home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Crush

Crush

Share:
Author : zhrmnh
Published : 20 Sep 2015, Updated : 20 Sep 2015
Cast : Kang Jina (OC) | Kang Seungyoon
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |557 Views |1 Loves
Crush
CHAPTER 1 : Another Crush

Aku nyaris melompat begitu melihat sosok di sampingku setelah kuangkat kepalaku. Lelaki dengan kacamata frame hitam besarnya. Mata kami bertemu. Dia melepas snapbacknya dan merapihkan rambutnya. Tipe-tipe pretty boy kampus, tapi aku tidak yakin aku mengenalnya. Apa dia terkenal?

Pandanganku beralih kembali pada notes di atas meja di hadapanku. Kuketuk-ketuk pelan penaku, mencoba memutar otakku (lagi) untuk mengeluarkan ide-idenya. Tapi gagal. Lagi.

“Kang…” ucapan namja itu mengalihkanku. “Jina-ssi?” lanjutnya.

Ne…” jawabku singkat.

“Kau yang menulis cerita pendek di majalah itu, kan?” tanyanya. Aku mengangguk kecil mengiyakan. “Aku penggemarmu!!!” dia mengacungkan jempolnya.

“Ah… kamsahamnida!” aku memberikan bungkukan padanya.

“Kau menulisnya dengan baik.”

“Tidak, aku masih harus banyak belajar. Setelah kubaca ulang, ternyata banyak juga kelemahanku. Aku bahkan malu pada diriku sendiri, bagaimana editor bisa memasukkan tulisanku ke sana.”

“Aku suka dengan ‘Aku Menyukai Suaramu’ itu,” namja itu melipat kedua tangannya di atas meja.

Kamsahamnida, jinjja! Aku tidak percaya ada yang membaca ceritaku.”

“Apa kau sekarang sedang menulis sesuatu?” dia menunjuk notes-ku.

“Begitulah,” jawabku tidak jelas. “Tapi otakku sepertinya sedang buntu.”

Waeyo??

Aku terdiam sejenak mendengar pertanyaannya. “Apa aku tidak boleh seperti itu??”

“Bukankah pasti ada suatu alasan?”

“Tidak juga…” jawabku. “Entahlah…” aku mengendikkan bahuku. Alasan?

Kami saling menatap dalam diam. Lama. Sampai akhirnya kualihkan pandanganku kembali pada noteku. Menulis dua kata di sana.

“Bukankah semua ceritamu itu dari pengalaman pribadimu?” dia memecah keheningan.

“Jangan asal menebak,” sanggahku.

“Apa dia Mark Tuan?” dan wajahku mendingin begitu dia menyebut nama itu. “Dia mulai berpacaran dengan Lena sejak kemarin, jelas kau pasti sedikit patah hati.”

“Tebakan yang bagus,” aku mencoba menyindirnya.

“Kau lebih ramah dari yang kubayangkan.”

Aku menatapnya dengan kerutan pada keningku.

“Soojung bilang kau bukan tipe orang yang ramah,” lanjutnya.

“Soojung?” aku menyipitkan mataku. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.

“Krystal, Jung Soojung! Dia ikut club bahasa inggris denganmu dan juga pasangan Mark-Lena itu.”

“Kau mengenal anak itu?”

“Dia sahabatku. Yah… semacam itu.”

“Aku memang bukan orang yang ramah. Entahlah, kadang imejku bisa berubah sesuai moodku.”

“Apa artinya aku beruntung bertemu dengan sisi ‘ramah’mu?”

Aku mengulas senyumku. “I think I’m friendlier than my image.”

“Hah??” tanyanya bingung.

“Kurasa aku tidak sebegitu tidak ramahnya seperti yang orang-orang pikirkan. Aku hanya… jarang bergaul.”

“Apa kau bisa membuat cerita pendek langsung kalau aku memintamu begitu?”

“Sudah kubilang, otakku sedang tidak berfungsi.”

“Atau katakan sesuatu dalam bahasa inggris tentangku!”

“Tentangmu??”

“Atau tentang apapun! Kau ikut club inggris, seharusnya kau lancar berbicara bahasa inggris, bukan? Cobalah! Ceritakan harimu misalnya!”

“Kenapa kau menyuruhku ini itu?!”

“Setelah ini aku tidak akan memintamu apa-apa lagi.”

Aku diam sejenak. Kupangku kepalaku dengan tangan kananku dan mulai memutar otakku.

“Today…” aku menatapnya. “is not a good day. There hasn’t been a good day since yesterday. Even though the sun is smiling brightly, my heart still aches. I don’t even believe I’m still alive until this time because it’s even hurt when I inhale.”

Aku berhenti begitu namja itu mulai berwajah serius. “Apa kau mengerti yang kumaksud?” tanyaku.

Ne,” jawabnya pede. “Lanjutkan!”

“I shouldn’t be smiling when he’s smiling. I shouldn’t keep looking at him. Because every second time I do that, I fall deep and more deep into him. And that would hurt me even more. He once called my name, and I never knew that would be my other problem. I fell again. I shouldn’t be, but I did. Now I know the reason I don’t want to approach people first—because I’d fall in love to them.”

Aku mengangguk tidak jelas, “I keep telling myself to stop before I regret it, before I hurt myself again. But my curiosity is making me do otherwise. This is annoying. I still like to look at his eyes. One sentence is hanging on my tongue, but it’s not gonna go out. ‘What’s your name?’ I decided to not say it. So, I’m hoping him to tell me himself and cure the wound on my heart. And make the remaining days feel better,” aku mengangguk lagi. “End!”

“Selesai??”

Ne,” jawabku singkat. “Kau paham?”

“Entahlah, aku mungkin salah mengartikan ceritamu, tapi aku menyukainya.”

Kamsahamnida!

“Ah, benar!!” serunya. Tangannya terulur, “Kang Seungyoon imnida! Aku di jurusan musik dan satu angkatan denganmu.”

Aku menjabat tangannya, “Kang Jina imnida.”

“Kau bisa menulis ceritamu itu di majalah.”

“Tidak… tidak… tidak mungkin kulakukan.”

“Seungyoon!!!” seru seseorang mengalihkan perhatian kami berdua—dan mungkin orang-orang di sekitar kami. “Oh!! Kau!!” yeoja itu menunjukku. “Hi!!” sapanya. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

“Kita harus pergi!” suruh yeoja itu pada Seungyoon. “Apa-apaan kau meninggalkan pacarmu dan berduaan dengan idolamu?!”

Namja itu beranjak, “aku harus pergi, Jina-ssi! Sampai bertemu lagi!” dia membungkuk kecil.

“Maaf mengganggu kalian. Sungguh! And I hope we can talk more next time, Jina. Nice to meet you!!” ucap yeoja itu. Jung Soojung.

“You too!” jawabku. Aku melambai pelan begitu mereka pergi. Lalu menatap kosong lagi pada notes-ku.

His name is Kang Seungyoon. And I commit another mistake. Days still not gonna better.

Kutenggelamkan lagi kepalaku di antara lenganku yang kulipat di atas meja. Tapi detik kemudian aku mengangkat lagi kepalaku, menatap notes-ku, lalu mencoret kesal dua kata yang tadi sebelumnya kutulis.

Not Bad.

“Bodoh,” gumamku. “Bodoh sekali.”

 

 

----end

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK