dengan perasaan seorang pria yang sedang berjalan seorang diri. Tatapannya kosong menggambarkan kesedihan. Dingin sedingin udara musim gugur. Tetapi ia menghiraukan angin yang sesekali berhembus menerpa wajahnya dan tubuhnya. Tangannya yang tidak terbungkus sarung tangan, dibiarkan mencari kehangatan dengan memasukkannya kedalam mantel panjang berwarna cokelat yang ia pakai.
Pria ini baru saja menyerahkan sel cintanya untuk disimpan di Bank Sel Cinta dengan harapan ia tak akan bisa untuk merasakan sakitnya rasa cinta yang telah begitu mendalam pada mantan kekasihnya.
Pria dengan tinggi 186cm ini adalah salah satu mahasiswa tingkat akhir jurusan kuliner. Meskipun ia baru akan lulus tiga bulan lagi, tetapi sudah banyak tawaran pekerjaan sebagai koki dari beberapa restaurant terkenal Seoul.
"Miaawww?"
Ia mencari asal suara kucing yang didengarnya dan ternyata kucing tersebut berjalan mengikuti dibelakangnya. Kucing kecil dengan bulu perpaduan warna hitam dan putih.
"Eoh, kau sendirian? Kemana Eommamu?" tanyanya sambil berjongkok dihadapan kucing tersebut.
Kucing itu hanya mengeong dan tidak menjawab (yaiyalah serem juga kalo kucing ngejawab).
"Lebih baik kau ikut denganku daripada kau kedinginan disini. Kaja," Tae Joon menggendong kucing tersebut dalam dekapannya.
Tae Joon melepas kucing tersebut setelah sampai di apartemennya. Dibiarkannya kucing itu berlarian mengitari apartemennya yang cukup luas. Lalu ia berjalan kedapur dan membuka kulkas mengambil susu untuk diberikan kepada kucing tersebut. Setelah ia menuangkan susu tersebut kedalam mangkuk kecil, ia mendekatkan mangkuk tersebut kearah kucing yang tengah asik bermain dengan bola kecil yang ia letakkan di ruang televisi.
"Hmmm.. Ireumi mwoya?" tanyanya sambil menggaruk bagian kepala kucing tersebut.
'Navi-ya.. Navi-ya..' terdengar alunan lagu anak-anak dari televisi. Kucing tersebut langsung mengangkat kepalanya dan mengeong.
"Navi? Bagaimana kalau aku menamaimu Navi?" katanya sambil tersenyum. "Yak Naviii.."
Tae Joon mengangkat tinggi-tinggi di udara sambil tertawa bahagia. Tawa pertamanya sejak seminggu terakhir.
Lima Tahun Kemudian
"Aku menyuruhmu membeli gurita, bukan cumi-cumi. Apa kau tak tahu perbedaan gurita dan cumi-cumi?" tanya seorang koki berbaju hitam khas koki kepala dengan nama restaurant yang bertengger didada sebelah kirinya.
"Josonghamnida chef-nim."
"Kita masih punya banyak simpanan cumi-cumi yang dibeli Jae Kyung kemarin."
Hening. Tae Joon berpikir keras untuk mengakali menu hari ini dengan banyak cumi yang melimpah. Karena ia tidak ingin menyimpan bahan dasar untuk waktu yang lama.
"Oke, semua menu hari ini berbahan dasar cumi-cumi. Cumi bakar madu, cumi goreng tepung, tumis cumi dengan sayuran, nasi goreng cumi, dan spaghetti saus cumi. Tulis menunya, siapkan bahan-bahan, dan mulai bekerja. Siap semua?"
"Ne," sahut pegawai-pegawainya yang berjumlah 7 orang. 3 orang bertugas memasak, 3 orang sebagai pelayan, dan 1 orang yang bertugas di kasir.
Kini Park Tae Joon sudah mempunyai sebuah restaurant yang bernama 'Secret Kitchen' dimana konsep yang diusung adalah menu utama yang berbeda-beda setiap harinya. Secret Kitchen sudah terkenal seantero Seoul dan sekitarnya. Yang biasa datang ke tempat ini adalah anak muda usia 20-35 tahun. Profilnya pun sudah sering menghiasi majalah-majalah kuliner yang ada di Korea. Makanya, Secret Kitchen tidak pernah sekalipun sepi dari pelanggan.
Pada pukul 10.00, restaurant siap dibuka. Pelanggan datang satu persatu untuk sekedar minum kopi ataupun brunch. Pukul 11.30 adalah saat dimana kesibukan meningkat karena volume pelanggan kian bertambah untuk makan siang dan mereka biasanya akan datang sekitar pukul 11.00-12.30 karena pada pukul 01.00 siang, restaurant ini tutup sementara untuk beristirahat dan akan dibuka lagi menjelang makan malam pada pukul 04.00 sore.
Park Tae Joon memandang sekitar restaurantnya dan tersenyum puas melihat para pelanggannya menyantap makanannya tanpa ada keluhan yang terlontar dari mulut mereka.
Tepat pukul 01.00, restaurant ditutup untuk beristirahat. Sementara para pegawainya sedang membersihkan ruangan, Tae Joon mengambil panci dan merebus pasta.
“Karna kulihat kalian sudah bekerja keras hari ini, maka aku akan membuat makan siang untuk kalian semua? Bagaimana? “ sahutnya yang disambut teriakan riuh dari para pegawainya.
“Apa kau perlu bantuan Chef?” tanya Jae Kyung. Gadis muda yang ditugaskan sebagai asisten koki di restaurantnya ini.
“Ani. Kalian selesaikan saja pekerjaan kalian dan tunggu aku selesai masak.”
Para pegawainya mematuhi perintah boss mereka dan mulai menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing.
"Annyeonghaseyo," sapa riang sebuah suara yang tiba-tiba memenuhi restaurant.
Semua mata tertuju pada sosok wanita berpakaian modis dan berambut pendek itu. Ditangan kanannya terdapat tas makanan berwarna orange.
"Annyeonghaseyo," sapa semuanya kecuali Tae Joon yang masih asyik dengan masakannya seakan tak tertarik dengan wanita tersebut.
"Apa kabar kalian semua? Aku membawa makan siang untuk kalian," katanya sambil mengayunkan tas makanan yang ada ditangan kanannya.
"Pasti kimbab lagi," bisik Jae Kyung ke arah Min Woo yang ditanggapi dengan cekikikan geli.
"Wuah Tae Joon-a, kau masak apa? Pasta?" tanyanya lalu mendekati Tae Joon.
"Pasta dan cumi bakar pedas. Kau mau?"
"Pastinya. Aku selalu siap untuk makananmu. Oh iya, bagaimana tawaranku untuk varietymu?"
"Aku masih belum tertarik dengan dunia entertainment. Yak yedeura, babmeokca!"
Semua pegawainya langsung menaruh piring dan masakan diatas meja yang sudah mereka gabung menjadi satu.
"Wuaahhh.." takjub Le Na memandangi makanan yang tersedia didepannya.
"Jalmeokgeseumnida."
Semua makan dengan lahap dan tak henti-hentinya memuji masakan Tae Joon. Tak terkecuali Hye Ri yang mulai melupakan makanan yang dibawanya. Ayah Hye Ri mempunyai sebuah stasiun TV yang terkenal di Korea Selatan dan ia dipercaya untuk membantu ayahnya menjalani bisnisnya ini. Dan akhir-akhir ini Hye Ri sedang gencar-gencarnya mendekati Tae Joon untuk merayu agar ia mau ikut proyek variety show yang ingin dibuat oleh Hye Ri. Dan Tae Joon tidak mengetahui rencana Hye Ri lainnya yaitu membuat Tae Joon jatuh cinta padanya. Dan ia mempunyai suatu rencana besar dan berbahaya.
~*~
Tae Joon berjalan gontai di lorong Apartementnya. Yang ia butuhkan saat ini adalah air hangat untuk berendam dan tempat tidur. Hari ini memang sangat melelahkan, Secret Kitchen penuh dengan pelanggan yang terus berdatangan. Dan pumcaknya adalah makan malam tadi, tidak hanya ramai didalam restaurant tetapi juga ramai diluar karena meja didalam masih penuh.
Sesampainya di Apartement, ia mendapati Apartementnya kosong. Tidak ada Navi yang menyambutnya dengan bunyi lonceng kecil yang melingkar di lehernya.
"Navi," teriak Tae Joon. Ia mencari Navi sampai ke sudut rumahnya tapi tetap tidak ditemukan.
Kemudian ia nemutuskan untuk mencari di taman sekitar Apartementnya. Setelah hampir satu jam mencari, akhirnya Navi ditemukan dikolong salah satu bangku taman.
"Navi-a, kenapa kau bisa keluar dari rumah? Kajja," katanya lalu menggendong Navi dalam dekapannya.
Tae Joon meletakkan Navi diatas bantal bulat berukuran besar yang memang dipakai Navi untuk bermalas-malasan.
"Kau kenapa diluar? Diluar udara sangat dingin karena musim gugur akan segera datang. Kau pasti lapar, aku akan mengambil makanan untukmu," katanya lalu pergi menuju dapur.
Tanpa ia sadari, keajaiban terjadi. Seekor kucing lucu dan menggemaskan telah berganti menjadi seorang gadis cantik berpakaian hitam-hitam, dikepalanya juga bertengger bando seperti telinga kucing.
"WAAAAAAA.." teriak Tae Joon kaget ketika akan memberikan makanan untuk Navi.
Gadis itu hanya terdiam sambil mengamati Tae Joon dengan dalam.
"Nuguseyo? Bagaimana kau bisa masuk kemari? Mana Navi?" tanyanya bingung. "Naviiiiii.." panggil Tae Joon.
"Aku disini," kata gadis itu tiba-tiba.
"Eung? Maldo Andwae."
"Aku Navi. Tapi lebih tepatnya aku adalah sel cintamu yang telah dimakan oleh Navi. Aku yang telah kau lepas lima tahun lalu, membiarkan aku terkurung dalam kegelapan dan kedinginan. Apa kau ingat?"
"Maldo Andwae. Tidak mungkin kau Navi. Katakan dimana Navi?" tanyanya sambil mundur perlahan ke dinding yang ada dibelakangnya. "Navi.." panggil Tae Joon.
"Sudah kubilang aku disini," kata gadis itu sambil berjalan mendekat kearah Tae Joon.
"Hajima.. Jangan mendekat atau aku akan teriak."
"Hahahah.. Wae? Musowo? Kau masih tidak percaya kalau aku Navi?"
"Tapi bagaimana bisa ia keluar dan memakan sel cintaku?"
-Flashback-
Tae Joon kelihatan terburu-buru karena ia kesiangan. Sedangkan ia harus tiba di Secret Kitchen pada pukul 09.00 untuk mempersiapkan semuanya. Navi terus mengawasi tiap gerak gerik Tae Joon yang panik kesana dan kemari.
"Aahhh.. Handphone," katanya kembali membuka pintu Apartementnya dan berjalan menuju kamarnya.
Tae Joon membiarkan pintunya terbuka dan tanpa disadari, Navi sudah berlari keluar dan menuju tangga darurat.
Navi terus berjalan menuju taman yang terletak didekat Apartement Tae Joon. Taman yang luas ini biasanya dipakai oleh orang-orang tua untuk sekedar berjalan santai ataupun anak muda dan orang dewasa untuk berolahraga. Pada sore hari, arena bermain biasanya penuh dengan anak-anak dan ibu mereka yang ikut mendampingi -alasan lain untuk membuat geng rumpi-.
Saat Navi melintasi bagian lain taman yang sepi, ada dua orang pria yang saling berhadapan dengan membawa koper di masing-masing tangan kanannya.
"Apa kau membawanya?" tanya pria yang berbadan lebih pendek.
"Michoseo? Ppali berikan kopermu padaku?" kata pria yang memakai kacamata dengan panik dan sesekali melihat ke berbagai arah.
"Caaa.. berikan dahulu kopermu."
"Aniyo. Kopermu terlebih dahulu."
"Aish.. igo."
Pria berkacamata langsung mengambil koper tersebut dan memberikan koper kepunyaannya. Pria berbadan pendek tersebut membuka koper yang dipegangnya dan mengeluarkan sebuah tabung transparan yang terdapat benda berwarna merah muda didalamnya.
"Apakah ini hidup?" tanyanya heran.
"Pastinya, tidak mungkin benda itu mati kalau aku benar-benar menjaganya," kata pria berkacamata sambil menutup koper yang dipegangnya setelah ia tahu bahwa isinya benar-benar uang asli.
"Tapi kenapa ia hanya diam saja?" katanya lalu membuka tutup tabung tersebut untuk menghilangkan rasa penasarannya.
"YAAAKKK HAJIMAAA.." cegah pria berkacamata tersebut.
Terlambat. Benda merah muda itu sudah keluar dari tabung tersebut dan terbang liar diatas mereka. Mereka berusaha menangkap kembali benda tersebut, tetapi karena benda tersebut terbang kesana kemari maka mereka sulit untuk menangkapnya.
Navi memperhatikan benda itu. Sangat lezat menurutnya. Para pria tersebut menyadari kehadiran Navi dan mengikuti arah pandangan Navi yang tertuju pada benda tersebut.
"Aniya, meokjima," seru pria bertubuh pendek tersebut.
Dan lagi-lagi mereka terlambat karena Navi sudah berlari menerjang benda tersebut. Voilaaa. Benda tersebut sudah berpindah keperut Navi sekarang.
-Flashback End-
Tae Joon mengamati gadis tersebut yang dengan lahap meminum susu yang dibawa olehnya.
"Jinjja Navi-a?" tanyanya masih tak percaya.
"Yak. Molla!" katanya sambil terus meminum susunya.
"Eo, aku memang masih bingung bagaimana kau bisa memakan sel cintaku."
"Aku mengantuk," kata gadis itu sambil menguap dan berjalan menuju sofa yang tengah di duduki oleh Tae Joon.
“Yak..” teriak Tae Joon yang tidak dihiraukan oleh Navi yang kini sudah meringkuk di sofa.
Tak tega melihat seorang gadis tidur meringkuk di sofa, Tae Joon masuk kekamarnya dan mengeluarkan selimut lalu menyelimutinya. Ia pun langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya. Hal yang selama ini tidak pernah dilakukannya. Bagaimana tidak, ia hanya tinggal seorang diri di Apartementnya itu.
~*~
Sinar matahari masuk ke kamar Tae Joon melalui celah-celah tirai yang tidak tertutup dengan sempurna. Ia merenggangkan tubuhnya dan menggeliat di atas tempat tidurnya (author gak mau mikirin ntar dosa), perutnya terasa lapar. Pantas tadi malam ia lupa untuk makan. Ia mengingat-ingat kejadian apa yang membuat ia melewatkan makan malam.
“Navi,” katanya sambil membelakkan mata dan berlari kearah ruang tamu.
Ia melihat sofa yang menjadi tempat tidur gadis itu kosong dan selimutnya dibiarkan jatuh dilantai. Ia melihat kesekeliling sudut rumahnya untuk mencari Navi.
“Navi-a,” panggilnya dengan waspada.
“Miaaww…”
“Navi?” katanya kaget campur heran karena Navi dalam bentuk kucing sudah ada di dekat kakinya. “Navi, kau kembali. Tapi kemana gadis tadi malam?”
Tae Joon memeluk Navi dengan bahagia dan ia berharap kalau kejadian tadi malam hanyalah khayalan dirinya saja.
Ia bersiap-siap untuk berangkat ke Secret Kitchen dan kali ini ia memastikan Navi berada didalam rumahnya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke Secret Kitchen, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dengan mobil, ia sudah sampai di pelataran restaurantnya.
“Annyeonghaseyo Chef,” sapa Dong Ha yang baru keluar dari pintu untuk membuang sampah.
“Anyyeong. Apa semua sudah datang?”
“Sudah Chef, semua sedang mempersiapkan dapur.”
“Baiklah, cepatlah kau buang sampah itu lalu masuk untuk briefing.”
“Ne Chefnim,” kata Dong Ha sambil membungkuk kearah Tae Joon.
“Yedeura,” sapa Tae Joon begitu masuk ke restaurantnya.
“Annyeonghaseyo Chefnim,” jawab mereka kompak.
“Menu apa kira-kira hari ini?” tanyanya.
“Kita punya ayam, tahu, dan belut,” sahut Jae Kyung sambil mengingat-ingat.
“Korean dish. Kita buat tema hari ini, makanan khas Korea. Oettae?”
Para pegawainya masih diam dan tidak menjawab pertanyaan bossnya itu.
“Sebagian ayam untuk pagi ini kalian buat dakgalbi dan sebagian lagi kalian buat samgyetang untuk makan malam, satu porsi samgyetang kalian kasih setengah bagian ayam jadi satu ayam bisa dibuat jadi dua porsi. Lalu tahunya kalian buat sundubu jjigae untuk makan siang dan untuk makan malam kalian bisa membuat dubu kimchi. Kalian bisa mencari kimchi di tempat kita biasa beli dan jangan lupa kalian menyetok kimchi untuk besok. Untuk belut kalian bisa buat belut panggang dan belut panggang bumbu pedas.”
Para pegawainya hanya manggut-manggut.
“Oke kerjakan pekerjaan kalian semua!” perintah Tae Joon lalu masuk keruangan kerjanya untuk berganti pakaian dengan pakaian chef.
Siang ini seperti biasa Secret Kitchen dipenuhi para pelanggannya yang rata-rata adalah pegawai kantoran yang menyempatkan diri untuk melepas lelah dan mengisi kekosongan perut mereka.
Tanpa Tae Joon sadari, ada dua pelanggan yang masuk ke restaurantnya. Seorang pasangan yang di sedang diantar ke meja kosong yang ada di depan dapur. Tae Joon masih saja asyik dengan pesanan-pesanan yang berjejer rapi di depannya.
“Chef, dua porsi sundubu jjigae dan satu porsi belut panggang,” sahut Min Woo kearah Tae Joon.
“Okay,” katanya santai sambil menata makanan dipiring yang telah disiapkannya.
Tanpa ia sengaja, pandangannya beralih kearah pasangan yang sedang ada didepannya.
“Ye Bom-ah.”
Gadis tersebut menolehkan kepalanya kearah Tae Joon sewaktu ia mendengar namanya dipanggil.
“Oppa?”
Tae Joon hanya tersenyum kemudian melanjutkan lagi pekerjaannya.
“Kau mengenalnya?” tanya lelaki dihadapannya tersebut.
“Ah, itu teman masa laluku.”
“Ohhh.. Kebetulan sekali berarti. Padahal aku sering lho makan kesini dengan teman-temanku karena makanan disini enak-enak dan pelayanannya memuaskan.”
“Oh ya?” katanya datar dan mengalihkan pandangannya sekali lagi kearah Tae Joon.
~*~
Ponsel Tae Joon bergetar di saku celananya. Dengan cepat ia menjawab panggilan tersebut.
“Yeoboseyo?”
“Annyeonghaseyo Park Tae Joon-ssi, apa kau ada acara malam ini?” tanya seorang wanita yang ternyata adalah Hye Ri.
“Hari ini sepertinya aku harus cepat pulang kerumah karena ada yang harus kukerjakan,” kataku berbohong.
“Ahhh geurae? Baiklah, kalau begitu lain kali kau tidak boleh menolak ajakanku.”
“Baiklah.”
Sambungan teleponpun terputus.
“Apa kau yakin yang memakan sel cinta itu adalah kucing kepunyaan Tae Joon?”
“Aku yakin kalau kucing itu kepunyaan Tae Joon karena aku sudah melihat kalau Tae Joon membawanya pulang malam itu.”
“Baiklah, kita akan menculik kucing itu. Kau selidiki lebih jauh lagi, karena yang kutahu kucing itu pasti berubah menjadi seorang manusia.”
“Ne Sajangnim.”
“Kali ini kau tidak boleh lepas dariku Park Tae Joon,” gumamnya sambil menatap lurus kearah jendela Apartementnya.
~*~
“Navi-a,” panggil Tae Joon sesaat sudah sampai di Apartemntnya.
“Neeee…”
Tae Joon terkejut karena bukan Navi yang berlari kearahnya melainkan gadis kemarin. Gadis dengan telinga kucingnya.
“Neo? Kenapa kau lagi?” katanya sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
“Wae? Aku memang berubah menjadi kucing saat matahari terbit dan menjadi manusia saat matahari terbenam,” jelasnya yang membuat Tae Joon sedikit percaya.
“Geurae?” tanyanya lagi yang diikuti anggukan dari Navi.
“Baegopa.”
“Aku akan memberikanmu susu. Jjankaman,” katanya kemudian berjalan menuju dapur.
“Tidak bisakah kau membuatkan makanan dari ikan?” tanyanya tiba-tiba.
“Eung? Ikan? Kau tahu aku punya ikan?” tanya Tae Joon bingung.
“Aku sudah mengeceknya dan kau mempunyai ikan disana.”
“Kenapa kau tidak langsung saja makan ikan itu?”
“Aku butuh makanan matang, bukan mentah. Aku kan sekarang bukan menjadi seekor kucing.”
“Arasseo!” kata Tae Joon lalu ia mulai memasak.
Kali ini ia memasak Maeuntang (Sup ikan pedas). Syukurlah ia mempunyai bahan-bahan tersebut di dalam lemari pendinginnya. Setelah selesai ia segera menatanya di meja makan.
“Jalmeokgeseumnida,” sahut Navi mulai menyuap besar nasi dan sup tersebut ke mulutnya.
Tae Joon hanya tersenyum melihat nafsu makan gadis didepannya dan ia juga mulai menikmati makan malamnya tersebut.
~*~
Pintu restaurant terbuka disaat para pegawai Secret Kitchen dan Tae Joon sedang menyantap makan siang mereka. Pandangan mereka terarah ke pintu masuk tersebut.
“Annyeonghaseyo,” sapa tamu tersebut.
“Annyeonghaseyo. Josonghamnida, restaurant kami akan dibuka kembali pukul 04.00,” kata Jae Kyung menghampiri tamu tersebut.
“Aniyo, aku ingin bertemu dengan Park Tae Joon-ssi.”
“Kau ingin bertemu dengan Chef? Jamsimanyo. Chef, ada tamu untukmu,” sahut Jae Kyung menghampiri Tae Joon sesaat setelah meminta tamu tersebut menunggu.
“Nugu?”
“Mollayo. Yeoja,” kata Jae Kyung sambil menggoda Tae Joon yang disambut tawa oleh pegawainya yang lain.
“Yak gemanhae. Kalian lanjutkanlah dan jangan lupa dibereskan kalau sudah selesai.”
“Ne Chef,” sahut mereka lalu melanjutkan makan yang diiringi cekikikan kecil untuk boss mereka.
Tae Joon berjalan menuju pintu masuk dan mendapati Ye Bom berdiri disana. Gadis itu masih tampak luar biasa seperti dahulu, namun kali ini ia terlihat lebih dewasa.
“Hai,” sapa Tae Joon.
“Hai, apa kabarmu Oppa?” tanyanya canggung.
“Aku baik, bagaimana denganmu?”
“Tidak pernah sebaik ini.”
“Ada apa kau kemari?”
“Apa aku boleh bicara denganmu? Di coffee sop dekat sini,” ajak Ye Bom yang diiyakan oleh Tae Joon.
Hanya butuh lima menit dengan berjalan kaki untuk menuju coffe shop tersebut. Selama perjalanan, mereka terlihat canggung dan diam.
“Aku yang mentraktirmu. Kau masih menyukai Ice Latte?” tanya Ye Bom yang yang dijawab anggukan oleh Tae Joon.
Tae Joon mencari tempat agak kedalam karena ia tahu pasti Ye Bom ingin membicarakan satu hal yang penting padanya. Tak lama kemudian, Ye Bom datang sambil membawa nampan yang berisi dua buah minuman dan satu piring kentang goreng.
“Ice Latte untukmu dan Ice Cappucino untukku. Seleraku tidak berubah kan Oppa?” katanya sambil tersenyum.
“Ya, kau masih seperti dahulu. Kau tidak banyak berubah, hanya saja kau terlihat lebih dewasa.”
“Oppa, kudengar kau sudah mewujudkan impianmu untuk menjadi koki terkenal di Korea Selatan. Dan kudengar, Secret Kitchen juga sudah menjadi buah bibir di pelosok Korea.”
“Hhhh…” tawa Tae Joon garing. “Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah berhasil menjadi pelukis?” tanya Tae Joon tenang.
“Aku akan membuat pameran lukisan bulan depan. Kuharap kau datang Oppa.”
“Aku akan datang kalau memang tidak ada acara lain. Oh ya, siapa pria yang bersamamu kemarin?”
“Namanya Yoon Hwan Oppa dan dia adalah…” katanya mengantung dan dia menggigit bibir bawahnya.
“Kekasihmu? Sudah kutebak,” kata Tae Joon cepat.
“Aku bertemu dengannya sekitar tiga tahun yang lalu ketika ia berada di Spanyol untuk pertukaran pelajar dan ia yang membantuku supaya aku bisa menggelar pameran perdanaku di Korea.”
“Aku turut bahagia untukmu dan akan kuusahakan untuk datang kepameranmu,” katanya lalu menyeruput Ice Latte yang sedari tadi hanya digenggamnya. “Sepertinya aku harus kembali ke Secret Kitchen karena kuyakin, para pegawaiku membutuhkanku disana,” katanya setelah melihat jam yang melingkar ditangannya.
Tae Joon bangkit berdiri dan pergi setelah mengucapkan selamat tinggal pada Ye Bom. Ye Bom masih berada ditempatnya selama setengah jam lamanya. Terdiam dan termenung. Sesekali ia menghapus air yang mulai keluar dari matanya yang bulat. Jauh didalam lubuk hatinya, ia masih mencintai lelaki yang pernah mengisi hatinya lima tahun yang lalu. Ketika mereka bertemu kembali untuk pertama kalinya kemarin, Ye Bom terus memikirkan Tae Joon sepanjang malam dan memutuskan untuk menemuinya hari ini. Sekedar untuk melepas rindu karena lima tahun sudah bereka tidap pernah bertemu.
Terdengar bunyi ponsel yang berasal dari tas mungil berwarna cokelat yang ia letakkan di atas meja. Diraihnya tas tersebut dan dikeluarkannya ponsel tersebut.
“Ne Oppa,” katanya ketika mengetahui Yoon Hwan yang menelepon.
“Kau dimana? Aku ingin membicarakan mengenai acaramu.”
“Aku ada di luar rumah, kita bertemu ditempat biasa ya,” katanya lalu menyudahi pembicaraan tersebut.
Ye Bom beranjak pergi dari Coffee Shop tersebut dan mencari taksi untuk pergi ke tempat selanjutnya. Tanpa ia sadari, Yoon Hwan berada di dalam coffee shop tersebut. Ternyata Yoon Hwan sedari tadi mengikuti Ye Bom pergi karena ia heran dengan perubahan sikap Ye Bom secara tiba-tiba.
~*~
“Navi-a,” panggil Tae Joon yang langsung dihampiri oleh Navi dalam bentuk manusia.
Begitulah setiap hari selama seminggu ini. Navi berubah menjadi kucing saat Tae Joon berangkat dan menjadi manusia ketika Tae Joon telah pulang. Tiap harinya, Tae Joon makin sering tertawa sampai-sampai para pegawainya dibuat kebingungan oleh sikap Tae Joon yang berubah secara drastis ini.
Hari ini Tae Joon pergi ke Secret Kitchen dengan membawa Navi –dalam bentuk kucing- didalam dekapannya. Rencananya ia akan mengunjungi Bank Sel Cinta dan memberitahukan tentang keadaan Navi. Navi terlihat menggeliat nyaman didalam pelukan Tae Joon selama ia di Secret Kitchen. Navi dibiarkan berkeliaran di ruang kerja Tae Joon yang tidak lupa ditutupnya untuk mencegah Navi kabur lagi.
Siang hari ketika Secret Kitchen sedang ramai oleh pelanggan, Hye Ri datang didampingi oleh asistennya. Pria dengan postur badan yang agak pendek.
“Annyeonghaseyo Hye Ri-ssi, silahkan aku akan mengantarmu ke meja yang kosong,” sapa Min Woo lalu berjalan menuju meja kosong yang terletak agak kedalam dekat dengan ruangan Tae Joon.
Hye Ri dan asistennya mengikuti sambil tersenyum puas dengan keberuntungan yang sedang memihak pada dirinya. Ia tahu kalau Navi sedang dibawa oleh Tae Joon ke Secret Kitchen dan pastinya Navi akan ditempatkan di ruangan milik Tae Joon. Tanpa Tae Joon dan Navi sadari, Hye Ri sudah menyewa seorang mata-mata untuk menyelidiki mereka selama seminggu belakangan ini.
“Kau lihat, keberuntungan sedang ada di pihak kita. Nanti kau masuk dan ambil kucing itu lalu keluar lewat pintu belakang. Aku akan mengalihkan dan perhatikan keadaan disekitar restaurant, kemudian kau tunggu aku didalam mobil,” kata Hye Ri memberitahu strateginya pada asistennya tersebut.
“Ne Sajangnim.”
Lima menit kemudian ketika makanan yang di pesan Hye Ri sudah tersedia dihadapannya, ia mulai meberikan kode kepada asistennya untuk segera melancarkan rencananya tersebut. Dengan hati-hati pria tersebut mendekati ruangan Tae Joon dan membuka pintunya. Tak lama kemudian ia sudah keluar dengan menggendong Navi dan berjalan menuju pintu lain yang ada disebelah kanannya. Hye Ri tersenyum dan memakan satu dua suap fettucini kedalam mulutnya. Kemudian ia langsung memanggil pelayan disana untuk membayar makanan yang sudah dipesannya.
Ia langsung berjalan santai dan tenang keluar dari Secret Kitchen kemudian duduk dibangku penumpang, disebelah kandang kucing berwarna hitam yang kini telah berpenghuni.
Tae Joon yang masih tidak menyadari kalau Navi sudah tidak ada di ruangannya, tetap asyik memasak untuk pelanggan-pelanggannya yang mulai menumpuk di Secret Kitchen.
Tepat pukul 01.30 siang, Secret Kitchen ditinggalkan oleh pelanggan terakhirnya.
“Sugohaseyo,” teriak Tae Joon yang diiringi teriakan girang oleh para pegawainya. “Kalian bereskan terlebih dahulu dan beristirahatlah. Kalian masaklah makanan yang ada. Arasseo?”
“Ne Chef,” sahut mereka kompak.
“Jae Kyung, tolong kau tuangkan susu ke mangkuk untuk makan siang Navi. Bawakan kedalam ruanganku. Dan aku akan pergi sebentar, kalau aku belum pulang sampai jam 04.00, kalian boleh membuka Secret Kitchen tanpaku. Dan Jae Kyung kau gantikan aku untuk mengkomandoi mereka.”
“Ne Chef,” sahut Jae Kyung patuh dan mulai mencari susu di lemari pendingin.
Tae Joon berjalan menuju ruangannya dengan wajah yang gembira. Tetapi wajah gembira itu lenyap ketika ia menyadari kalau ruangan tersebut kosong dan ia tidak menemukan Navi dimana-mana.
“Min Woo, kau melihat Navi keluar pintu?” tanya Tae Joon panic sambil menghampiri dapur yang sudah penuh dengan pegawainya.
“Aniyo Chef. Bukankah Navi ada didalam ruanganmu?”
“Kalau dia ada didalam, mana mungkin aku bertanya padamu. Kalian coba cari Navi disekitar Secret Kitchen. Jangan sampai ada tempat yang terlewat oleh kalian.”
“Ne Chef,” sahut mereka dan mulai berpencar mencari Navi disetiap sudut Secret Kitchen bahkan sampai ke jalan besar yang tak jauh dari Secret Kitchen.
Mereka kembali berkumpul di Secret Kitchen setelah 45 menit mencari dengan hasil yang nihil. Tae Joon terlihat duduk lemas di salah satu kursi yang terdapat di Secret Kitchen. Ia sangat khawatir kalau matahari terbenam, Navi berubah menjadi manusia secara tiba-tiba. Bagaimana kalau Navi berubah sewaktu di tempat yang ramai, ia tidak ingin membayangkan hal tersebut.
~*~
Tae Joon melangkah gontai menuju kamarnya. Apartementnya terasa sepi, biasanya aka nada Navi yang sudah menunggunya pulang. Ia langsung merebahkan diri ke tempat tidur dan berusaha memejamkan matanya. Ia tidak bernafsu untuk makan malam ini. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk melaporkan kehilangan Navi ke kantor polisi, meski tadinya polisi agak meremehkan karena yang hilang hanyalah seekor kucing, namun ia tetap memohon untuk memproses berita kehilangan Navi.
“Navi, eoddiya?” gumamnya lirih.
~*~
“Wuah, kucing yang manis sudah berubah menjadi seorang manusia,” kata Hye Ri sambil bertolak pinggang dihadapan Navi.
“Lepaskan aku,” sahut Navi dengan suara yang tidak jelas karena mulutnya diplester sambil menggerakkan tangan dan kakinya yang diikat.
“Aku akan melepaskanmu kalau kau sudah mengeluarkan sel cinta milik Tae Joon yang telah kau makan.”
“Aku tidak akan mengeluarkannya, sampai kapanpun.”
“Baiklah, kalau begitu kau akan tetap seperti ini. Yak, jaga dia jangan sampai lepas. Aku pulang dulu, besok pagi aku akan kembali kesini,” katanya lalu melenggang pergi dari Apartement ukuran studio tersebut.
“Baegopa,” sahut Navi ketika Hye Ri sudah pergi.
“Aku tidak diperbolehkan untuk memberikanmu makanan. Tahanlah sampai Sajangnim datang besok pagi.”
“Baegopa,” sahut Navi sekali lagi, kali ini ia memperlihatkan mata ‘puss in boot’-nya.
“Arasseo. Aku hanya mempunyai ramyeon. Kau makanlah saja itu,” katanya luluh sambil beranjak untuk membuatkan ramyeon.
Setelah ramyeon siap untuk dimakan, pria tersebut membuka plester dan ikatan yang melilit ditangan Navi. Itupun setelah diancam untuk tidak berteriak atau berbuat sesuka hati.
Paginya, Navi merasakan lemas diseluruh tubuhnya. Keringat dingin mengalir deras disekujur tubuhnya, perutnyapun sangatlah mual. Wajahnya pucat pasi dan matanya sayu. Matahari telah terbit namun tubuh Navi masih menjadi manusia dan belum berubah menjadi seekor kucing.
“Neo waeire?” tanya pria tersebut bingung saat mendapati Navi lemas bersandar pada dinding. Dilepasnya plester yang tertempel di mulut Navi. “Kau ingin minum?”
Navi mengangguk dan langsung diberikan minum oleh pria tersebut. Pria tersebut langsung mengeluarkan ponsel dan menelpon bossnya.
“Sajangnim, ada yang salah dengan gadis ini.”
“Wae?”
“Aku juga tidak yakin, tiba-tiba ia lemas.”
“Aku akan kesana segera. Tunggu aku.”
~*~
Hari ini Tae Joon tidak berangkat ke Secret Kitchen untuk mencari Navi di sekitar Seoul. Secret Kitchen ia serahkan sepenuhnya kepada Jae Kyung. Tae Joon memperhatikan jalanan yang dilaluinya, ia memperhatikan setiap kucing yang ia jumpai ataupun gadis berbaju hitam dan beranbut panjang tak luput dari pandangannya.
“Navi eoddiya?” gumamnya sambil duduk didepan sebuah mini market.
“Eoh, bukankah kau Chef di Secret Kitchen?” tanya sebuah suara mengagetkan Tae Joon dan ternyata seorang pria dengan wajah yang tampak familiar.
“Ne.”
“Aku Yoon Hwan. Ye Bom sudah banyak bercerita tentangmu,” katanya sambil mengulurkan tangannya.
“Ah Ne. Kau kekasih Ye Bom yang waktu itu pernah datang ketempatkku?”
“Ne. Apa yang kau lakukan disini?”
“Ah, tidak. Aku hanya sedang mencari kucingku yang hilang.”
“Ohh.. Oh ya, bulan depan Ye Bom mengadakan pameran. Apa kau datang?”
“Aku akan mengusahakan untuk datang.”
“Ye Bom. Gadis itu sangat baik dan tulus. Aku tidak pernah bertemu dengan orang setulusnya. Pertama kali aku bertemu dengannya ketika aku mengikuti program pertukaran pelajar. Ketika itu, orang tuaku pernah mengunjungiku dan naasnya mereka mengalami kecelakaan. Aku belum lama mengenal Ye Bom, sekitar dua minggu kurasa. Tapi sejak awal, ia selalu ada menemaniku dan ia juga memberikan darahnya untuk ibuku yang waktu itu sempat kehabisan darah. Namun, mereka tidak selamat. Saat itu aku sangat rapuh, aku kehilangan segalanya yang berarti dalam hidupku. Namun, Ye Bom selalu ada disampingku untuk menghiburku dan untuk membuktikan bahwa hidupku belum berakhir. Aku sangat bergantung padanya sejak saat itu. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan dirinya,” jelas pria itu panjang lebar sambil tersenyum.
Tae Joon hanya tersenyum mendengar pernyataan pria yang ada dihadapannya itu. Entah apa maksudnya menjelaskan semua yang tidak perlu didengar olehnya.
“Ya, dia memang gadis yang sangat baik. Dan aku juga pernah merasakan kebaikan yang ada pada dirinya.”
“Bisakah kau melepasnya untukku?” tanya Yoon Hwan tiba-tiba.
“Maksudmu?” tanya Tae Joon bingung.
“Ia belum bisa melepasmu sampai sekarang. Dan aku tahu itu, ketika ia menemuimu di coffee shop tempo hari. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan dirinya. Jadi, saat ini aku hanya memohon padamu untuk melepaskannya.”
“Aku sudah melepaskannya lima tahun yang lalu dan aku juga berharap perasaan itu tidak akan pernah kembali,” kata Tae Joon. “Aku pergi duluan, aku akan mencari kucingku tadi.”
Setelah berpamitan, Tae Joon mulai berjalan meninggalkan Yoon Hwan yang masih terdiam ditempatnya. Jantungnya berdegup cepat dan nafasnya memburu menahan rasa yang selama tiga tahun ini tetap bersemayam di hatinya.
Navi masih terkulai lemas. Namun, kali ini jantungnya memburu dengan cepat yang mengakibatkan ia sulit untuk bernafas. Ia meringkuk menahan sakit yang mulai menjalar disekitar dada kirinya.
“Mengapa dadaku terasa sakit? Apa yang terjadi dengan Park Tae Joon?” tanyanya lirih dalam hati.
~*~
Matahari mulai tenggelam, namun Tae Joon masih duduk diam di taman sekitar Apartementnya. Ia tadi sudah mencari Navi disekitar taman namun tidak juga ketemu. Tak lama, ponselnya berbunyi tanda panggilan masuk.
“Yeoboseyo?” katanya dengan cepat.
“Yeoboseyo? Oppa, ini aku Ye Bom,” kata Ye Bom yang tadinya kukira orang dari kepolisian.
“Ne Ye Bom-a, wae?”
“Oppa, aku ingin bertemu denganmu hari ini. Bisakah kita bertemu sekarang?”
“Kau datanglah di taman dekat Apartemen Blok A daerah Myeongdong. Aku sedang ada disini.”
“Ne Oppa, gidaryo.”
“Navi, apa aku tidak akan melihatmu lagi?” katanya nanar.
~*~
“Bawa ia ke mobilku, kita akan bawa dia ke Bank Sel Cinta,” kata Hye Ri memerintahkan asistennya.
“Ne Sajangnim,” katanya patuh.
“Aku akan keluar? Aku harus berusaha untuk kabur nanti. Aku harus cepat menemui Park Tae Joon. Aku harus mengembalikan sel cintanya, sebelum semuanya terlambat,” rencana Navi dalam hati.
Benar saja ketika mereka sudah berada di luar, dengan sekuat tenaga Navi menggigit lengan pria yang sedang memapahnya ke mobil. Ia sekuat tenaga berlari melarikan diri dari Hye Ri yang kali ini sudah meneriaki Navi.
Navi paham jalan ini, ia hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk sampai ke Apartement Tae Joon. Ia tetap berlari dan untunglah jalanan sangat sepi kali ini.
“Yak berhenti kau,” teriak Hye Ri dari dalam mobil.
Navi berbelok kearah taman yang menghubungkan langsung dengan Apartement Tae joon. Ia merasakan lelah mulai menjalari tubuhnya. Nafasnya mulai tersengal-sengal dan keringat dingin mulai mengucuri tubuhnya.
“Kau harus bertahan Navi.”
Sementara itu, Tae Joon dan Ye Bom duduk bersebelahan di bangku taman. Hening. Pandangan mereka lurus kedepan.
“Oppa,” panggil Ye Bom. “Kudengar, kau menyimpan sel cintamu.”
“Dari mana kau tahu berita seperti itu?”
“Kau tidak perlu tahu aku dapat dari mana berita itu. Yang aku ingin tahu, apakah kau tidak merasakan cinta kepadaku lagi?”
“Aku ingin melepaskanmu Ye Bom-a. Aku tidak ingin merasakan lagi sakitnya waktu kau meninggalkanku.”
“Tapi Oppa, kalau sel cinta itu kembali padamu, apakah kita bisa bersama lagi?” tanya Ye Bom yang kali ini sudah berlinang air mata.
“Molla. Ada seseorang yang lebih membutuhkan cintamu. Aku sudah terbiasa hidup tanpamu dan ada seseorang yang tidak bisa hidup tanpamu. Aku tidak ingin orang tersebut merasakan pahitnya yang aku rasakan dulu.”
“Apa sesakit itu hatimu?”
“Buat apa kau bertanya sekarang?”
Ye Bom diam tidak menjawab, yang terdengar hanyalah suara tangisan lirih dari mulut Ye Bom.
“Tae Joon-ssi,” panggil Navi dari kejauhan.
Tae Joon mencari suara yang dikenalnya. Suara Navi.
“Navi-a,” katanya lalu berdiri dari tempat duduknya.
Tiba-tiba sekujur tubuh Navi menegang seperti tersambar aliran listrik. Lalu tubuhnya terkulai lemah ke atas tanah. Tae Joon yang melihat itu berlari menghampiri tubuh Navi,
“Navi-a, waeire?” tanya Tae Joon panik sambil memeluk tubuh Navi.
“Aku ingin mengembalikan sel cintamu, aku takut semua terlambat,” kata Navi sambil tersenyum.
“Kau tenanglah, aku akan membawamu ke Rumah Sakit.”
“Tidak Tae Joon-ssi. Aku sudah tidak kuat lagi. Jaga dirimu baik-baik, aku berharap kau akan bahagia.”
Begitu ia memejamkan mata, sebuah bulatan berwarna merah muda keluar dari tubuh Navi dan perlahan-lahan tubuh Navi berubah menjadi seekor kucing.
“Andwae.. Navia-a irona,” pinta Tae Joon menangis sambil memeluk tubuh Navi yang telah berubah menjadi seekor kucing.
Perlahan, benda berwarna merah muda tersebut masuk kedalam tubuh Tae Joon. Tubuhnya merasakan hal lain, sesuatu yang telah lama tidak ia rasakan bahkan ia sempat lupa dengan perasaan tersebut.
Ye Bom hanya terdiam melihat dari kejauhan. Kini ia tahu, meskipun sel cinta milik Tae Joon telah masuk lagi ke tubuhnya, tetapi Tae Joon telah memiliki cinta lain dihatinya. Yaitu Navi.
Ditempat lain, ada empat pasang mata yang mengamati kejadian tersebut.
“Apa yang telah aku lakukan? Tidak. Aku tidak membunuhnya. Aku tidak membunuhnya,” kata Hye Ri pelan lalu memberikan alat setrum tersebut ke asistennya.
“Sajangnim,” panggil pria tersebut namun tidak dihiraukan oleh Hye Ri.
Hye Ri melajukan mobilnya menembus kegelapan malam.
~*~
Tiga minggu berlalu sejak Tae Joon kehilangan Navi. Ia berjalan mantap ke sebuah gedung yang didepannya banyak sekali ucapan dalam bentuk karangan bunga.
“Oppa.”
“Ye Bom-a.”
“Oppa wasseo?” tanyanya ketika sudah berhadapan dengan Tae Joon.
Tangannya tak lepas dari genggaman pria yang setia berada disampingnya. Siapa lagi kalau bukan Yoon Hwan.
“Apa kabarmu hyung?” tanya Yoon Hwan sambil mengulurkan tangannya.
“Aku baik. Kalian makin mesra saja kalau kuperhatikan,” goda Tae Joon sambil tersenyum.
“Oppaaaa…,” kata Ye Bom malu.
“Eonni,” kata sebuah suara mengagetkan kami.
“Yoo Jung-ah,” sahut Ye Bom sambil melambaikan tangannya.
“Eonni, aku rindu sekali padamu,” kata gadis itu lalu memeluk Ye Bom.
Tae Joon terbelalak kaget karena gadis yang ada di sampingnya ini sangat mirip dengan Navi. Wajahnya, rambutnya, tinggi badannya, hanya saja ia tidak memakai bando telinga kucing di kepalanya.
“Oppa, kenalkan ini temanku Kim Yoo Jung,” kata Ye Bom.
“Annyeonghaseyo,” sapa gadis itu sambil membungkukan badan.
“Annyeonghaseyo,” jawab Tae Joon kaku, pandangan matanya masih menatap lekat gadis didepannya.
“Wae Oppa? Mirip dengan Navi?” bisik Ye Bom.
Tae Joon hanya tersenyum. Diantara mereka, hanya Tae Joon dan Ye Bom yang mengetahui bentuk asli dari Navi.
Hari itu, cerita cinta yang baru akan dimulai. Lebih tepatnya lembaran cinta di kehidupan seorang Park Tae Joon.
Hye Ri meninggalkan Korea dan pergi ke Amerika untuk melupakan kejadian tentang Navi.
Ye Bom dan Yoon Hwan akhirnya bertunangan dan akan menikah dua bulan lagi.
Tae Joon akhirnya berhasil dekat dengan Yoo Jung yang ternyata juga menyukai Tae Joon.
Navi? Navi tetap menjadi bagian cerita cinta milik Tae Joon walaupun singkat.