home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DREAM CATCHER

DREAM CATCHER

Share:
Author : letsDOwl
Published : 25 Jun 2015, Updated : 01 Jun 2017
Cast : EXO OT12, OC
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |71546 Views |5 Loves
DREAM CATCHER
CHAPTER 37 : DREAM CATCHER EPILOGUE [PART 2]

10.00 PM

“Kami pulang dulu yaa yeorobun!”, pamit Luhan pada yang lainnya.

“Ne hyung! Hati-hati di jalan!”, sambut Chanyeol sambil melambaikan tangannya.

“Neee! Chanyeol-ah doakan aku agar Sungchan mau memberiku keponakan baru lagi untukmu!”, seru Luhan, hingga kemudian..PLETAKKK!, Sungchan memukul kepala Luhan dengan tangan kanannya, untung saja Sungsoo sudah tertidur di pelukannya jadi ia tak bisa melihat dan meniru aksi ibunya tersebut. “Aaah sakit Yeobo T___T”, ujar Luhan sambil memegangi kepalanya.

“Yah shikkeuro! Ayo pulang!”, ujarnya sambil menarik Luhan keluar dari perkebunan.

“Noona hati-hati di jalan!”, seru Chanyeol mengingatkan Sungchan.

“Nee annyeong!”, sambut Sungchan sambil segera menarik Luhan pergi dari sana.

“Sepertinya aku juga harus pulang, kasihan Songhee..ia harus segera beristirahat…”, ujarnya sambil membantu Songhee berdiri. “Aku pulang dulu yaa yeorobun”, ujar Chanyeol .

“Ne Chanyeol-ah! Semoga keadaanmu segera membaik ya Songhee-ah”, ujar Chen.

“Gomapta Chen-ah”, ujar Songhee. Chanyeol dan Songhee pun bergegas meninggalkan pesta barbecue kecil-kecilan tersebut. Satu persatu dari mereka pun memutuskan pulang karena hari sudah beranjak malam, tak terkecuali Kai dan Kyungna.

“Aku pulang duluan ne? kasihan anak-anak, mereka sudah kelelahan..”, ujar Eunhee pada Kai.

“Ne noona..hati-hati”,ujar Kai sambil mengantar noonanya menuju mobilnya. Ia kemudian menoleh ke arah Kyungna yang tengah berbicara dengan Kyungsoo dan Eunkyo. Ia pun menghampiri mereka.

"Kalian sudah akan pulang?", sapa Kai.

"Eo? Jongin-ah? Ne...ini sudah larut malam", balas Eunkyo ramah sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

"Kau mau pulang atau tidak?", tanya Kyungsoo pada Kyungna yang terlihat ragu.

"Tapi...oppa...", gumam Kyungna sambil sesekali melirik Kai.

Kyungsoi menghela nafas sejenak, "Ya Kai-ah", tegur Kyungsoo.

"Ne hyung?", tanya Kai.

"Apa kau akan pergi bersama adikku?", tanya Kyungsoo.

"Eum...jika kau mengizinkannnya hyung", ujar Kai.

Kyungsoo melirik Kyungna, lalu kembali menoleh pada Kai. "Gurae...tapi jangan pulang terlalu larut...arasseo?", ujar Kyungsoo tegas.

"Ne hyung kamsahamnida", ujar Kai membungkuk sopan pada Kyungsoo yang segera menyusul Eunkyo masuk ke dalam mobil. “Kau mau pulang?”, Tanya Kai pada Kyungna selepas kepergian Kyungsoo.

“Eung…memang kau belum mau pulang?”

“Aku sebenarnya masih ingin berjalan-jalan..hehe”

“Gurae”, ujar Kyungna mengabulkan permintaan Kai.

***                                        

“Apa tak apa jika aku tak langsung mengantarmu pulang?”, ujar Kai ketika ia sedang berjalan berdua dengan Kyungna menyusuri salah satu taman kota.

“Gwenchana…bukankah oppa sudah tahu?”, ujar Kyungna.

"Ne...aku hanya tak enak saja padanya",ujar Kai.

Kai menunjuk salah satu bangku taman dan mengajak Kyungna untuk duduk di sana. “Ah segar sekali udara malam hari…”, gumam Kai.

“Ne…”, ujar Kyungna. Kemudian mereka berduapun terdiam hingga Kai membuka pembicaraan terlebih dahulu. Pembicaraan yang daritadi ingin dikatakannya pada Kyungna. “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri semuanya…”, gumam Kai sambil menunduk, memainkan jari-jarinya.

“Ne? apa maksudmu?”

“Kemarin…aku menyatakan perasaanku pada Inkyung noona”, Jantung Kyungna berdegup kencang.

** FLASHBACK **

“Kai?”, Tanya Inkyung ketika Kai berdiri di ambang pintu apartemennya.

“Apa kau sedang sibuk?”

“Ani…ada apa? Oh..masuklah…”, ujar Inkyung sambil mempersilakan Kai masuk ke dalam apartemennya. “Ada apa?”, Tanya Inkyung setelah mempersilahkan Kai untuk duduk di ruang tamu. Kai mulai merasa gugup.

“A-aku datang kesini ka-karena aku….aku…”

“Ne?”, Inkyung menunggu Kai dengan sabar.

“Karena aku mencintaimu Noona…”, gumam Kai sambil menunduk.

Inkyung terdiam terpaku di tempatnya sambil menatap Kai. “Kai-ah…bukankah kita sudah pernah membahas ini sebelumnya? Kau pasti sudah tahu jaw-“

“Aku tahu!, aku tahu noona…aku tahu bahwa aku tak akan bisa memilikimu. Aku mengatakan ini karena aku ingin melepas bayang-bayangmu dari hidupku. Aku lelah noona…aku sudah berusaha mati-matian untuk melepasmu tapi aku tak bisa!”, seru Kai.

Inkyung terdiam sambil menatap sedih Kai. “Mianhae…”, ujar Inkyung pelan.

“Ini bukan salahmu noona…ini salahku sendiri…..aku datang kemari untuk mengatakan hal ini untuk yang terakhir kalinya agar aku benar-benar bisa melepasmu…”

“Kai-ah, kau pasti akan menemukan gadis yang lebih baik dari diriku”, ujar Inkyung sambil tersenyum. “Kau mungkin tak sadar bahwa mungkin saja selama ini ada gadis yang diam-diam menaruh hati padamu. Pikirkan perasaannya, ia pasti lebih tersakiti  jika ia tahu bahwa pria yang disukainya masih menaruh hati pada gadis lain, apalagi sekarang gadis itu sudah berkeluarga”, hati Kai terasa perih ketika Inkyung menyebut kata ‘berkeluarga’. Membuat harapannya semakin pupus.

“Tapi bagaimana kalau aku tak punya perasaan apapun padanya noona?”, tanya Kai ragu.

“Kau belum mencobanya Kai-ah, perasaan akan tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Lihatlah Sehun dan Yoora…..meskipun dulu Yoora sangat menyukaimu dan karena kau menolaknya pada akhirnya ia mencoba melupakanmu dengan menerima Sehun meskipun saat itu ia tak mencintai adikku”, ujar Inkyung. “Tapi seiring berjalannya waktu, perasaan Yoora tumbuh dengan sendirinya dan seperti yang kau lihat sendiri…mereka menikah”.

Kai mendengarkan penjelasan Inkyung dengan seksama. “Apa aku bisa…noona?”

“Kau tak akan tahu sebelum kau mencobanya…fighting Kai-ah!”, ujar Inkyung menyemangati Kai.

** END OF FLASHBACK**

“Begitulah ceritanya…”, ujar Kai setelah menceritakan pertemuannya dengan Inkyung pada Kyungna.

“Lalu bagaimana? Apa kau sudah mulai bisa melupakannya?”, gumam Kyungna tertunduk lesu.

Kai menggeleng lemah, kemudian ia menoleh menatap Kyungna dan perlahan tanganya bergerak menyentuh tangan Kyungna. “Maka dari itu, aku butuh bantuanmu…"

Kyungna menoleh menatap Kai. "M-Mworago? Apa yang bisa kubantu?"

Kai menghela nafas sejenak. "Jadilah k-kekasihku", pinta Kai terbata-bata.

Kyungna terdiam sambil menatap Kai. Hatinya berdegup kencang. Ia mengerti maksud Kai, tapi ia tak tahu harus berbuat apa. Ada sedikit perasaan ragu dan takut di hatinya. Jika ia menerima Kai, ia khawatir bahwa Kai akan meninggalkannya. “Kumohon bantu aku melupakan Inkyung noona…aku tahu, ini pasti sulit bagimu….aku selalu mengabaikanmu, tapi tiba-tiba aku memintamu untuk menjadi kekasihku…hanya kau satu-satunya yang selalu ada untukku saat ini selain Sehun”, ujar Kai.

“A..aku butuh waktu untuk memikirkan ini semua”, ujar Kyungna sambil melepaskan tangannya dari genggaman Kai. “Mianhae Kai-ah..aku tak bisa memberi jawabannya sekarang….”, Kyungna berdiri dari bangkunya. “Aku harus pulang…annyeong”, pamit Kyungna yang segera pergi meninggalkan Kai yang masih terpaku di tempatnya.

“Eugh! Kau memang bodoh Kim Jongin!”, ujarnya sambil menendang batu kecil di dekatnya dengan kesal, selepas kepergian Kyungna.

***

Kyungna berjalan sendiri menuju apartemen milik Kyungsoo. Sambil menikmati udara malam yang mulai terasa menusuk, ia memikirkan permohonan Kai padanya. Ia sadar bahwa sebenarnya inilah yang diharapkannya selama ini, menjadi kekasih Kai, tapi bukan dengan cara seperti ini. Ia juga ingin Kai bisa mencintainya seperti ia mencintainya. Bukan memintanya menjadi kekasihnya hanya karena ia tak bisa melupakan wanita yang dicintainya. Sejenak ia merasa kesal pada Kai, lalu ia merasa kesal pada dirinya sendiri. Kenapa aku harus mencintai pria seperti Kai? Kenapa aku tak bisa membencinya padahal ia sering sekali mengabaikanku dan hanya datang padaku jika ia sedang dilanda kesulitan?, gumamnya dalam hati.

Sejenak langkahnya terhenti ketika melihat pemandangan Danau Cinta yang mitosnya sering ia dengar. Ia berjalan menuju taman kecil yang berada di tepian danau tersebut. Ia terdiam dan memperhatikan indahnya pemandangan malam hari yang ditampilkan danau tersebut. “Pantas saja oppa senang sekali pergi ke tempat ini…..hanya dengan melihatnya saja menenangkan sekali..”, gumamnya.

 

Aku senang pergi ke danau itu bukan karena mitosnya yang mampu menyatukan dua orang yang saling mencintai hanya karena mereka melempar batu bersama.

Meskipun aku pernah mengalaminya, tapi aku yakin bahwa itu terjadi bukan karena mitos danau tersebut, tapi karena memang takdir berpihak padaku. Aku selalu pergi ke tempat ini hanya untuk menenangkan diriku dari berbagai macam pikiran yang berkelebat di dalam kepalaku. Ketika aku harus menentukan apakah aku harus bertahan pada perasaanku atau melepaskannya, aku pergi ke tempat ini dan memikirkan semuanya. Tempat ini memiliki suasana tenang yang membuatku merasa nyaman.

Kumohon bantu aku melupakan Inkyung noona…aku tahu, ini pasti sulit bagimu….aku selalu mengabaikanmu, tapi tiba-tiba aku memintamu untuk menjadi kekasihku…hanya kau satu-satunya yang selalu ada untukku selain Sehun

 

Kyungna kembali mengingat perkataan Kai. “Aku harus bagaimana?”, gumamnya tertunduk lesu.

“Kau pikir aku ini apa?! Gadis berhati baja yang bisa kau perlakukan seenaknya? Aku mengerti kita bersahabat tapi bukan begini caranya…bukankah kau sendiri yang menolakku kemarin karena kau tak mau menghancurkan persahabatan kita?”, Kyungna mendengar pertengkaran dari seorang pria dan seorang gadis yang berada tak jauh darinya. Ia menoleh dan memperhatikan mereka. Gadis itu terlihat begitu emosi. Air mata terlihat membanjiri wajahnya ketika ia sedang meluapkan emosinya pada pria di hadapannya.

“Sekarang kau kembali lagi ke hadapanku dan memintaku untuk membantumu melupakan patah hatimu karena gadis lain?”, sambung gadis itu. Jantung Kyungna berdegup kencang ketika mendengar ucapan gadis itu.

“Eunjoo-ah mianhae…a-aku..sadar bahwa aku sering mengecewakanmu….tapi aku benar-benar tak tahu harus kemana lagi. Aku sadar bahwa selama ini hanya kau yang selalu ada di sisiku dan benar-benar mengerti diriku. Aku memang pria terbodoh yang pernah ada..”, ujar pria itu sementara gadis itu masih terisak. Pria itu berjalan mendekat kea rah gadis itu dan memeluknya meskipun gadis itu memberontak dengan memukul-mukul pria tersebut, namun tetap saja ia tak bisa membohongi perasaannya bahwa ia masih mencintai pria tersebut. Kyungna melihat bahwa pada akhirnya gadis itu menyerah dan berhenti memukuli pria itu.

“Aku mengerti bahwa aku selalu menyakitimu..aku benar-benar bodoh karena aku tak pernah menyadarinya sebelumnya…mianhae Eunjoo-ah”, ujar pria itu.

“Kenapa? Kenapa harus aku? Kenapa kau tak meminta bantuan gadis lain? Kau tak pernah mencint-“

“Aku akan berusaha”, potong pria itu cepat. “Aku akan berusaha mencintaimu…aku tahu mungkin ini semua butuh waktu..kau selalu bisa membuatku merasa nyaman, kau selalu ada untukku jika aku dalam kesulitan…maka kali ini, biarkan aku yang melakukannya”, sambungnya.

“Aku ingin sekali menghajar kepalamu”, ujar gadis itu sambil terisak, namun Kyungna bisa melihat seulas senyum tergambar di wajah gadis itu.

“Kau bisa menghajarku sepuasmu kapanpun kau mau”, ujar pria itu sambil tertawa dan mereka pergi dari danau itu dengan saling menggenggam tangan satu sama lain.

Kyungna menghela nafas setelah melihat kejadian tadi. Kai, kau benar-benar menempatkanku dalam posisi sulit…mana yang harus kupilih? Suara dari dalam hatiku? Atau suara dari dalam kepalaku? Aku benar-benar ingin menghajar kepalamu Kai-ah, gumamnya dalam hati.

***

CEKLEK...Kyungna membuka pintu apartemen dengan hati-hati. Waktu menunjukkan hampir pukul dua belas malam dan suasana apartemen terlihat sepi. Ia menutup pintu dengan hati-hati. "Kau baru pulang?", Kyungna tersentak ketika ia mendengar suara Kyungsoo. Ia menoleh dan mendapati namja itu tengah duduk santai di ruang tamu sembari membaca buku. "N-Ne oppa....k-kupikir kau sudah tidur", ujar Kyungna.

Kyungsoo menutup bukunya lalu menghela nafas. "Kau pikir aku bisa tidur jika salah satu anggota keluargaku belum kembali ke rumah?", tanya Kyungsoo.

"M-Mianhaeyo....", gumam Kyungna. "Onnie-ya eodi?", tanya Kyungna.

"Sudah tidur...", jawab Kyungsoo. "Neo gwenchana?", tanya Kyungsoo yang menangkap raut sendu tergambar di wajah Kyungna.

"Ne....", gumam Kyungna lesu.

"Anjuseyo...ada yang ingin kubicarakan denganmu", ujar Kyungsoo. Kyungna pun menurut dan duduk di samping Kyungsoo. "Saat di barbecue party tadi, Eunhee noona bertanya padaku tentang dirimu dan Kai", ujar Kyungsoo.

"Jinchayo?! lalu kau jawab apa?", tanya Kyungna terkejut.

"Aku bilang bahwa aku tak tahu tapi akan coba kutanyakan padamu...dan aku benar-benar ingin menanyakannya...apa sebenarnya hubunganmu dengan Kai? jujur saja...aku merasa tak enak hati pada Eunhee noona", ujar Kyungsoo serius.

"Mianhaeyo...", gumamnya tertunduk.

"Aku tak akan melarangmu jika memang kau berpacaran dengan Kai...hanya saja tolong berikan kejelasan agar aku, Eunhee noona dan juga yang lainnya tak bertanya-tanya tentang kalian berdua...", ujar Kyungsoo.

"Aku...aku belum berpacaran dengan Kai...", gumam Kyungna tertunduk. Ia kemudian menceritakan. apa yang terjadi antara dirinya dan Kai. "Ottokhaji oppa?"

Kyungsoo menghela nafas mendengar keluhan Kyungna. "Jika aku jadi kau, tentu saja aku akan menerimanya", ujar Kyungsoo tenang.

"Tapi ia hanya menjadikanku pelariannya", sanggah Kyungna.

"Nado...", jawab Kyungsoo menerawang.

"Maksud oppa?"

"Aku juga namja yang menjadi pelarian bagi Eunkyo ketika ia akhirnya menyerah untuk mengejar Suho hyung", ujar Kyungsoo menerawang seolah tengah mengingat kembali perjalanan cintanya bersama Eunkyo. Kyungna terdiam. Ia tak pernah tahu jika awalnya Eunkyo menerima Kyungsoo agar ia bisa melupakan Suho. "Tapi lihatlah sekarang...kami akhirnya benar-benar bersama...menjadi pelarian terkadang tidaklah terlalu buruk", ujar Kyungsoo.

"Tapi oppa..."

"Semua tergantung dari bagaimana kau menanggapinya. Dulu akulah yang meminta Eunkyo untuk menerimaku meskipun saat itu aku tahu ia belum bisa sepenuhnya melupakan Suho hyung. Aku berjanji padanya dan juga pada diriku sendiri, bahwa aku akan membuatnya melupakan Suho hyung dan benar-benar mencintaiku sepenuhnya. Di awal memang banyak sekali keraguan dan ketakutan yang timbul di antara kami. Tapi aku berpegang teguh pada janjiku begitupun juga dengan Eunkyo yang memang benar-benar ingin melupakan Suho hyung...maka kami menghadapi semua keraguan itu bersama", ujar Kyungsoo panjang lebar.

"Jadi kau ingin aku menerima Kai?", tanya Kyungna.

"Aniya...aku tak berhak menentukan jawabannya", ujar Kyungsoo. Ia kemudian memiringkan posisinya dan duduk menghadap Kyungna. Ia menggenggam kedua tangan yeoja itu. "Kau ini adikku...dan aku ingin yang terbaik untukmu...semua memang kembali padamu. Tapi jika aku bisa memberi saran...Kai sudah bertekad untuk melupakan Inkyung sepenuhnya dan ia percaya padamu. Jika ia hanya ingin bermain-main, ia bisa bertanya pada yeoja manapun untuk berkencan dengannya. Ia tampan dan sudah pasti banyak sekali yeoja yang menyukainya matchi?", tanya Kyungsoo yang disambut anggukan pelan dari Kyungna. "Gurae...apa kau pernah melihatnya bersama gadis-gadis itu?"

"Aniyo...semenjak Sehun menikah dengan Yoora, ia selalu mengikutiku", ujar Kyungna.

"Gurae....ia hanya mengatakan hal ini padamu...itu artinya ia percaya dan ia merasa nyaman berada di dekatmu, Do Kyungna", ujar Kyungsoo. "Kami sama-sama namja....aku mengerti perasaan Kai. Tapi semua pilihan kembali padamu"

"Ne...oppa...gomawoyo", ujar Kyungna. "Aku akan memikirkannya lagi", ujar Kyungna.

"Yeobo?", Kyungna dan Kyungsoo menoleh ketika mendengar suara Eunkyo. Yeoja itu muncul dari dalam kamar. "Eo? Kyungna? kau sudah kembali?", tanya Eunkyo menghampiri Kyungna dan Kyungsoo, lalu duduk di samping Kyungsoo. "Kai mengantarmu pulang?", tanya Eunkyo lagi. Kyungna mengangguk pelan. "Ah...syukurlah...", ujar Eunkyo tersenyum.

"Kau kenapa terbangun?", tanya Kyungsoo.

"Ani...tadi Eunsoo sempat terbangun jadi aku menidurkannya lagi...dan aku tak bisa tidur lagi", ujar Eunkyo.

"Heol...arasseo...ayo kita tidur", ujar Kyungsoo bangkit dari kursinya. Ia lalu kembali menatap Kyungna. "Ingat perkataanku baik-baik"

"Ne oppa...", jawab Kyungna patuh.

"Arasseo...masuklah dan segera tidur", ujar Kyungsoo. Yeoja itu melakukan apa yang diminta sang kakak.

"Yeobo wae? Apa kau baru saja memarahinya?", tanya Eunkyo selepas kepergian Kyungsoo.

"Aniyo...aku hanya bertukar pikiran dengannya mengenai dirinya dan Kai...", ujar Kyungsoo.

"Wae? apa sesuatu terjadi di antara mereka?", tanya Eunkyo.

"Ani..gwenchanayo...", ujar Kyungsoo.

"Ah wae? Malhae", desak Eunkyo.

"Aish sudahlah ayo kita tidur", ujar Kyungsoo merangkul Eunkyo dan membimbingnya kembali ke kamar mereka.

***

09.00 AM

Satu Minggu kemudian….

“Argh Jincha!!”, sungut Kai kesal sambil melepas topinya kesal. Ia akan mengikuti kompetisi dance yang akan diadakan oleh beberapa agen pencarian bakat dari management-management besar, yang akan membawa pemenangnya berkompetisi dengan dancer-dancer lainnya yang berasal dari berbagai belahan dunia dan tentunya dengan hadiah yang juga sangat menjanjikan tentunya. Luhan berbaik hati meminjamkan salah satu ruang latihan di studio dance miliknya pada Kai, dengan perjanjian jika Kai menang, ia akan mentraktirnya makan apapun yang Luhan mau.

“Kau belum dapat ide?”, ujar Luhan sambil berdiri bersandar pada pintu ruang latihan Kai sambil menikmati permen lolipopnya.

“Ne hyung…”, jawab Kai lesu.

“Mwoya? Ada apa dengan seorang Kai yang biasanya selalu punya gerakan-gerakan cemerlang yang selalu mengundang decak kagum?”, ledek Luhan sambil berjalan menghampiri Kai yang kali ini terduduk lesu pada sofa yang terletak di pojok ruang latihan.

“Entahlah hyung…..pikiranku sedang kalut beberapa hari belakangan ini”, ujar Kai sambil mengacak-acak rambutnya sambil sesekali mengecek ponselnya. Tidak ada panggilan atau pesan masuk, hanya beberapa pesan singkat dari kakaknya Eunhee, Luhan, dan Tao. Ia menghela nafas karena pesan dari seseorang yang diharapkannya tak juga muncul bahkan sampai hari ini.

“Yeoja?”, Tanya Luhan santai.

“Ne?”

“Ya jangan pura-pura bodoh…kau pasti sedang ada masalah dengan yeoja matchi?”

“Psh…mwoya?”

“Mengaku saja…kau pikir aku tak pernah mengalami apa yang kau alami? Ah..neo jincha”, sungut Luhan.”Oh..apa itu ada hubungannya dengan adiknya Kyungsoo? Bukankah kau dekat dengannya?”

“Dia..sa-sahabatku hyung..”, entah mengapa sekarang terasa sulit bagi Kai untuk menyebut Kyungna sebagai sahabatnya. Sudah seminggu ini tidak ada interaksi di antara mereka. Sesekali Kai mencoba menghubunginya namun tidak ada jawaban darinya. Ada sesuatu yang hilang karena biasanya mereka sering sekali berkomunikasi satu sama lain. Kyungna selalu setia mendengarkan ceritanya, secara perlahan ia mampu menggantikan Sehun yang sekarang sudah memiliki kehidupan sendiri. Kyungna seolah menghilang setelah terakhir kali mereka bertemu ketika mereka pergi bersama ke pesta barbecue yang diadakan Suho-Miyoung. Ia mengerti bahwa Kyungna butuh waktu untuk menjawab pertanyaannya seminggu yang lalu, namun ia tak menyangka bahwa ia akan butuh waktu selama ini dan ia tak menyangka bahwa gadis itu perlahan menghilang dari kehidupannya, meskipun baru satu minggu.

“Kupikir dia kekasihmu…”, ujar Luhan santai. “Kupikir dia cukup cantik…kenapa kau tak coba untuk menjadikannya kekasihmu?”

“Sudah hyung….tapi ia belum memberikan jawabannya”, ujar Kai yang akhirnya menceritakan masalahnya pada Luhan.

“Ah…jadi itu masalahnya….mungkin ia lupa..apa kau sudah coba mengingatkannya?”

“Eung…tapi masalahnya, ia tak bisa dihubungi selama seminggu terakhir ini…”, ujarnya sedih.

“Mungkin ia masih butuh waktu..bersabarlah..”, ujar Luhan sambil menepuk-nepuk pundak Kai. “Latihan lagi sana…aku tak mau kau kalah, dan batal mentraktirku!”, sambung Luhan.

***

09.00 AM

“Kyungna-ah kau tidak jalan-jalan? Ini kan weekend…”, ujar Eunkyo sambil membereskan counter dapurnya yang menghadap langsung ke ruang tamu. Kyungna sedang duduk diam di sana sambil memperhatikan Kyungsoo yang sedang menggendong Eunsoo menikmati udara pagi.

“Aniyo onnie…….aku sedang malas”, ujarnya sambil menyenderkan kepalanya pada leher sofa. “Wae? Apa karena Kai tak mengajakmu main? Kkk~”, ledek Eunkyo.

“Onnie!!”, sungut Kyungna kesal. Eunkyo tertawa mendengar jawaban adiknya. Ia menghampiri Kyungna dan duduk disalah satu sofa berseberangan dengan Kyungna begitu ia menyelesaikan pekerjaannya.  “Ada apa denganmu dan Kai? Sepertinya ia jarang menemuimu akhir-akhir ini”.

“Tidak ada apa-apa…lagipula memang aku ini siapa? Kekasihnya saja bukan”, ujarnya.

"Ya...memangnya kenapa kalau ia bukan kekasihmu? Ia tak berhak menemuimu? Neo oppaga...ia saja selalu menemuiku hampir setiap akhir pekan, meskipun saat itu kami belum berpacaran", ujar Eunkyo. "Bahkan ibuku sudah mengenalnya dengan baik jauh sebelum akhirnya kami berpacaran"

"Ya...kenapa kau jadi membawa-bawa diriku?", gerutu Kyungsoo. “Tapi bukankah ia sudah memintamu untuk menjadi kekasihya?”, sambut Kyungsoo yang masuk kembali sambil menggendong Eunsoo karena matahari diluar yang sudah mulai panas.

“Ahhh Oppaaaa!!”, sungut Kyungna karena Kyungsoo baru saja membuka rahasianya.

“Jincha?? Kenapa aku tak tahu soal ini?”, Tanya Eunkyo penasaran.

Kyungsoopun menghampiri mereka dan duduk di samping Eunkyo. “Mian…aku lupa memberitahumu...kau sudah tidur saat itu”.

“Yah…oppa!”

“Lalu bagaimana? Kau sudah memberi jawabannya?”

“Ani….aku bingung harus mengatakan apa padanya”

“Aish neo jincha! Temui saja dia dulu..nanti juga semuanya mengalir dengan sendirinya!”, seru Kyungsoo gemas atas sikap adiknya yang terlalu hati-hati. Kyungna mengangguk pelan. “Sekarang kau temui dia dulu…dan nanti semuanya akan mengalir dengan sendirinya”, ujar Kyungsoo.

Kyungna menghela nafas, “Ne oppa…”, ujarnya patuh sambil kemudian bergegas bangkit dari sofa dan pergi ke kamarnya untuk berganti baju dan segera menemui Kai.

Kyungsoo menggeleng-geleng melihat sikap adiknya itu. “Dia itu adik kandungku tapi kenapa sifatnya jadi mirip sepertimu yeobo?”, Tanya Kyungsoo.

“Maksudmu aku?”, Tanya Eunkyo sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa lagi? Masa omma…memangnya istriku ada berapa? (=__=)”

“Mirip di bagian mananya?”

“Terlalu hati-hati karena terlalu takut sakit hati”, ujar Kyungsoo menyindir Eunkyo ketika dulu ia masih menyukai Suho.

“YAH! Neo jincha!”, ujar Eunkyo sambil menyerang pinggang Kyungsoo dengan cubitan bertubi-tubi.

“Argh Yeobo sakit hahaha..mianhae..aku hanya bercanda..argh…hati-hati ini aku sedang menggendong Eunsoo aish jincha”, seru Kyungsoo. Eunkyo segera mengambil Eunsoo dari Kyungsoo dan beranjak dari sofa. “Yeobo kau mau kemana?”, Tanya Kyungsoo.

“Mau belanja bersama Eunsoo, kau buat sarapan sendiri!”, ujar Eunkyo sambil menjulurkan lidahnya pada Kyungsoo.

“Ah jincha…hukuman macam apa itu? Apa dia lupa bahwa suaminya ini kepala chef? Hanya membuat sarapan sendiri sih mudah”, gumamnya pelan.

Kemudian terdengar suara Eunkyo dari dalam kamar. “Dan jangan lupa cuci piring-piring dan gelas bekas sarapanku dan Kyungna tadi ya yeobo!”, seru Eunkyo.

“YAAAH YEOBOOO!!”, seru Kyungsoo ketika melihat tumpukan piring dan gelas yang belum dicuci.

***

12.00 PM

Kai masih giat berlatih mencari ide untuk gerakan-gerakan spektakuler yang akan ditunjukkannya di kompetisi nanti. Tapi lagi-lagi ia menemui kebuntuan. “Arggh!!”, keluhnya kesal. Ia pun terduduk lesu di ruang latihan, tapi kemudian matanya kembali berbinar ketika menangkap sosok seseorang melalui kaca ruang latihan.

“Kyungna?!”, ia segera menoleh dan kemudian berdiri menatap Kyungna.

“A-annyeong..”, sapa Kyungnya gugup. “A-apa kau sedang sibuk?”

“Ani…”

“Apa kau mau minum kopi? J-jangan khawatir, aku yang akan mentraktirmu!”, Kai tertawa mendengar ucapan Kyungna.

“Mwoya? Gurae…kau duduk saja dulu di sini”, ujar Kai sambil mempersilakan Kyungna untuk duduk di sofa yang terdapat pada ruang latihan. “Aku akan mandi dulu sebentar…aku berkeringat sekali karena tadi sedang latihan…nanti kau tak mau berdekatan denganku jika tubuhku bau haha”, canda Kai sementara Kyungna hanya tersenyum malu, lagi-lagi rona kemerahan muncul di wajahnya.

***

“Mengapa kau menghilang selama seminggu ini?”, Tanya Kai ketika mereka sedang duduk berhadapan di sebuah café setelah Kyungna menjemput Kai di studio dance milik Luhan tadi.

“Aku…..mianhae, semenjak ada Eunsoo aku jarang mengecek ponselku”, ujar Kyungna.

“Kau pasti senang sekali ya karena keponakan barumu”

“Ne…dia menggemaskan sekali!”, ujarnya dengan penuh semangat.

“Aku iri sekali…”, gumam Kai.

“Iri kenapa?”

“Yah iri karena aku harus berbagi perhatianmu dengan Eunsoo”, DEG! Jantung Kyungna berdegup kencang ketika mendengar ucapan Kai. Lagi-lagi ia tak bisa mengontrol ekspresi gugupnya.

 “Ekhem..uhuk..mi-mian….”, ujarnya gugup. Kemudian ia teringat bahwa ia harus segera memberikan jawaban atas pertanyaan Kai satu minggu yang lalu. Ia menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan demi menghilangkan rasa gugupnya.

Kai memperhatikan gadis di depannya ini dengan bingung. “Neo gwenchana?”, tanyanya Khawatir.

“Ne, nan gwenchana…”, ujar Kyungna. “Kai-ah…se-sebenarnya a-ada yang ingin kubicarakan”, ujar Kyungna gugup.

“Bicara saja, aku akan mendengarkannya”, ujar Kai santai sambil menikmati capuccinonya.

“I-itu..a-apakah kau eung…kau…ma-masih membutuhkan bantuanku?”, Kai terdiam dan kemudian menatap Kyungna.

“Menurutmu bagaimana?”

“Yah kenapa kau bertanya balik padaku? Mana kutahu!”, keluh Kyungna.

Kemudian Kai tertawa ketika mendengar jawaban Kyungna. “Neo…tentu saja aku masih membutuhkannya!. Kau pikir aku menjadi lebih baik sejak aku meminta ‘bantuan’ darimu satu minggu yang lalu, sementara kau tak memberikan jawaban apapun dan menghilang selama seminggu??”, ujar Kai.  “Kau membuatku semakin frustasi karena kau menghilang begitu saja….aku bahkan tak bisa berkonsentrasi memikirkan gerakan-gerakan baru untuk kompetisi dance yang akan kuikuti bulan depan karena pikiranku terbagi antara kompetisi dan dirimu. Kupikir sesuatu terjadi padamu…aku benar-benar mengkhawatirkanmu”, sambungnya.

Kyungna terdiam mendengar perkataan Kai. Ia tak menduga bahwa Kai benar-benar mengkhawatirkannya.“Mianhae….ja-jadi bagaimana? Apa aku masih berhak memberikan jawabanku?”

“Ne..tapi aku tak menerima jawaban bernada penolakan”, sambut Kai.

“Iya aku mengerti…kebetulan aku juga berniat untuk membantumu..”, ujar Kyungna malu-malu.

Seulas senyum tergambar di wajah Kai. Ia kemudian menggenggam tangan Kyungna. “Jangan menghilang lagi dari hadapanku arasseo?”, ujar Kai sambil tersenyum manis disambut anggukan malu-malu dari Kyungna. “Aku akan berusaha mencintaimu…aku tahu mungkin ini semua butuh waktu..tapi kau selalu bisa membuatku merasa nyaman. Kau selalu ada untukku jika aku dalam kesulitan. Kau selalu mendengarkan ceritaku yang membosankan…maka kali ini, biarkan aku yang melakukannya…izinkan aku menebus semuanya dan membahagiakanmu”, ujar Kai.

Sejenak kata-kata Kai mengingatkannya pada pria yang dilihatnya di danau cinta. “Ne…Jagi”, ujar Kyungna sambil tersenyum manis.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Dua Tahun Kemudian…

08.00 AM

Kai berdiri di hadapan cermin oval besar yang memantulkan bayangan dirinya dalam balutan jas berwarna putih. Rambutnya sudah tertata rapi, namun ia tak bisa menyembunyikan ekspresi tegang di wajahnya.

“Omma…appa….aku akan menikah. Aku meminta restu kalian”, gumamnya.

 “Kau sudah terlihat tampan Jongin-ah, tak perlu bercermin lagi”, ujar Eunhee yang baru saja memasuki ruang rias Kai yang terlihat sepi karena yang lain sedang sibuk mengurus pengantin wanita.

 “Noona? Kau juga terlihat cantik sekali”, Eunhee hanya tersenyum. Ia kemudian berjalan mendekati Kai dan menyentuh kedua pipi Kai dengan kedua tangannya sambil menatapnya dengan penuh keharuan.

“Akhirnya aku berhasil mendampingimu hingga sejauh ini..”, ujar Eunhee terharu ketika mengingat apa saja yang telah mereka lalui bersama.  Perlahan air mata mulai menggenangi pelupuk matanya.

“Noona….jangan menangis…”, ujar Kai lirih.

“Tugasku hampir selesai Jongin-ah….Kau akan membuka lembaran hidupmu yang baru”

“Kau tetaplah noonaku yang paling kusayangi melebihi apapun di dunia ini. Aku tak akan berdiri di sini tanpa bantuanmu…”, ujar Kai sambil menghapus air mata Eunhee yang mulai menetes. “Kau bukan hanya kakakku…tapi kau juga menggantikan posisi appa dan omma. Terima kasih telah menjadi wanita tegar yang selalu berusaha melindungiku. Kau hartaku satu-satunya Eunhee noona”, ujar Kai sambil memeluk Eunhee. “Berhentilah menangis aku tak mau make upmu rusak…haha”, ujar Kai sambil melepaskan pelukannya.

“Kalian sudah siap?”, Minseok memasuki ruangan Kai sambil menggandeng Flo dan Lincoln yang berlarian riang kea rah Kai. "Eo? yeobo wae gurae?", tanya Minseok ketika mendapati Eunhee menangis. "Neo gwenchana?", tanya Minseok sembari merangkul Eunhee.

"Ne...nan gwenchana...hiks...", ujarnya sambil menyeka air matanya.

"Jincha?"

"Ne hyung....Noona hanya sedang terlalu berbahagia haha", ujar Kai.

"Ah...arasseo", ujar Minseok tersenyum lega.

“Kai samchon, tadi aku melihat Kyungna imo berpakaian sama seperti yang dipakai Miyoung imo dulu!”, lapor Lincoln.

 Kai kemudian berlutut agar tingginya setara dengan kedua keponakannya itu, “Jincha? Ia cantik tidak?

Apa kau mengambil gambarnya?”

“Ne...Imo cantik sekali…tapi Kyungsoo samchon melarangku, katanya agar menjadi kejutan untukmu”

Lincoln kemudian menarik-narik dress Eunhee, “Omma…sebenarnya ini hari ulang tahun atau pernikahan Kai samchon sih? Kenapa Kyungsoo samchon mau memberikan kejutan untuk Kai samchon?”.

Eunhee, Kai, dan Minseok saling melempar pandang dan kemudian tertawa melihat kepolosan Lincoln. “Nanti kau akan mengetahuinya sendiri Lincoln-ah..”,ujar Eunhee sambil membelai lembut kepala Lincoln.

You look handsome…uncle”, ujar Flo.

You look beautiful too princess”, ujar Kai sambil mencubit pipi Flo.

“Kalian bersiaplah…aku berada di dalam bersama Lincoln”, Minseok kemudian berlutut dan berbicara pada Flo. “Iringi Kai samchon hingga ke altar ya putriku yang cantik?”, ujar Minseok.

“Ne appa!”, ujar Flo bersemangat.

“Selamat untukmu Kai..aku pergi dulu ne? Lincoln-ah kajja!”, ujar Minseok sambil memanggil Lincoln yang berlarian menghampiri ayahnya.

 Eunhee membelai lembut rambut Flo, “Sweetie are you ready?”

“Yes mommy!”

“Bagaimana denganmu Jongin?”

“Aku siap noona!, antarkan aku dengan selamat menuju altar”, ujar Kai sambil menyodorkan lengannya pada Eunhee memberi isyarat agar Eunhee segera menggandeng lengannya.

***

Eunkyo berjalan mengelilingi area gereja sambil menggandeng Eunsoo yang saat itu sudah berusia dua tahun. Matanya berpendar mencari sosok seseorang. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. "Eodiya?"

"Aku masih di jalan...tunggulah sebentar!", ujar suara di seberang telepon.

"Ppali...tak ada yang manjaga Eunsoo!", gerutu Eunkyo.

"Aish gidaryeo...memangnya Ayahnya kemana?"

"Molla...maka dari itu aku ingin mencarinya", ujar Eunkyo.

"Aish arasseo arasseo!", ujar namja di seberang telepon memutuskan sambungan telepon mereka.

"Onnie?", Tak lama setelahnya Yoora datang bersama Sehun dan Tao. "Aiyy...Eunsoo-ya annyeong!", sapa Yoora sambil mencubit pipi Eunsoo.

"Ah..Yoora-ya, apa aku bisa titip Eunsoo sebentar saja? Aku harus mencari Kyungsoo", ujar Eunkyo terburu-buru.

"Ah guraeyo", ujar Yoora dengan senang hati. Ia segera menggandeng Eunsoo menuju tempat duduknya dan mendudukan yeoja kecil itu di antara dirinya dan Sehun.

"Eunsoo-yaa annyeong~", sapa Sehun yang duduk di samping Eunsoo. "Aish ia mirip sekali dengan Kyungsoo hyung jincharo", ujar Sehun mengamati Eunsoo dengan seksama.

"Eunsoo-yaaa~ Tao samchun isseoyo", kali ini Tao menyapa Eunsoo. Namun tiba-tiba raut muka anak itu berubah dan ia mulai menangis.

"Omo ottokhae?! Wae? wae Eunsoo-ya? Aish...uljima", ujar Yoora mencona menenangkan Eunsoo yang menangis semakin kencang ketika Tao mendekatinya. Orang-orang mulai memperhatikan mereka karena sura tangis Eunsoo.

"Ya! tutupi wajahmu dengan topeng atau helm atau apapun! Ppalli!", seru Sehun panik.

"Ah wae?! Aku tak melakukan apapun", protes Tao.

"Omo ottokhae?", ujar Yoora panik karena Eunsoo tak juga berhenti menangis. Ia kesulitan bergerak karena kini ia tengah hamil.

"EUNSOO-YA!", Tak lama kemudian terdengar suara memanggil nama Eunsoo. Yoora, Sehun dan Tao refleks menoleh ke sumber suara. Seorang namja berambut cerah dengan tindikan hitam di kupingnya tengah berlari menghampiri mereka. "Eunsoo-ya! Eunsoo-ya gwenchana?", tanya namja itu khawatir. Ia hendak mengambil Eunsoo dari tangan Yoora namun Yoora mengelak. "Ya neo nuguya?", tanya Yoora was-was karena penampilan namja itu yang begitu mencolok dengan rambut orangenya meskipun saat itu ia juga berpakaian formal seperti yang lainnya.

"Ya harusnya aku yang bertanya begitu! Kenapa Eunsoo bisa bersama kalian?", tanya namja itu tak kalah menyebalkan.

"Ya! Ibunya sendiri yang menitipkannya pada kami!", balas Sehun.

"Ah...guraeyo? Arasseo...mianhae...kemarikan ia padaku", pinta namja itu.

"Ya neo nuguya? seenaknya saja meminta anak orang (?)", balas Tao.

"Ya! Aku ini pamannya!", seru namja itu.

Yoora, Sehun, dan Tao saling menatap satu sama lain tak percaya. "Chakkaman", ujar Yoor. Ia kemudian berunding dengan Sehun dan Tao. "Memangnya Kyungsoo oppa punya adik lain selain Kyungna?", bisik Yoora.

"Aku juga berpikir begitu", ujar Sehun. Tapi ia kemudian melirik Eunsoo yang memberontak dari pelukan Yoora seolah memanggil-manggil namja asing itu. 

Tanpa menunggu lebih lama, namja itu segera merebut Eunsoo dari gendongan Yoora. "Aigoo...Eunsoo-ya waeyo? Uljima...samchun isseoyo", ujar namja itu menghapus air mata Eunsoo dan yeoja kecil itupun diam dan memeluk namja itu.

"Taehyung-ah!", Tak lama kemudian Eunkyo datang menghampiri mereka. "Ah syukurlah kau datang", ujar Eunkyo. "Ah...yaedeura...kenalkan...ini adikku, Kim Taehyung", ujar Eunkyo memperkenalkan adiknya pada Yoora, Sehun, dan Tao.

"MWORAGO?!", seru ketiganya bersamaan. Selama ini mereka tak tahu jika Eunkyo memiliki seorang adik karena Taehyung bersekolah di luar kota. Terlebih lagi penampilan namja itu terlihat berbanding terbalik dengan Eunkyo yang terlihat sederhana.

Eunkyo kemudian melihat Eunsoo menangis. "Ah wae gurae?"

"Eunsoo pasti menangis karena salah satu dari mereka!", adu Taehyung sambil menunjuk Sehun, Yoora, dan Tao. Namun Yoora dan Sehun serempak menunjuk Tao. "Eunsoo menangis karena di goda Tao", lapor Yoora dan Sehun.

Eunkyo tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. Ia kemudian mengambil Eunsoo dari pelukan Taehyung. Anak itu kembali menangis sambil memanggil-manggil ayahnya. "Appa.....appaaa...."

"Eo arasseo...arasseo...uljima...ayo kita cari appa", ujar Eunkyo mencoba menenangkan Eunsoo. "Ya Taehyung-ah, kau kembalilah pada eomma dan appa dan beritahu mereka bahwa acara akan dimulai", ujar Eunkyo pada Taehyung yang datang bersama kedua orangtua mereka.

"Guraeyo", ujar Taehyung patuh. Ia lalu melirik Yoora, Sehun, dan Tao dan menjulurkan lidahnya pada ketiga orang itu lalu bergegas pergi.

"Aish jincha menyebalkan sekali anak itu!", gerutu Tao. "Sok tampan sekali", sambungnya.

"Jogiyo Tao-ya...ia memang menyebalkan tapi harus kuakui ia memang lebih tampan darimu", ujar Sehun.

"YAHHH!!", seru Tao tak terima.

***

08.30 AM

“Kau sudah siap?”, Tanya Kyungsoo ketika melihat Kyungna masih duduk terpaku di depan cermin. Kyungna berbalik dan mendapati kakaknya berjalan ke arahnya dalam balutan jas berwarna putih.

“Oppa…aku gugup sekali…bagaimana jika Kai melarikan diri dan pernikahannya batal?”

“Kau tak perlu khawatir…Bandit oppadeul sudah siap menghajarnya”, ujar Kyungsoo sambil tersenyum. “Tentu saja hal itu tak akan terjadi. Aku baru saja melihat Kai dan Eunhee noona sedang bersiap-siap menuju altar”. Sejenak Kyungna merasa lega atas info yang diberikan Kyungsoo. Kyungsoo membantu Kyungna berdiri, kemudian ia menyentuh kedua pundak adiknya dan menatapnya dalam. “Adikku sudah dewasa rupanya….sebentar lagi kau akan jadi wanita seutuhnya”

“Entahlah…menurutmu apakah aku bisa jadi istri yang baik untuk Kai? Seperti Eunkyo onnie padamu?”

“Eunkyo adalah Eunkyo dan kau adalah kau…jangan memaksakan dirimu untuk menjadi orang lain. Jadilah dirimu sendiri Kyungna-ah”

“Ne…bagaimana penampilanku hari ini?”

“Cantik”

“Lebih cantik mana aku dengan Eunkyo onnie?”

“Aku tak mau menjawabnya”, Kyungna tertawa mendengar jawaban Kyungsoo. “Do Kyungna…”, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi momen romantic kakak-adik Kyungna dan Kyungsoo. Seorang pria setengah baya dalam balutan jas berwarna putih dengan bunga tersemat di saku jasnya berjalan menghampiri mereka. Dialah pendamping Kyungna di hari pernikahannya, “Appaa….”, ujar Kyungna manja. Do appa memeluk Kyungna dan kemudian melepaskannya, matanya terlihat berkaca-kaca.

“Appa, kau menangis?”, Tanya Kyungsoo yang tak pernah melihat appanya menangis sebelumnya.

“Tentu saja…aku akan melepaskan anak perempuanku satu-satunya sebentar lagi..hiks..”

“Appaa…uljimaa….nanti aku ikut menangis”, Kyungna menghapus air mata ayahnya.

“Aku iri….kau tidak menangis saat aku menikah dulu..”, ujar Kyungsoo.

“Kata siapa?”, sambar Kyungna. “Tepat setelah kau dan Eunkyo onnie tmengucapkan janji, appa minta izin ke belakang dan tak kembali selama beberapa menit. Ketika aku mau memanggilnya, aku menemukan appa sedang menangis di depan ruang pengantin wanita..hihi”.

“Jincha? Hahaha..aigo uri appa gwiyeowoyeo”

“Yah kalian ini!. Orang tua mana yang tak menangis ketika anaknya menikah?”, sungut Do appa. “Bagaimana penampilanku hari ini?”

“Kau tampan appa..”

“Mana yang lebih tampan? Aku atau kakakmu?”, Tanya Do appa sambil merangkul Kyungsoo.

“Aku tak mau menjawabnya”, ujar Kyungna dan kemudian mereka bertiga tertawa bersama.

“Aigoo! Yeobo…kau di sini rupanya! Aku mencarimu kemana-mana”, ujar Eunkyo yang baru saja memasuki ruangan sambil menggendong Eunsoo. Ia sudah berada dalam balutan dress berwarna putih, siap menjalankan tugasnya sebagai pengiring pengantin wanita.

Eunkyo mendudukan Eunsoo di depan sebuah piano yang terletak di pojok ruang rias pengantin wanita. Tubuh Eunsoo yang semakin besar dan aktif membuatnya agak kesulitan untuk digendong.

“Aigoo…menantu dan cucuku cantik sekali", goda Do appa.

“Kau juga terlihat tampan aboji..kkk”, ujar Eunkyo.

"Jincha? siapa yang lebih tampan? Diriku atau Kyungsoo?", tanya Do Appa sambil merangkul Kyungsoo.

"Kau harus menjawabnya yeobo", desak Kyungsoo.

"Mworagoyo? Aish...", gerutu Eunkyo. "Aish shireoyo!", protesnya tak lama kemudian setelah lelah berpikir siapa yang lebih tampan di antara ayah mertuanya dan suaminya.

"Hahaha...arasseo arasseo...kau tak usah menjawabnya", ujar Do appa tertawa lalu berjalan menghampiri Eunsoo yang tengah bermain sendiri.

 Eunkyo kemudian menarik-narik lengan baju Kyungsoo,  “Yeobo apa kau bisa menjaga Eunsoo selama aku mengiringi Kyungna? Sebenarnya tadi ia baik-baik saja bersama Yoora, lalu tiba-tiba ia menangis ketika Tao mencoba berbicara padanya (=__=)”

“Hahahaha..Tao? Jincha…kemarilah Eunsoo-ya…kau aman bersama appa sekarang”, ujar Kyungsoo sambil menggendong Eunsoo.

“Sekarang pergilah”, ujar Eunkyo.

“Kau mengusirku?”

“Ani..acara sudah hampir dimulai!. Kai dan Eunhee onnie sedang berjalan menuju altar, sebentar lagi giliran Kyungna. Jadi ia harus segera bersiap-siap!”, ujar Eunkyo panic.

“Tapi aku masih rindu padamu…T___T....aku tak melihatmu sejak pagi tadi karena kau harus didandani”, rengek Kyungsoo. "

“Ah neo jincha! Ppalii…”, Eunkyo mendorong Kyungsoo hingga ia keluar dari ruangan Kyungna. “Beres…Kyungna, kau sudah siap?”

“Ne onnie!”, ujar Kyungna tegas sambil kemudian mengalungkan lengannya pada lengan sang Ayah yang tersenyum bangga kepadanya.

***

“Menurutmu pernikahan kali ini akan tertunda berapa lama?”, bisik Minhyo pada Chen yang berdiri di sampingnya. Suri, Chen, Minhyo, Kris, Miyoung, dan Suho duduk di baris ketiga tepat di depan Sehun, Yoora, dan Tao.

“Aku tak yakin….sepertinya akan tepat waktu”, ujar Chen.

“Apa pentingnya hal itu?”, sambar Kris cuek.

“Kau mau taruhan denganku? Jika pernikahan ini berjalan tepat waktu, aku akan mentraktirmu makan apapun yang kau mau. Tapi jika, aku yang menang……”, ujar Minhyo sambil tersenyum penuh arti.

“Kenapa perasaanku tak enak begini?”, ujar Chen.

“Kau harus berkencan denganku! Muahahaha”

“Aku mendukung Chen”, gumam Kris.

“Yah gigi kuda kau diam saja!”

“Terus saja! Aku tak akan membantumu membiayai operasi hidung”, ujar Kris

“Siapa juga yang mau operasi hidung? Aku lebih cinta hidungku daripada dirimu”, jawab Minhyo.

“Harusnya kita duduk bersama Songhee-Chanyeol saja ya Suri-ah”, Suri hanya tertawa melihat tingkah tiga orang yang duduk satu baris dengannya ini.

Tak lama setelah Kai tiba di altar, staff wedding planner mengumumkan bahwa pengantin wanita akan segera memasuki ruangan. Para tamu pun berdiri untuk menyambut sang pengantin wanita. Pintu terbuka dan Kyungna berjalan dengan anggunnya melewati tamu dengan didampingi ayahnya dan diiringi Eunkyo di belakangnya.

“Argh! Waee?”, sungut Minhyo kesal. “Kenapa mereka tepat waktu sekali sih? Aku kan ingin berimajinasi seperti saat pernikahan Miyoung dulu”, Miyoung yang merasa namanya disebut segera menoleh kea rah Minhyo.

 “Ya aku mendengarmu Kim Minhyo!. Kau membayangkan apa saat hari pernikahanku dulu?”

“Aku sudah lupa”, ujar Minhyo sementara Chen bersorak senang karena ia menang taruhan.

“Yohooo~ingat janjimu ya noona? Untung saja aku belum makan sejak pagi”

“Kubilang juga apa”, gumam Kris datar

“Kau bukannya membelaku!”, sungut Minhyo.

“Onnie, apa kau lupa? Keluarga kedua mempelai kan keluarga bergolongan darah A yang selalu tepat waktu”, ujar Suri.

“Ah…benar juga…kenapa aku tak berpikir sampai sejauh itu?”

“Memang kapan kau pernah berpikir jauh? Yang dekat saja tak pernah kau pikirkan”, sambar Kris yang langsung disambut oleh cubitan “sayang” di pipi dari Minhyo.

***

Lay,Inkyung, Songhee, Chanyeol, Micha, dan Baekhyun duduk di baris kedua tepat di belakang Kyungsoo yang duduk di baris paling depan bersama Eunkyo, yang segera kembali setelah ia selesai mengiringi Kyungna, Minseok, yang memangku Leehyun (karena disuruh Baekhyun), dan Eunhee serta ibunya  dan mertuanya. Leehyun terlihat tengah bermain-main dengan Eunsoo meskipun mereka berada dalam pangkuan Kyungsoo dan Minseok. "Aii...kwiyeopta", puji Minseok sambil memperhatikan keduanya.

"Untung saja Baekhyun tak melihatnya", gumam Kyungsoo sambil sesekali menoleh ke arah Baekhyun yang tengah sibuk mengamati pengantin wanita. Minseok hanya tertawa mendengar ucapan Kyungsoo.

“Pernikahan dengan konsep seperti ini sudah terlalu mainstream”, ujar Baekhyun.

 Chanyeol melengos mendengarnya, “Bersiaplah, ia mulai lagi.. (=__=)”

“Jika Leehyun dan Eunsoo menikah, aku akan menikahkan mereka di klub atau studio dance yeheyy kkaeb ssooong~", ia kemudian melihat keduanya tengah bermain bersama. "Aigoo....igo bwa...mereka sedang bermain bersama...aii kwiyeopta", puji Baekhyun.

“Yeobo diamlah T___T", ujar Micha.

“Ya kau masih terobsesi menjodohkan Leehyun dengan Eunsoo?”, Tanya Chanyeol.

“Aku hanya tak ingin anakku bernasib seperti Tao. Maka dari itu aku mencarikannya jodoh dari sekarang. Kebetulan saja anaknya Kyungsoo perempuan dan lahir tak jauh dari Leehyun dan ia cantik. Mungkin mereka memang sudah berjodoh”, ujar Baekhyun berseri-seri.

Kyungsoo menoleh dan mengirimkan tatapan maut pada Baekhyun, “Yah Byun Baekhyun, aku mendengarmu”, ujarnya datar.

“Hai calon besanku, Saranghae”, ujar Baekhyun beraegyo ria sambil membentuk hati dengan kedua tangannya dan ditujukan untuk Kyungsoo.

“Hajima (=__=)”, gumam Kyungsoo sambil kembali memalingkan wajahnya dari Baekhyun. "Eii yeobo geugeo bwayo", adu Kyungsoo pada Eunkyo.

Eunkyo segera menutup mulut Kyungsoo dengan telapak tangannya, "Shikkeuro...adikmu sedang mengucapkan janji di sana", ujarnya sambil menunjuk ke arah altar.

"Tapi Baekhyunnie-"

"Ya...yeobo", tegur Eunkyo tegas.

"Aish arasseo arasseo!", gerutu Kyungsoo mencoba tenang kembali. Ia kemudian menoleh sedikit ke arah Baekhyun yang mencoba menahan tawanya ketika melihat Eunkyo memarahi Kyungsoo. "Joha?", bisik Kyungsoo sambil melemparkan tatapan maut pada Baekhyun.

"Neomu joha", balas Baekhyun berbisik pelan.

***

10.00 AM

Minseok’s POV:

Upacara pernikahan akhirnya berakhir. Saat ini kami semua sudah berada di taman yang terletak tak jauh dari gereja dimana Kai dan Kyungna mengikat janji, untuk merayakan resepsi pernikahan mereka. Aku turut berbahagia atas Kai yang akhirnya berhasil memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya, begitupun dengan Eunhee. Setelah sekian lama ia khawatir akan Kai yang tak pernah bisa melupakan Inkyung, akhirnya sekarang ia bisa bernafas lega bahwa akhirnya Kai mampu melupakan Inkyung dan membuka lembaran hidupnya yang baru bersama Kyungna, keluargaku bertambah besar haha!. Aku membiarkan anak-anak bermain dengan saudara-saudara mereka. Mereka sedang asyik berdansa dengan riangnya bersama beberapa tamu lainnya yang juga sedang berdansa. Mereka jadi pusat perhatian haha..dasar anak-anak!.  Kulemparkan pandanganku, memperhatikan kedua pasangan yang terlihat begitu berbahagia. Kyungna sedang berdansa bersama Kyungsoo, sementara Kai sedang berdansa bersama Eunhee. Eunhee juga terlihat sangat berbahagia dan melihatnya seperti itu juga membuatku merasa bahagia. Apalagi mengingat apa yang pernah kami lalui dulu. Sekarang kami bisa membuktikan bahwa kami mampu bertahan dan akhirnya mampu meraih kebahagiaan kami sendiri. Kebahagiaan bukan hanya menaungi keluarga kecilku tapi juga yang lainnya, khususnya keluarga Kyungsoo yang kini juga menjadi keluargaku. Kulihat Tao tengah terduduk lesu sambil menikmati hidangan pesta di piringnya. Matanya menatap sedih kerumunan tamu yang mayoritas terdiri dari teman-teman academy seangkatannya yang tengah berkumpul di tengah-tengah taman karena pengantin akan bersiap melempar buket bunga.. Para tamu yang berkerumun pun mulai menghitung mundur. Tao yang duduk tepat di belakang kerumunan tersebut memperhatikan hal itu tanpa gairah. Ia trauma atas apa yang terjadi saat pernikahan Suho dulu ketika ia sibuk berebut buket bunga hingga terjatuh, namun bunga itu justru jatuh ke tangan Chen yang kini telah menikah dengan Suri.

Kai dan Kyungna melempar buket bunga mereka. Tao melengos melihat hal tersebut dan mencoba untuk tak peduli. Buket bunga itu melambung tinggi melewati kerumunan yang sedang berusaha memperebutkannya. Buket bunga itu mulai merendah dan akhirnya……….PLUK!!. Aku dan Eunhee terkejut, para tamu terkejut, dan Tao lah yang paling terkejut karena buket bunga itu terjatuh tepat di piringnya yang telah kosong karena ia baru saja menghabiskan makanannya. Tao mengambil bunga itu dan kemudian bersorak senang memecah keheningan. “AKU AKAN MENIKAAAHHH YEAAAAHHH!!! AKU AKAN MENIKAAAAH KYAAA~!”, ujarnya riang sambil memeluk bunga itu senang.

“Neo?? Ah…wae?”, ujar Kai frustasi. “Sepertinya aku melemparnya terlalu keras”, gumam Kai.

Aku benar-benar tak bisa berhenti tertawa melihat kejadian itu.  Sepertinya semua terlihat bahagia kecuali Kai karena buket bunganya jatuh pada Tao. Tidak, semua terlihat sangat bahagia. Aku jadi penasaran akan bagaimana kehidupan kami setelah hari ini. Pernikahan Kai dan Kyungna tentu akan menghadirkan cerita baru di dalam kehidupan kami semua. Apakah ini akan jadi akhir dari segalanya? Aku sendiri tak tahu. Meskipun begitu, aku tetap menanti kejutan apa yang akan hadir dalam kehidupan kami di waktu-waktu mendatang.

** THE END**

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK