home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > 99% Devil

99% Devil

Share:
Author : ayanuriska
Published : 20 May 2015, Updated : 05 Jul 2015
Cast : Kai, Park Yoochun, OC
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |4775 Views |2 Loves
99% Devil
CHAPTER 3 : Loser

Aku terkena kutukan.

Kalah dalam perang tak kasat mata.

Dan kehilangan jati diri.

Tubuhku tetap kukuh, berdiri dengan tatapan angkuh. Di sisi lain, Yoo Hyunjin menggerakkan tangannya untuk menyentuh kertas di atas meja pantry. Cap yang dibubuhkan pada bagian bawah kertas itu masih hangat, basah. Persis seperti pipi wanita yang duduk di pantry itu. Pipi yang dibasahi air mata hangat.

“Kau benar-benar akan melakukannya? Bercerai? Tapi… a… aku… sedang mengandung anakmu, Jongin-ah.”

Aku berteriak keras. Sesuatu yang berada di dalam perutnya bukan milikku. Tetapi wanita itu terus mengungkit-ungkit masa-masa ‘indah’ —yang katanya- kami habiskan bersama, ucapan manis tentang cinta yang bagiku sudah busuk, atau janji yang kuikrarkan ketika kami berdiri di altar. Ini menggelikan. Terlampau menggelikan, hingga kuhentikan ucapannya dengan tanganku.

Aku terkena kutukan.

Kalah dalam perang tak kasat mata.

Dan kehilangan jati diri.

Hardikan dari belakang berhasil menghentikan tamparan ketiga yang ingin kudaratkan. Suara berat itu milik ayahku. Aku menghafalnya di luar kepala. Beliau lantas berdiri dengan tatapan murka di antara kami. Hanya laki-laki pengecut yang berani melukai wanita. Aku tahu Beliau akan mengatakan kalimat bijak itu. Tetapi Hyunjin bukan sekedar wanita. Dia wanita jalang. Pelacur.

“T… tidak, Abeonim. Aku… aku tidak ingin bercerai dengan Jongin. Aku… masih mencintainya.”

Busuk. Apa pun yang Hyunjin katakan adalah sebuah kebohongan busuk. Ayah harusnya tahu itu. Baunya bahkan  bisa membuat indera penciumanku rusak. Dan karena tersihir oleh tatapan tak berdosa Hyunjin, ayah mengabulkan permintaan jalang itu, lalu merobek surat cerai yang sudah susah payah kubuat. Bertahanlah sampai bayimu lahir. Itu kata ayah. Dan sungguh gila jika aku benar-benar menurutinya!

Aku terkena kutukan.

Kalah dalam perang tak kasat mata.

Dan kehilangan jati diri.

Aku sudah mencetak puluhan lebam di tubuh Hyunjin. Tak peduli bagaimana ia menjerit meminta belas kasih atas sesuatu di dalam perutnya yang kian hari kian membuncit. Dua kali, dia pernah keluar dari rumahku, kabur atau apa pun istilahnya. Tetapi wanita itu kembali dengan alasan bahwa ia tidak melakukannya secara sadar, atau seseorang di dalam kepalanyalah yang mengambil alih tubuhnya. Sungguh suatu lelucon yang buruk.

“Dia menendang! Jongin-ah! Dia bergerak! Kau ingin menyentuhnya?”

Cih! Persetan dengan semua kebahagiaan palsu yang muncul di bibirnya! Aku hampir bosan karena telah mengingatkannya tentang sesuatu di dalam perutnya. Sesuatu di dalam sana bukan milikku. Titik. Dan ingin rasanya aku menuliskan kalimat ‘jangan bermimpi’ di kening Hyunjin karena terus menerus memintaku untuk berubah. Kembali menjadi Kim Jongin yang lemah? Jangan gila!

Aku terkena kutukan.

Kalah dalam perang tak kasat mata.

Dan kehilangan jati diri.

Karena bosan, aku membawa sekertarisku, Hayoung, untuk bermain di rumah. Biasanya kami bermain di kantor, club, hotel, atau di mana pun yang aku mau. Hyunjin sempat menatapku dengan tatapan sendu ketika aku menuntun Hayoung ke dalam kamar. Mungkin wanita itu menangis, atau bunuh diri jika benar-benar sudah frustrasi. Dan aku sudah tak peduli. Permainanku dengan Hayoung lebih penting sekarang.

“Jongin-ah… t…tolong aku… Arrgghh! Sepertinya aku ak… akan melahirkan!”

Dasar pengganggu! Karena suaranya, Hayoung memintaku berhenti. Sungguh, Hayoung tergolong wanita yang baik. Dia membuatku luluh, hingga di sinilah aku. Berdiri di ambang pintu dengan bathrobe yang melingkari tubuh. Hyunjin ada di depan pintu ketika aku membukanya. Pingsan dengan darah yang menggenang di dekat kaki. Adalah Hayoung yang pertama kali mengambil ponsel dan menelepon ambulans. Bukan aku. Bukan suaminya.

Aku terkena kutukan.

Kalah dalam perang tak kasat mata.

Dan kehilangan jati diri.

Hyunjin melahirkan anaknya. Laki-laki. Aku hanya berniat melihat sekilas, tetapi ayah terlanjur melihatku. Beliau segera membawa tubuhku masuk. Secara paksa tentunya. Ancaman tentang pencabutan hak atas Daewoo Group yang disebutkannya, benar-benar membuatku mati kutu. Tetapi aku tak habis akal dengan mengatakan bahwa tidak ada harapan di antara hubunganku dan Hyunjin. Ini batasnya.

“Jongin. Namanya Jongin. Aku ingin dia tumbuh seperti ayahnya. Kim Jongin yang hangat dan mencintaiku.”

Terserah. Hyunjin segera mengeluarkan seulas senyum kala itu. Senyuman bahagia layaknya seseorang yang baru saja memenangkan jackpot. Tetapi senyuman itu menghilang pada detik berikutnya. Tepat setelah aku menyelesaikan kalimat terakhirku. Kalimat yang akan mengakhiri segala kegilaan ini. Kalimat yang akan membuang semua sandiwara di wajah wanita itu. Surat cerai akan kukirimkan besok.

Aku terkena kutukan.

Kalah dalam perang tak kasat mata.

Dan kehilangan jati diri.

Kegilaan mengambil alih.

Kehancuran datang menghampiri.

Lucunya, aku tak peduli.

Seperti pecundang dunia.

Aku pergi dari kebahagiaanku.

Mengibarkan bendera putih di depannya.

Di depan dia yang tak tampak.

————————————————————————————————

Loser

Fin

————————————————————————————————

Next:

99% Devil's Prologue

————————————————————————————————

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK