"Ini...", Ucap Sehun pelan
"Ini aku katamu?", menunjuk ke sebuah foto dimana ada dua anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun berdiri bersebelahan sambil tersenyum polos.
Di belakangnya seperti halaman rumah. Ada tanaman bunga mawar merah di belakang anak yang mengenakan kaos cokelat, sedangkan di belakang anak yang satunya lagi sedikit tampak ada kaki-kaki kayu yang seperti kaki ayunan.
Entah mengapa, Sehun merasa cukup familiar dengan lingkungan dalam foto itu, walaupun ia tidak yakin dengan perkataan Chanyeol bahwa salah satu dari anak dalam foto itu adalah dirinya. Chanyeol mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan Sehun. Kemudian Chanyeol membalik beberapa halaman album dan kali ini ia menunjukkan foto dari dua anak laki-laki yang ia lihat di foto sebelumnya bersama seorang anak perempuan.
Chanyeol melipat tangannya, matanya seperti berharap Sehun bisa mengenali anak-anak dalam foto itu, terutama anak perempuan yang di tunjukkannya.
"Maaf, sebenarnya apa maksudmu?"
"Aku akan jelaskan, tapi sebelumnya ada yang ingin kutanyakan padamu"
"Eoh?", Sehun bertanya-tanya
"Kenapa kau berpura-pura tidak mengenalku?", tanya Chanyeol
"Mwo???"
"Kau tidak perlu menutupinya, tidak ada orang lain kan di sini... kau bisa berterus terang", ucap Chanyeol
"Hah, kau ini bicara apa? Berpura-pura bagaimana? Ah, maksudmu yang di cafe itu? Bukankah aku langsung mengenalimu saat kita bertemu (?) Waktu itu ada Hayi dan Dara kan (?)"
"Bukan. Bukan pertemuan itu. Tapi jauh sebelumnya", kata Chanyeol
"Maksudmu kita pernah bertemu jauh sebelum pertemuan itu? Dimana?"
"Kumohon Sehun-ah, berhenti berpura-pura", pinta Chanyeol
"Maaf Chanyeol-ssi. Tapi seingatku kita pertama kali bertemu di depan rumah Dara kan. Lalu pertama kali berbincang saat bertemu di Cafe dengan Hayi dan Dara juga. Lagipula sepertinya hubungan kita tidaklah dekat sampai kau bisa bicara menggunakan banmal", kata Sehun yang mulai tidak nyaman dengan Chanyeol
Chanyeol menatap mata Sehun lekat-lekat. Tatapannya seolah berusaha menilai kejujuran Sehun. Ia tidak menghiraukan Sehun yang tersinggung denga cara bicaranya. Chanyeol mengalihkan pandangannya ke arah album foto
"Seperti apa yang kukatakan tadi. Salah satu dari anak dalam foto itu adalah kau. Apa kau benar-benar tidak ingat?"
"Maaf tapi aku benar-benar tidak mengerti"
"Kau juga tidak ingat dia?", menunjuk ke foto anak perempuan di album foto
"Chanyeol-ssi", Sehun mulai kesal pada Chanyeol
"Apa sebenarnya yang kau inginkan? Kalau kau hanya ingin mengatakan hal-hal yang tidak jelas, lebih baik kau..."
"Dia Lalice", Chanyeol menyela
Sehun hanya mengernyitkan dahi, lalu melipat tangannya di dada
"Lalu?"
"Orangtua Lalice, kau dan aku berteman sejak mereka duduk di bangku kuliah. Kita bertemu saat kita berusia 6 tahun. Waktu itu orangtua Lalice dan kau pindah di lingkungan rumahku dan jadi bertetangga. Sejak saat itu kita sering bertemu dan kemudian berteman. Ah, Kita lahir di tahun yang sama, hanya beda bulan"
Sehun mendengarkan cerita Chanyeol dengan tenang. Menurutnya apa yang dikatakan Chanyeol seperti karangan saja. Namun ia tetap mendengarkannya dan tidak berusaha memotong perkataan Chanyeol.
Entah mengapa, cerita Chanyeol membuatnya tertarik. Chanyeol sendiri meneruskan ceritanya karena melihat Sehun seperti memberikan respon positif
"Ketika kita SMP (Chanyeol menghela napas), Lalice... (suaranya tercekat), meninggal dalam kecelakaan. Yang aku dengar, saat itu kau yang berusaha menyelamatkannya juga ikut menjadi korban. Kau di larikan kerumah sakit. Tapi selama kau dirawat, aku dilarang menemuimu oleh kedua orangtuamu"
"Tunggu, mungkin kau salah orang", Sehun menyela Chanyeol
"Aku tidak pernah mengalami kecelakaan seperti itu", lanjutnya
"Itu cerita singkatnya. Tapi maaf, aku tidak punya cukup waktu untuk menceritakan detailnya. Aku datang ke sini karena ada yang ingin aku tahu dan aku perlu mendengarnya langsung darimu", ungkap Chanyeol
"Apa yang ingin kau tahu?" , tanya Sehun
"Apa kau benar-benar tidak mengingatku atau kau hanya berpura-pura?", tanya Chanyeol dengan wajah serius Sehun lagi-lagi mengernyitkan dahi.
"Hah.... (Sehun menatap wajah Chanyeol dan ia bisa mengerti bahwa Chanyeol serius), kau serius???"
"Selama ini kau menyalahkanku. Kau bilang aku yang menyebabkan Lalice meninggal. Kau bilang aku pantas mendapat hukuman. Ya, aku merasa bersalah dan mungkin aku memang layak. Karena itu aku diam dan menuruti keinginanmu. Lalu sekarang kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti tidak mengenalku? Apa yang kau rencanakan", Chanyeol berkaca-kaca dan suaranya tertahan
"Tunggu, kau membuatku semakin bingung. Kau ini bicara apa? Hah, kau pasti bercanda kan. Lagipula bukankah kita justru baru bertemu (?) Kau adalah teman sekolah Dara. That's it! Itu yang aku tahu!"
"Sudah tiga tahun ini kau selalu mengikutiku. Kau....(Chanyeol tercekat)"
"Tiga tahun? Aku? Mengikutimu???", Sehun tidak habis pikir dengan apa yang Chanyeol jelaskan
"Bahkan beberapa minggu yang lalu, kau datang menemuiku, di rumahku", jelas Chanyeol
"Hei, aku rasa semua ini sudah berlebihan. Aku tahu kau adalah teman Dara, tapi maaf, ini sudah keterlaluan. Aku mohon kau pergi dari sini", ujar Sehun yang kelihatan menahan marah
"(Menghela napas) Baik", kata Chanyeol
"Aku akan pergi. Tapi... (merogoh saku jaketnya) dengarkan ini", Chanyeol memberikan sebuah alat perekam suara dan kemudian pergi seperti yang Sehun minta. Ia mengambil album foto di atas meja sambil keluar ruangan.
Masih di depan gerbang rumah Sehun, Chanyeol memegang buku catatan kematian.
"Sekarang aku harus memastikan ini", Chanyeol memegang erat buku di tangannya. Pikirannya membawanya kembali kepada ingatannya ketika bertemu dengan Baekhyun.
"Jadi Hayi menyuruhmu menemuiku?", tanya Baekhyun
Chanyeol mengangguk...