*****
Park Jimin tengah duduk manis di sebuah kafe yang ramai dengan pengungjung. Ia kini sedang menunggu seseorang datang menghampiri tempatnya. Yah seseorang itu tak lain adalah Eunji. Mereka telah berjanji untuk bertemu hari ini. Hari dimana Eunji akan memberikan kepastian jawabannya kepada Jimin.
Jimin menunggunya dengan raut wajah resah. Sesekali matanya menatap ke arah pintu kafe, mencari-cari sosok Eunji. Sudah lima belas menit lamanya ia menunggu kedatangan gadis itu. Memang bukan waktu yang terlalu lama, tapi yang membuatnya resah itu karna sudah tiga hari lamanya dia harus menunggu jawaban Eunji.
Tanpa sadar sedari tadi banyak sekali pasang mata yang memandanginya. Memang sudah biasa bagi Jimin yang selalu mendapatkan tatapan seperti itu dari para yeoja disekitarnya. Siapa sih yeoja yang tak terpesona melihat mata indah dan bibir sexy milik namja ini. Bahkan dengan topi serta setelan pakaian casual yang tengah dikenakannya membuatnya nampak begitu tampan.
Para yeoja itu sedari tadi saling berbisik membicarakan ketampanannya. Namun orang yang mereka bicarakan masih saja diam resah di mejanya menanti seorang yeoja pujaan hatinya.
Jimin meraih secangkir mochachino yang telah dipesannya. Kemudian ia menyeruputinya dengan perlahan sambil menikmati kopi itu menjalar di indra perasanya. Rasa mochachino yang manis itu telah mampu membuat perasaannya perlahan tenang. Sebelumnya ia juga telah mempersiapkan mentalnya jikalau nanti perasaannya itu ditolak. Apapun jawaban Eunji yang dilontarkan padanya, ia akan menerimanya dengan lapang dada. Yah walaupun itu akan menyakiti hatinya.
“CLERK,” terdengar suara pintu kafe yang terbuka. Jimin langsung mengalihkan pandangannya lagi ke arah pintu tersebut.
Seorang yeoja berambut panjang melangkah memasuki kafe dengan terburu-buru. Dia kemudian berjalan mendekati meja dimana jimin sedang duduk.
“Mianne, aku membuatmu menunggu lama,” ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
“Ne gwenchanayo,” balas Jimin dengan senyuman.
“Ahh... hayoo duduklah. Hmm... sebentar biar aku pesankan minuman uuntukmu,” ucap Jimin agak canggung.
Eunji, gadis yang berdiri dihadapannya langsung menuruti perintah Jimin untuk duduk di kursi yang ada didepannya.
“Pelayan....” Jimin memanggil pelayan kafe itu untuk mendekatinya.
“Kau mau pesan apa?” tanya Jimin pada Eunji.
“Stowberry juice saja,” pesan Eunji tanpa pikir panjang.
“Baiklah, satu stowberry juice yah,” ucap Jimin kepada si pelayan.
Pelayan itu langsung mencatat pesanan Eunji dan langsung pergi meninggalkan meja Jimin. Setelah kepergian si pelayan, aura disekitar meja Jimin menjadi terasa canggung. Jimin dan Eunji saling diam tanpa ada yang saling memandang.
Eunji pun terlihat sangat resah, ia ternyata takut untuk memulai pembicaraannya kepada Jimin. Takut kalau nanti dia melakukan kesalahan yang akan menyakiti hati Jimin.
“Ekhm....” Eunji berdehem seakan memberikan kode untuk memulai pembicaraan.
“Jimin, maafkan aku yah, karna aku datang telat. Tadi aku kesiangan. Kau tidak marahkan?” Eunji memulai pembicaraannya dengan ragu.
“Gwencanayo... sudah aku bilang tak apa kok. Lagi pula kau hanya telat sebentar. Jadi aku tidak marah. Tenang saja,” jawab Jimin sambil tersenyum. Jimin merasa bahwa dia memang baik-baik saja.
“Hmmm... ngomong-ngomong bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja kan?” ucap Jimin. Jimin bingung harus berbicara apa, entah kenapa dia malah bertanya hal seperti itu. padahal mereka sering bertemu.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanya balik Eunji sambil mengelus-elus lehernya karna merasa canggung.
“Seperti yang kau lihat. Aku juga baik-baik saja,” balas Jimin sambil tersenyum canggung.
“Permisi ini pesanan anda,” ucap seorang pelayan dengan segelas jus strowberi di nampannya.
“Ahh... Khamsahamnida,” sahut Eunji.
Segelas jus strowberi kini sudah berpindah dihadapan Eunji. Dengan segera ia langsung menyambarnya dan menyedoti minuman itu dengan cepat. Selain untuk menutupi kecanggungannya, ia juga ternyata merasa haus karna tadi datang terburu-buru ke kafe ini.
“Pelan-pelan, nanti kau bisa tersedak,” ucap Jimin yang khawatir melihat Eunji minum dengan terburu-buru.
Mendengar ucapan itu Eunji dengan segera menghentikan aktifitas minumnya. “Nde,” ucapnya dengan mimik wajah seperti anak kecil. Yah wajah polos khas milik Eunji seperti itulah yang mampu membuat Jimin gemas melihatnya.
“Baguslah,” ucap Jimin sambil tertawa kecil melihat tingkah Eunji yang menggemaskan.
Eunji kembali melanjutkan minumnya, tapi kali ini ia menyedoti jus itu dengan perlahan. Sambil minum ia terus berfikir bagaimana cara berbicara pada Jimin tanpa harus menyakitinya. Tak baik untuknya juga mengulur-ulur waktu seperti ini hanya untuk memberikan jawabannya kepada namja tersebut. Lagi pula hatinya sudah mantap siapa yang harus dipilihnya dan apa yang harus dikatkannya.
“Hmmm, itu...,” ucap Eunji terpotong. Masih ada sedikit keraguan di hatinya untuk memberikan jawaban itu kepada Jimin.
“Iah?” Jimin mulai serius menatap Eunji.
“Aku ingin memberikan jawaban atas pernyataan cintamu tiga hari yang lalu,” sambung Eunji dengan yakin.
Jantung Jimin mulai berdegup dengan cepat. Rasa penasaran dan takut bercampur menyelimuti hatinya. Namun ia sudah bertekat apapun jawabannya dia akan menerimanya. Baginya seseorang namja haruslah kuat.
“Baiklah, aku akan mendengarkannya,” ucap Jimin.
“Sebelumnya aku ingin mengucapkan trimakasih padamu. Trimakasih kau telah hadir dikehidupanku. Trimakasih karna kau telah mengkhawatirkanku. Dan trimakasih kau buat perasaanku ini tidak bertepuk sebelah tangan,”
Jimin terdiam saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Eunji.
“Apa dia menyukaiku?” gumam Jimin dalam hati.
“Tapi....” Eunji merubah raut wajahnya. Jimin makin penasaran dibuatnya.
“Tapi, Maafkan aku. Maafkan aku telah membuatmu menunggu lama. Dan Maafkan aku juga karna Aku tak bisa menjadi kekasihmu,” sambung Eunji.
Mendengar ucapan itu membuat hati Jimin terasa sakit, rasanya seperti tertusuk-tusuk. Tapi dia mencoba menguatkan dirinya. Dia sudah menduga kalau hal ini pasti akan terjadi.
“Sebenarnya aku menyukaimu. Tapi disaat yang sama, tanpa aku sadari ternyata aku mencintai orang lain. Aku mencintainya selama ini tanpa aku tau perasaan itu. Jadi maafkan aku. Aku tak bisa bersamamu.” Eunji terlihat sedih, ia seperti menyesal harus mengatakan semua kebenaran ini pada Jimin.
Jimin hanya terdiam mencoba menguatkan hatinya, mencoba mengikhlaskan Eunji. Ia tau namja lain yang dimaksud yeoja itu tak lain adalah Taehyung.
“Apa namja itu Taehyung?” tanya Jimin.
Eunji kaget dengan pertanyaan yang lontarkan Jimin. Dia bingung bagaimana Jimin tau kalau namja yang ia maksud adalah Taehyung.
“Kalau itu memang benar dia, aku tak akan menyesal. Aku temannya, aku tau dia itu seperti apa. Dia benar-benar namja yang baik untukmu. Lagi pula aku sudah bilang padamu bukan. Kalau aku akan menerima apapun jawaban yang akan kau berikan padaku,” ucap Jimin yang tengah menguatkan hatinya.
“Maafkan aku,” ucap Eunji. Tanpa sadar air matanya keluar dengan perlahan. Ia merasa bersalah pada Jimin.
“Uljima... kalau kau menangis aku jadi semakin terluka,” ucap Jimin menenangkan Eunji. perlahan ia mengusap air mata Eunji yang sudah membasahi pipinya.
“Kau tidak salah, jadi tak usah merasa bersalah. Namanya Cinta ada saatnya menerima dan menolak ataupun diterima dan ditolak. Aku sudah biasa jadi aku tak apa-apa.” Jimin mencoba meyakinkan Eunji dengan memamerkan senyumnya. Padahal jauh didalam hatinya ia merasakan sakit. Sakit atas penolakan dari cinta pertamanya.
“Sungguh?” ucap Eunji terisak.
“Nde, jangan menangis lagi yah,” ucap Jimin masih dengan mengumbar senyum hangatnya.
Eunji mengusap air matanya perlahan, “Kau sangat baik dan juga tampan, kau pasti akan menemukan yeoja lain yang jauh lebih baik dari pada diriku.”
“Iah... tenang saja. Kau tau kan aku sama seperti Taehyung. banyak yeoja yang mengejarku. Jadi jangan khawatir. Aku ini kan keren. hahaha,” ucap Jimin menghibur dirinya.
Eunji pun ikut tertawa kecil mendengar ucapan Jimin. mungkin kedengarannya seperti ia sedang menyombongkan diri tapi Eunji tau kalau itu adalah cara Jimin untuk menenangkan dirinya.
“Apa kita boleh tetap menjadi teman?” tanya Eunji ragu.
“Tentu saja, kita masih bisa berteman. Jadi sahabat juga boleh. Apa perlu aku jadi selingkuhanmu?” goda Jimin.
Mereka akhirnya bisa tertawa bersama. Sedikit demi sedikit rasa tak enak yang ada didalam hati mereka mulai menghilang.
“Hmm. Kalau kau benar-benar mencintai Taehyung, cepat ungkapkan padanya. Dia juga mencintaimu. Aku akan sedih kalau kau malah tak jadian dengannya,” ucap jimin.
“Bagaimana kau tau kalau Taehyung mencintaiku?” tanya Eunji yang lagi-lagi bingung karna dugaan Jimin sangat tepat.
“Aku ini juga seorang namja, dengan melihat tingkahnya saja aku tau kalau dia itu tak sekedar menganggapmu teman. Dia benar-benar perhatian dan khawatir padamu. Itu cukup membuatku yakin kalau memang dia itu mencintaimu,” Jelas Jimin.
Eunji hanya diam mendengar penjelasan Jimin. Dia berfikir kenapa dia begitu terlambat menyadari hal itu. Bahkan Jimin saja tau kalau Taehyung mencintainya.
“Jadi apa dia sudah mengungkapkan perasaannya padamu?” Tanya Jimin yang langsung dibalas anggukan dari Eunji.
“Apa boleh kalau aku yang mengungkapkan perasaanku padanya sekarang?” tanya Eunji dengan polosnya.
“Tentu boleh. Kau ini polos sekali yah, hahaha,” ledek Jimin.
“Eoh, Kau jadi terlihat seperti Taaehyung yang suka meledekku,” balas Eunji.
“Jadi apa kau berubah pikiran dan berpaling padaku?” goda Jimin lagi.
“Jimin...,” rengek Eunji
Entah kenapa bagi Jimin bercanda seperti itu dengan Eunji membuat rasa sakit dihatinya sedikit terobati. Toh memang sifat aslinya seperti itu. sedari awal bertemu dengan Eunji dia selalu menutupi sifat aslinya karna grogi dan takut nantinya Eunji tak menyukainya.
Dia juga sadar seharusnya alangkah lebih baik jikalau sejak awal ia menunjukan sifat aslinya. Ia tak akan selalu merasa canggung saat berhadapan dengan Eunji. Mungkin juga kalau Eunji bisa mengubah keputusannya. Eunji lebih memilih Taehyung karna memang dia sudah tau sifat asli dari namja itu.
“Cepat temui dia, dan ungkapkan perasaanmu sebelum terlambat. Lebih baik kau coba dari pada kau menyesal,”
“Seperti aku ini. aku sudah beranikan diri mencoba mendekatimu dan menyatakan perasaanku. Walaupun akhirnya ditolak, aku tak menyesal sama sekali,” lanjut Jimin.
“Baiklah. Trimakasih Jimin, kau malah jadi membantuku,” ucap Eunji paham.
“Cheonma. Bagiku, melihatmu bahagia sudah cukup membuatku senang.” Jimin kembali memamerkan senyum khas miliknya.
“Aku pergi dulu, sekali lagi trimakasih Jimin,” ucap eunji tersenyum. Lalu ia bergegas pergi meninggalkan Jimin sendirian lagi.
Jimin hanya mampu menatap punggung yeoja itu yang lama-lama semakin menjauh dan hilang dari pandangannya. Ia masih duduk dikursinya tanpa ada niatan beranjak pergi. Ia mengoyang-goyangkan cangir kopi yang sudah tak panas lagi. Dipandanginya isi cangkir itu dengan tatapan sendu.
Sebenarnya ia merasa sakit, tapi disisi lain dia harus bisa menerima jawaban Eunji. Yeoja itu juga berhak untuk bahagia. Asalkan yeoja itu bahagia diapun sudah cukup merasa senang. Menurutnya ia gagal dalam menggapai cinta pertamanya. Namun ia juga tak menyesal bahwa gadis cinta pertamanya itu adalah Eunji.
*****
-Eunji pov-
Aku berlari tergesa-gesa, aku tak ingin membuang-buang waktu. Benar apa kata Jimin aku harus cepat menyatakan perasaanku pada Taehyung.
Aku berlari menuju rumah Taehyung. Sesampainya di depan pagar rumahnya aku langsung menekan bel dan tak henti meneriakan namanya. Tak lama Taehyung eomma keluar dan membukakan pintu gerbangnya untuk ku.
“Ahjumma, apa Taehyung ada didalam?” tanyaku cepat.
“Tidak ada. Memangnya ada apa? Apa ada sesuatu yang buruk? Dan kenapa kau terlihat tergesa-gesa seperti itu?” tanya ahjumma dengan paniknya. Ia terlihat sangat khawatir melihat sikapku yang seperti ini.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya ingin main dengan Taehyung. lalu dia ada dimana?” ucapku sambil menyembunyikan wajah gelisahku.
“Aku juga tak tau dia dimana sekarang. Dari tadi pagi dia keluar tanpa bilang apa-apa,” balas ahjumma.
“Oh begitu, kalau begitu biar aku yang mencarinya sendiri,”
“Masuk dulu, dan minum dulu. Aigo kau kelihatan lelah,” ucapnya yang masih khawatir terhadapku.
“Tidak apa-apa kok, aku pergi dulu yah Ahjumma,” ucapku yang langsung tergesa-gesa pergi.
Aku langsung berlari ke taman tempat kami sering bermain bersama. Sesampainya ditaman aku belum saja menemukan sosok Taehyung. Aku meneongok ke kanan dan kekiri tapi yang ada hanya sekumpulan anak kecil yang sedang bermain di taman, tak ada Taehyung.
Lalu akupun mencoba untuk menghubungi ponsel Taehyung, namun tak ada jawaban. Berulang-ulang kali aku mencobanya tapi tetap saja panggilan itu tak memperoleh jawaban.
Dimana kau sebenarnya? Kenapa disaat aku benar-benar ingin bertemu denganmu. Kau tidak ada. Apa sudah terlambat bagiku untuk menyatakan perasaanku padamu, Taehyung?
Sejenak aku berfikir tempat dimana saja Taehyung mungkin berada. Dan aku teringat satu tempat. Tempat yang merupakan bagian dari kenangan masa laluku saat aku kecil dengan Taehyung. Dia pasti ada disana. Yah...
-Flashback-
Taehyung bilang dia tidak menyukaiku, dia bilang aku anak yang aneh. Dan dia juga bilang kalau aku terjatuh dari sepeda karena ulahnya. Kenapa dia begitu jahat padaku, padahal aku benar-benar menggapnya seperti pangeran yang biasa ku baca di buku dongeng.
“Eunji sayang, kau kenapa menangis?” eomma memelukku khawatir.
“Apa kau bertengkar dengan temanmu?” tanyanya lagi.
“Taehyung....” isakku.
“Wae?”
“Taehyung anak Jahat, eomma. Aku tak mau berteman dengannya lagi!” teriakku sambil tetap menangis dengan kencang.
“Jangan begitu, aduh sini nak. Jangan menangis lagi, cup...cup.” Eomma memelukku dan kemudian mengusap air mataku.
“Pokoknya aku engga mau main lagi sama dia,” rengekku lagi.
“Iah iah, terserah kau saja. Tapi jangan menangis lagi yah,” ucapnya lagi.
Sehari telah berlalu, aku selalu mencoba cara agar aku tak bertemu dengan si jahat Taehyung. aku benar-benar tak mau berteman lagi dengannya. Walaupun sekelas, aku berusaha untuk tak memandanginya bahkan berpapasan dengannya. Lupakan semua gambaran pangeran di tampangnya yang jahat itu. Aku juga tak mau mengingat apapun tentang saat-saat aku dengannya.
Sama seperti sebelum Taehyung menjadi temanku. Aku selalu pergi bermain sendiri ke sungai yang tempatnya tepat dibelakang komplek rumahku. Hari ini aku ingin menyendiri seperti sebelumnya. Aku merasa melihat air sungai membuat hatiku damai. Tanpa harus bermain dengan teman-teman lain yang nakal, yah apalagi orang seperti Taehyung.
Baru saja aku sampai ditempat yang aku maksud, aku malah terkejut dengan apa yang aku lihat. Sial kenapa bocah jahat itu ada di tempat ini? ahh menyebalkan, aku jadi tak bisa bermain di tempat itu.
Besoknya aku datang lagi ke tempat itu, dan lagi-lagi aku melihat dia sedang duduk ditepi sungai itu sendirian. Aku mencoba bersembunyi menunggunya sampai dia pergi meninggalkan tempat itu. Tapi dia tak kunjung beranjak dari tempatnya, dia malah tidur-tiduran santai. Sampai akhirnya matahari sudah hampir tenggelam dia baru beranjak dari tempatnya. Aku menunggunya dengan jengkel. Apakah sebenarnya dia tau kalau aku ada disini dan sengaja berulah seperti itu? ahh aku benci anak itu. Huh...
Aku kira dia hanya mengunjungi sungai itu sesekali saja. Tapi kenapa sudah seminggu ini, dia selalu datang ke tempat ini. Kenapa dia tidak main dengan teman-temannya? bukankah di sekolah dia punya banyak teman. Ahh menyebalkan, padahalkan ini tempatku.
Awalnya aku berniat untuk melupakan dia. Tapi aku malah harus berhadapan dengan dia setiap hari, ini sangat menjengkelkan. Aku benci anak itu. Dia malah asik-asiknya duduk santai di tepi sungai tanpa tau aku sangat kesal melihatnya dari kejauhan.
Karna kekesalanku yang memuncak, aku cepat-cepat mengambil batu kecil yang ada didekatku. Dan dengan kesalnya aku lemparkan batu itu kearah Taehyung. Tak kusangka batu itu mendarat mulus di kepala bagian belakang milik Taehyung.
“AWWW....” Aku mendengar jeritan Taehyung. Ia sepertinya merasa kesakitan karna hantaman keras di kepalasnya.
Dan tunggu, aku melihat cairan merah keluar dari kepalanya. Gawat bagaimana ini, bagaimana kalau lukanya parah? Ah masa bodo, aku rasa dia pantas mendapatkan itu. Dia itu anak yang jahat.
Karna takut ulahku ketahuan, akupun kabur dari tempat kejadian itu. Dan membiarkan Taehyung yang terluka itu sendirian.
-Flasback end-
Karna insiden itu aku tambah membenci Taehyung. Aku benci karna dia sudah menyakiti perasaan polos ku dulu, bahkan sampai menempati tempat favorite ku. Rasa benci itulah yang membuatku lupa kalau aku pernah menyukainya dulu. Yang aku ingat hanyalah aku benci dia, tak lebih dari ingatan itu. Lucu memang, anak kecil mudah merubah perasaannya seperti itu. Bahkan aku sekarang bisa kembali menjadi teman Taehyung karna godaan kue yang selalu dibuat eomma nya saat aku juga masih kecil. Lama kelamaan karna kebaikan hati eomma nya aku jadi bisa memaafkan Taehyung dan jadi akrab dengannya seperti ini.
Tapi sekarang aku sudah dewasa, aku sadar perasaanku yang sebenarnya. Dan aku tak mau menutupinya lagi atau sampe membuangnya lagi. Aku harus ungkapkan perasaanku ini pada Taehyung. Agar insiden seperti masa kecil kami tak terulang kembali. Aku harus cepat menemuinya.Yah dia pasti ada di sungai itu.
Aku langsung bergegas lari menuju sungai itu berada. Dan benar saja, namja yang ku cari sedari tadi kini sedang duduk memandangi sungai yang mengalir dihadapannya.
“KIM TAEHYUNG,” teriakku.
Namja yang aku panggil itu langsung menoleh ke arah ku. Seketika wajahnya berubah kaget setelah menatap sosokku yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Dia kemudian berdiri dengan terburu-buru dari posisi yang sedari tadi dipertahankannya.
“Dasar bodoh, aku mencarimu sedari tadi. Ternyata kau ada disini,” ucapku. Aku menundukkan kepalaku, mengatur nafasku yang masih terengah-engah.
“Ke... kenapa kau ada disini? dan kenapa kau tau aku ada disini?” tanyanya yang masih tak percaya dengan kehadiranku.
“Aku kesini karna mencarimu.” Aku melangkah mendekatinya.
Dia terlihat engan untuk menatapku. Matanya mencoba menghindari tatapan langsung dari mataku. Dia juga melangkahkan kakinya mundur seirama dengan langkah maju kakiku.
“Untuk apa kau mencariku?” ucapnya sambil masih tak mau menatap ke arahku.
Belum sempat aku menjawab, dia kembali membuka mulutnya. “Bukannya kau harus bertemu dengan Jimin? cepat pergi sana temui dia!”
Aku diam tak menjawab pertanyaannya. Hanya menatapnya yang masih saja engan menatapku. Apakah tepat bagiku untuk mengungkapkan isi hatiku padanya sekarang? Tapi seketika aku jadi tidak percaya diri. Melihat tingkahnya yang seperti itu, masihkah aku ada didalam hatinya?
“Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku? Yasudahlah aku pulang saja. Sana pergi temui Jimin!” ucap Taehyung. kemudian dia membalikkan badannya dan melangkah membelakangiku.
“Apa kau masih menyukaiku?” tanyaku.
Pertanyaanku barusan ternyata telah mampu menghentikan langkah kaki Taehyung. Namun dia sama sekali tak membalikkan badannya maupun menoleh sedikitpun ke arahku.
“Taehyung, apa kau masih menyukaiku?” Aku mengulangi pertanyaanku. Tapi tetap saja dia hanya diam.
“Taehyung...,” panggilku berharap ada respon darinya.
Dia kemudian membalikkan badannya dan menatapku. Dengan wajah yang terlihat sendu ia mulai kembali membuka mulutnya yang sedari tadi bungkam.
“Kenapa kau tanya itu padaku? Apa kau mau mempermainkanku? Bodoh... Apa kau kira aku ini seseorang yang mudah melupakan perasaannya. Dan apa perasaanku ini terlihat seperti lelucon bagimu?” Ucapnya dengan nada tinggi.
Mendengar perkataan itu seakan menguncangkan hatiku. Bukan itu maksud aku menanyakan hal ini padanya. Kenapa dia terlihat begitu kesal padaku?
“Kau tak usah merasa kasihan padaku. Aku benar-benar tulus menyukaimu. Jadi tak usah perduli padaku. Kalau kau menyukai Jimin pergi saja temui dia. Aku tak apa-apa. Sana pergilah!” lanjutnya. Kemudian Taehyung kembali membalikkan badannya dan berjalan menjauhiku.
Tak mau membuang kesempatanku, aku langsung lari menuju arahnya. Aku harus cepat mengatakannya. Yah harus...
Sampai di dekatnya, aku langsung meraih tubuhnya dan memeluknya dari belakang. Aku benar-benar tak dapat menahan perasaan ini lebih lama lagi.
“Eunji, apa yang kau lakukan?” tanya Taehyung yang menyadari kalau akulah orang yang tengah memeluknya.
“Kau yang bodoh! Orang yang aku sukai bukan Jimin.” ucapku sambil mengeratkan pelukanku.
“Hah? Aku tak mengerti maksudmu?” tanya Taehyung lagi. Nada bicara Taehyung terdengar sedikit gugup.
“Aku mencarimu karna aku ingin mengatakan ini padamu...,” ucapku terputus. Aku masih sedikit gugup untuk mengatakannya. Jantungku bahkan kembali berdetag tak karuan. Tapi tak ada pilihan lain, aku harus memanfaatkan kesempatan ini.
“Orang yang aku sukai adalah dirimu... Aku menyukaimu Taehyung! ah bukan... lebih tepatnya aku mencintaimu, Kim Taehyung!” ucapku dengan mantap.
Taehyung melepaskan pelukanku, dia kemudian membalikkan badannya ke arahku. “Apa yang kau katakan barusan? Apa kau bercanda? Itu sama sekali tidak lucu. Berhentilah membuatku kesal,” ucapnya yang tak yakin dengan pernyataanku barusan. Sepertinya dia sangat terkejut mendengar pernyataan dadakan yang baru saja ku lontarkan.
“Aku tidak bercanda. Sama seperti kau kemarin. Aku serius mengatakannya.” Aku berusaha meyakinkannya.
“Hah?” Taehyung masih saja tak percaya dengan ucapanku.
“Kau.. aku yakin itu kau. Cinta pertamaku" ucapku dengan yakin.
“Apa? Bukannya kau bilang, kalau cinta pertama mu itu Jimin?” tanya Taehyung bingung.
“Aniya....” aku menggelengkan kepalaku.
“Awalnya aku pikir begitu. Tapi ternyata aku melupakan hal penting dalam hidupku. Namja pertama yang aku suaki adalah kau. Walau dulu aku hanya anak kecil. Tapi tanpa aku sadari dan selama aku selalu bersamamulah yang telah menumbuhkan perasaan ini. Aku baru menyadarinya ketika kau jauh dariku,” jelasku panjang lebar kepadanya.
Taehyung terlihat masih tak percaya dengan kata-kataku. “Lalu bagimana dengan Jimin?” tanyanya lagi.
“Aku sudah menemuinya, dan bilang padanya kalau yang aku cintai adalah dirimu,” jawabku dengan malu-malu.
Yah ini sesuatu yang tidak biasa bagiku, mengatakan hal seperti ini pada Taehyung yang merupakan sahabatku sendiri. Bahkan aku tak menyangka aku ternyata mencintai orang yang selama ini menjadi sahabatku. Siapapun itu pasti akan merasa malu saat mengatakan perasaannya pada orang yang dicintainya. Yah begitulah perasaanku saat ini.
“Jadi kau benar-benar mencintaiku?” ucap taehyung dengan sedikit gugup. Aku lihat wajahnya memerah. Aku rasa lebih merah wajahku sekarang dibandingkan dirinya.
“Ne....” aku mengangguk pelan.
Tiba-tiba kami malah jadi canggung satu sama lain. Mungkin karna kami sama-sama merasa malu.
“Khmm... Jadi sekarang kau mengakui kalau aku lebih tampan dari Jimin?” ucap Taehyung yang membuatku sedikit geli. Kenapa disaat-saat seperti ini dia masih saja bisa menggodaku dengan candaan seperti ini? huh...
“Si...siapa bialang. Aku hanya bilang kalau aku mencintaimu, bukan bilang kalau kau lebih tampan dari Jimin,” jawabku mengelak. Entah karna cinta atau apalah, sekarang aku mengakui kalau memang lebih tampan dia dibandingkan Jimin.
Disisi lain Taehyung hanya tertawa kecil mendengar jawabanku. Dia pasti tau kalau aku ini mencoba membohonginya.
“Hmm... karna kau sudah mengatakannya. Jadi, Eunji maukah kau menjadi yeojachinguku?” tanya taehyung. pertanyaan itu sukses membuat jantungku semakin berdegup kencang.
“Ne... Aku mau!” jawabku cepat. Entah kenapa dengan refleksnya aku langsung menjawab peryataannya seperti itu.
“Jawabanmu cepat sekali, jangan menyesal yah kalau sudah menjadi pacarku,” goda Taehyung.
“Aniya, aku tidak akan menyesal. Kalau aku menolakmu baru aku menyesal.” Jawabku.
Taehyung kembali berwajah serius. Dia tersenyum saat mendengar jawabanku. “Kalau begitu, aku berjanji tak akan membuatmu menyesal. Aku akan membahagiakanmu,” ucapnya lembut.
“Saranghae, Eunji.” Taehyung mendekatkan wajahnya padaku.
Perlahan hembusan nafasnya terasa dipermukaan kulit wajahku. Aroma nafasnya hangat terasa bercampur dengan nafasku. Dan sampai akhirnya bibir lembutnya mendarat diatas bibir mungilku. Dia mengecup bibirku sekilas kemudian memandangiku lagi.
“Jadi... Sekarang hubungan kita adalah sepasang kekasih?” tanya Taehyung.
“Bukan. lebih tepatnya, teman, sahabat sekaligus sepasang kekasih,” ucapku sambil tersenyum manis.
“Baiklah kalau begitu, kita sekarang adalah teman, sahabat dan sepasang kekasih!” balas Taehyung.
Kemudian Taehyung meletakkan kedua telapak tangannya di kedua belah pipiku. Dan kemudia menarik wajahku mendekati wajahnya. Dan lagi-lagi bibir kami saling bertemu. Namun kali ini bukan hanya sebuah kecupan. Melainkan sebuah ciuman hangat yang diberikan Taehyung padaku. yah dia melumat bibirku dengan perlahan. Dan dengan perlahan pula aku membalas ciumannya.
.
.
.
.
-10 tahun kemudian-
Aku tengah duduk di meja rias. seorang perias tengah sibuk mendandaniku. Ia tengah memoleskan make up yang senada dengan gaun yang kini aku kenakan, yaitu gaun pengantin panjang berwarna putih. Tak lupa perias itu mengikat rambutku ke atas dan menghiasnya dengan bando bunga-buangan berwarna putih.
Yah hari ini adalah hari yang sakral untukku. Hari yang banyak dinanti-nanti oleh setiap pasangan didunia ini. Apa lagi kalau bukan hari pernikahanku. Di usiaku yang kini tengah menginjak 26 tahun, aku sudah membulatkan niatku untuk segera menikahi orang yang selama ini aku cintai. Dan itulah hari ini.
Tiga puluh menit telah berlalu setelah aku selesai di dandani. Para saudara dan kerabat dekat tengah bergantian masuk kedalam ruanganku. Mereka mengucapkan selamat atas pernikahanku. Tak lupa mereka juga mengabadikan moment ini dengan menggambil foto bersama denganku, si pengantin wanita.
Tak lama sesorang pria tampan yang tengah mengenakan suit hitam datang menghampiriku. “Apa kau sudah siap?” ucapnya seraya tersenyum kepadaku.
Aku menoleh ke arahya. Dan membalas senyumannya.
“Park Jimin,” sahutku.
“Tamu sudah berdatangan, pengantin pria sudah siap. Jadi bagaimana apa kau siap?” tanyanya.
“Ya aku sudah siap,” jawabku singkat.
“Apa kau yakin? Atau kau mau mengubah keputusanmu?” tanyanya lagi dengan tampang yang dibuat-buat serius.
“Eh apa maksudmu?” tanyaku balik yang malah mencurigainya.
“Siapa tau kau mau mengubah keputusanmu, dan pergi menikah denganku?” godanya.
“Hey, berhentilah menggodaku. Lihat tunanganmu ada disebelahku. Apa kau mau pernikahanmu nanti dibatalkan?” jawabku yang malah sekaligus mengancamnya.
Yah waktu sudah berlalu, sejak kejadian 10 tahun yang lalu aku dan Jimin malah menjadi teman akrab sampai sekarang ini. Kami sudah biasa bercanda seperti ini. Dan dia selalu saja menggodaku bahkan sampai sekarang, di depan tunangannya pun dia masih saja berani menggodaku. Tapi untung saja, tunangannya itu juga sudah tau kebiasaan Jimin yang seperti itu kepadaku. Jadi dia hanya bisa tertawa saat melihat Jimin menggodaku barusan.
“Hahaha... aku hanya bercanda, jangan diambil serius. Aku tak akan mengacaukan pernikahan sahabatku sendiri,” balas Jimin.
“Baikalah, kau siap-siap. Aku akan menemui pengantin pria dan memulai acaranya,” lanjutnya.
“Baiklah,” jawabku singkat.
“Ayo sayang kita masuk ke dalam bersama,” ucap Jimin seraya menjulurkan tangannya pada kekasihnya itu.
“Ayo,” balas yeoja yang telah berstatus tunangan Jimin.
“Eunji, aku pergi dulu. Bersiaplah, dan selamat yah.” Lanjutnya seraya senyum kearah ku.
Aku langsung membalas senyumannya dan mengaguk pelan. Aku melihat mereka kini tengah berjalan memasuki ruangan aula.
Dari luar ruangan aku mendengar suara bahwa acara sudah mulai. Tiba-tiba jantungku mulai berdegup tak karuan. Aku sangat gugup, aku tak menyangka kalau hari ini datang begitu cepat. Hari dimana aku akan membacakan janji suci ku bersama dengan orang yang aku cintai.
Kemudian aku mendengar ucapan pembawa acara yang mempersilahkan pengantin wanita untuk memasuki aula. Sorak dan tepuk tangan para tamu pun terdengar berguyuran memenuhi area aula. Hal itu kini membuatku semakin gugup.
“Eunji, jangan gugup. Appa ada disampingmu jadi ayo kita masuk ke dalam.” Appa ku mengulurkan tangannya padaku. Ia juga tersenyum padaku, seakan memberikan isyarat menyakinkanku.
“Ne, appa.” Aku membalas uluran tangannya.
Kami perlahan memasuki ruangan aula yang sudah penuh dengan para tamu. Aku menggenggam tangan appa ku semakin erat. Rasa gugupku semakin kencang. Appa yang menyadari kegugupanku langsung menoleh ke arahku. Sekali lagi dia meyakinkanku kalau semuanya baik-baik saja.
Kini kami berjalan mengikuti arah karpet merah yang menguntas didalam ruangan. Di Altar sana tengah berdiri seorang pendeta dan juga calon suamiku. Yah calon suamiku tengah mengenakan tuxedo putih yang memang senada dengan wedding dress yang kini tengah aku pakai.
Sesampainya didepan altar, appa melepaskan gengaman tangannya dan menyerahkanku kepada namja yang akan menjadi suamiku. Namja itu tak lain adalah Kim taehyung, seorang namja yang merupakan cinta pertamaku. Dia adalah namja yang selama ini aku cintai dan sekaligus calon suamiku.
Taehyung menjulurkan tangannya kepadaku, dan dengan segera aku meraihnya.”Cantik,” ucapnya pelan.
Seketika wajahku langsung memerah malu dengan pujian yang dilontarkannya. “Kau juga tampan,” balasku yang tersipu malu.
“Aku memang tampan, haha,” candanya seraya tersenyum lebar kepadaku. Terpancar perasaan bahagia dari wajah calon suamiku itu.
“Ayo!” Dia menuntunku menghadap seorang pendeta yang sudah siap meresmikan pernikahan kami.
.
.
Akhirnya kami selesai mengucapkan janji suci pernikahan kami. Tak lupa kami juga saling bertukar cincin serta melingkarinya di jari tangan kami.
Semua bertepuk tangan saat mendengar pendeta telah meresmikan pernikahan kami. Dan banyak juga yang bersorak menyuruh kami untuk berciuman. Dengan malu-malu aku menatap wajah namja yang kini sudah resmi menjadi suamiku.
“Apa aku harus melakukannya?” tanya Taehyung. Dia menatapku dengan tatapan menggoda.
“Mmm... Lakukan saja kalau kau mau!” godaku dengan malu-malu.
Tanpa ada aba-aba lebih lanjut, lengan kanannya langsung meraih pinggulku. Dan lengan kirinya menarik wajahku ke arahnya. Tanpa ragu dia langsung mencium bibirku dengan hangatnya. Tak lupa juga aku membalas ciumannya.
Cukup lama memang kami berciuman, hal itu sukses membuat para tamu saling bersorak ramai melihat apa yang tengah kami lakukan.
Merasa malu kami pun segera menghentikan aktifitas kami. Dan kemudian kami saling pendang-memandang. Rasa senang benar-benar menyelimuti hati kami. Aku benar-beanr tak menyangka laki-laki yang selama ini berada disampingku lah yang ternyata sekarang menjadi suamiku. Dan percaya atau tidak, benar apa yang pernah seorang peramal katakan padaku. Dia berkata bahwa jodohku adalah cinta pertamaku, yang tak lain adalah Taehyung.
“Saranghae, tuan kim,” ucapku lembut.
“Nado saranghae, nyonya kim,” balas Taehyung dengan wajah bahagianya.
.
.
.
-The End-
Akhirnya FF ini kelar juga.
Mohon maaf untuk para raeaders tercinta, karna mood dan kondisi author FF ini jadi pending sampai 3bulanan.
Merasa minder dan sedih ajah udah ngecewain para Reader. Jd kurang percaya diri buat FF baru.
Dan maaf juga kalau endingnya kurang memuaskan. Abis ide buat cerita ini udah mentok sampai situ.
Tapi sebagai permintaan maaf saya, saya mau buat SPECIAL CHAPTER dengan rate 21+. Gimana pendapat kalian? Kalau pada setuju saya akan buat setelah tugas kuliah saya kelar semua yah. Special Chapter ini Cuma sy upload di Wattpad nantinya.
Trimakasih buat para Readers yang sudah setia ngikutin FF ini. yang udah vote + Comment juga makasih banget, I LOVE YOU. Seneng banget banyak yang respon positif sama FF ini. sampe terharu, soalnya ini FF pertama yang saya buat.
Trimakasih juga buat KWF, saya banyak belajar mengenai kepenulisan disana. Trimakasih untuk para senior dan teman-teman juga yang udah kasih masukan.
Trimakasih......
Sampai jumpa di FF saya selanjutnya. Mohon dukungannya :’)