Baru saja sampai di depan pintu dorm mereka, Taehyung yang pulang dengan keadaan basah dan membawa seorang gadis dengan pucat dan keadaannya juga basah, kaget mendapati pemandangan di depan pintunya.
Yoongi pipinya memerah—sangat, sangat merah, dan dia merangkul seseorang sambil mengelus lengan kiri gadis itu, Yoo Jiae—yang kedua telapak tangannya penuh darah entah karena apa.
Lain halnya dengan dongsaeng-nya—Jungkook—yang terang-terangan memeluk Yein yang benar-benar gemetaran dan masih menangis, serta memendam kepalanya dalam-dalam di dada Jungkook.
Kelihatannya, ketiga gadis itu benar-benar menderita.
“Hyung, bagaimana ini?” tanya Taehyung berbisik pada Yoongi.
“Aku sudah telfon Jin hyung, dia bilang akan membuka pintunya sebentar lagi.”
“Bagaimana dengan manager hyung?”
“Dia ada di Seoul sekarang,” jawab Yoongi santai.
“Bag- bagaimana bisa?!”
“Ceritanya panjang, berterima kasihlah pada Jimin dan Hoseok.”
Sebelum melontarkan pertanyaan lagi, suara pintu dibuka dengan keras dan menampakkan keempat member lainnya yang menatap dengan pandangan yang ;
Jin—cemas, layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anak gadisnya,
Namjoon—datar namun khawatir pada member, bukan para gadis, layaknya appa,
Jimin dan Hoseok—yang kelihatannya iri dengan posisi Yoongi dan terutama Jungkook.
.
Sampai di ruang tamu, Jiae duduk di sudut ruangan dengan Yoongi yang kelihatannya masih mencoba bicara dengan gadis itu,
Taehyung yang mendudukkan Sujeong di dekat pemanas di lantai dekat pintu kamarnya sendiri, sambil menyelimutinya dengan selimut kesayangan Taehyung.
Jungkook yang mendudukkan Yein di lantai di tengah-tengah ruangan dengan posisi yang membuat siapapun iri—tangan Yein masih gemetaran dan digenggam erat Jungkook, kepala Yein masih tertunduk menyandar ke bahu Jungkook.
Membuka percakapan, Jin yang pertama buka suara,
“Karena kau yang tertua dalam kejadian ini, jelaskan kenapa dengan gadis itu, Min Yoongi,”
“Hyung—“ baru saja ingin menjelaskan, perkataannya dipotong oleh Jiae,
“Ini semua salahku, harusnya aku tidak sebegitu bodohnya menuruti perkataan orang lain dan menyusahkan Yoongi-sunbaenim,” jelasnya dengan nada yang bergetar sambil menatap lantai.
“Hyung, aku memang tadi berniat keluar, mencari udara segar,” timpal Yoongi sambil lalu dan menarik tangan Jiae menuju ke dapur, untuk membersihkan lukanya.
Jin hanya menghela nafas dan melempar tatapan pada Namjoon, yang kemudian berkata,
“Lalu Taehyung? Kau juga?” tanya Namjoon langsung.
“Aku memang berniat untuk menolongnya, ‘kok, makanya aku kabur dengan Yoongi hyung dan Jungkook,” jawabnya lurus.
“Maafkan aku,” celetuk Sujeong sambil memegang erat selimut Taehyung, “kalau aku tidak gegabah, tidak akan ada kejadian sep—“
“Diamlah, keringkan dulu badanmu sana,” suruh Taehyung sambil berdiri dan menarik Sujeong menuju kamar mandi.
“Kenapa mereka begitu sentimen sih?! Padahal aku sama sekali tidak marah atau ingin mengadukan semua ini pada manager!” gerutu Namjoon lalu menatap Jungkook, “dan kau Kookie, jawab aku dan jangan langsung pergi begitu saja.”
“Aku sudah tau soal rencana tentang membuat mereka bertiga sial sejak tadi siang,” lalu menatap Yein dan kembali fokus pada Namjoon, “kita bertiga—Yoongi hyung, Taehyung hyung, dan aku—sepakat untuk menyelamatkan mereka.”
“Memangnya mereka bertiga kenapa hah? Aku benar-benar penasaran karena mereka berdua—Yoongi dan Taehyung—hanya menjawabnya sepotong-sepotong,” gerutu Jimin dari balik punggung Namjoon.
“Jiae-noona fobia ketinggian, kucingnya ditaruh di atas dahan pohon tertinggi dan dia berusaha mengambilnya, itu sudah pasti. Ryu Sujeong takut air, jadi meskipun dia diceburkan ke dalam air, ia tidak akan repot-repot berenang karena ia takut dan tidak bisa berenang. Sedangkan Yein—“ ia berhenti sejanak sambil menatap Yein yang tampangnya begitu kalut dan kemudian di jawab dengan anggukan oleh gadis itu, “Dia diganggu oleh empat orang pria, semuanya hoobae kita. Kakinya ditendang karena dia memberontak, makanya berdarah, jadi mereka bertiga punya bekas, sehingga mereka semua takut pulang.”
Jawaban panjang dari mulut maknae mereka akhirnya membungkam keempatnya, yang kelihatannya mulai memahami betapa gawatnya situasi mereka berempat.
“Aku mau ke dapur,” ucap Jungkook cepat sambil menarik tangan Yein untuk ikut dengannya.
“Aku mau pacar, bagaimana dong?” ungkap Hoseok dan Jimin hampir berbarengan yang diikuti dengan pukulan ringan dari Namjoon.
___
“Kenapa kau mengatakan itu pada hyung?” tanya Yoongi sambil membersihkan tangan Jiae dari kotoran dan darah.
“Itu ungkapan terima kasihku, kukira kau akan dimarahi nantinya,” jawab Jiae sambil menatap ke arah tangannya.
“Tidak mungkin, hanya Jin hyung yang lebih tua dariku,” pungkas Yoongi diiringi kekehan pelan, “tapi… memangnya tidak sakit? Kenapa dari tadi kau sama sekali tidak menjerit atau menangis karena lukamu?”
“Oppa, kau pasti bercanda!” lalu Jiae tertawa karena kekonyolan yang dikatakan Yoongi, “tidak mungkin aku menangis karena luka kecil!”
“Woah, kau ini benar-benar gadis gajah,” celetuk Yoongi yang dibalas dengan jitakan ringan di dahinya.
“Dasar menyebalkan.”
Sepuluh menit membersihkan luka, mengeringkan obat, dan memerban tangan Jiae, akhirnya Jiae berkata pada Yoongi,
“Memangnya tidak apa-apa, kalau aku menginap disini? Bagaimana dengan sunbaenim yang lain? Apa sebaiknya aku pulang saja? Bagaimana jika manager kalian tahu? Apa fans kalian galak-galak?” rentetan pertanyaan menyerbu Yoongi seperti kereta api.
“Apa kau ini bodoh? Satu-satu kalau bertanya, bisa?” lalu Yoongi merangkul Jiae seperti Bambam merangkulnya tadi siang, “pertama, tidak apa-apa, semua hyung-ku memahami keadaan kalian. Kedua, tentu saja kau tidak boleh pulang sekarang, sudah jam sebelas malam. Dan ketiga, fansku berhati baik, mereka semua adalah kekasihku,” jawab Yoongi dalam sekali ucap.
“Aku mau menelepon ibuku dulu, kalau begitu,” ujar Jiae seraya merogohkan tangannya ke dalam sakunya, tapi tidak menemukan apa-apa di dalam sana. “AKH DIMANA PONSELKU?”
“Ya, bicaralah pelan-pelan, ini,” kemudian Yoongi menyerahkan ponsel biru muda dengan stiker awan-awan milik Jiae.
“Dimana oppa menemukannya?”
“Saat kau panik tadi, bahkan aku yang memungut sandalmu.”
“Astaga, gomawo oppa,” gumam Jiae sambil mengetikkan nomor ibunya di layar ponsel dan berbicara pada ibunya,
“Eomma, aku akan menginap mala mini di rumah teman, karena besok hari Sabtu ‘kan? Jadi eomma tidak usah mencariku…. Iya, mianhae eomma, aku akan pulang besok, sekitar jam tiga sore…… baik, selamat malam eomma.”
Sebenarnya, saat Yoo Jiae membuka ponselnya, wallpaper ponselnya adalah foto Yoongi saat debut. Takut Jiae melihat ekspresinya, Yoongi memalingkan wajahnya yang malang karena terlalu banyak tersenyum dan memerah.
“Kalau begitu, aku, Jiae, dan Yein, harus tidur dimana?”
“Kau di kamarku, Sujeong di kamar Taehyung, Yein di kamar Jungkook, tentu saja,” jawabnya santai.
“YA, OPPA APA KAU GILA? AKU INI PEREMPUAN DAN KAU LAKI-LAKI!” teriak Jiae sambil melindungi bagian dadanya dengan menyilangkan tangannya.
Sementara Yoongi hanya tertawa, melihat betapa lugunya gadis itu, “Apa kau pikir aku sudah gila? Tentu saja aku tidur di bawah, dan kau di ranjang!” lalu ia melanjutkan tawanya disertai pukulan kencang Jiae.
“APPO!” teriak Yoongi sambil mengelus bahunya.
___
“Masuklah,” tunjuk Taehyung ke dalam kamar mandi.
“Untuk apa? Aku tidak bawa baju ganti,” jawab Sujeong sambil merapatkan selimut milik Taehyung, karena bajunya basah, pasti warnannya menjadi transparan.
“Pakai ini,” ucap Taehyung seraya memberikan satu stel pakaian; celana pendek dan juga baju tangan panjang yang besar, “semoga itu muat.”
“Apa kau bercanda? Tidak mungkin, bagaimana jika dilihat orang lain?”
“Memangnya semua orang tahu motif bajuku? Sudah, mandi dan ganti bajumu, jangan rewel.”
“Lalu bagaimana denganmu? Kau sendiri basah begitu.”
“Diam dan mandilah,” lalu dengan lembut Taehyung mendorong Sujeong ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya, “jangan keluar sebelum kau kering!” dan kemudian ia berjalan pergi.
“Dasar,” gumam Sujeong dari dalam kamar mandi sambil tersenyum lebar.
.
Setelah selesai mengeringkan tubuhnya, kecuali rambutnya, sudah tidak ada lagi yang basah. Dengan kaos milik Taehyung yang menutupi badannya sampai atas lutut, dipadu celana pendek yang bahkan tertutupi kaos tersebut, Sujeong keluar dan Taehyung sudah menunggunya di depan pintu dengan keadaan kering.
“Ya, bagaimana kau bisa kering?”
“Di kamar Jin hyung ada satu kamar mandi lagi,” ujar Taehyung sambil mengamati Sujeong dari atas kepala sampai ujung kaki, “ya, bagaimana bisa kau seperti kelihatan tidak pakai celana?” gerutu Taehyung sambil memalingkan wajahnya.
“Dasar mesum!” lalu Sujeong menepuk punggung Taehyung sambil tertawa-tawa kecil, “berapa banyak girlband yang mengusung konsep seperti ini, kalau melihatku saja kau jadi malu sendiri!”
“Tubuh mereka bagus, dan mereka hanya seperti itu di panggung,” kilah Taehyung sambil mencoba menatap wajah Sujeong, “kau tidak mengantuk?”
“Bagaimana kalau aku pulang saja?”
“Bagaimana dengan eomma dan appa-mu?”
“Mereka akan memarahiku, tentu saja, mau bagaimana lagi?”
“Kau bilang kau tidak mau pulang.”
“Bagaimana dengan sunbaenim yang lain?”
“Mereka sudah di kamar mereka masing-masing.”
“Kalau begitu, aku akan tidur di ruang tamu saja.”
“Banyak nyamuk, dingin, dan tidak ada alas. Sofa kami sangat kotor.”
“Lalu dimana aku harus tidur?!” gerutu Sujeong sambil menatap Taehyung.
“Di….” jeda Taehyung sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, “kamarku.”
___
“Memangnya, kenapa kau takut sekali jika dikelilingi banyak pria? Bukankah Bambam dan Yugyeom itu pria?” tanya Jungkook sambil mencoba menghibur Yein.
“Mereka itu sahabat-sahabatku,” ucap Yein sambil menatap kosong, “sedangkan empat orang pria tadi… aku sama sekali tidak mengenal mereka.”
“Tenanglah, sekarang semuanya sudah baik-baik saja,” gumam Jungkook sambil kembali membalut kaki Yein yang berdarah karena ditendang tadi, “bagaimana bisa mereka memperlakukan perempuan seperti ini?”
“Sepertinya, mereka semua belum bernah punya pacar,” ucap Yein sambil mencoba bercanda yang diakhiri dengan ekspresi mengernyit saat kakinya digerakan perlahan oleh Jungkook.
“Maaf, tapi sepertinya kau tidak akan bisa berjalan sampai seminggu,” ledek Jungkook sambil mengacak pelan rambut gadis itu.
“Oppa, memangnya kau dokter?” tanya Yein sambil tertawa-tawa.
“Tidurlah, aku tahu kau masih ketakutan, maka itu, setiap pulang sekolah, kau harus pulang denganku!” titah Jungkook sambil menunjuk-nunjuk punggungnya, “dan jadikan aku sebagai taksi pribadimu!”
“Getojimal… tidak mungkin kau mau melakukannya, aku ini berat!”
“Tentu saja aku tidak bohong! Kau ini sangat ringan!”
“Tidak mau, aku bukan gadis manja.”
“Kalau begitu, aku akan menemanimu pulang saja, bagaimana?”
“Yakso?” tanya Yein sambil menyodorkan kelingkingnya,
“Hn-hm,” yang disambut Jungkook dengan kelingkingnya juga.
***
Give comments :D