home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > By Your Side

By Your Side

Share:
Author : khaiicheen
Published : 03 Sep 2015, Updated : 22 Aug 2017
Cast : SHINee - Minho Im Hyura (OC) Infinite - Sungyeol
Tags :
Status : Ongoing
4 Subscribes |10890 Views |9 Loves
By Your Side
CHAPTER 28 : And We Start From Now

By Your Side

Part – 28

Author : tiaraekha (@khaiicheen)

*****

And we start from now

Ketujuh member Infinite terlihat melangkah lebih cepat menuju ruang tunggu yang terletak di gedung management pusat perbelanjaan itu. Baru saja menyadari kalau mereka dikerjai oleh para gadis. Ya, ketujuhnya seakan menemukan benang merah dengan kejanggalan yang mereka temukan dari para fans yang aneh itu. Dan setelah mereka sadari lebih jauh, ada dua gadis lainnya yang melakukan hal serupa pada Sunggyu dan Hoya jauh sebelum Sunhee. Minji dan Jiae.

Setibanya di ruang tunggu, dibukanya pintu oleh sang leader sang leader membuka pintu dengan cukup kencang sambil menahan kesal dengan ulah sang adik. Namun ketujuhnya di kejutkan dengan keberadaan kelima gadis yang sedang mereka bicarakan. Sunhee, Hyura, Minji, Jinhee dan Jiae sedang duduk manis di sofa tunggu yang ada di ruangan tersebut.

“Annyeong oppa.” Sapa keempatnya bergantian, karena Jiae lebih memilih untuk sibuk dengan ponselnya.

Hyura, Jinhee dan Minji menunjukan senyuman hangat mereka menyambut ketujuh namja yang baru saja tiba itu, sedangkan Sunhee tersenyum lebar tanpa dosa untuk menyambut kedatangan sang kakak.

“Ah, benar. Mereka ini gadis-gadis yang bersikap aneh tadi.” ujar Dongwoo.

“Eoh? Memang kami melakukan apa oppa?” tanya Sunhee polos.

“Naaa...” ujar Sunggyu gemas menghampiri sang adik.

“Eiys, memangnya apa salahku?” tanya Sunhee lagi.

“Masih perlu kujelaskan?” tanya Sunggyu.

“Oppa chankam? Tidak malu ada Minji disini?” tahan Sunhee. “Minji-ya, lihat kelakuan kekasihmu ini.” Lanjut Sunhee.

Ditengah perdebatan yang sedang terjadi diantara kedua kakak beradik itu, Sungyeol terlihat sangat senang dengan kehadiran Hyura di ruangan tersebut. Dihampirinya gadis yang tengah melihat pedebatan sang leader dengan adik bungsunya itu.

“Annyeong, oppa..” sapa Hyura.

“Annyeong. Terima kasih banyak sudah menyempatkan diri untuk datang. Maaf aku tidak mengenalimu tadi.” ujar Sungyeol.

“Gwenchana oppa. Lagipula kami memang sengaja melakukan ini. Kami ingin memberikan kejutan pada kalian.” Balas Hyura. Sejenak gadis itu melepaskan topi yang sejak tadi dikenakannya.

“Menyenangkan?”

“Nde, sensasi yang berbeda dari biasanya.” Balas Hyura. Seungyeol tersenyum hangat.

*****

Sungyeol POV

Aku sempat tidak percaya ketika Dongwoo hyung dan Myungsoo memberitahuku bahwa Hyura datang ke acara fansign yang kami laksanakan sebelumnya. Karena ketika aku mengobrol dengannya beberapa waktu yang lalu, ia mengatakan tengah sibuk dengan masa persiapan solo debut maknae groupnya. Tapi setelah melihatnya ada di hadapanku saat ini, aku baru yakin kalau dia memang datang. Karena aku mengingatnya dari baju yang digunakannya.

“Kau cantik hari ini, Hyura-ya?” pujiku.

“Benarkah oppa?” tanyanya.

“Nde, berdandan seperti ini membuatmu lebih terlihat menarik.” Lajutku lagi.

“Gomawo, oppa.” Balasnya.

“Ah iya, ayo kita duduk.” Ajakku akhirnya.

Sunggyu hyung dan Sunhee masih terlihat berdebat. Hyung terlihat masih belum puas melampiaskan kekesalannya pada sang adik. Diikuti juga oleh Woohyun hyung yang mulai menjahili Sunhee dengan menunjukan rasa kecewanya. Jinhee dan Minji terlihat tengah menenangkan para kekasih mereka itu. Sedangkan Myungsoo, dia lebih memilih diam dibandingkan kalau ia ikut marah pada Sunhee malah akan memberikan dampak yang tidak baik pada hubungannya dengan gadis itu yang baru saja –sedikit- membaik belakangan ini.

“Bagaimana kalau disini saja?” ajakku untuk duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan, sofa yang dekat dengan pendingin ruangan.

“Boleh oppa. Tidak masalah.”

“Kalau aku boleh tahu, bagaimana kau bisa tahu kami melakukan fansign di pusat perbelanjaan ini?” tanyaku.

“Sunhee eonni yang mengajakku kemarin.”

“Sunhee?”

“Nde, kami bertemu kemarin. Ia bilang ingin mengajakku ke sebuah acara. Ia memberikanku tiket untuk acara ini. Katanya, Jiae mendapatkan tiket itu dari teman sekolahnya dan ia mengajak kami. Maka jadilah aku, para eonni dan Jiae bisa datang ke acara ini.” Jelasnya.

“Jadi Sunhee yang mengajkmu kesini?”

“Nde, oppa.”

“Tapi bagaimana bisa kalian masuk kesini?”

“Manager oppa menyadari keberadaan kami, ia meminta Sunhee eonni untuk menunggu di sini ketika kami akan  pergi tadi.” balasnya. “Ah iya oppa. Maafkan kami kalau ketika fansign tadi membuat kalian tidak nyaman.”

“Eoh? Tidak ada yang perlu dimaafkan Hyura-ya. Justru aku ingin berterima kasih dengan kau, Sunhee dan yang lainnya karena sudah meluangkan waktu kalian mendukung kami.” Ujarku.

“Benarkah?” tanyanya. Aku mengangguk. “Geundae, oppa..” panggilnya.

“Nde. waeyeo?”

“Kenapa kau masih saja terlihat kaku ketika mengobrol bersamaku? Merasa tidak nyaman?”

“Eoh? Anniyo..” balasku bingung. “Hanya saja aku bingung harus memulai pembicaraan dari mana setiap kali bertemu denganmu.”

“Bicarakan saja mengenai apapun oppa..” balasnya.

Sebuah permulaan yang baik setelah ia menghilang waktu itu. Kali ini ia lebih terbuka dibandingkan sebelumnya. Lebih tidak malu-malu ketika bersama denganku dan membuatku semakin nyaman untuk mengenalnya lebih jauh. Im Hyura, kau memang spesial dan aku berjanji tidak akan lagi malu-malu untuk memulai obrolan denganmu. Selamat datang di duniaku, Hyura-ya.

*****

Hyura dan Sungyeol masih terlihat tengah membahas mengenai penampilan para member Infnite di album baru mereka yang ada di hadapannya itu. Memancing pandangan kagum dan usil dari para member yang ada dan tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

“Bagaimana penampilanku dalam foto ini?” tanya Sungyeol pada salah satu fotonya.

“Kau terlihat tampan dan berbeda oppa. Sangat pas dengan imagemu dalam konsep MV kalian.” Balas Hyura.

“Lebih suka melihatku seperti ini atau aku yang sekarang?” tembah Sungyeol percaya diri.

“Pasti lebih tampan penampilanku dibandingkan Sungyeol.” Seru Woohyun asal.

“Eiys, percaya diri sekali kau hyung.” Seru Sungyeol tak mau kalah.

“Sudah, jangan berdebat. Sudah pasti penampilanku yang paling tampan. Secara akulah visual dalam group ini.” Ujar L menambahkan. “Benarkan, Hee-ya?”

“Visual yang diabaikan dengan sengaja oleh inspirit.” Seloroh Dongwoo meman             cing tawa.

“Cih, siapa yang bilang kau tampan Kim Myungsoo?” ujar Sunhee. “ Kau benar oppa. Kurasa Infinite harus mengganti posisi visualnya saja. Apa tidak ada member yang lebih tampan darinya disini?” lanjut Sunhee gemas.

“Ada, oppamu ini lebih tampan daripada visual kita itu.” sambung Sunggyu.

“Eoh? Andwe. Apa tidak ada yang lebih baik lagi?” tanya Sunhee.

“Setiap member kalian punya kharisma tersendiri diatas panggung dan di kehidupan sehari-hari mereka eonni. Siapapun visualnya kurasa tidak berbeda. Visual hanya sekedar wajah dari group saja bukan?” balas Hyura.

Sungyeol terlihat tersenyum penuh arti mendengar apa yang Hyura katakan.

“Benar, Hee-ya. Mereka punya daya tarik masing-masing. Berbeda pada setiap membernya. Mereka mempunyai cara tersendiri yang mampu membuat mereka terlihat berbeda. Sudah, jangan di debatkan lagi.” Ujar Jinhee tenang.

“Nde, karena sekeras apapun protesmu itu tidak akan membuat Myungsoo di lengserkan dari posisinya sebagai visual.” Tambah Minji.

“Yaak, kenapa kau membelanya Kwon Minji?” protes Sunhee.

“Aku tidak membelanya. Lagipula kita tidak akan pernah menemukan ujung dari perdebatan ini kalau kau terus memprotes mengenai Myungsoo. Sudah. Aku sudah cukup pusing melihat kalian bertengkar dulu. Berdamailah saja.” Lanjut gadis bermarga Kwon itu.

“Yaaaa...” protes Sunhee.

“Ya sudah, ikut denganku saja bagaimana?” ajak Hoya menengahi.

“Kemana oppa?” balas Sunhee.

“Aku sedang ingin makan ice cream.” Jelas Hoya.

“Baiklah. Jiae-ya, ingin ikut?” ajak Sunhee.

“Kalau pergi dengannya aku malas eonni.” Tolak Jiae memancing dengusan sebal dari Hoya.

Hyura tersenyum sendiri melihat perdebatan kecil itu kembali terjadi lagi dalam keluarga barunya ini. Membangunkan memori lama dalam otaknya mengenai bagaimana kehangatan yang juga tercipta dalam keluarga lainnya yakni bersama SHINee.

“Sudah jangan dengarkan mereka. Tidak akan ada habisnya kalau mereka semua sudah berkomentar.” Ujar Sungyeol mencoba mengembalikan pembicaraan. “Jadi bagaimana?”

“Eoh?” Hyura terlihat berfikir. Rona kemerahan muncul di pipinya. Semu merah jambu. “Sejujurnya penampilanmu disini memang sangat berbeda dengan dirimu yang biasa. Tapi dirimu yang seperti sekarang ini aku lebih menyukainya.”

“Benarkah?”

“Nde, oppa.”

“Terima kasih.”

“Untuk?”

“Anniyo. Lupakan.” Hanya senyuman yang semakin lebar yang nampak di wajah namja itu. Ia menyukai Hyura lebih.

Namun, sebuah panggilan telfon sedikit mengganggu obrolan keduanya.

“Oppa, chankamanyo. Aku menganggat telfon lebih dulu.” Pamit Hyura.

Gadis itu beranjak menuju lorong di luar ruang tunggu untuk mengankat panggilan telfon yang masuk tersebut.

*****

SHINee’s Dorm

Suasana dorm kelima namja itu cukup terlihat ramai dengan kehadiran Minji, Naeun dan Eunji yang datang untuk sekedar berkunjung dan menemani ketika member Jonghyun, Taemin dan Key. Tapi ramainya suasana dorm itu tidak turut membuat Minho merasa banyak orang disekitarnya. Pandangannya sesekali terlihat kosong. Ia memang berada di ruang TV bersama dengan yang lainnya, secara fisik namja itu ada, tapi untuk perasaan dan pikirannya, entah. Ia tidak ada disana.

Pikirannya melayang pada bagaimana ia harus menjalankan hari-harinya kedepan setelah keputusan yang di buatnya pada Hyura semalam. Ia berjanji akan memenuhi permintaan gadis itu untuk menjauhinya, mengembalikan situasi kembali normal seperti sebelum keduanya memulai kepelikan itu. Ia memang berjanji, tapi ia tak yakin mampu memenuhinya atau tidak. Sejujurnya keputusan itu diambilnya spontan, tidak terlalu banyak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Saat itu, dipikirannya hanya terfikir mengenai ia juga harus mengalah agar Hyura tetap ada di sekitarnya. Ya, hanya demi hal itu. Kalau mengalah adalah hal yang terbaik yang mampu tetap menjaga gadis itu tetap ada di sekitarnya, ia akan melakukannya.

“Minho oppa..” panggil Naeun memperhatikan namja itu.

Tidak ada jawaban dari Minho. Kesdarannya entah sedang berada dimana.

“Hyung..” panggil Taemin mengguncangkan bahu Minho.

“Eoh?” ujar Minho mendapatkan kembali kesadarannya.

“Gwenchana?” tanya sang maknae.

“Ah, nde. nan gwenchana.” Balas Minho.

“Kau ingin makan ini, Minho-ya?” tawar Minji memberikan sepiring kecil potongan buah yang sedang dinikmati oleh para member dan tamu mereka.

“Terima kasih noona. Tapi aku sedang tidak ingin makan apapun.” Tolak Minho sopan.

“Makanlah Minho-ya. Kau bahkan belum makan apapun sejak pagi tadi. Makanan yang Minji siapkan untukmu saja belum kau sentuh sama sekali.” Ujar Jonghyun.

“Terima kasih hyung. Tapi aku memang tidak lapar.” Balas Minho lalu beranjak menuju kamarnya. Dirasanya tidur bisa lebih menyegarkan keadaannya saat ini.

“Mau kemana kau pangeran kodok?” tanya Key.

“Kamar. Aku mengantuk, Kibum-ah.” Balas Minho lagi lalu kembali melangkah.

“Ada apa lagi dengannya hyung? Bukankah Hyura sudah kembali dan ia sudah bertemu dengan gadis itu?” tanya Key pada sang leader.

“Nde, tapi kita belum tahu mereka sudah saling membicarakan semuanya atau belum.” Jawab Onew. “Sudah, biarkan Minho menikmati waktunya sendiri kali ini. Kita tidak perlu ikut campur.” Lanjut sang leader.

“Geurae. Biarkan dia merasakan apa akibat dari apa yang dilakukannya selama ini.” Tambah Key.

*****

Minho POV

Kubaringkan tubuhku diatas tempat tidur, mencoba memejamkan mata sejenak. Tapi aku tidak bisa. Terlalu banyak hal yang berkelibatan di kepalaku saat ini.  Rasanya sangat sepi disini walaupun ada banyak suara yang memenuhi dorm ini. Kehadiran memberku dan para tamu mereka tidak bisa membuatku merasa ramai. Im Hyura, nan bogoshippo. Ujarku dalam hati. Aku merindukan gadis itu.

Ketika Minji noona datang, disusul dengan Naeun dan Eunji, aku berharap juga ada Hyura disana. Tidak berharap ia mau menemui atau menghampiriku, hanya mendengar suaranya saja sudah bisa membuatku lebih tenang. Tapi setelah kutunggu sekian lama, bahkan hingga Minji noona sudah selesai memasak untuk kami, ia juga tak kunjung datang. Kenyataan itu membawaku kembali pada percakapannya dengan ketiga memberku di ruang latihan semalam.

Hyura memang tidak akan datang. Ia memiliki janji dengan Sunhee hari ini untuk pergi ke Cheongdam. Sepertinya ia terlihat semakin akrab dengan Sunhee belakangan ini. Kemarahanku pada gadis bersurai merah itu tidak menghentikan kedekatan yang terjalin diantara mereka. Bahkan, terakhir kali aku menemuinya sebelum ia menghilang, ia seperti baru saja kembali dari suatu tempat bersama Sunhee dan seorang namja yang mengendarai mobil BMW merah milik gadis itu. Dan semalam Hyura mengatakan kalau ia akan pergi dengan gadis itu.

Kuambil ponsel yang sebelumnya kuletakan di meja kecil sebelah tempat tidurku. Wajah manis gadis bermarga Im itu masih terpampang manis sebagai lockscreen dan wallpaper ponselku ini.

“Hyura-ya, nan bogoshippo.” Ujarku lemah.

Ingin rasanya aku menelfonnya saat ini, memintanya untuk datang seperti dulu. Tapi.. tapi saat ini aku sudah tidak bisa melakukannya lagi. Aku sudah berjanji dengannya semalam. Tidak akan menghubungi atau berbicara dengannya lagi bila itu berada di luar urusan pekerjaan. Jadi, satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk mengobati rinduku dengan gadis itu saat ini hanya menatap foto-foto miliknya yang masih kusimpan di dalam ponselku ini.

*****

Onew POV

Memang terasa janggal melihat Hyura dan Minho seperti sekarang ini. Dan melihat Minho yang mulai menyiksa dirinya sendiri seperti itu membuatku semakin khawatir dengan keadaannya. Memang, selama Hyura cuti selama sebulan kemarin Minho sudah mulai terlihat gelisah karena gadis itu tidak bisa dihubungi olehnya sama sekali. Tapi baiknya, aku masih bisa menghubunginya. Maka aku masih bisa menenangkan visualku itu. Walaupun sesekali juga aku melihatnya mulai kehilangan semangatnya.

Tadi pagi aku sempat menghubungi Hyura  untuk memintanya datang ke dorm bersama dengan para gadis yang lainnya. Tapi ia menolak, ia mengatakan sudah memiliki janji dengan Sunhee untuk pergi ke sebuah acara hari ini yang belakangan kuketahui adalah acara fansign Infinite untuk promosi album terbaru mereka, Be Back. Sebenarnya ada rasa lega juga menjalar di perasaanku mendengar Hyura sudah kembali akrab dengan Sunhee, karena hubungan keduanya sempat menjadi kurang baik pasca pertengkaran kecil yang terjadi di dormku ini sebelum SHINee menggelar konser di Jakarta. Dan juga melihat asisten managerku itu sudah bisa ceria kembali saat ini, tidak ada beban seperti dulu. Mungkinkah kedekatannya dengan Sunhee dan member Infinite memberikan efek tersendiri bagi gadis itu? Semoga saja. Itu harapanku.

Sedikit khawatir dengan keadaan Minho yang tiba-tiba kembali ke kamar, aku menghampirinya ke kamar. Aku khawatir karena ia belum makan apapun sejak tiba dari perusahaan semalam sampai hari menjelang sore seperti ini. Keempat memberku harus melakukan latihan malam lagi nanti untuk gelaran konser keluarga perusahaan kami. Dan Minho setidaknya harus makan untuk mengisi energi tubuhnya agar ia tetap memiliki stamina untuk malam nanti.

Sepi, itu kesan yang kurasakan pertama kali saat membuka pintu kamarnya. Hanya alunan lagu Selene milik kami yang menemaninya. Kulihat ia tengah menatap sebuah gambar yang ada di ponselnya. Wajah Hyura, itu yang kutangkap. Ia benar-benar merindukan gadis itu.

“Minho-ya..” panggilku lembut. Kurasa ia benar-benar merasa kehilangan gadis itu.

“Eoh, hyung..” balasnya menyadari keberadaanku. Kullihat matanya sedikit memerah.

“Boleh aku masuk?” ijinku.

“Geurae. Masuklah.” Balasnya lalu bangkit duduk menyender pada dinding kamar.

“Gwenchana?” tanyaku hati-hati.

“Eoh? Nde hyung. Nan gwenchana.” Balasnya.

“Jinjja? Matamu memerah. Kau habis menangis?” selidikku.

“Aah, anniyo. Hanya perih saja hyung. Sepertinya mataku terlalu kering.” Elaknya.

Bohong. Itu yang kutangkap dari gerak-geriknya saat ini. Bohong bila ia mengatakan matanya memerah karena perih dan terlalu kering. Bisa kulihat dengan jelas matanya basah. Minho-ya, kau tidak bisa membohongiku. Walaupun mataku tidak sebesar matamu, aku masih bisa melihatnya. Ujarku dalam hati.

“Tidak apa bila seorang laki-laki menangis, Minho-ya. Kalau itu bisa lebih membuat bebanmu berkurang.” Ujarku.

“Anniyo hyung. Aku tidak menangis. Ini hanya perih saja.” Elaknya lagi lalu mencoba tersenyum. Tapi senyum itu hampa. Kosong.

“Kau yakin?” pastiku lagi. Ia mengangguk pasti menenangkan kekhawatiranku. “Ya sudah, makanlah lebih dulu, sebentar lagi kalian harus segera berangkat untuk latihan di perusahaan. Kau bisa bertemu dengannya disana nanti.” Pancingku.

“Aah, apa maksudmu hyung?” tanyanya pura-pura bingung.

“Dwesso. Lupakan saja kalau kau tidak mengerti. Sekarang keluarlah dan makan makanan yang sudah Minji siapkan untukmu.” Ujarku lagi.

“Aku tidak lapar, hyung.” Tolaknya.

“Jangan keras kepala. Hargai usaha Minji yang sudah memasakan itu semua untuk kita. Lagipula kau perlu asupan makanan untuk energimu pada latihan nanti.” Ujarku.

“Tenang saja, hyung. Kau tidak perlu khawatir, aku akan makan kalau memang aku merasa lapar. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, hyung.” Ujarnya kembali menunjukan senyuman kosong itu.

“Baiklah kalau itu maumu.” Ujarku lalu meninggalkannya.

Kulangkahkan kali meninggalkan kamar pangeran kodok itu, tapi diam-diam aku masih memperhatikannya dari pintu kamar yang sengaja tidak kututup rapat itu. Kusaksikan lagi pandangannya kosong, senyuman itu lenyap. Kembali dipandanginya ponsel yang menunjukkan wajah Hyura. Akhirnya, tanpa banyak berfikir, aku mencoba menghubunginya lagi. Tidak butuh waktu lama gadis itu mengangkatnya.

*****

“Yobbosseo..” sapa Hyura ketika ia sudah berada di luar area ruang tunggu Infinite.

“Annyeong nona Im..” sapa Onew hangat.

“Jinki oppa? Waeyeo?” tanya gadis itu.

“Sedang berada dimana? Sepertinya berisik sekali.” Ujar Onew pura-pura.

“Eoh? Sedang berada di pusat perbelanjaan di kawasan Cheongdam. Ada apa oppa?” tanyanya.

“Kau akan menemani memberku latihan sore nanti?”

“Ah, sepertinya begitu. Wae? Kau akan ikut menemani mereka juga?”

“Eoh? Anniyo. Aku tidak akan datang lagi hari ini. Aku akan menunggu di dorm saja. Melihat mereka latihan bisa membuatku iri karena tidak bisa ikut.”

“Nde, benar juga oppa.”

Hyura-ya..” panggil Onew.

“Nde, oppa. Wae?”

“Boleh aku meminta tolong padamu?” tanya Onew.

“Apa oppa? Katakan saja? Ingin menitip sesuatu?” tanya Hyura beruntun.

“Sepertinya semakin akrab dengan Sunhee membuatmu menjadi sedikit cerewet sepertinya.” Ujar Onew usil.

“Eoh? Benarkah? Maafkan aku kalau begitu.”

“Gwenchana, Hyura-ya. Aku hanya bercanda.” Balas Onew.

“Geundae, apa yang ingin kau minta dariku oppa?” tanya Hyura lagi.

“Hmm, ini berhubungan dengan Minho.” Ujar Onew. Hyura terlihat ragu dan beberapa kali menggepal kuat menahan emosinya yang kembali bergejolak. Cukup lama tak ada jawaban. “Hyura-ya..” panggil Onew lagi.

“Ah, nde oppa.” Jawabnya.

“Mau membantuku?” tanya Onew.

“Boleh aku menolak sebelum kau memintanya oppa?” ujar Hyura ragu.

“Kau tidak ingin?”

“Anniyo, bukan seperti itu. Hanya saja..”

“Baiklah kalau begitu. Terima kasih.” Balas Onew kecewa.

“Oppa, mian.” Ujar Hyura. “Maafkan aku tidak bisa membantumu kali ini.” Lanjutnya.

“Gwenchana. Aku mengerti. Maaf sudah mengganggu waktumu.” Balas Onew mengakhiri panggilan telfon.

*****

Hyura POV

Rasa bersalah menjalar di perasaanku. Sangat merasa bersalah menolak permintaan tolong Jinki oppa tadi. Tapi bagaimana? Itu berhubungan dengan Minho oppa. Aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri agar semuanya bisa segera kembali pada keadaan normal seperti semua ini belum dimulai dahulu. Aku tidak ingin peduli padanya untuk saat ini. Tidak peduli untuk hal-hal yang berada di luar tanggung jawab pekerjaanku padanya.

Tapi menolak permintaan leaderku itu tidak bisa membuatku tenang, karena sejak aku mengenalnya dan bekerja sama dengannya dulu pun, bila bukan untuk hal yang sangat penting ia tidak akan meminta bantuanku seperti itu. Mungkinkah sesuatu yang buruk terjadi dengan Minho oppa? Aish, Im Hyura jaebal. Kau tidak perlu memikirkannya lagi untuk saat ini. Ingat pada janjimu. Kuatku dalam hati.

To : Minho oppa

Tolong jangan membuat membermu khawatir dengan apapun yang kau lakukan,

Hingga membuat mereka menghubungiku hanya untuk membantu mereka membujukmu.

Tolong lebih dewasa Choi Minho-ssi, kau yang sudah memilih..

Dan juga tolonglah profesional, jangan campurkan masalah perasaan pada kinerjamu di dalam tim.

Belajarlah untuk mandiri, aku bukan Hyura yang dulu..

Aku tidak akan lagi langsung berlari jika terjadi sesuatu padamu..

Jadi mari ikuta hidup lebih baik dan tidak menyusahkan satu sama lain.

Terima kasih banyak

Kuputuskan untuk mengirimkan pesan itu padanya. Entah darimana keyakinanku itu datang, aku hanya yakin kalau hal itu pasti sedang terjadi saat ini. Maka aku mengingatkannya tentang itu. Mungkinkah karena aku terlalu mengenalnya selama ini?

*****

Hyura kembali ke ruang tunggu Infinite dan disambut dengan kesibukan para member dan para gadis mereka yang tengah merapihkan barang bawaan masing-masing untuk segera bersiap meninggalkan lokasi dan kembali ke dorm untuk mengistirahatkan tubuh mereka dari lelahnya jadwal yang sudah selesai mereka kerjakan hari ini.

“Maaf membuatmu menunggu terlalu lama oppa. Sudah akan kembali?” tanya Hyura menghampiri Sungyeol yang tengah berkemas.

“Nde, jadwal kami sudah selesai hari ini dan para member yang lain memutuskan untuk kembali ke dorm untuk beristirhat.” Ujar Sungyeol.

“Ah, begitu rupanya?” balas Hyura. “Ada yang bisa kubantu?” tawar gadis itu.

“Gwenchana. Barang-barangku sudah selesai kukemas. Hanya tinggal bersiap saja.” Balas Sungyeol. “Ah, siapa yang menelfon tadi? Sepertinya seseorang yang penting?”

“Eoh? Anniyo. Yang menelfon tadi adalah Jinki oppa. Ia menanyakan aku akan menemani member SHINee dalam latihan mereka setelah ini atau tidak? Hanya itu.” jelas Hyura.

“Begitu rupanya? Kau memiliki pekerjaan setelah ini?” Hyura mengangguk. “Baru saja aku ingin mengajakmu bermain ke dorm kami setelah ini bersama dengan Sunhee dan yang lainnya.”

“Mian, mungkin lain kali oppa.” Balas Hyura. “Kita bisa mengatur jadwal lain waktu. Aku harus menemani memberku berlatih hari ini.”

“Nde, gwenchana. Kau datang hari ini saja aku sudah berterima kasih. Kau memberikan semangat untukku.” Ujar Sungyeol asal.

“Maksudmu oppa?”

“Eoh? Lupakan saja apa yang kukatakan tadi.” balasnya setelah menyadari apa yang baru saja disampaikannya pada Hyura lalu tersenyum lebar.

“Eiys, kau membingungkan oppa.” Balas Hyura. “Geundae, aku sudah memenuhi janjiku padamu untuk datang bertemu kali ini. Aku sudah tidak memiliki hutang apapun padamu lagi.” Ujar Hyura.

“Aaah, nde. Kau sudah memenuhi janjimu padaku yang terakhir kali. Tapi tanpa sadar kau juga sudah membuat janji baru padaku tadi.”

“Janji baru? Kapan?”

“Janji kalau akan mengunjungi dorm kami lain waktu.” Balas Sungyeol.

“Ah, itu. Baiklah. Aku akan memenuhinya nanti.” Ujar Hyura.

“Yaksok?” Hyura mengangguk.

“Mau sampai kapan tetap berdiam disana Lee Sungyeol?” ujar Sunggyu jahil mengganggu keduanya.

“Eoh? Memangnya kita sudah akan kembali?” tanya Sungyeol.

“Nde uri choding hyung. Kajja.” Potong L.

“Tapi para gadis masih disini. Kita tidak akan kembali bersama mereka?” tanya Sungyeol lagi.

“Kau ingin mati dengan pemberitaan besok pagi kalau kita kembali bersama dengan mereka?” seru Hoya.

“Para noona akan menyusul, hyung. Kita tunggu mereka di dorm saja.” Ujar Sungjoong menengahi.

“Nde, oppa. Kami akan mengantarkan Jiae dan Hyura pulang lebih dulu sebelum kami menyusul kalian ke dorm.” Ujar Minji.

“Begitu rupanya?” tanya Sungyeol.

“Nde choding oppa. Cepat kau keluar agar kami juga bisa segera keluar dari ruangan ini.” Seru Sunhee gemas.

“Yaa, kalau kau masih kesal dengan oppamu dan mantan kekasihmu itu jangan melapiaskannya padaku, Hee-ya.” Protes Sungyeol memancing senyum hangat di wajah Hyura. Hyura selalu gemas bila melihat Sungyeol sudah mulai berdebat seperti ini. Sikap kekanakannya sangat dominan, ia tak mau kalah.

“Sudah oppa. Cepatlah susul membermu yang lainnya. Mereka sudah terlihat lelah.” Ujar Hyura kahirnya.

“Ah, nde. baiklah. Terima kasih untuk hari ini, Hyura-ya.” Balas Sungyeol.

“Cheonmaneyo oppa.” Lanjut Hyura lagi.

Sungyeol pun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar menyusul langkah kaki keenam membernya yang sudah jalan lebih dulu. Namun namja itu kembali berbalik kearah ruang tunggu setelah mengeluarkan sesuatu dari salah satu kantong yang ada pada case ponsel miliknya.

“Kenapa kau kembali lagi oppa? Cepat susul yang lain.” Keluh Sunhee menyadari Sungyeol yang kembali ke tempat mereka ketika ia dan keempat gadis yang lainnya akan bersiap meninggalkan tuang tunggu.

“Ada sesuatu yang harus kiberikan pada Hyura, Hee-ya.” Balas Sungyeol singkat menghampiri Hyura yang tengah memandang bingung.

“Ada apa lagi oppa?” tanya Hyura.

“Ige..” ujar Sungyeol lalu memberikan sebuah amplop berisikan 2 lembar tiket ‘That Summer Concert 2’ konser musim panas Infinite yang sempat keduanya bicarakan beberapa waktu yang lalu.

Hyura membuka amplop yang diberikan oleh Sungyeol itu dan mengintip sedikit isi dalamnya. “Geundae aku belum tau bisa datang atau tidak, oppa.”

“Gwenchana. Datanglah kalau memang kau bisa, Hyura-ya. 2 tiket itu untuk konser di hari penampilan soloku dan hari terakhir rangkaian konser itu. Kau bisa datang pada salah satu tanggal itu.” jelas Ungyeol.

“Geurae, oppa. Gomawo.” Balas Hyura mengakhiri sebelum Sunhee menginterupsi untuk menyuruh Choding prince itu segera menyusul yang lainnya.

“Arraso Kim Sunhee. Kau tidak bisa sabar sekali. Semakin mirip dengan oppamu dan juga Myungsoo.” Keluh Sungyeol. “Hyura-ya, sampai berjumpa lagi nanti.” Pamit Sungyeol akhirnya.

*****

Minho sempat tertidur sebentar setelah pertemuannya dengan Onew sebelumnya dan juga sebelum sang maknae Taemin membangunkannya untuk segera bersiap untuk berangkat latihan di perusahaan mereka. Notifikasi pesan masuk pada ponsel namja itu menarik perhatiannya, 1 Message from Hyura . Namja itu bahagia melihat nama hyura terpampang pada informasi si pengirim pesan. Dibukanya pesan tersebut dengan segera.

From : Hyura

Tolong jangan membuat membermu khawatir dengan apapun yang kau lakukan,

Hingga membuat mereka menghubungiku hanya untuk membantu mereka membujukmu.

Tolong lebih dewasa Choi Minho-ssi, kau yang sudah memilih..

Dan juga tolonglah profesional, jangan campurkan masalah perasaan pada kinerjamu di dalam tim.

Belajarlah untuk mandiri, aku bukan Hyura yang dulu..

Aku tidak akan lagi langsung berlari jika terjadi sesuatu padamu..

Jadi mari ikuta hidup lebih baik dan tidak menyusahkan satu sama lain.

Terima kasih banyak

Senyuman bahagia itu lenyap seketika ketika Minho selesai membaca isi pesan dari gadis yang sangat ia tunggu untuk menghubunginya. Sebenci inikah kau padaku, Hyura ya? Dan apa kau tidak akan mau peduli denganku lagi, Hyura-ya? Batin Minho. Perih dan kecewa. Itu yang namja itu rasakan.

“Minho hyung. Palliwa.” Seru Taemin dari luar kamar.

“Nde, Taemin-ah.” Balas Minho lemah.

Ia menutup ponselnya lalu bangkit dari tempat tidurnya. Berdiri dan sedikit menahan perih pada perutnya. Sepertinya sakit maag yang di deritanya kembali muncul. Ia ingat, kalau ia belum makan apapun sejak semalam. Namun tetap dilangkahkan kakinya itu mengemasi barang-barang miliknya kedalam tas. Mengambil satu strip obat maag dari laci meja kamarnya. Berharap kalau rasa sakit itu akan menghilang setelah ia mengkonsumsi obat miliknya.

Walaupun rasa sakit, perih dan kecewa itu dirasakannya saat ini, namja itu tetap melangkahkan kaki untuk turut pergi menuju perusahaan untuk berlatih dengan ketiga member yang lainnya. Dan karena hanya dengan cara tersebut juga ia bisa bertemu dengan Hyura, karena gadis itu akan kembali menemani mereka dalam latihan hari ini. Semua rasa itu akan menjadi lebih baik dengan bertemu dengannya. Pikir Minho.

Minho keluar dari kamarnya dan segera menyusul ketiga membernya yang sudah lebih dulu menunggu di dalam lift setelah berpamitan dengan sang leader.

“Jinki hyung, aku pergi.” Pamit Minho.

Sang leader menyadari kondisi yang tidak baik pada membernya itu. “Nde, hati-hati dan berlatihlah dengan baik.” Balas Onew. “Dan bawalah ini, makan ketika di perjalanan. Jangan menyiksa diri seperti itu.” lanjutnya lagi lalu memberikan sebuah tas berisikan bekal untuk Minho.

“Gomawo hyung.” Ujar Minho.

Terima kasih untuk perhatianmu hyung. Tapi aku masih merasa tidak lapar. Ujar Minho dalam hati tak ingin membuat sang leader khawatir.

***** 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK