20.20 (08.20 PM)
Baekhyun dan Inkyung menceritakan beberapa hal yang mereka tahu tentang peristiwa yang menimpa Minseok kepada Micha. Micha ingin tidak mempercayai semua itu, tapi melihat kembali apa yang Minseok selalu coba bicarakan padanya mustahil baginya menolak untuk mempercayai apa yang mereka ceritakan.
Baekhyun meninggalkan kamar tersebut untuk mengecek kondisi sang Ibu. Sedangkan Inkyung pergi ke dapur untuk makan malam, karena sejak pagi tadi ia belum makan apapun. Micha berada di kamar itu bersama Minseok yang masih terpejam tak berdaya. "Oppa…Eunhee eonnie mencari mu.. Aku sering melihatnya termenung di perkebunan. Aku pernah bertanya padanya mengapa ia sering terdiam setiap kali ia berada di lokasi tumbuhnya bunga lily.. Ia menjawab dengan tulisannya, ia berkata.. Di tempat itu pertama kali ia merasa terbangun dari mimpi buruknya yang panjang. Ia berkata terkadang ia melihat mu disana"
Micha memperlihatkan foto di handphonenya. "Oppa lihat, Eonnie sudah sehat sekarang. Luhan Oppa juga selalu bertanya dimana Oppa berada." Micha termenung sesaat lalu menghela nafas berat. "Lalu.. Apa yang harus ku lakukan jika mereka bertanya tentang dirimu?", Senyum Micha semakin parau, air matanya menetes tenang, meski tidak terisak tapi kesedihan Micha sangat terasa. "Oppa.. hh~ aku menyayangi Baekhyun, Oppa.. tidak perlu khawatir hhs... gwenchana. Aku tidak akan meninggalkannya sendiri seperti apa yang Oppa ucapkan. Gomawoyo.. Minseok Oppa", Kepala Micha menunduk leu. Ia tidak menyangka saat terakhir ia bicara dengan Minseok (saat Micha sakit, saat Eunhee dan Minseok datang, lalu Minseok kembali menemui Micha setelah mengantar Eunhee pulang), saat itu ia terus mengucapkan hal-hal yang menunjukkan ia akan pergi beberapa saat dan mungkin ketika mereka berdua bertemu lagi, kondisi nya akan berbeda.
"Seburuk apapun kau menganggap dirimu, diluar sana semua orang menilai mu dengan cara mereka masing-masing. Setiap kali kau merasa sendiri.. bukan berarti kau benar-benar sendiri, mungkin.. kau hanya belum menyadari seseorang selalu memperhatikan mu, kau tidak menyadari seseorang memandang baik dirimu."
"Tapi Oppa" Selak Micha.
"Selama kau berfikir dirimu buruk maka kau akan menjadi buruk selamanya.. " Minseok menghentikan ucapannya, ia memerhatikan Micha "Menurut ku tidak ada yang salah dari mu.. Kau gadis kecil yang manis ^^" Minseok.
"Mengapa Oppa baik sekali terhadap ku?" Micha
"Gwenchana ^^ kelak aku berharap kau dan aku bisa menjadi saudara" Tangan Minseok yang begitu dingin menyentuh tenang pipi Micha "Jika suatu hari nanti aku bisa bertemu dengan mu. Dengan aku.. sebagai diri ku, kuharap saat dimana hari itu tiba, aku.. bisa melihat mu berada disamping Baekhyun"
Mengingat apa yang Minseok ucapkan padanya, Micha menjadi semakin sedih. Ia mengerti sekarang maksud Minseok ingin menjadi saudara baginya. Tidak ada alasan lain selain Minseok adalah kakak dari Baekhyun.
Terdengar suara pintu terbuka. Baekhyun terlihat berdiri di ambang pintu. Melihat Micha yang menangis sedih di samping Minseok. Yeoja itu sejak tadi berusaha tidak menangis sekalipun Baekhyun tahu ia pasti sedih sejak awal ketika mengetahui masalah yang Baekhyun hadapi. Tapi mungkin ia sudah mempersiapkan dirinya sebelum datang ke rumah itu. Namun masalah Minseok, Micha belum siap menerima kenyataan itu. Berdasarkan apa yang minseok tulis pada buku catatan Baekhyun, Micha memang dekat dengan Minseok. Mereka membicarakan banyak hal yang sudah ditulis secara rinci oleh Minseok. Minseok jelas khawatir, karena sejak kecil, Baekhyun terlalu sering melepaskan apa yang ia inginkan demi kebahagiaan banyak orang dibanding berusaha mempertahankan untuk dirinya sendiri. Minseok takut Baekhyun akan melakukan hal yang sama terhadap yeoja yang ia cintai.
Baekhyun sengaja mempertemukan Micha dengan Minseok, karena Micha harus mengetahui semuanya. Apapun yang ia dengar dari mulut Minseok, semua adalah kebenaran. Semua tentang Baekhyun, semua tentang diri Micha sendiri, adalah pandangan Minseok tentang mereka berdua. Baekhyun melangkahkan kakinya, setelah sampai di dekat Micha ia berlutut di hadapan Micha. "Eiii... Uljima", gumamnya menghapus air mata Micha.
Micha menatap Baekhyun sedih. "Mian.. aku tidak pernah mempertemukan mu dengan Minseok Oppa, saat ia muncul dihadapan ku sebagai Xiumin Oppa hikss"
Baekhyun tersenyum getir. "Neo paboya.. Psh.. Kurasa ia memang tidak ingin betemu dengan ku, jadi kau tidak perlu merasa bersalah"
"Baekhyun.. Dalam perjalanan kesini tadi, Inkyung menceritakan padaku.."
Baekhyun memotong ucapan Micha, "Sudahlah…"
"Baekhyun-ah", Tatapan Micha tajam menatap Baekhyun. "Apa Kau membenci Minseok Oppa?"
Baekhyun mengalihkan wajahnya. "Sudahlah…" jawabnya dengan senyum.
Micha mengambil tas di samping kursi yang ia duduki. Ia mencari sebuah amplop kecil di dalam sana, lalu menyerahkannya pada Baekhyun. "Ini.. Untuk mu"
"Apa ini? Surat cinta? Hhahahaha.. ", Tanya Baekhyun sambil tertawa.
"Molla, aku tidak pernah membukanya. Kakakmu memberikan ini padaku. Ia meminta ku untuk memberikannya padamu" Ujar Micha.
Setelah mendengar penjelasan Micha, Baekhyun terdiam. Ia memandangi surat tersebut tanpa berniat membukanya. "Ia meninggalkan jejak dimana-mana..cih", gerutu Baekhyun.
"Kau tidak mau membukanya?", Tanya Micha perlahan, ia takut salah bicara.
Baekhyun menghela nafasnya.. Ia mengenggam tangan Micha. "Jangan pergi selangkahpun setelah ini, ara?", lagi-lagi senyum penuh arti terkembang di wajah Baekhyun. Setelah mendapat jawaban dari Micha, Baekhyun membuka amplop kecil itu. Semua sesuai dengan prediksinya, amplop itu berisi surat pada secarik kertas kecil.
Mianhae..
Hal yang paling akan ku sesali seumur hidup ku adalah apa yang ku ucapkan pada mu sebelum semua ini menimpaku. Kuharap waktu akan membantu mu melupakan semua yang kau dengar malam itu.
Kau adalah adik ku yang bodoh, sahabat terbaik ku, majikan kecil ku yang sangat manja. Maafkan hyung yang tidak pernah bisa menjadi kakak yang baik untukmu, maafkan hyung karena hyung kurang memperhatikan mu, maafkan hyung... karena mengkhianati perasaan mu, hyung mu yang egois ini memilih untuk bertunangan dengan yeoja pujaan hatinya dibanding berdiri disamping adik yang selalu menyayangi nya.
Melihat dirimu sekarang, kau yang telah tumbuh.. Aku bangga padamu, aku bahagia memiliki seorang adik seperti dirimu.. Chukae.. Kau meraih peringkat pertama.
Chukahae..
Mianhae..
Saranghae.. Uri Baekhyunie
-Your Brother Minseok-
Tangan Baekhyun gemetar hebat. Sejak tadi ia sebenarnya tidak ingin membuka surat itu. Ia tahu apapun yang Minseok tulis di dalamnya, pasti akan membuat dirinya seperti sekarang. Baekhyun tidak lagi dapat membendung air matanya. Ia bergerak dengan lutut yang masih menempel pada karpet di kamar Minseok. Ditatapnya Minseok yang masih tertidur. Tangisnya pecah seketika. "Kau bodoh hyung hikss.. Kau hikss"
Micha hanya diam di kursinya. Ini pertama kalinya ia melihat Baekhyun seperti itu. Ia ingin menangis, tapi hatinya terus memaksa Micha untuk lebih kuat untuk Baekhyun.
"Hikss ia tidak seharusnya meminta maaf pada ku Yi Jie-ah", isak Baekhyun membelakangi Micha (menatap ke arah Minseok). "Minseok hyung hikss.. tidak sedikitpun pernah melakukan sebuah kesalahan. Ia selalu melakukan segala nya dengan baik, bahkan terlalu baik hikss.. Hyung yang selama ini menjaga eomma. Hyung yang selama ini membuat appa bangga hikkss.. Sementara aku hanya bisa menimbulkan masalah. Aku hanya bisa membebani Minseok hyung saja hiksss.. Aku.. Hikss tidak ingin mendengar permintaan maaf Minseok hyung", Baekhyun meremas pakaiannya, gemetar. "Alasan ku selalu berada disini, mengajak hyung bicara.. hanya.. hiksss aku berharap..aku dapat mendengar Minseok hyung mengatakan ia memaafkanku. Ia memaafkan semua perbuatan ku yang selalu menyusahkan dirinya dan semua orang disekitarku hiksss.. Mianhaeyo hyung.. Mianhaeyo Minseok hyung hikss", Baekhyun membenamkan kepalanya pada tempat tidur Minseok, tangisnya semakin terdengar keras.
Micha ikut berlutut di belakang Baekhyun. Dipeluknya erat tubuh Baekhyun. Sakit.. Hatinya seperti tersayat-sayat melihat Baekhyun dalam kondisi tertekan. Ia bisa mengerti mengapa Baekhyun selalu mencoba menyembunyikan kesedihannya, ternyata melihat dirinya dalam kondisi semacam itu memang sangat menyakitkan untuk Micha.
Baekhyun melepaskan dekapan Micha. Ia berbalik, lalu memeluk Micha kembali. "Aku tidak ingin kehilangan Minseok hyung, Yi jie-ah.. Hiksss aku tidak pernah membencinya.. Aku menyayangi Minseok hyung.. Sangat menyayangi nya hikss hyung menjaga ku bahkan lebih dari Appa, tapi aku tidak pernah memberikan apapun untuk dirinya hiksss... Hiksss na eotthoke.. Hiksss"
Micha tidak bisa melakukan apapun selain mengeratkan pelukannya. Ia tidak menyangka seorang seperti Baekhyun menyimpan perasaan semacam ini dibalik tawa dan kejahilan-kejahilan yang selalu ia bawa di setiap waktu. Tiba- tiba mata Micha membelalak lebar.
"Mwohaneungeoya Baekhyun-ah?", terdengar suara lirih itu dari arah belakang Baekhyun. Tangis Baekhyun terhenti. Ia tidak bergerak sedikit pun.
"O…Oppa~?", gumam Micha tak percaya.
"Annyeong YiJie-ha", Sapa Minseok tenang pada calon adik iparnya itu. "Katakan pada namja dalam pelukan mu. Jangan menangis di hadapan mu karena dia membuatmu sedih", Sindir Minseok dengan senyum tenang. "Asal kau tahu saja.. Namja itu pernah berjanji pada ku bahwa ia tidak akan pernah menangis di hadapanmu, tapi lihatlah sekarang ....anak bodoh", dalam keadaan masih lemah Minseok terus bicara.
Baekhyun tetap membelakangi Minseok, ia belum beranjak sedikitpun.
"Kau tidak merindukan ku? Nae dongsaengi…", Ujar Miseok sekali lagi.
Micha merenggangkan pelukannya. Ia tersenyum pada Baekhyun. "Gwenchana" Ujarnya pelan pada Baekhyun. Ia mengambil sapu tangan pada sakunya, mengangkat wajah Baekhyun kemudian menghapus air mata di wajah namja itu. "Baekhyun tidak menangis Oppa", ujar Micha pada Minseok.
Baekhyun berbalik, menatap tegas Minseok. "Eo.. Siapa juga yang menangis?". Keteguhannya berubah seketika setelah melihat wajah Minseok. Ia mengigit bibirnya menahan diri untuk tak menangis lagi.
"Aku beri tahu bibi dan Inkyung dulu", Pamit Micha sengaja meninggalkan Baekhyun dan Minseok.
Baekhyun dan Minseok saling menatap, keduanya tidak bicara. Beberapa detik setelahnya mereka saling memeluk erat. Tangis Baekhyun pecah lebih dulu. Minseok sendiri hanya meneteskan air matanya tenang sembari menenangkan adiknya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
NEXT 4 MONTH
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.00 AM
Semester datang menyambut. Kelas 4-1 pagi itu masih sangat sepi. Micha memasuki ruangan kelas. Ia sedikit tidak bersemangat, karena mulai saat ini ia tidak akan lagi satu kelas dengan Baekhyun juga teman-temannya yang lain. Kerena mereka harus melewati semester ganjil tetap pada tingkat 3. Pintu kelas itu ia buka dengan lemas. Ia tersentak karena ia melihat beberapa orang namja di dalam sana.
"Noona.. Hari ini cerah, mengapa wajah mu muram begitu", Micha mengenali suara itu, dilihatnya Chanyeol, Kyungsoo, Chen dan Songhee sudah duduk manis di dalam kelas itu. "Eo?! Chanyeol? Chen? Mongie.. Songhee sedang apa kalian disini?"
"BWAAAA!!!"
"YAA!"
Baekhyun muncul dari balik pintu dan mengagetkan Micha, membuat Micha hampir jatuh karena kaget akan ulahnya. "Ya neo!", Micha memukul keras lengan Baekhyun.
Baekhyun sendiri hanya tertawa puas. "Ahahahahahah"
"Sedang apa kalian disini?", Tanya Micha sekali lagi.
"Tentu saja sedang memantau kelas baru kami", Jawab Chanyeol santai.
"Noona, mulai semester ini kami siswa tingkat 4 seperti noona", timpal Chen.
Micha tidak percaya dengan ucapan mereka. "Maldoandwe! kalian pasti bercanda! Kalian baru satu semester di tingkat 3!"
Baekhyun memperlihatkan bukti upgrade class mereka, "Puas?"
"Aaandweeee ini tidak adil! Ya Tuhan.. Hidup ku….hing~", keluh Micha.
"Ya! Kau tidak bisa berhenti mengeluh huh?! Bilang saja kau bahagia", Bentak Baekhyun.
"Aniya.. Sedikitpun tidak", Balas Micha tak mau kalah.
Chen, Kyungsoo, Chanyeol dan Songhee mengernyitkan dahi mereka. Seorang pun tidak ada yang percaya pada berita yang beredar mengenai Micha dan Baekhyun itu sepasang kekasih, keduanya tidak pernah telihat romantis sama sekali.
"Sepertinya berita mengenai hubungan mereka bohong", ujar Songhee.
"Belum tentu juga", Jawab Kyungsoo. “Jangan terlalu percaya pada gossip dan juga jangan terlalu mempercayai tingkah kedua orang ini”, sambungnya.
“Apa maksudmu?”, Tanya Chanyeol.
“Eobseo…lupakan saja…kau selalu ‘tersambung’ belakangan..lupakan saja”, ujar Kyungsoo.
“Ya Neo! Aish…mwoya!”, gerutu Chanyeol setelah disindir Kyungsoo.
Chen tidak henti mengecek handphonenya. "Minhyo noona tidak menghubungi ku dari kemarin…kemana dia?", gerutu Chen. "Padahal besok ia akan berangkat ke Jepang. dan hari ini aku berniat mengajaknya kencan", ucapnya dalam hati.
"Telpon saja", ujar Kyungsoo tenang. "Ah.. Siapa yang ingin bolos hari ini? Aku berniat bolos.. Preclass membosankan", ujarnya. Sontak semua mata memandang ke arahnya. “Waeyo? Apa aku salah bicara?”, Tanya Kyungsoo polos.
“Sedikit tidak percaya, anak sepertimu mengajak kami membolos? Ya…kau tak sakit kan?”, Tanya Chen sambil mencoba menepis kening Kyungsoo, tapi namja itu menepisnya.
“Maja! Maja! Bahkan saat pre-class semester-semester lalu, ia selalu yang paling rajin dan paling pertama datang…”, sambar Chanyeol.
“Ya neo paboya?! Itu semua hanya kedok belaka…aish neo jincha pabodeul”, gerutu Baekhyun.
“Ah….ara! Kau mengajak bolos pre-class pasti karena Eunkyo noona sudah lulus matchi?!”, seru Chen.
“Sudah kukatakan mereka itu selalu ‘tersambung’ belakangan…sudah tak usah ditanggapi”, ujar Kyungsoo mendukung pernyataan Baekhyun.
"Aku suka idemu tapi mian…Aku tidak akan bolos.. academy adalah yang terpenting bagiku", Jawab Chanyeol yakin.
"Begitulah prinsip namja tanpa pasangan", Sindir Baekhyun.
Chanyeol tertawa, "Hahahahaahaha...", semakin lama tawanya pelan. "Mau bagaimana lagi…hing~"
"Ya Byun Baekhyun~! Kau sendiri tidak punya kekasih sampai sekarang", ledek Chen balik. "Kecuali kalau.. Uhukkk kabar burung yang beredar benar uhukkk"
Baekhyun menaikkan kaki ke atas meja. "Cih.. Sebenarnya ada seorang yeoja yang cinta mati padaku, tapi aku akan pikir-pikir dulu sebelum menerimanya"
Micha pura-pura tidak dengar ucapan Baekhyun. "Mongie-ya, kau ingin bertemu Eunkyo di perkebunan ya? Boleh aku ikut? aku juga ingin bolos hari ini"
Kyungsoo tersenyum ramah. "Ah ne noona, kita pergi berdua ke sana"
Baekhyun emosi mendengar Micha akan pergi bersama Kyungsoo. "Ya.. Aku ikut!"
"Untuk apa ikut-ikut? Aku kan ingin pergi dengan Kyungsoo saja!", Seru Micha.
"Ya! Kyungsoo sudah memiliki yeojachingu!", Pekik Baekhyun. “Bagaimana jika mereka bertengkar karena Eunkyo noona memergokimu jalan dengan Kyungsoo?”
“Ya! Eunkyo pasti mnegerti dan lagipula aku menemani Kyungsoo menemuinya!”, balas Micha tak mau kalah.
“Ya…ya…geuman aish…kenapa kalian jadi membawa-bawa yeojachinguku? Heol…”, gerutu Kyungsoo. Kyungsoo merangkul pundak Micha. "Noona sepertinya ada yang cinta mati padamu, kau harus hati-hati. Pikir-pikir dulu sebelum menerimanya", sindir Kyungsoo membalikkan ucapan Baekhyun tadi.
Baekhyun menyingkirkan tangan Kyungsoo dari pundak Micha. “Ya! Mwohae?”, gerutunya pada Kyungsoo. Ia menarik tangan Micha keluar kelas. "Kau mau bolos?!!!! OKE OKE.. KITA BOLOS!", seru Baekhyun.
Chen, Chanyeol dan Songhee berubah pikiran. "Sepertinya kabar burung itu benar" Ujar mereka.
Mereka terdiam beberapa saat, sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Kyungsoo berdiri lebih dulu. Ia berniat pamit untuk menemui Eunkyo. "Aku harus pergi sampai jumpa nanti"
"Sepertinya aku ikut! aku ingin ke rumah Minhyo noona saja", Seru Chen.
"Tunggu!", tahan Songhee. Sebelah tangannya berada di dalam tas. Ia nampak akan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya tapi ia ragu.
"Waeyo Songhee-ah?", Tanya Chanyeol.
"Eum.. ini", Songhee mengeluarkan beberapa lembar undangan. Ia memberikan satu persatu pada Chen, Kyungsoo juga..Chanyeol. Begitu undangan itu diterima ketiganya, suasana sunyi tercipta.
"Chukahae Songhee-ah" ,Ujar Chanyeol parau, memaksa dirinya untuk tersenyum. "Ada ada dengan kalian? Kalian juga seharusnya mengucapkan selamat pada Songhee". Suara Chanyeol semakin parau. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. "A..aku.. ke tolilet dulu", Chanyeol berlari keluar begitu saja.
Air mata Songhee menetes. Chen segera merangkulnya. "Himnae Songhee-ah"
"Hikss Chanyeol pasti kecewa sekali hikss" Tangis songhee memeluk erat Chen.
Kyungsoo menghela nafas. "Ia hanya perlu waktu untuk sendiri. Ia akan baik-baik saja" Ujar Kyungsoo. Ia menatap kembali undangan di tangannya. Undangan pertunangan Songhee dan Suho yang akan dilaksanakan akhir minggu ini.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.50 AM
"Annyeonghaseyo", Sapa Inkyung memasuki toko bunga yang baru akan dibuka sepuluh menit lagi.
"Jweisonghamnida.. Toko bunga kami baru akan.." Lay menghentikan ucapannya saat ia lihat Inkyung datang dengan seseorang.
Kris melihat dari kejauhan. "Mengapa anak itu diam saja?", gumam Kris. Ia pun menghampiri Lay. "Eo Inkyung-ah, toko bunga baru akan buka sepuluh menit lagi" ujarnya. Kris melihat Inkyung datang bersama seseorang yang saat ini sedang berdiri membelakangi mereka. Namja itu sedang melihat-lihat bunga.
"Arasseoyo Oppa…Aku ingin bertemu dengan Miyoung eonnie dan ingin beli bunga juga, tapi nanti…", Jawab Inkyung. "Ah ne.. Oppa kenalkan ini..", Inkyung menarik tangan namja yang datang bersamanya.
Namja itu dan Kris bertemu pandang. Keduanya terdiam. Miyoung mendengar suara di luar ruang kerjnya. Ia pun keluar dari ruangan kerjanya dalam keadaan gusar. "Siapa yang..", Ucapannya ikut terputus ketika melihat sosok Minseok di hadapannya "Minseok-ah?" Suara Miyoung memecah keheningan yang tercipta.
"Minseok?" Gumam Kris menatap Miyoung heran.
Miyoung memeluk rindu Minseok. "Ini kau? Benar-benar kau?! Kau sudah sembuh?!”, seru Miyoung tak percaya.
"Ne eonnie…Oppa sudah sadar beberapa bulan yang lalu. Tapi Oppa bilang tidak mau mengabari yang lain sebelum ia sembuh total" Jelas Inkyung.
"Syukurlah kalau begitu…Ya…uri chinguya…neomu bogoshippeo", Seru Miyoung rian. "Ah.. Kenalkan ini Kris dan Yixing.. Kris-ah, Yixing-ah, ini sahabat baikku sejak kecil, Kim Minseok. Minseok ini adalah kakak dari Baekhyun"
Minseok memperkenalkan dirinya. "Annyeonghaseyo Kim Minseok imnida"
Lay mengulurkan tangannya, berjabatan dengan Minseok. "Kau.. pasti tunangan Inkyung.. Inkyung banyak bercerita tentang mu, Salam kenal", Lay tersenyum tenang seolah tidak pernah terjadi apapun antara dirinya dan Inkyung.
Minseok hanya tersenyum. Inkyung mengalihkan wajahnya. Minseok menaruh perhatiannya pada sikap Inkyung yang mendadak berubah saat ia berjabat tangan dengan Lay.
"Aku.. Tunggu diluar saja. Inkyung-ah kau pilih-pilih saja dulu bunga untuk Appa", ujar Minseok. "Miyoung-ah, aku keluar dulu", ujarnya sekaligus berpamitan pada Kris dan juga Lay.
***
Selang empat Menit setelahnya, EunHee datang dari sisi kiri. Ia melihat seseorang memunggunginya, tapi karena ia pikir ia tidak mengenalnya. Ia hanya mengabaikannya dan masuk ke dalam toko bunga.
***
08.00 AM
"Ya Oh Inkyung.. Sebenarnya kau ingin beli bunga apa?", Bentak Kris tak sabar.
Inkyung tidak mendengar ucapan Kris. Ia termenung memperhatikan Lay dan Miyoung dari tempatnya berdiri. "Oppa.. sepertinya belakangan Ini aku sering liat Miyoung eonnie dan Lay Oppa berdua"
"Kau bicara apa? Mereka berdua single, wajar kalau mereka dekat bukan? Sekarang kau sudah bertunangan, mungkin tidak lama lagi akan menikah. Lepaskan Lay dan biarkan dia bahagia dengan orang lain" Jawab Kris.
Mata Inkyung berkaca-kaca. Ia tersenyum getir. "Ne.. hh~ mereka berdua terlihat cocok. Lay Oppa adalah namja yang baik. Sudah sepantasnya ia mendapat yeoja baik-baik juga. Yeoja seperti ku hanya bisa menyakitinya", ujarnya Lirih.
Pertama kali bagi Kris melihat Inkyung yang menyebalkan itu bersedih. Ia tidak tega juga. Ia merangkul Inkyung mencoba menghiburnya. "Itu tidak benar, kalian hanya.. apa yang harus ku katakan?" gumam Kris.
"Gwenchana..", Jawab Inkyung. "Oppa, sepertinya Oppa juga sedang banyak pikiran… Oppa marah-marah terus dari tadi" Tebak Inkyung.
Kris berfikir sejenak. "Aku hanya sedang bingung. Aku memegang suatu rahasia. Pikiran ku terus mengatakan aku tidak akan memberi tahu seseorang tentang rahasia ini, tapi hati ku.. Merasa aku harus memberitahunya, sekalipun jika aku melakukannya, mungkin aku akan menyesalinya"
"Oppa harus mengikuti kata hati Oppa.. Begitu saran ku sebagai calon iparmu", Jawab Inkyung. Inkyung menyinggung tentang kedekatan Yoora dan Sehun.
"Ikuti kata hati", Gumam Kris untuk kesekian kalinya.
Eunhee memasuki toko bunga. Kris langsung menghampiri yeoja itu. Ia menjauh sedikit dari Inkyung. "Eunhee-ah kau bertemu namja diluar itu?"
Eunhee menoleh kea rah yang dimaksud Kris. Ia menunjuk kea rah seorang namja yang tengah berdiri membelakanginya.
"Kau….sempat bicara dengannya?", Tanya Kris lagi.
Eunhee menggeleng pelan. Ekspresi heran tergambar di wajahnya seolah bertanya mengapa Kris bertanya hal itu?
Kris mengambil setangkai bunga Lily. "Namja itu tadi memesan bunga Lily, tapi toko ini belum buka. Bisa tolong berikan bunga ini padanya sebagai permintaan maaf?", Pinta Kris lalu kembali membantu Inkyung memilih bunga untuk appanya.
***
Eunhee belum juga bisa berbicara hingga saat ini. Ia berjalan menghampiri namja yang dimakasud Kris. Ia menyentuh pelan pundak namja itu untuk memberikan bunga lily seperti apa yang diminta Kris.
Namja itu menoleh dan menatap Eunhee. DEG!, Eunhee mematung di tempatnya. Pandangannya terkunci pada namja di hadapannya, begitupun dengan namja itu. Pandangan mereka seperti terikat satu sama lain. Dalam waktu singkat, air mata terlihat di pelupuk matanya. Diluar kesadarannya ia menggerakkan bibirnya. "Xi-Xiumin" dan diluar kesadarannya juga ia mengeluarkan suara dari gerakan bibirnya.
***
POV : Minseok.
Aku merasakan seseorang menyentuh pundakku. Aku berbalik untuk melihat siapa yang baru saja menyentuh pundakku. Sekujur tubuh ku terasa kaku, ia...
Kim Eunhee.
Ia berdiri di hadapan ku setelah hampir empat bulan aku tak mendengar kabarnya. Ia terlihat jauh lebih sehat dibanding terakhir kali aku melihat nya. Aku.. sangat merindukannya. Aku ingin memeluknya sekali saja. Tapi mustahil.. Aku bukanlah Xiumin, aku adalah Minseok. Seorang namja yang telah memiliki tunangan dan kehidupan nyatanya yang kini telah kembali. Juga tak mungkin bagi ku menjelaskan pada Eunhee apa yang terjadi sesungguhnya. Sekalipun itu mungkin.. tidak akan adil bagi Eunhee ataupun Kris. Tidak.. Kau tidak boleh goyah Minseok-ah. Kau harus tetap berpura-pura tidak mengenalnya seperti apa yang tadi kau lakukan terhadap Kris dan Lay.
Dalam sekejap, aku melihat genangan air mata di pelupuk matanya. Bibirnya bergerak seolah tengah mencoba mengatakan sesuatu. Berdasarkan cerita Baekhyun dan Micha, Eunhee masih belum bisa bicara sampai saat ini. Aku sangat sedih mendengarnya. Sudah ribuan kali pula Micha memaksaku untuk menemui Eunhee, tapi berkali-kali ku tolak dengan alasan kuat. Aku.. Mencintainya, dan mungkin akan terus mencintainya jika aku bertemu lagi dengannya.. seperti saat ini.
"Xi-Xiumin", Ucapnya pelan.
Tunggu! Apa au tidak salah dengar? Ia.. Ia baru saja berbicara? Ia menyebut nama ku? Ia bicara! Eunhee-ah kau bisa bicara!.
Apa yang harus kulakukan? aku merindukannya. Aku ingin.. menyebut namanya juga. Aniya! Kau tidak boleh melakukannya!. Aku mengepalkan tanganku mencoba mengendalikan diriku sendiri untuk tak segera berjalan ke arahnya, memeluknya dan menunjukkan padanya bahwa aku sangat bahagia mendengarnya menyebut namaku. Ku lempar pandanganku ke arah Kris dan Inkyung yang berada di dalam sana. Aku tidak bisa menyakiti mereka. Inkyung sudah mengorbankan perasaanya pada Lay untuk setia terhadap ku, sungguh pengecut jika aku yang balik menghianatinya.
"J-Jweiosonghamnida.. Nae ireumeun.. Minseokgiya…Kim Minseok", ujarku berat. Aku tertunduk lesu. Aku mencoba untuk tak menatapnya karena itu akan semakin membuatku terasa sesak. Mianhe…Eunhee-ah…jeongmal mianhae…Tapi, tetap saja pada akhirnya, hatiku mengkhianati perintah yang disampaikan oleh otak ku. Aku kembali mencoba menatapnya.
Dapat ku lihat gelengan pelan kepala Eunhee. Ku artikan hal itu sebagai sebuah penolakan. Mungkin ia menolak kenyataan aku bukanlah Xiumin. Air matanya perlahan mengalir. Ia menutup mulutnya dengan tangannya dan menatapku tak percaya. "J-Jweisonghamnida... hiks”, gumamnya pelan. Ia terlihat berusaha keras mencoba mengendalikan emosinya. Hatiku sakit melihatnya harus menerima kenyataan seperti ini. Aku merasa bahwa aku telah menghancurkan mimpi dan harapannya tentang diriku.
“I..hhh~ ini…bunga pesananan anda..", ia terus bicara diluar kesadarannya. Ia menyerahkan setangkai bunga padaku sambil tertunduk.
Lily putih..
Tangan ku bergetar hebat menerima bunga Ini. Eunhee.. dan bunga Lily. Aku merasa sekarang aku kembali ke alam mimpi ku. Hidup ini sedang mempermainkan ku untuk kedua kalinya.
Inkyung dan Kris menghampiri kami. Pandangan Kris tepat terarah pada Eunhee. Begitu juga dengan Inkyung. "Eonnie gwenchanayo?" Tanya Inkyung.
Eunhee mencoba tersenyum. "G-Gwenchana", gumamnya terbata-bata.
Kris tercengang mendengar Eunhee bicara. "Eunhee-ah.. k..kau bicara?! Jincha?!", Ia memeluk Eunhee begitu gembira. Menyadarkan ku bahwa Eunhee memang tidak sendiri. Menyadarkan kebodohan ku yang sempat berfikir mungkin aku masih memiliki kesempatan untuk mencintai gadis itu di dunia nyataku.
Ku genggam tangan Inkyung. "Inkyung-ah, ayo kita pulang"
Inkyung mengangguk. Aku dan dirinya melangkah meninggalkan Eunhee dan Kris di sana. Kau adalah mimpiku Eunhee dan selamanya hanya akan menjadi mimpi yang tidak pernah mungkin ku miliki. Tapi setidaknya, aku lega melihatmu bahagia sekarang”.
Inkyung berkali-kali melirik ke belakang. Tak sengaja kutemukan apa yang ia tatap sejak tadi.
Tentu.. Lay. "Kau mencintainya?", Tanya ku.
“Ne oppa?”, Tanya Inkyung bersikap seolah aku tak melihat gerak-geriknya.
“Namja itu…”, ujarku sambil menunjuk Lay.
“A-Aniyo…”, ucap Inkyung ragu.
"Kau mencintainya. Aku tahu itu" Ujar ku lirih.
Inkyung meneteskan air matanya. Tapi ia tetap menuntunku untuk berjalan pergi. "Aku akan terus berada di sisi mu hiksss.. Jebal..percayalah pada ku sekali ini saja. Aku akan melupakan Lay Oppa.. Ia sudah menemukan seseorang yang lebih baik dari ku. Aku tidak ingin merusak kehidupannya lagi seperti sebelumnya.. hikss"
Kami sampai di depan mobil. Tangan Inkyung mengapai pintu lebih dulu. Aku menahannya. Ku tarik ia ke dalam pelukan ku. Aku harus melakukannya, semua orang yang melihat Inkyung mungkin akan membencinya. Tapi Inkyung.. adalah seorang yeoja yang setia. Sejak awal kami bersama, ia memang tidak pernah jatuh cinta padaku. Tapi karena aku terus berusaha menunjukkan perasaan ku padanya. Ia mempertahankan cinta kami dalam keadaan paling sulit sekalipun. Selama dua tahun lamanya ia harus menunggu ku sembuh dari sakit ku. Ia bahkan rela meminta namja yang ia cintai agar berhenti mencintainya. Ia lah yang mungkin selama ini paling menderita atas semua yang terjadi. Ia pasti merasa sendiri tanpa seorang pun di sisinya. Mianhae Inkyung-ah. Aku akan berusaha mencintai mu seperti dulu lagi. Aku..tidak akan meminggalkan mu untuk kedua kalinya. Sudah kuputuskan.. Ini lah.. Jalan yang ku pilih.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Author
Jongdae sampai di depan rumah Minhyo. Rumah itu sepi. Tidak ada orang sama sekali. Satu bulan lalu kedua orang tua Minhyo memang telah pergi ke Jepang lebih dahulu, dan Minhyo tinggal sendiri. Chen memencet bel rumah Minhyo, tapi tak seorangpun muncul. "Eodiya?", gumamnya khawatir.
Seorang tetangga Minhyo kebetulan lewat. "Anak muda.. Kau mencari siapa?" Tanya nya.
"Ne ajuma aku mencari Minhyo noona. Apa ia sudah berangkat ke perkebunan?"
"Aniya... Minhyo sudah menyusul orang tua nya ke Jepang kemarin sore", ujar Ahjumma tersebut.
“M-Mworagoyo?”, gumam Chen tak percaya. Ia terdiam sejenak lalu ia membungkuk sopan berterimakasih pada ajuma yang telah memberi tahu nya. "Noona wae hh~ "
====
Chen memberikan sebuah Kalung pada Minhyo. "Noona, ini yang ku janjikan sebagai pengganti roti.. Kkkk. Sesuatu yang tidak akan basi"
"Omooo! Kau pasti menggunakan uang Suho! Kau pasti memintanya membelikan ini untukku, mengaku saja!" Seru Minhyo.
"Aku sudah berjanji pada Suho hyung akan menggantinya pelan-pelan, tenang saja noona hehehe…noona harus janji akan selalu mengenakannya ^^"
"Araseo.. aku menyukainya. Gomawo Jongdae-ah…aku akan selalu mengenakannya. Dengan begini aku akan merasa kau selalu dekat denganku", Ujar Minhyo. Tanpa alasan Minhyo memeluk Chen. "Jongdae-ah", gumam Minhyo pelan. Tanpa Chen sadari, wajah yeoja itu perlahan berubah sedih.
"Waeyo noona? tidak biasanya kau manja begini hehe"
"....", Minhyo melepaskan lagi pelukannya. "Itu pelukan terakhir ku"
"Hahah mwoya?.. Masih ada dua hari lagi", Seru Chen menanggapi ucapan Minhyo tadi sebagai sebuah candaan.
===
Chen menarik nafasnya dan menghela nafasnya berat. Ia dapat memahami pasti akan berat bagi Minhyo untuk pergi saat ia masih berada di dekatnya. Karena itu Minhyo mengatakan pada Chen bahwa ia akan pergi besok. Meski sebenarnya ia pergi kemarin. Chen terduduk lesu di bangku pekarangan rumah Minhyo. Ia membuka account SNS nya, meninggalkan sebuah pesan untuk Minhyo melalui private chat karena ia tidak tahu kemana harus menghubungi Minhyo.
Nae Saranghaneun wonder woman Minhyo noona.
Aku memaafkan mu meski kau sudah membohongi ku tentang waktu kepergian mu. Maafkan aku noona. Noona ingin sekali seseorang menangis saat noona pergi, tapi.. bahkan sampai setelah aku mengetahui noona sudah pergi aku tidak juga menangis. Aku bahagia.. karena aku percaya kehidupan noona di Jepang sana juga akan lebih baik. Noona nanti akan bertemu banyak namja tampan di sana hehehe..
Aku tidak akan pernah melupakan noona, meski kita hanya menjalani semua ini hanya selama empat bulan saja. Tapi noona adalah yeoja terbaik yang pernah menjadi yeojachingu ku..
Neomu gomawoyo.. Minhyo Noona ^^
-Kim Jongdae-
Chen baru saja hendak beranjak pergi dari rumah Minhyo, namun bunyi notif account SNS nya berbunyi lagi. Ia tersenyum karena Minhyo ternyata segera menjawabnya:
REPLY (PM) >> Minhyo
Tanggung jawab... Kau membuat ku menangis T.T
Jangan bilang Tao yang mengajari mu menulis pesan tadi huaaaaa... Tolong titip chingu Tao, sekarang kau kan sudah tinggal dengannya lagi di rumah Suho.
Kau harus cepat kaya, susul aku ke Jepang lalu nikahi aku.
Ah.. Soal tangis menangisi tidak usah khawatir, kemarin ada yang menangis tersedu-sedu untukku.
See You Jongdae ^^
☆*:.。. o)o .。.:*☆
One Day ago
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Ahhh.. Akhirnya tiba juga waktunya", ujar Minhyo. Ia dan Kris berada di dalam Mobil Kris. Kris mengantarnya hingga airport. Mereka belum berkelahi sejak pagi tadi. Kini bahkan mereka berdua sama-sama memasang ekspresi sedih.
Minhyo mencoba mencairkan suasana. Ia terkekeh tidak jelas namun kris tak juga menanggapinya. "Ahhahahahaha", lama kelamaan ia justru semakin sedih "Ahh.. Hikss.."
Kris bahkan sama sekali tidak mau menatap Minhyo. Ia membiarkan Minhyo menangis terisak di dalam mobilnya. Kris menyodorkan sapu tangannya untuk Minhyo.
Minhyo mengambil sapu tangan Kris. Ia mengelap air matanya. Berapa kalipun ia menghapusnya, air mata itu terus mengalir semakin deras membasahi pipinya. "Hikss.. Hikss.. Hikss"
"Aku... tidak ingin kau pergi", gumam Kris. "Katakan padaku jika ada sesuatu yang dapat ku lakukan"
Minhyo semakin sedih mendengar ucapan Kris. Sesering apapun ia berkelahi dengan Kris, tidak dapat dibohongi ia mengahabiskan waktu paling banyak bersama Kris. Ia bahkan hanya memberi tahu ia akan pergi sekarang hanya pada Kris saja. Hanya sedikit tidak percaya ia akan mendengar ucapan larangan itu dari mulut seorang namja yang selalu mengejeknya. "Hiksss kau takut kehilangan teman berkelahi ya hehe hikss.." Pandangan Minhyo semakin sendu begitu dilihatnya setetes demi setetes air mata Kris terjatuh. "Ya~ wae neo uro?! Uljima! Hikss.... Kau membuat ku semakin sedih hiksss" Minhyo menggerak-gerakkan tangan Kris sambil terus menangis.
Kris segera memeluk Minhyo. Pelukan yang begitu erat. "Hikss. Ku bilang katakan padaku jika ada yang dapat ku lakukan untuk mencegah mu pergi! Hiks.. Kau tidak ingin pergi kan? Hikss pasti tidak ingin"
Tangis Minhyo semakin pecah. "Hisssskkkk hajimaa…..uljima jebal…Eobseo.. Hikss eobseoyo", Minhyo balik memeluk erat Kris. Entah mengapa semakin berat baginya untuk melepaskan pelukan namja itu. "Aku harus menyelesaikan tugas ku... Hikss aku pasti kembali kalau perusahaan ayah ku sudah lepas dari krisisnya Hiksss hiksss.. Hikss kau.. Doakan aku saja hikss kuda.."
"Berapa uang yang kau butuhkan?" Tanya Kris.
"Yaaa! Hikksss…jangan merampok Bank! Nanti dunia kaget ada berita seekor kuda membobol bank hiksss", ujar Minhyo yang masih saja sempat bercanda.
"Jangan banyak alas an! kau pasti mau operasi hidung di Jepang kan? Makanya kau memaksa pergi!", balas Kris. "Hikss.." Dalam kesedihan mereka, mereka msih sempat mengejek satu sama lain.
"Hikssss.. Hiksss aarh Hiksss.. Hhhss~~~ Euu hikss.. Aku akan merindukan ucapan mu itu hikssss", Pelukan Minhyo semakin erat. Ia sudah tidak bisa bercanda lagi karena Kris membuatnya terlalu sedih. Bersama Kris. di saat ia harus pergi ternyata lebih buruk daripada harus bersama Chen.
Kris belum mau melepaskan pekukannya. Tangis keduanya mulai mereda. "Katakan pada yang lain aku sudah mendapat pekerjaan dan aku sedang sibuk kalau ada yang bertanya", ujar Minhyo. "Gomawo.. atas semua yang telah kau lakukan untukku. Maafkan aku karena aku selalu.. Hikss.."
"Menangislah lagi, dengan begini kau akan ketinggalan pesawat" Ujar Kris.
"Kau usaha sekali.. Gagal hari ini, maka aku akan pergi besok.. Begitu seterusnya" Minhyo melepaskan pelukannya. "Tidak akan lama, aku akan segera kembali dan mengejek mu lagi.. Akan lebih cepat kalau ada namja kaya raya yang mau menikahi ku hahahah", canda Minhyo meski akhirnya ia kembali terdiam karena Kris hanya menatapnya datar. "Tidak lucu ya? Mian", Minhyo membuka pintu mobil. Ia keluar dari dalam sana, sedangkan Kris masih termenung di dalam. "Annyeong.. Kris Oppa"
Minhyo melangkah ke dalam bandara. Bayangannya terus menjauh sampai menghilang dari pandangan Kris.
☆*:.。. o)o .。.:*☆☆*:.。. o)o .。.:*☆
5 YEARS LATER
☆*:.。. o)o .。.:*☆☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Minseok
10.00 AM
Setiap kisah yang terangkai indah ataupun pedih akan menjadi memory saat semua itu telah berlalu. Beberapa tahun lalu, aku terus berfikir dan mencoba mengatur sedemikian rupa banyak hal yang mungkin akan menghasilkan hasil terbaik bagi kehidupan ku. Tapi takdir jauh jauh dan jaaaauuuh lebih cerdik dan pintar dariku. Ia bahkan memberikan berbagai kejutan yang sulit akan kulupakan. Mengingat semua itu membuat ku ingin tersenyum selebar-lebarnya. Tidak ada hal buruk.. pikiran ku lah yang membuat nya terlihat buruk.
Sekarang aku sudah menjadi ayah dari dua orang anak. Anak-anakku tumbuh begitu tampan dan cantik sepertiku dan istriku hehe…. Lalu bagaimana dengan yang lain?
Mereka juga tidak kalah bahagia dengan ku. Hari ini kami berada di dalam sebuah gereja. Suasana sakral dengan hiasan berwarna putih terpasang di setiap sudutnya membuat suasana disini begitu menenangkan. Tapi seseorang di depan sana sepertinya sedang gelisah.. Hehe.. Tenanglah Kim Joonmyeon. Ini adalah hari pernikahannya. Sebagian keluarga dan kerabat sudah memenuhi gereja ini, namun belum ada tanda-tanda kedatangan mempelai wanita. Acara seharusnya dimulai pukul sepuluh pagi. Semoga tidak terjadi apapun.
Aku berdiri di baris keempat. Aku menggendong seorang malaikat kecil bernama Byun Leehyun yang kini berusia tiga bulan. Ia tertidur dengan lelapnya dalam dekapanku. Disampingku berdiri Eunhee bersama Lincoln, lalu Kris, Minhyo, dan Chen yang berdiri dalam satu baris.
"Pasti seru kalau tiba-tiba... jrenggg jreeengg pernikahan dibatalkan seperti drama atau tiba-tiba pengantin wanita berubah wujud", Minhyo berbisik pada Kris yang berdiri di sampingnya.
"Jangan menyumpahi yang tidak-tidak! Kau sedang mengandung, kalau bicara sembarangan nanti malah anak mu yang terkena tulah", ujar Kris memberi saran.
"Kau kuno sekali…dasar kuda kerajaan China", ejek Minhyo. Hahah! Minhyo sungguh berprilaku seenaknya meski sedang mengandung anak keduanya. Dasar Minhyo. Ia meneruskan kerusuhannya. "Ah Jongdae-ah, kau ingat tidak? Empat tahun lalu saat kau dan aku menikah. Semua terlihat indah sekali.. Omoooo aku jadi berbunga-bunga"
Apapun yang Minhyo lihat, ia selalu mengait-ngaitkan dengan dirinya dan Chen. Chen hanya bisa bersabar karena Minhyo sedang mengandung hahaha mereka lucu sekali "Minhyo noona, kapan kau mau insyaf? kasihan anak mu"
"Wae? Anak kita akan baik-baik saja", Minhyo mengelus-elus perutnya yang sudah membesar. "Ah.. asal jangan kelak giginya meniru namja disampingku! kasihan"
"Noona…sudahlah", Chen mengelus kepala Minhyo. "Tobatlah noona, kita sedang di dalam gereja…nanti Tuhan mendengar ucapanmu"
Perhatianku teralihkan saat Lincoln menarik-narik dress Eunhee karena ia ingin melihat Leehyun. Lincoln baru berusia empat tahun. Ia sangat menyukai saudara kecilnya ini. "Eomma.. gendong! Aku ingin lihat Leehyun"
"Ne", jawab Eunhee manis. Ia adalah seorang ibu yang sempurna..aisshh mengapa aku terus memuji nya? heheh. Eunhee menggendong lincoln. Lincoln menyentuh-nyentuh tangan Leehyun gemas. "Leehyun kapan main? Paman Lincoln ingin main dengan Leehyun"
"Aigooo.. Kau bukan pamannya Lincoln-ah. Kalian sepupu.. kau adalah Hyung dari Leehyun”, ujar Eunhee mengajarkan Lincoln.
"Ah.. Jadi lincoln bukan paman ya eomma?", tanya Lincoln kecil begitu lucu. Sayang kedua tangan ku sedang ku gunakan untuk menggendong Leehyun, kalau tidak pasti sudah kucubit pipi tomatnya. "Leehyun-ah ayo bangun…nanti kita bisa main sama-sama. Hyung akan belikan robot untuk mu nanti"
Eunhee hanya tersenyum.
"Lincoln semakin besar semakin tampan. Ia jadi mirip dengan ku…benar kan?", ujar Kris mengusap gemas kepala Lincoln.
"Kasihan sekali Lincoln disamakan dengan kuda", ejek Minhyo lagi.
Hmmm.. Pengantin wanita nya belum datang juga. Apa lebih baik ku telpon Inkyung? Ia kini berada di rumah keluarga Lee. Ia mungkin tahu apa yang terjadi.
***
POV : Author.
Chanyeol erada di baris tepat di depan Minseok. Ia terlihat resah menunggu kedatangan pengantin wanita beserta para pengiringnya. "Aku takut terjadi sesuatu", gumamnya khawatir.
Baekhyun yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkan Chanyeol. "Ya…Yang menikah bukan kau ini haha!", ujarnya asal. Ia kemudian menoleh kesana kemari seperti mencari-cari sosok seseorag. "Ah, ngomong-ngomong…mengapa Kyungsoo dan Eunkyo noona belum datang?"
"Kau ini bagaimana? Semalam kan aku membangunkan mu saat Mongie menelpon. Ia mengabarkan bahwa semalam Eunkyo melahirkan. Mana mungkin mereka berada disini hari ini", jawab Micha yang berdiri di samping Baekhyun.
Luhan dan Sungchan berada di samping Micha. Kebetulan mereka belum mendengar kabar tersebut. "Jincha?! anak mereka laki-laki atau perempuan?" Tanya Luhan.
"Yeoja…Kyungsoo mengatakan bahwa hari ini ia ingin mengirimkan foto bayi mereka, tapi belum juga sampai sekarang" Jawab Micha sambil kembali memperhatikan layar ponselnya.
"Pureopta~", ujar Sungchan iri. Sungchan dan Luhan sekarang memiliki anak laki-laki yang sekarang sudah berusia satu tahun di bawah Lincoln, anak Eunhee.
"Kau ingin anak perempuan?", Tanya Luhan tersenyum penuh arti. "Ayo buat"
"Kau buat saja sendiri", Jawab Sungchan santai. Ia menepuk-nepuk pundak anak mereka yang mulai mengantuk dalam gendongannya.
Dengan polosnya Luhan menjawab. "Mana bisa buat anak sendiri yeobo"
"Pakai kupon undian. Siapa tahu dapat jackpot anak", ujar Sungchan masa bodo. "Shuu..shuut..shu" Sungchan menggerak-gerakkan tangannya untuk menidurkan sang anak.
Luhan tersenyum kecil. "Kau semakin menggemaskan saat sedang mengacuhkanku sayang", Luhan mengarahkan pandangannya pada anak laki-laki mereka. Anak itu sedang 'ngambek' karena ia mengantuk. "Kau mau appa gendong?", Tanya Luhan.
"Shireoyo….", jawab anak mereka. "Appa.. Aku mau permen"
"Dokter bilang kau tidak boleh banyak makan permen, nanti gigi mu jelek", larang Luhan pada anak mereka.
"Kau juga sebaiknya berhenti makan permen di depan anak mu", gerutu Sungchan.
"Sungsoo-ya..sini main dengan samchun", Sambar Baekhyun.
"Shireoyo.. Baek samchun nakal", Sungsoo menjulurkan lidahnya. "Appa.. Aku mau main dengan Kyungsoo samchun", rengek Sungsoo. Mereka dekat karena nama mereka yang hampir mirip.
Luhan terkekeh jahil. "Tapi Kyungsoo samchun sedang di rumah sakit Sungsoo-ya…ia tidak akan datang kemari”, ujar Luhan.
“Waeyo? Apa Ia sakit?”, Tanya Sungsoo.
“Aniya…Kyungsoo samchun dan Eunkyo imo baru saja memiliki adik bayi. Kau juga mau adik kan?”, ujar Luhan memprovokasi pikiran polos Sungsoo.
Pletakkk!! Sungchan menghajar kepala Luhan. "Jangan profokasi anak mu, jebal"
"Aww..", rintih Luhan.
"Eomma mengapa pukul appa?", Tanya Sungsoo.
"Itu tanda kasih sayang", Jawab Sungchan asal.
Sungsoo terdiam sesaat, lalu.. Takkk ia memukul Ayahnya.
"Andwaee!", Larang Sungchan, tapi Sungsoo sudah terlanjur memukul Luhan.
"Aww..", rintih Luhan untuk yang kedua kalinya.
"Hahahahahha..hahahahha..hahaha", Tawa Baekhyun puas.
Micha menutup mulut Baekhyun dengan tangannya. Yeoja yang baru dua tahun menikah dengan Baekhyun itu tidak enak karena beberapa pasang mata memperhatikan mereka akibat tawa Baekhyun. "Shuuttt.. Jangan berisik!", Micha melepaskanya lagi setelah itu. Ia kembali berdiri dengan tenang.
"Sungsoo-ya, eomma hanya bercanda. Kau tidak boleh memukul orang begitu. Apalagi Appa mu sendiri, araseo?", Ujar Sungchan memberi tahu Sungsoo secara halus. "Minta maaf pada Appa"
"Appa mianhaeyo", Sungsoo menjulurkan tangannya meminta maaf pada Luhan.
Luhan tersenyum tenang. "Gwenchana…jangan dilakukan lagi arasseo?", tanya Luhan mengambil Sungsoo dari pelukan Sungchan, kemudian memeluknya. Luhan memberikan ciuman pada kening anaknya itu. "Kalau kau menyayangi seseorang, harus seperti itu, coba lakukan”, perintah Luhan mengajarkan Sungsoo.
Sungsoo mencium pipi Luhan, juga mencium pipi Sungchan "Muuaach Muach"
"Gomawoo", Sungchan memberikan ciuman pada pipi Sungsoo juga.
Setelah Sungsoo mencium pipi Sungchan dan saat pandangan Sungsoo sedang melihat ke arah lain. Luhan ikut-ikutan mendekat dan mengecup cepat bibir Sungchan "Appa juga sayang eomma"
"Selalu.. Setiap saat.. Mencuri kesempatan dalam kesempitan"
"Ya hyung.. Ini tempat umum!", Gertak Baekhyun.
Luhan menjulurkan lidahnya. "Wae.. Ia istri ku, aku bebas melakukannya"
"Cih", Baekhyun membuang muka. Ia menatap Micha, menyenggol tangan Micha dan memberikan kode.
Micha melihat kearah Baekhyun dengan tatapan bingung "Mwo?"
Baekhyun menunjuk-nunjuk bibirnya.
Bukannya memberi ciuman, Micha justru mengacungkan jempol. "Ah, akhirnya kau mengerti untuk tidak berisik.. aigoo uri nampyon"
“Padahal bukan itu maksudku T_________T”, gumam Baekhyun.
Chanyeol tidak sedikitpun terganggu dengan kerusuhan saudara-saudaranya itu. Ia bergelut dengan pikirannya sendiri. Berdiri dengan tidak tenang dan tatapan mata berpendar ke setiap sudut gereja.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Kyungsoo mengerjap-ngerjapkan matanya, menegaskan pandangannya. "Eungh~~?", ia terbangun dari posisinya dan duduk sejenak di sofa. Mengusap-usap wajahnya dengan kedua telapak tangan mencoba mengembalikan kesadarannya setelah tertidur selama beberapa jam.
"Eo? Kau sudah bangun?", Suara Eunkyo terdengar di telinga Kyungsoo.
“Eung….”, jawab Kyungsoo tersenyum. Ia segera bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri kasur rawat Eunkyo.
Eunkyo tengah menggendong bayi kecil mereka setelah memberikan asi. "Lihat sayang, Appa sudah bangun", gumam Eunkyo pada bayi mereka.
Kyungsoo sedikit membungkuk dan menyentuh anak mereka. Senyum tak henti tergambar di wajahnya. "Annyeong..", sapa nya manis. "Sepertinya Appa bangun kesiangan", ujarnya sambil mencium bayi itu. Ia duduk di sisi kasur rawat Eunkyo dan merangkul yeoja itu membiarkan Eunkyo bersandar padanya. Ia kemudian mencium Eunkyo tak lama setelahnya.
“Jaljasseo?”, Tanya Eunkyo.
“Eung…”, jawab Kyungsoo. "Kau tidak membangunkan ku yeobo…"
"Kau terlihat kelelahan dan tertidur begitu nyenyak…aku tak tega membangunkanmu. Lagipula sudah semalaman kau menjagaku. Jadi aku membiarkanmu istirahat", Jawab Eunkyo sambil merapihkan rambut Kyungsoo dengan sebelah tangannya.
"Bagaimana keadaan mu sekarang?"
"Tidak pernah lebih baik dari hari ini..", Eunkyo tersenyum bahagia memandang bayi mereka. "Ia cantik sekali.. kurasa matanya mirip sekali dengan mu"
"Dahaengida….berarti ia memang anakku…kalau ia mirip dengan Tao aku baru curiga", ledek Kyungsoo.
“Yah! Neo…psh..jincha..”, ujar Eunkyo tertawa.
Tok Tok Tok!, tak lama terdengar ketukan di pintu kamar rawat Eunkyo. "Annyeonghaseyo..", seorang yeoja bertubuh kecil. Wajahnya chubby dan lucu meski usianya sudah beranjak dewasa. "Oppa, eonnie…", sapanya.
"Eo?.. Kyungna-ya.. Masuklah", ujar Eunkyo mempersilahkan masuk adik satu-satunya Kyungsoo itu.
"Ne Eonnie", Kyungna memasuki ruangan rawat Eunkyo. Matanya berbinar melihat sosok keponakannya yang baru berusia satu hari itu. "Omoo! Keponakan ku! neomu yepppeo!", seru Kyungna girang.
"Ia mirip juga dengan mu Kyungna-ya", ujar Eunkyo.
"Ia 1000 kali lebih manis dari ku.. Annyeong agi-ya", Sapa Kyungna gemas. "Aku ingin menggendongnya"
"Tentu saja boleh.. Josimhae..", ujar Eunkyo memindahkan bayinya ke tangan Kyungna dengan hati-hati.
"Kau sudah cocok menggendong anak Kyungna-ya", ledek Kyungsoo.
"Mwoya.. Usia ku baru 23 tahun Oppa!", protes Kyungna.
“Kau kemari dengan siapa?”, Tanya Eunkyo.
“Sendiri….tadinya aku akan pergi bersama Eomma…tapi ia ingin memasak dulu dan lama sekali jadi aku datang sendiri…ia akan menyusul bersama dengan appa nanti”, ujar Kyungna.
"Jongin eodiey?", Goda Kyungsoo.
Ekspresi wajah Kyungna berubah. "Kenapa Oppa tiba-tiba menanyakan Kai?"
"Psh.. Belakangan kau selalu bersamanya", ujar Kyungsoo.
Eunkyo ikut menggoda Kyungna. “Maja! Kupikir hanya aku saja yang berpikir begitu! Sepertinya ada yang spesial di antara mereka", ledek Eunkyo mendukung Kyungsoo.
Kyungna menghela nafasnya. "Eobseoyo Oppa, eonnie... Jinchayo! Kai sepertinya tidak menyukai ku"
"Kau tidak boleh menyerah.. Hwaiting!", Seru Kyungsoo dan Eunkyo bersama.
"Kita lihat saja nanti, tapi aku sedikit pesimis" Jawab Kyungna. Ia teringat ingin menanyakan nama keponakannya pada Kyungsoo dan Eunkyo. "Ah! Oppa, eonnie.. Keponakan kecil ku ini…kalian sudah memberi ia nama?"
Eunkyo dan Kyungsoo saling menatap, mereka menggeleng setelahnya. "Belum"
"Aku suka nama Eunsoo..gabungan dari nama kalian: Eunkyo Kyungsoo, eottaeyo?" Saran Kyungna.
"Terdengar bagus.. Eunsoo, bagaimana yeobo?" Tanya Kyungsoo.
"Eoh.. Kyeopta..", Ujar Eunkyo menyetujui ide dari Kyungna. "Eunsoo-ya~ bibi mu menyarankan nama yang bagus.. Kau menyukainya kan?"
Tawa ringan menghiasi kamar tersebut. Tak lama kemudian, Seseorang mengetuk pintu kamar membuat Eunkyo, Kyungsoo dan Kyungna terdiam. Sosok Kai muncul dari balik pintu. "Annyeonghaseyo... Apa aku menganggu?"
Kyungsoo dan Eunhyo melirik-lirik menggoda Kyungna. "Aniya.. Uhukk"
☆*:.。. o)o .。.:*☆