March, 2nd 2014
20.00 (08.00 PM)
“Pria bodoh! Menyebalkan!! Pacaran saja sana dengan reputasimu!”, gumam Jaehee sambil menangis sendirian di lorong asrama. Sejak tadi ia berusaha untuk tak menangis di depan Joonmyeon dan mahasiswi menyebalkan itu. Maka dari itu ketika ia tiba di lorong asramanya, air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia tak mau menangis di dalam kamar karena ia tak mau membuat teman sekamarnya seperti Miyoung dan Eunhee khawatir dan menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar hubungannya dengan Joonmyeon. Maka Ia pun menangis di lorong asrama yang terlihat begitu sepi saat itu. “Ia bahkan tak mencoba mengejarku atau minta maaf padaku…hiksss…menyebalkan sekali hikss!!.
Kim Joonmyeon kau benar-benar menyebalkaaan!! Arrghh!! Hikss..”, isaknya sambil terduduk di lantai lorong asrama. Ia menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya yang memeluk kedua kakinya. Tiba-tiba sebuah perasaan aneh menyelimutinya. Ia seperti merasa seseorang memperhatikannya. Ia mengangkat wajahnya yang dari tadi di sembunyikannya dan menoleh ke sisi kiri lorong asrama dan mendapati seseorang sedang menatap ke arahnya.
Ia menoleh ke sisi lain lorong asramanya dan tak mendapati seorangpun di sana kecuali dirinya dan orang tersebut. Ia menyeka air matanya dan kemudian berdiri. “A-Annyeong…”, gumamnya sambil berjalan pelan mendekati orang tersebut. Sekarang ia bisa melihat sosok tersebut sepenuhnya.
Awalnya, Jaehee berpikir bahwa sosok itu adalah hantu. Namun ketika melihat sosok itu masih berdiri menyentuh tanah, perasaan takut itu pun hilang. Sosok tersebut adalah seorang pria yang umurnya sepertinya seumuran dengannya. Tubuhnya mungil, kulitnya putih, dengan dua mata besar yang mengingatkannya pada mata seekor burung hantu, serta bibirnya yang tebal membentuk hati. Sepertinya ia juga mahasiswa di universitas ini. Pria itu hanya menatapnya tanpa membalas sapaannya. Jaehee berdiri menjaga jarak dengan pria tersebut.
“A-Annyeong haseyo….”, sapa Jaehee sekali lagi, namun pria itu hanya menatapnya dingin. “A-Apa kau mencari seseorang?”, Tanya Jaehee hati-hati, namun lagi-lagi tak sepatah katapun keluar dari mulut pria itu. Jaehee menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal itu. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia kemudian menoleh ke kiri dan kanannya. “Asrama kenapa sepi sekali sih? Eung jweisonghamnida sepertinya….sedang tidak ada siapa-siapa…anda mencari siapa?”, lagi-lagi ia tak mendapatkan jawaban apapun. “Jweisonghamnida…apa kau bisa bicara?”, lagi-lagi tidak ada jawaban. “Ah…mungkin k-kau terganggu dengan suara tangisku ya? Mi-mian..aku baru saja bertengkar dengan pacarku. Dia menyebalkan sekali dan…ah…mian…kenapa aku jadi menceritakannya padamu haha…jweisonghamnida…aku akan segera pamit dan pergi ke kamarku…maaf telah mengganggumu”, ujar Jaehee sambil membungkuk sopan dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Sesekali ia menengok kearah pria itu dan pria itu masih saja memperhatikannya. Ia kembali membungkuk dan bergegas pergi tanpa menoleh ke belakang lagi. “Aneh sekali…” gumam Jaehee sambil bergegas pergi.
Jaehee yang masih sedikit penasaran kembali menoleh ke belakang dan kali ini sosok itu sudah menghilang dari pandangannya. BRUK!, tiba-tiba seseorang menyenggol pundaknya. Ia sedikit tersentak kaget dan tak alma setelahnya ia tercengang ketika mendapati keadaan lorong asrama yang semula sepi sekali berubah ramai dan sibuk. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang melewatinya. Jaehee terdiam di tengah lorong berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Beberapa menit yang lalu, tidak ada seorangpun di lorong itu. Kemudian seorang mahasiswi menabrak pundaknya lagi dan Jaehee tersadar dari lamunannya.
"Ya, apa kau harus berdiri di tengah jalan seperti ini?", ujar mahasiswi itu ketus.
"Mi-mianhe…", gumam Jaehee sambil membungkuk dan segera berjalan menuju asramanya. Sekujur tubuh Jaehee merinding. Ia yakin betul masih melihat namja itu tadi. Jaehee menampar-nampar pipinya "Apa aku bermimpi?" gumamnya.
¢¢¢¢¢¢ TBC ¢¢¢¢¢¢